Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM SISTEM STRUKTUR

RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

RickyAndreas1), Aryanto2), Herwani3)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
2),3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
e-mail : rickyandreassipil@student.untan.ac.id
ABSTRAK
Hubungan balok dan kolom (HBK) adalah daerah pertemuan antara elemen balok dan kolom pada struktur rangka
gedung. HBK juga merupakan komponen penting dalam struktur bangunan tahan gempa. Hal ini dikarenakan pada
daerah ini banyak terjadi mekanisme baik itu gaya ataupun momen dari elemen balok dan kolom yang bertemu
dengan masing-masing kapasitasnya saat terjadinya beban gempa. Perencanaan HBK sendiri bertujuan untuk
menambah sifat daktail pada sturuktur, sehingga bangunan tidak akan mengalami keruntuhan secara tiba-tiba
(bersifat getas) melainkan struktur akan mengalami beberapa fase secara bertahap sampai pada fase runtuh. Pada
perencanaan Hubungan balok kolom kali ini akan dilakukan pada bangunan bertingkat dan berfokus pada struktur
dengan daktilitas tinggi, yakni bangunan dengan sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Adapun pada perencanaan HBK yang dimaksud adalah perhitungan dalam menentukan jumlah tulangan geser
yang akan dipasang pada daerah pertemuan balok dan kolom. Perhitungan tulangan tersebut diperoleh dengan
memperhitungkan gaya tarik pada tulangan, nilai momen akibat balok, dan gaya geser pada ujung-ujung kolom
serta pada bagian tengah HBK.
Kata kunci : Struktur Beton Bertulang, SNI 2847-2019, Hubungan Balok dan Kolom (HBK), Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
ABSTRACT
Reinforced Concrete Beam Column Joint (RCBC Joint) is the meeting area between the beam and column elements
in the frame structure building. RCBC Joint is also an important component in earthquake resistant building
structures. This is because in this area many mechanisms occur, be it forces or moments from beam and column
elements that meet their respective capacities when earthquake loads occur. RCBC Joint planning itself aims to
add ductility to the structure, so that the building will not collapse suddenly (brittle) but the structure will
experience several phases gradually until the collapse phase. In planning beam-column relationships this time, it
will be carried out on multi-storey buildings and focuses on structures with high ductility, namely buildings with
a Special Moment Bearing Frame Structure system. As for the RCBC Joint planning, what is meant is the
calculation in determining the amount of shear reinforcement to be installed at the junction area of the beam and
column. The reinforcement calculation is obtained by calculating the tensile force on the reinforcement, the value
of the moment due to the beam, and the shear force at the ends of the column and at the center of the RCBC Joint.
Key words : Reinforced Concrete Structure, SNI 2847-2019, Beam Column Joint, Special Moment Resisting Frame
System

I. PENDAHULUAN deformasi atau keretakkan dan akan berangsur-angsur


kehilangan kekuatan yang pada akhirnya akan runtuh.
Latar Belakang Pada bangunan tahan gempa terdapat
Perencanaan bangunan tahan gempa beberapa komponen penting yang berfungsi untuk
dirancang dengan struktur yang mempunyai daktilitas menjaga kekokohan suatu struktur bangunan gedung,
yang tinggi. Daktilitas sendiri adalah kapasitas elemen sehingga pada komponen ini akan direncanakan
struktur dalam melewati deformasi batas eleastisnya. menggunakan konsep daktilitas. Adapun beberapa
Perilaku struktur daktilitas ditandai oleh beberapa fase, komponen tersebut adalah balok, kolom, shear wall,
yakni fase elastis dan plastis. Sehingga ketika elemen dan hubungan balok kolom (HBK). Pembahasan kali
struktur diberikan beban tidak akan langsung ini akan membahas mengenai perencanaan elemen
mengalami keruntuhan namun secara perlahan akan struktur bangunan yang akan berfokus pada
mengalami beberapa fase dengan ditandainya perencanaan Hubungan Balok Kolom (HBK) atau
yang biasa dikenal dengan sebutan Joint.

1
Rumusan Masalah tulangan tekan akan selalu berada di sisi atas balok.
Adapun rumusan masalah pada perencanaan Sedangkan pada kondisi momen negatif (M-), balok
kali ini adalah sebagai berikut : akan mempunyai ciri tulangan tarik akan selalu berada
1. Apa saja tahapan-tahapan dalam merencanakan di sisi atas balok dan tulangan tekan akan selalu berada
struktur bangunan bertingkat ? di sisi bawah balok.
2. Bagaimana tahapan perencanaan HBK dalam Pada perencanaan HBK dengan sistem
struktur SRPMK ? SRPMK, konsep momen positif dan negatif akan
digunakan kembali dengan perhitungannya akan
Batasan Masalah memperhitungkan peningkatan mutu baja sebesar
1. Perencanaan menggunakan struktur beton 25%. Analisa momen juga akan ditinjau berdasarkan
bertulang dengan sistem rangka pemikul momen arah kekang baik itu dari arah X maupun dari arah Y
khusus sesuai dengan jumlah dan letak balok yang
2. Perencanaan elemen struktur yang dilakukan mengekang.
adalah pelat, balok, dan kolom Hasil dari analisa kapasitas balok pada HBK
3. Proses perhitungan struktur menggunakan bantuan ini adalah untuk mendapatkan nilai geser (Vu) pada
software program analisa struktur. ujung-ujung kolom. bukan pada daerah HBK.
Sehingga pada tahap selanjutnya dapat diperoleh nilai
II. TINJAUAN PUSTAKA geser ultimate pada tengah sambungan balok-kolom
(HBK) dengan memperhitungkan interaksi gaya-gaya
Konsep Dasar Hubungan Balok Kolom (HBK) yang ada pada daerah HBK.
Hubungan Balok dan Kolom (HBK) ∑ 𝑴𝒏𝒃
merupakan daerah pertemuan antara elemen struktur 𝑴𝒖 = (1)
𝟐
balok dan kolom yang berfungsi sebagai komponen
𝑴𝒖
struktur yang menahan beban gempa. Pada daerah ini 𝑽𝒖 = (2)
𝒍𝒖
terdapat gaya dan momen masing-masing dari elemen
balok-kolom yang bertemu. Sehingga untuk Keterangan :
menghadapi hal tersebut pada saat terjadinya gempa, Mu = Momen ujung kolom
perlu dilakukan perencanaan khusus di daerah tersebut. Vu = Nilai geser dari balok pengekang
Perencanaan khusus ini hanya diisyaratkan lu = Tinggi bersih dari elemen kolom
oleh SNI 2847-2019 untuk struktur dengan sistem
SRPMM dan SRPMK, hal ini dikarenakan kedua jenis Interaksi Gaya Pada Hubungan Balok Kolom
struktur ini harus menahan beban gempa yang tinggi. (HBK)
Perbedaan dari perencanaan HBK pada kedua jenis Mekanisme yang ditimbulkan oleh hubungan
struktur di atas terletak pada mutu tulangan yang akan balok dan kolom dari struktur beton bertulang
digunakan dalam perhitungan kapasitas momen. Pada menyebabkan sambungan di setiap ujung komponen
struktur SRPMK akan dihitungan dengan mutu struktur penyusunnya bersifat terjepit. Berikut
tulangan yang sudah ditingkatkan 25% dari mutu awal, gambaran dari interaksi gaya yang mungkin akan
sedangkan struktur SRPMM akan dihitung dengan terjadi pada hubungan balok kolom seperti yang
normal tanpa ditingkatkan. terlihat pada gambar 1
Output dari perencanaan HBK pada suatu
struktur adalah jumlah kebutuhan tulangan geser
(sengkang) yang akan dipasang pada daerah pertemuan
elemen balok-kolom. Perhitungan tulangan tersebut
diperoleh dengan memperhitungkan gaya tarik pada
tulangan, nilai momen akibat balok, dan gaya geser
pada ujung-ujung kolom serta pada bagian tengah
HBK. Kombinasi gaya-gaya tersebut yang akan
menyebabkan HBK mengalami kegagalan geser bila
tidak diperhitungkan dengan baik.
Analisa Kapasitas Balok Pada HBK
Analisa kapasitas ini berdasarkan perilaku dan Gambar 1. Interaksi Gaya-Gaya Pada HBK
kemampuan balok dalam menerima beban gempa yang (Sumber : Handbook Analisa dan Desain
bekerja padanya. Ada 2 jenis momen yang akan Struktur Tahan Gempa Beton Bertulang
bekerja akibat beban bolak balik dari gempa, yakni (SRPMB, SRPMM, & SRPMK)
momen positif (+) dan momen negatif (-). Pada kondisi Berdasarkan SNI 2847-2019 & 1726-
momen positif (M+), balok mempunyai ciri tulangan 2019; 2021)
tarik akan selalu berada di sisi bawah balok dan

2
Pada ilustrasi kali ini akan menggunakan Pemodelan Struktur
kasus kolom yang dihubungkan dengan empat balok Pemodelan struktur adalah suatu tahapan
dengan diasumsikan struktur bergoyang ke arah kanan dalam memodelkan dan menentukan komponen-
(gempa dari kiri). Berdasarkan perilaku struktur yang komponen yang dibutuhkan untuk melihat reaksi dari
terjadi pada Gambar 1, balok A mengalami sisi tarik elemen struktur terhadap beban-beban yang bekerja
pada bagian atas dan balok B mengalami sisi tarik pada pada struktur utama gedung yang pada perencanaan
bagian bawah. Konsep ini mirip seperti konsep momen kali ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin,
positif dan momen negatif. dan beban gempa. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
Adapun nilai gaya dan momen tersebut dapat mendapatkan nilai gaya dalam yang bekerja pada
diproses berdasarkan kapasitas tulangan yang elemen struktur utama. Pada analisis ini akan dibantu
terpasang pada balok dengan metode perhitungan yang dengan program analisis struktur.
digunakan adalah tulangan tunggal. Sehingga interaksi Adapun langkah-langkah yang akan
gaya-gaya yang bekerja pada hubungan balok dan dilakukan dalam melakukan analisis struktur dengan
kolom dapat dirumuskan sebagai berikut : program analisis struktur sebagai berikut :
1. Penentuan standar dan ketentuan berdasarkan
Vu = TA + TB – Vu(Kolom) (3) peraturan terbaru.
2. Pembuatan grid dan koordinat denah bangunan.
III. Meteodologi Perhitungan 3. Penentuan jenis dan mutu bahan yang digunakan.
4. Pemodelan struktur pada program, berupa
pemodelan balok, kolom, dan pelat sesuai dengan
Perencanaan yang akan dibahas dalam dimensi penampang dan ukuran penampang
penulisan ini adalah perencanaan struktur beton masing-masing pada perencanaan pendahuluan
gedung kuliah 6 lantai. Perencanaan yang akan - Elemen kolom dimodelkan elemen frame
dilakukan akan lebih difokuskan pada perencanaan dengan define momen inersia yang sudah
hubungan balok kolom. Perencanaan juga akan direduksi menjadi 0,7 Ig.
menganalisis pengaruh gempa terhadap perilaku - Elemen balok dimodelkan elemen frame dengan
elemen struktur yang didesain dengan bantuan define momen inersia yang sudah direduksi
software. Adapun data awal yang digunakan adalah menjadi 0,35 Ig.
data gambar arsitektural gedung, denah bangunan, - Elemen pelat dimodelkan dengan elemen shell
potongan bangunan, dan data tanah. yang mempunyai tipe Shell-Thin dengan
momen inersia yang sudah direduksi menjadi
Data Perencanaan 0,25 Ig.
Data-data pada perencanaan gedung kali ini 5. Melakukan Pembebanan pada struktur, sebagai
adalah sebagai berikut : berikut :
- Jenis Struktur = Beton Bertulang - Beban mati yang merupakan beban struktur itu
- Fungsi Gedung = Gedung Perkuliahan sendiri dan beban mati tambahan yang bersifat
- Jumlah Lantai = 6 Lantai + 1 Lantai DAK permanen. Adapun beban mati sendiri berupa
- Panjang Bangunan = 59 m beban pelat, balok, dan kolom. Sedangkan
- Lebar Bangunan = 28,5 m beban mati tambahan berupa beban penutup
- Tinggi Lantai = 5,25 (Lantai 1) lantai, beban plafond, dan beban dinding.
4,20 (Lantai 2 – 5) - Beban hidup yang merupakan beban akibat
4,15 (Lantai 6 – DAK) pengguna dan penghuni bangunan. Beban ini
- Tinggi Bangunan = 30,350 m akan diinput sesuai dengan fungsi dari ruangan
- Spesifikasi Material : pada bangunan itu.
Mutu Beton (f’c) = 25 MPa - Beban angin yang pada perencanaan kali ini
Mutu Baja Ulir (fy) = 420 MPa akan menggunakan nilai minimum yang
Mutu Baja Polos (fy)= 280 MPa diisyaratkan oleh SNI, dikarenakan pada hasil
analisis manualnya, nilai hasil analisis lebih
Perencanaan Pendahuluan kecil dari nilai minimumnya.
Perencanaan pendahuluan merupakan tahapan - Beban gempa akan direncanakan dengan
pertama dalam melakukan perhitungan awal desain mengacu pada SNI khusus gempa, yakni SNI
dari pelat lantai, balok, dan kolom Perencanaan ini 1726-2019. Pada perencanaan kali ini metode
dilakukan menggunakan ketentuan dan dasar dari SNI analisa gempa yang digunakan adalah metode
yang berlaku untuk memperkirakan dimensi-dimensi Respons Spektrum. Besar beban gempa akan
elemen struktur yang akan digunakan. Selain itu mengikuti lokasi pembangunan, yakni pada
perencanaan ini juga menganalisis perencanaan daerah Pontianak, Kalimantan Barat.
bangunan tahan gempa dengan menganalisis kategori 6. Melakukan define kombinasi pembebanan sebagai
bangunan dalam menahan beban gempa berikut :

3
Kombinasi 1 8. Melakukan run analysis dengan memodelkannya
- 1,4 (DL+SIDL) Full 3D.
Kombinasi 2
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 LL + 0,5 Lr Analisa Struktur
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 LL + 0,5 R Analisis struktur yang akan dilakukan adalah
Kombinasi 3 melakukan analisis terhadap perilaku struktur yang
- 1,2 (DL+SIDL) + LL + 1,6 Lr telah dibebani. Analisis ini akan berdasarkan SNI
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 Lr + 0,5 Wx 1726-2019. Adapun beberapa hal yang akan dianalisis
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 Lr + 0,5 Wy adalah sebagai berikut :
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 Lr + 0,375 Wx + 0,375 Wy 1. Rasio Partisipasi Modal Massa
- 1,2 (DL+SIDL) + LL + 1,6 R 2. Perhitungan Faktor Skala Gempa
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 R + 0,5 Wx 3. Analisa Pengaruh Torsi
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 R + 0,5 Wy 4. Analisis Ketidakberaturan Horizontal & Vertikal
- 1,2 (DL+SIDL) + 1,6 R + 0,375 Wx + 0,375 Wy 5. Pengecekan Simpangan Antar Lantai (Story Drift)
Kombinasi 4 6. Pengecekan P-Delta
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 Lr+Wx
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 Lr+Wy Detail Elemen Struktur
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 Lr+0,75 Wx +0,75 Wy Setelah perencanaan dan analisis struktur
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 R+Wx yang telah dilakukan, akan diperoleh gaya-gaya dalam
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 R+Wy yang akan digunakan untuk melakukan perencanaan
- 1,2 (DL+SIDL)+LL+0,5 R+0,75 Wx +0,75 Wy detail elemen struktur berupa penulangan. Sehingga
Kombinasi 5 dalam tahapan ini akan didapatkan jumlah kebutuhan
- 0,9 (DL+SIDL)+Wx dan perletakan tulangan pada setiap elemen struktur
- 0,9 (DL+SIDL)+Wy yang ditinjau. Adapun elemen struktur yang ditinjau
- 0,9 (DL+SIDL)+0,75 Wx+0,75 Wy untuk dilakukan perencanaan tulangan adalah elemen
Kombinasi 6 struktur pelat lantai, balok, dan kolom.
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL+1,3 Ex+0,39 Ey
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL+1,3 Ex-0,39 Ey Perencanaan Fondasi
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+ LL-1,3 Ex+0,39 Ey Perencanaan fondasi mencakup perhitungan
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL-1,3 Ex-0,39 Ey daya dukung fondasi, perencanaan pile cap, analisis
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL+0,39 Ex+1,3 Ey punching shear, dan perencanaan tulangan pada pile
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL-0,39 Ex+1,3 Ey cap.
- (1,2+0,2SDS)(DL+SIDL)+LL+0,39 Ex-1,3 Ey
- (1,2+0,2SDS) (DL+SIDL) +LL-0,39 Ex-1,3 Ey IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kombinasi 7
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)+1,3 Ex+0,39 Ey
Desain Pendahuluan
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)+1,3 Ex-0,39 Ey
1. Balok
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)-1,3 Ex+0,39 Ey
Balok adalah elemen struktur yang berfungsi
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)-1,3 Ex-0,39 Ey
memikul beban mati dan beban hidup dalam arah
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)+0,39 Ex+1,3 Ey
memanjang dan arah melintang. Dalam pemodelan
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)-0,39 Ex+1,3 Ey
perletakan balok yang bertumpu pada kolom
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)+0,39 Ex-1,3 Ey
dianggap sebagai tumpuan jepit. Hasil desain balok
- (0,9-0,2SDS)(DL+SIDL)-0,39 Ex-1,3 Ey
pada perencanaan kali ini disajikan dalam Tabel 1.
7. Melakukan definisi beberapa asumsi perencanaan
pada program analisa struktur
- Mendefinisikan perletakan joint pada fondasi Tabel 1. Dimensi Balok
sebagai jepit (Sumber : Hasil Analisis; 2023)
- Rigid zone factor menggunakan konsep strong
Panjang Ukuran
column weak beam. Balok
Bentang (mm) Balok
- Pemodelan diafragma adalah kaku.
- Mass source yang didefinisikan hanya berupa BI-1 9000 750/350
beban mati dan beban mati tambahan. Induk BI-2 3000 500/250
- Modal yang digunakan sebanyak 45 mode. BI-3 4500 500/250
- Melakukan frame auto mesh disetiap pertemuan BA-1 3000 500/250
elemen struktur. BA-2 3300 500/250
- Melakukan floor auto mesh dengan ukuran Anak BA-3 2850 500/250
1000 mm x 1000 mm. BA-4 2400 500/250
BA-5 4500 500/250

4
BA-6 3000 400/150 3. Nilai gaya geser akibat hasil analisis gaya gempa
BA-7 2000 500/250 metode respons spektrum lebih kecil dibandingkan
BK-1 3000 800/400 nilai gaya geser akibat hasil analisis gaya gempa
Kantilever
BK-2 2000 800/400 metode statik ekivalen. Sehingga berdasarkan SNI
1726-2019; Pasal 7.9.1.4.1, analisa gaya gempa
2. Pelat metode respons spektrum harus diskalakan ulang.
Pelat merupakan suatu permukaan horizontal Adapun hasil penskalaan ulang tersebut adalah
yang rata pada lantai bangunan dan dapat ditumpu Arah X = 2606,46
oleh dinding, balok, kolom, ataupun langsung oleh Arah Y = 3102,3
permukaan tanah. Hasil analisis yang dilakukan 4. Ketidakberaturan Horizontal diatur berdasarkan
mempunyai hasil bahwa semua desain pelat lantai SNI 1726-2019; Pasal 7.3.2.1; Hal-57. Struktur
pada perencanaan kali ini termasuk kategori sistem yang dikategorikan ketidakberaturan horizontal
pelat dua arah dengan menggunakan tebal pelatnya harus memenuhi persyaratan tambahan tertentu
sebesar 120 mm. sesuai dengan SNI 1726-2019; Tabel 13; Hal-59.
Adapun hasil pemeriksaan ketidakberaturan dapat
3. Kolom dilihat pada Tabel 3.
Perencanaan awal dimensi kolom akan
berdasarkan besarnya beban yang dipikul oleh Tabel 3. Hasil Analisis Ketidakberaturan
kolom per daerahnya yang biasa disebut dengan Horizontal
metode Tributary Area. Adapun beban-beban yang (Sumber : Hasil Analisa; 2023)
diperhitungkan untuk perencanaan awal ini hanya
menggunakan beban vertikal yang meliputi beban Tipe Penjelasan Status
mati dan beban hidup pada bangunan tersebut. 1a Ketidakberaturan Torsi Ada
1b Ketidakberaturan Torsi Berlebih Tidak Ada
Berikut hasil desain kolom pada perencanaan kali
2 Ketidakberaturan Sudut Dalam Ada
ini akan disajikan dalam Tabel 2. Ketidakberaturan Diskontinuitas
3 Tidak Ada
Diafragma
Tabel 2. Dimensi Kolom Ketidakberaturan Akibat
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) 4 Pergeseran Tegak Lurus Tidak Ada
Terhadap Bidang
Nama Kolom Dimensi (mm) Bentuk Kolom Ketidakberaturan Sistem Non-
5 Tidak Ada
K1 900 x 900 Persegi Paralel
K2 D-900 Bulat 5. Ketidakberaturan Vertikal diatur berdasarkan SNI
K3 350 x 350 Persegi 1726-2019; Pasal 7.3.2.2; Hal-57. Struktur yang
dikategorikan ketidakberaturan vertikal harus
Analisa Struktur memenuhi persyaratan tambahan tertentu sesuai
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan dengan SNI 1726-2019; Tabel 14; Hal-61.
yang telah dilakukan, berikut hasil perilaku struktur
pada perencanaan kali ini : Tabel 4. Hasil Analisis Ketidakberaturan
1. Lokasi perencanaan gedung masuk dalam kategori Vertikal
desain seismik D, sehingga jenis sistem struktur (Sumber : Hasil Analisa; 2023)
yang digunakan adalah Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK). Tipe Penjelasan Status
2. Partisipasi massa ragam terkombinasi memenuhi Ketidakberaturan Kekakuan
1a Tidak Ada
persyaratan pada SNI dengan persentasi partipasi Tingkat Lunak
yang mencapai 100% pada mode ke 43. Ketidakberaturan Kekakuan
1b Tidak Ada
- Pada mode 1 nilai yang paling dominan adalah Tingkat Lunak Berlebihan
2 Ketidakberaturan Berat/Massa Tidak Ada
faktor translasi sumbu Y (UY), yaitu sebesar Ketidakberaturan Diskontinuitas
50,95% yang berarti struktur bergerak translasi 3 Diafragma Ketidakberaturan Ada
arah Y. Geometri Vertikal
- Pada mode 2 nilai yang paling dominan/besar Ketidakberaturan Akibat
adalah faktor translasi X (UX) , yaitu sebesar Diskontinuitas Bidang Pada
4 Tidak Ada
65,42% yang berarti struktur bergerak translasi Elemen Vertikal Pemikul Gaya
arah X. Lateral
- Pada mode 3 nilai yang paling dominan/besar Ketidakberaturan Tingkat Lemah
5a Akibat Diskontinuitas Pada Tidak Ada
adalah faktor rotasi (RZ) , yaitu sebesar 31,59%
Kekuatan Lateral Tingkat
yang berarti gerak struktur dominan melakukan Ketidakberaturan Tingkat Lemah
rotasi. 5b Berlebihan Akibat Diskontinuitas Tidak Ada
Pada Kekuatan Lateral Tingkat

5
6. Simpangan antar tingkat dari gedung kuliah ini Berikut hasil analisa kebutuhan tulangan pelat
tidak melebihi drift limit (Δa/ρ) untuk semua lantai pada perencanaan kali ini :
tingkat. - Tebal Pelat = 120 mm
- Tulangan Atas (Tumpuan) = M8-100
30
- Tulangan Bawah (Tumpuan) = M8-100
- Tulangan Atas (Lapangan) = M8-100
25 - Tulangan Bawah (Lapangan) = M8-100
20
2. Balok
Gaya yang bekerja pada balok adalah momen
15 lentur, gaya geser, dana momen torsi. Sehingga
10
pada perencanaan balok perlu direncanakannya
tulangan lentur/tulangan utama, tulangan
Story (m)

5 geser/tulangan sengkang, dan tulangan torsi.


0
Berikut adalah hasil analisa kebutuhan penulangan
0,00 6,00 12,00 18,00 24,00 30,00 36,00 42,00 48,00 54,00 60,00 66,00 pada balok :
Simpangan Antar Tingkat Story Drift (Gempa Arah X) a. Tulangan Longitudinal (Tulangan Lentur)
(mm) Story Drift (Gempa Arah Y) Pada perencanaan kali ini nilai gaya
Simpangan Izin
dalam balok yakni momen lentur akan dihitung
menggunakan aplikasi. Momen positif
Gambar 2. Hasil Pemeriksaan Simpangan Antar maksimum akan digunakan untuk penulangan
Tingkat daerah lapangan sedangkan momen negatif
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) maksimum akan digunakan untuk penulangan
daerah tumpuan.
7. Nilai koefisien stabilitas (θ) tidak melebihi nilai Perencanaan juga memperhatikan
batas pengaruh p-delta yakni 0,1 sehingga persyaratan tulangan lentur balok SRPMK.
pengaruh P-delta dapat diabaikan. Berikut adalah hasil analisa perhitungan
kebutuhan tulangan lentur pada balok :
30
Tabel 5. Tulangan Longitudinal Balok
Tinggi Bangunan (m)

25
(Sumber: Hasil Analisa; 2023)
20
Koefisien Stabilitas X
15 Jenis Dimensi Tulangan Lentur
Koefisien Stabilitas Y Daerah
Batas Pengaruh P-Delta
Balok (mm) Atas Bawah
10
Batas Stabilitas Struktur Tumpuan 6 D25 3 D25
BI-1 750/350
5
Lapangan 2 D25 4 D25
Tumpuan 3 D22 3 D22
0
BI-2 500/250
0 0,05 0,1 0,15 Lapangan 2 D22 2 D22
θ
Tumpuan 3 D22 3 D22
BI-3 500/250
Lapangan 2 D22 2 D22
Tumpuan 6 D22 3 D22
Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Pengaruh P-Delta BA-1 500/250
Lapangan 2 D22 3 D22
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) Tumpuan 2 D22 2 D22
BA-2 500/250
Lapangan 2 D22 2 D22
Perencanaan Detail Elemen Struktur
Tumpuan 3 D22 2 D22
1. Pelat Lantai BA-3 500/250
Lapangan 2 D22 2 D22
Perencanaan tulangan pelat akan Tumpuan 4 D19 4 D19
menggunakan analisis tiga dimensi dengan bantuan BK-1 800/400
Lapangan 2 D19 4 D19
dari program perhitungan struktur yang Tumpuan 6 D19 4 D19
BK-2 800/400
menggunakan metode elemen hingga dan akan Lapangan 6 D25 3 D25
berupa nilai dari Mx, My, dan Mxy. Setelah
mendapatkan nilai gaya dalam hasil analisa, b. Tulangan Transversal (Tulangan Geser)
selanjutnya nilai-nilai tersebut akan diolah secara Pada perencanaan kali ini nilai gaya
manual sehingga mendapatkan nilai momen positif dalam balok yakni gaya geser akan dihitung
yang akan digunakan dalam desain tulangan menggunakan aplikasi. Momen positif
lapangan pelat lantai (tulangan pelat lantai bagian maksimum akan digunakan untuk penulangan
bawah) dan momen negatif yang digunakan untuk daerah lapangan sedangkan momen negatif
mendesain tulangan tumpuan pelat lantai (tulangan maksimum akan digunakan untuk penulangan
pelat lantai bagian atas). daerah tumpuan.

6
Perencanaan juga memperhatikan Tumpuan 1 D22 1 D22
BA-3 500/250
persyaratan tulangan lentur balok SRPMK Lapangan 0 D22 0 D22
sehingga ada beberapa syarat tambahan yang Tumpuan 3 D19 3 D19
BK-1 800/400
diatur khusus pada perencanaan balok SRPMK. Lapangan 4 D19 4 D19
Berikut adalah hasil analisa perhitungan Tumpuan 3 D19 3 D19
BK-2 800/400
kebutuhan tulangan geser pada balok : Lapangan 4 D25 4 D25

Tabel 6. Tulangan Transversal Balok 3. Kolom


(Sumber: Hasil Analisa; 2023) Kolom merupakan elemen struktur utama
yang menerima beban aksial dan lentur sebelum
Jenis Dimensi Tulangan disalurkan ke fondasi. Pada desain tulangan kolom,
Daerah
Balok (mm) Geser
terdapat 2 jenis tulangan, yakni tulangan
Tumpuan 4 Ø13-100
BI-1 750/350 longitudinal dan tulangan transversal, berikut
Lapangan 4 Ø13-150 analisanya :
Tumpuan 3 Ø13-100
BI-2 500/250 a. Tulangan Longitudinal
Lapangan 2 Ø13-150
Pada perencanaan kali ini ada beberapa
Tumpuan 3 Ø13-100
BI-3 500/250 tahapan dan informasi yang diperoleh ketika
Lapangan 2 Ø13-150
sedang melakukan perhitungan kebutuhan
Tumpuan 3 Ø13-100
BA-1 500/250 jumlah tulangan lentur, seperti :
Lapangan 2 Ø13-150
- Jenis struktur pada kolom dikategorikan
Tumpuan 2 Ø13-100
BA-2 500/250 sebagai struktur bergoyang karena struktur
Lapangan 2 Ø13-150
direncanakan untuk menahan beban gempa.
Tumpuan 3 Ø13-100
BA-3 500/250 - Kolom yang didesain termasuk dalam
Lapangan 2 Ø13-150
Tumpuan
struktur langsing.
4 Ø13-90
BK-1 800/400
Lapangan
- Pada peryaratan SNI 2847-2019; Gambar
2 Ø13-140
Tumpuan 4 Ø13-90
R6.2.6; Hal-95, struktur langsing bergoyang
BK-2 800/400
Lapangan
dapat dianalisa dengan beberapa metode.
2 Ø13-140
Pada perencanaan kali ini akan
menggunakan metode pembesaran momen.
c. Tulangan Torsi - Tulangan yang akan digunakan akan
Pada perencanaan torsi sendiri akan dipasang menggunakan metode trial and
melibatkan dua jenis tulangan, yakni tulangan error dengan pengecekan dari diagram
transversal (At) dan tulangan longitudinal (Al). interaksi kolom terssebut.
Pada penempatannya, tulangan transversal torsi - Perencanaan tulangan longitudinal pada
akan tetap seperti pada pemasangan tulangan struktur dengan sistem SRPMK akan
geser, sedangkan tulangan longitudinal torsi dilanjutkan dengan pengecekkan konsep
akan ditempatkan pada tengah bentang balok. Strong Column Weak Beam (SCWB). Pada
Pada perencanaan kali ini akan perencanaan diperoleh hasil bahwa
menggunakan desain torsi statis tak tentu kapasitas kolom lebih besar dari 1,2 kali dari
(Compatibility Torsion). Berikut adalah hasil kapasitas balok yang menumpu pada kolom.
analisa perhitungan kebutuhan tulangan torsi sehingga kolom dapat dikatakan memenuhi
pada balok : syarat Strong Column Weak Beam.
Setelah melewati beberapa tahapan,
Tabel 7. Tulangan Torsi Balok berikut hasil analisis tulangan longitudinal pada
(Sumber: Hasil Analisa; 2023) kolom :
Jenis Dimensi Tulangan Torsi
Daerah Tabel 8. Hasil Analisa Tulangan Longitudinal
Balok (mm) Kiri Kanan
Tumpuan 2 D25 2 D25 Kolom
BI-1 750/350 (Sumber : Hasil Analisa; 2023)
Lapangan 2 D25 2 D25
Tumpuan 0 D22 0 D22
BI-2 500/250 Dimensi
Lapangan 0 D22 0 D22 Nama Jenis Tulangan
Kolom
Tumpuan 0 D22 0 D22 Kolom Kolom Longitudinal
BI-3 500/250 (mm)
Lapangan 0 D22 0 D22
Tumpuan 0 D22 0 D22
K1 Persegi 900x900 20 D25
BA-1 500/250
Lapangan 1 D22 1 D22
K2 Bulat D-900 24 D25
Tumpuan 1 D22 1 D22 K3 Persegi 350x350 8 D25
BA-2 500/250
Lapangan 0 D22 0 D22

7
b. Tulangan Transversal Tabel 11. Hasil Analisa Tulangan Pile Cap
Tulangan transversal adalah tulangan yang (Sumber : Hasil Analisa; 2023)
berfungsi menahan gaya geser yang terjadi pada
kolom. Konsep dalam menghitung gaya geser Tulangan
Jenis
kolom tahan gempa akan berdasarkan SNI X Y
2847-2019, terdapat tiga metode yang akan PC 1 Persegi 900x900
digunakan dalam proses perhitungannya. PC 2 Bulat D-900
Berikut klasifikasi penggunaan metode PC 3 Persegi 350x350
dalam perhitungan gaya geser desain yang akan
digunakan pada struktur tahan gempa : Perencanaan Hubungan Balok Kolom (HBK)
- Vu berdasarkan analisa struktur
- Vu berdasarkan momen ujung kolom. 1. Analisa Kapasitas Balok
- Vu berdasarkan momen ujung balok Konsep perhitungan kapasitas balok dalam
Setelah mendapatkan nilai gaya geser kondisi momen positif dan negatif yang
berdasarkan nilai di atas, selanjutnya akan ditingkatkan sebesar 25% berdasarkan SNI 2847-
dilanjutkan dengan melakukan perhitungan 2019; Pasal 18.8.2.1; Hal-392 untuk desain struktur
kebutuhan tulangan geser pada kolom. Adapun SRPMK. Tujuan utama proses ini adalah
berikut hasil perhitungan yang sudah dilakukan menganalisa gaya geser balok yang nantinya akan
pada perencanaan kali ini : digunakan untuk menghitung gaya geser kolom.
Maka dari itu proses analisis kapasitas akan
Tabel 9. Hasil Analisa Tulangan Transversal dilakukan dari dua arah X & Y serta dalam kondisi
Kolom beban gempa bolak-balik.. Proses perhitungan ini
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) sudah dilakukan pada analisa kapasitas balok
sebelumnya, berikut hasil analisisnya:
Dimensi - Kapasitas Momen Arah X
Nama Jenis
Kolom Tulangan Transversal ΣMnb-x Kiri = 1348,043 kN.m
Kolom Kolom
(mm)
ΣMnb-x Kanan = 1348,043 kN.m
K1 Persegi 900x900 6Ø13-100 4Ø13-150
K2 Bulat D-900 Ø13-55 Ø13-75
- Kapasitas Momen Arah Y
K3 Persegi 350x350 2Ø13-150 2Ø13-150 ΣMnb-y Kiri = 716,3225 kN.m
ΣMnb-y Kanan = 1086,3215 kN.m
4. Fondasi 2. Gaya Geser Pada Kolom
Fondasi harus direncanakan mampu Perhitungan gaya geser pada kolom akan
mendukung beban konstruksi tanpa mengalami berdasarkan kapasitas momen terbesar dari masing-
keruntuhan geser dan penurunan fondasi yang masing arahnya. Berikut tahapan perhitungannya :
terjadi harus dalam batas yang diizinkan. Berikut Gaya Geser Kolom
beberapa tahapan dalam perencanaan fondasi : Arah X
∑ 𝑴𝒏𝒃−𝒙
- Menganalisa daya dukung izin tekan Mu-x = = 674,0215 kN.m
𝟐
menggunakan nilai N-SPT dengan hasil Vu-x =
𝑴𝒖−𝒙
= 149,7826 kN
kedalaman yang dapat mendukung daya dukung 𝑳𝒏
izin adalah 29 m – 31 m. Arah Y
∑ 𝑴𝒏𝒃−𝒚
- Perencanaan dimensi pile cap. Mu-y = = 543,1608 kN.m
𝟐
- Menganalisa kapasitas tiang pancang baik Vu-y = 𝑳𝒏
𝑴𝒖−𝒚
= 120,7024 kN
kapasitas per tiang maupun kapasitas kelompok
tiangnya. Gaya Tarik Tulangan Balok HBK
- Melakukan analisa punching shear pada kondisi Tulangan Arah X
satu arah dan dua arah. TB1 (6D25) = As . 1,25 fy / 1000
- Melakukan analisa kebutuhan dan dimensi = (2945,2431) . ((1,25) . (420)) /1000
tulangan pile cap. = 1546,2526 kN
TB3 (3D25) = As . 1,25 fy / 1000
Tabel 10. Hasil Analisa Dimensi Pile Cap = (1472,6216) . ((1,25) . (420))
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) = 773,1263 kN
Tulangan Arah Y
Dimensi Pile Cap TB2 (3D22) = As . 1,25 fy / 1000
Jenis Jumlah Pile = (1140,3981) . ((1,25) . (420)) /1000
P L h
PC 1 4 2,6 2,6 0,9 = 1546,2526 kN
PC 2 4 2,2 2,2 0,7 TB4 (6D25) = As . 1,25 fy / 1000
PC 3 2 1 1,8 0,6 = (2945,2431) . ((1,25) . (420))/1000
= 1546,2526 kN

8
Gaya Geser Pada Inti HBK Kuat Geser Beton
Arah X 𝑁𝑢
Vc = 0,17 . (1 + 14 . 𝐴𝑔) . 𝜆. √𝑓𝑐 ′ . 𝑏 . 𝑑
( 59,8491).(1000)
= (0,17).(1 + 14 . (810000)
).(1).(√25).(900)
.(828,5)
= 633805,845 N
= 633,8058 kN
Kuat Geser Tulangan
(𝑉𝑢−𝜙𝑉𝑐)
Vs = 𝜙

((2169,5964)−(0,75).(633,8058))
= 0,75
= 2258,9894 kN
Luas Tulangan Geser HBK
Desain tulangan geser HBK akan
Gambar 4. Analisa Gaya Pada HBK Arah X menggunakan mutu baja (fys = 420 MPa) dan
(Gempa Kiri) tulangan berdiameter (ØHBK = 19 mm) yang lebih
(Sumber : Hasil Analisa; 2023) besar dibandingankan tulangan geser kolom.

Vux = TB1 + TB3 – Vu-x Av = ((Vs . s))/((fys . d))


= (1546,2526) + (773,1263) + (149,7826) = ((2258,9894).(100))/((420).(828,5))
= 2169,5964 kN = 649,1908 mm2
Arah Y Dengan :
Gaya Aksial (Nu) = 59,8491 kN
Jarak antar tulangan (s) = 100 mm
Tinggi Efektif (d) = 828,5 mm
Luas 1 Tulangan (Avtulangan) = 283,5287 mm2

Sehingga jumlah tulangan geser yang


digunakan adalah:
𝐴𝑣
n = 𝐴𝑣
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
649,1908
= 283,5287
= 2.2897 ≈6 Buah
Mengikuti persyaratan kolom pada SNI 2847-
2019; Pasal 18.7.5.2; Hal-387. Maka diperoleh
Gambar 5. Analisa Gaya Pada HBK Arah Y desain tulangan geser pada daerah HBK adalah 6
(Gempa Kanan) Ø19-100 mm.
(Sumber : Hasil Analisa; 2023)
Vuy = TB2 + TB4 – Vu-y V. KESIMPULAN DAN SARAN
= (598,709) + (1546,2526) + (120,7024)
= 2024,2592 kN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan
Sehingga : yang telah dilakukan, dapat dirangkum menjadi
Vupakai = Max (Vux; Vuy) beberapa poin utama sebagai berikut :
= 2169,5964 kN 1. Tahapan-tahapan dalam melakukan perencanaan
3. Perhitungan Gaya Geser Nominal HBK struktur bangunan adalah mengumpulkan data
Perhitungan kuat geser nominal (Vn) dari perencanaan yang dibutuhkan, melakukan
HBK untuk struktur SRPMK harus berdasarkan perencanaan pendahuluan, melakukan pemodelan
SNI 2847-2019; Pasal 18.8.4.1; Hal-395. struktur, melakukan analisa struktur terhadap
perilakunya, perencanaan detail struktur berupa
Vn = 1,7 . 𝜆 . √𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑗
penulangan pada elemen strukturnya, dan
= (1,7) . (1) . (√25) . (810000) melakukan perencanaan fondasi.
= 6885 kN 2. Semua elemen struktur direncanakan secara khusus
4. Perhitungan Tulangan Geser Pada HBK dengan memperhatikan persyaratan pada SNI
Perhitungan tulangan geser pada HBK tentang perencanaan dengan sistem SRPMK
struktur khusus (SRPMK) mengacu pada SNI
2847-2019; 18.8.3; Hal- 394.

9
3. Perencanaan tulangan pada inti HBK berdasarkan Fadli, M. Hamzah. (2015). Aplikasi ETABS Pada
gaya geser yang terjadi pada inti HBK. Adapun Perancangan Gedung 15 Lantai dengan
gaya-gaya yang berpengaruh pada gaya geser pada Struktur Beton Bertulang Menggunakan
inti HBK adalah gaya geser kolom hasil analisa Sistem Ganda (Dual System) Sebagai
kapasitas momen balok dan gaya tarik tulangan Penahan Beban Gempa Sesuai Standard Code
pada balok HBK. SNI 1726:2012. Jakarta.
4. Output dari perencanaan HBK berupa tulangan Lesmana, Yudha. (2020). Handbook Desain Struktur
geser yang akan dipasang pada inti / daerah tengah Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2019.
hubungan balok kolom, yang pada perencanaan Makassar : Nas Media Pustaka (IKAPI).
kali ini diperoleh tulangan 6 Ø19-100 mm. Lesmana, Yudha. (2020). Handbook Prosedur Analisa
Beban Gempa Struktur Bangunan Gedung
Saran Berdasarkan SNI 1726-2019. Makassar : Nas
Beberapa saran yang dapat penulis berikan Media Pustaka (IKAPI).
dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat Lesmana, Yudha. (2021). Handbook Analisa dan
adalah sebagai berikut : Desain Struktur Tahan Gempa Beton
1. Perencanaan struktur sebaiknya dilakukan setelah Bertulang (SRPMB, SRPMM, SRPMK)
mendapatkan data-data yang dibutuhkan secara Berdasarkan SNI 2847-2019 & 1726-2019.
lengkap. Data-data berikut adalah gambar desain Makassar : Nas Media Pustaka (IKAPI).
bangunan baik dari gambar denah arsitektural, Pamungkas, Anugrah. (2021). Contoh Laporan
gambar potongan bangunan, seta data tanah. Perencanaan Struktur Gedung Beton
2. Perencana harus memahami alur perhitungan dan Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen
susunan perencanaan struktur bangunan. Khusus (SRPMK) Sesuai SNI-1727:2020,
3. Pada proses perencanaan sebaiknya lebih SNI-1726:2019, SNI-2847:2019. Yogyakarta
memperhatikan tata letak struktur seperti : Deepublish.
perletakan balok, kolom, dan fondasi. Hal ini Pratiwi, Adella. (2022). Perencanaan Struktur Beton
bertujuan agar perencanaan yang dilakukan dapat Bertulang Gedung 7 Lantai Tahan Gempa
menghasilkan hasil yang maksimal, efisien, dan Lokasi Jalan Letjend Suparto Kota Pontianak.
ekonomis. Pontianak : Universitas Tanjungpura.
4. Penulis yang menggunakan bantuan program Puspabella, Fany. (2022). Perhitungan Struktur Beton
untuk melakukan perhitungan struktur sebaiknya Bertulang Gedung 7 Lantai Sekolah Santu
memahami secara terperinci fitur-fitur pada Petrus dengan Sistem Rangka Pemikul
program, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam Momen. Pontianak : Universitas
pemodelan elemen struktur yang merupakan dasar Tanjungpura.
dari program dalam melakukan perhitungan.
5. Penggunaan acuan standarisasi dalam perencanaan
sebaiknya meggunakan versi terbaru sesuai
dengan lokasi perencanaan yang berlaku.
6. Perbanyak pengumpulan refrensi baik jurnal,
buku, dan literatur lainnya. Hal ini dikarenakan
pada proses perencanaan dan perhitungan elemen
struktur banyak menggunakan metode pendekatan
serta trial and error untuk menemukan hasil yang
maksimal.

REFERENSI
Badan Standarisasi Nasional. (2017). Baja Tulangan
Beton (SNI 2052:2017). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan (SNI 2847-2019). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 1726 : 2019). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2020). Beban Minimum
untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain (SNI 1727 : 2020). Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai