Anda di halaman 1dari 29

RENCANA KERJA DAN SYARAT-

SYARAT

PEDOMAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

PENDAHULUAN

Pedoman ini memberikan petunjuk pelaksanaan langkah demi langkah dimana pada
setiap langkah dijelaskan secara terperinci dengan sketsa termasuk peralatan bantu
yang digunakan untuk langkah tersebut sebagai dasar pelaksanaan agar umur rencana
jembatan ( 2 Tahun ) dapat tercapai.

Oleh karenanya membaca petunjuk-petunjuk ini sebelum melaksanakan akan sangat


membantu kelancaran pelaksanaannya.

Tata cara / petunjuk ini meliputi pelaksanaan bangunan atas, bangunan bawah dan
pondasi jembatan gantung untuk lalu lintas pejalan kaki dengan bentang utama
maksimum 120 m.

PERSYARATAN

Persyaratan-persyaratan yang perlu dipedomani :


Jembatan gantung terutama digunakan dalam pelintasan jurang yang kondisinya tidak
memungkinkan untuk pelaksanaan pembuatan pilar pada sungai / jurang.

Pada setiap jembatan gantung untuk pejalan kaki, perlu dipasang tanda peringatan agar
barisan / cara berjalan adalah dengan langkah biasa dan hendaknya satu persatu.

Jembatan gantung adalah rangkaian gelagar sederhana yang dipikul oleh batang
penggantung, sedang kabel utama dipikul oleh menara untuk berdiri tegak dan ditahan
oleh blok angker.

Jembatan gantung tidak dapat menerima beban-beban hentakan secara bersama-sama


dan kontinyu dengan irama tetap.

Hal 1
Tidak dibenarkan ada group orang melakukan baris berbaris di atas jembatan.

PROSEDUR PELAKSANAAN

Berikut ini langkah demi langkah yang dianjurkan untuk diikuti dalam pelaksanaan di
lapangan. Sebelum memulai langkah pertama, demi kelancaran pekerjaan dianjurkan
untuk mengadakan pengecekan secara menyeluruh sebagai berikut :

(a) Periksa semua bahan yang perlu disediakan setempat.


(b) Periksa dan cek semua peralatan bantu yang diperlukan.
(c) Baca pedoman / petunjuk secara menyeluruh untuk mendapatkan gambaran umum
cara pemasangan.
(d) Cocokan mur dan baut / pasangannya masing - masing, terutama mur untuk hanger
(penggantung) harus dikerjakan khusus agar lancar dalam pemasangan.

Dianjurkan untuk tidak memulai pekerjaan bila masih ada kekurangan bahan,
komponen atau alat tersebut di atas, karena akan sangat menggangu kelancaran
pelaksanaan.

Apabila segala sesuatu telah siap, selanjutnya ikutilah prosedur berikut ini.

1. Menyiapkan Pondasi dan Angkur / Angker.

Sebelum memulai mengali tanah untuk pondasi, perlu pertimbangan beberapa hal
dalam menempatkan jembatan gantung dan kaitnya dengan medan yang dijumpai
di lapangan.

1. Arah jembatan usahakan melintang sungai/tebing dengan arah 90, dengan


kata lain cari jarak terpendek.
2. Tempatkan pondasi tiang pada bagian tanah yang sudah stabil (lereng alami /
tanah asli) dan pada bagian sungai yang lurus, untuk menghindari erosi air
sungai terhadap tanah di tepi sungai.
3. Sedapat mungkin usahakan jarak tepi pondasi paling dekat dengan tepi sungai,
mempunyai jarak yang cukup aman terhadap erosi / longsor ( 3.00 - 5.00 m).
4. Pada dasar pondasi Tiang Vilon maupun pondasi Angkur pancangkan kayu
Kayu Klas I 10/10 panjang 2 m dengan menggunakan alat pancang mekanis
atau manual.
5. Sebelum pengecoran pondasi pasang rakitan tulangan dengan dimensi dan
diameter tulangan sesuai pada gambar kerja.
6. Untuk pondasi angkur sebelum perakitan tulangan dipasang, pancang dulu
baja profil canal NP 20/26 sesuaikan dengan baja profil tiang vilon untuk

Hal 2
pengaku angkur sling yang kemiringannya sesuaikan dengan jarak dan
ketinggian tiang vilon
7. Pada pondasi tiang vilon kita pasang baut sebagai landasan tiang vilon yang
dilengkapi dengan plat baja tebal 10 mm.
8. Pada kaki tiang vilon pasang juga plat baja tebal 10 mm diberi pengaku dari
plat baja (lihat gambar rencana).

Bahan baja yang digunakan pada angkur adalah baja yang memiliki mutu baja
minimal U-22 dimana tegangan tarik dan tekan ultimate adalah 1910 kg/cm2.

Petunjuk yang terdapat dalam Metode Pelaksanaan berikut adalah merupakan


pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut dan masih dapat dikembangkan
sesuai kondisi masing-masing tempat.

2. Merakit dan Mendirikan Tiang.

Perlu diketahui bahwa akibat pertimbangan teknis, desain, kaki kolom (vilon)
direncanakan untuk mengatasi kelemahan yang ada yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
Bahan untuk tiang vilon menggunakan baja profil C NP 20 atau C NP 26 dengan
suai juga menggunakan bahan yang sama (lihat gambar rencana).
Hubungan antara sambungan Tiang dan suai-suai dilengkapi dengan plat baja
tebal 10 mm yang dipasang dengan cara dilas dan menggunakan Baut serta mur
yang disuaikan dengan sambungan tersebut (lihat gambar rencana).
Selanjutnya ikuti petunjuk-petunjuk yang tertera dalam daftar metode
pelaksanaan.

3. Memasang Kabel Utama, Penyetelan Angkur dan Klem Gantung.

1. Ikatkan pada ujung kabel utama dengan tambang / tali manila  5/8" panjang
65 m dan ditarik ke seberang sesuai dengan sarana penyeberangan disesuaikan
dengan keadaan medan.
2. Tarik dengan katrol sehingga ujung kabel utama sampai di seberang.
3. Masukan angkur baut dan pasang ke angkur yang telah tertanam di beton pada
kedua belah ujungnya.
4. Tarik / angkat dengan katrol sehingga kabel meletak pada kedudukannya di
atas tiang penyangga.
5. Stel angkur dan kabel sehingga lengkung kabel sesuai kedudukan
lengkungannya. Untuk menentukan kedudukan lengkungan kabel utama (naik
20 cm) dengan cara sederhana sebagai berikut :

Hal 3
a. ukur dari sepatu Vilon ke atas setinggi antara 1,20 m s/d 1,60 m di kedua
tiang penyangga dan diberi mistar, waterpass / mendatar garis pandangan
dari mistar pada tiang penyangga satu dengan tiang penyangga di seberang
menjadi garis visir sekaligus arah garis nivo.
b. Kedudukan lengkung kabel terbawah harus menyinggung garis visir
tersebut.

4. Memasang Rangka Lantai Jembatan, Klem dan Hanger pada Kabel Utama.

1. Siapkan batang peluncur, yang kedua ujungnya mengait dengan kabel utama
dan dapat dikendalikan dengan tali / tambang dengan kerekan yang dikaitkan
pada ambang atas (melintang) tiang penyangga.
2. Buat tangga gantung dari tali / tambang seperti tangga tali pada kapal-kapal
laut.
3. Ikatkan ujung tangga tali pada batang peluncur yang dapat digerakan /
dikendalikan menurut kedudukan yang dikehendaki dan ujung tali yang lain
masih dapat didaratkan atau pada rangka yang sudah terpasang.
4. Pasang klem dan hanger pada kabel utama dengan sarana memanjat tangga
tali tersebut.
5. Siapkan rakitan pertama rangka lantai dengan satu ujung depan doubel batang
melintang lengkap dengan plat kopel / plat penggantung, sedangkan ujung
belakang satu batang melintang rangka lantai pertama diperkirakan masih di
daratan.
6. Masukan ujung hanger (terlebih dahulu dipasang mur dan ring) pada lubang
dan plat penggantung, kemudian dipasang mur.
7. Untuk memasang rangka lantai kedua dan seterusnya (sudah di atas sungai)
dengan cara sebagai berikut :

a. Ulur batang peluncur yang telah terkait ujung tangga tali sampai pada
kedudukan yang dikehendaki .
b. Pasang klem dan hanger seperti pada langkah 4.
c. Siapkan rakitan rangka lantai dengan satu ujung depan doubel batang
melintang lengkap dengan plat kopel / plat penggantung, sedang ujung
lainnya (belakang) tanpa batang melintang.
d. Masukan ujung batang penggantung pada lubang plat penggantung
kemudian dipasang mur.
e. Lepaskan perlahan-lahan sehingga batang melintang terdorong ke depan
dan ujung batang memanjang dapat dibaut dengan rangka yang sudah
terpasang.

Sudah barang tentu pemasangan rangka lantai tersebut memerlukan papan-


papan pertolongan untuk menambah pijakan tenaga kerja.

Hal 4
8. pilih batang melintang yang ada lubang angkur ikatan angin untuk dipasang
pada rakitan lantai dari kedua ujung sisi jembatan.
9. Dianjurkan pemasangan rangka lantai sedapat mungkin dikerjakan dari kedua
arah.
10. Stel tinggi rendahnya rangka lantai dengan jalan :

a. Mengencangkan kabel.
b. Menyetel mur pada ujung hanger.

5. Memasang Kabel Angin

1. Siapakan angkur / jarum keras yang lubangnya nanti untuk dipasangi kabel
angin di rakitan lantai dasar dari kedua belah ujung jembatan yang mana
sebaiknya membentuk sudut 45 derajat dengan sisi jembatan.
2. Pasang kabel angin pada angkur terpasang di dua sisi jembatan.
3. Masukan angkur ring penuh ke rakitan lantai ke angkur ikatan angin yang
telah tertanam dalam angkur blok kabel angin.
4. Setelah terpasang keempat - empatnya, stel kabel angin tersebut dengan cara
memutar angkur / jarum keras sehingga kedudukan rangka lantai simetris dan
kabel angin telah kencang.

6. Memasang Sandaran / Pagar (lihat gambar rencana)

a. Sandaran / pagar dari besi / Kayu

1. Pasang sandaran dari besi / kayu pada rangkaian lantai yang tersedia lubang-
lubang untuk sandaran.
2. Setelah terpasang semua, luruskan sandaran tersebut kemudian baut
dikencangkan sampai sandaran tersebut bila didorong tidak bergoyang.
3. Pemasangan tiang sandaran tiap 1 m dan suai sandaran dipasang tiap 2 m
4. Suai sandaran terbuat dari Baja siku 40.40.5 yang dihubungkan dengan sloof
gantung Baja Profil UNP 8. Gunakan baut + mur + ring untuk pengaku suai.

b. Sandaran / pagar dari Kawat

Hal 5
1. Pasangan sandaran pada jembatan ini tidak ada, hanya dipasangi kawat putih
biasa dengan diameter 0.5 mm yang diikat dengan klam pada besi
penggantung sloof
2. Pemasangan antara kawat ke kawat ± 30 cm atau disesuaikan dengan bentang
jembatan.

7. Memasang Papan Lantai

1. Papan lantai sebelum dipasang dibor dulu untuk lubang baut pengait.
2. Potong papan tersebut dibagian yang terkena gangguan tiang sandaran dan
plat kopel rangka lantai.
3. Pasang papan mengait pada batang memanjang rangka lantai.

PEMERIKSAAN DAN TESTING

Setelah perakitan dan pemasangan jembatan selesai dianjurkan untuk mengadakan


pemerikasan dan pengetesan sederhana sebagai berikut :

1. Periksa kembali ukuran-ukuran utama jembatan yang jelas, buat daftar


penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, kemudian dibuat gambar jembatan
terpasang (as built drawing).
2. Periksa kembali kekencangan semua baut klem pengikat kabel utama spanscrew.
3. Periksa kabel utama apakah telah berada pada dudukanya yang benar diatas tiang
penyangga, lumaskan dudukan beserta kabelnya dengan grease untuk mengurangi
keausan akibat gesekan.
4. Ukurlah kerataan lantai jembatan, stel kembali baut hanger bawah bila lantai
belum rata. Setelah penyetelan ini dianjurkan semua baut yang mudah dijangkau
orang dijamin dengan kontra mur atau dengan merusak sedikit dratnya.
5. Test jembatan untuk goyangan ke samping, stel dengan spanscrew pada keempat
angkur blok dari kabel angin.
6. Periksa kembali kekencangan semua baut-baut. Penggunaan kunci momen tidak
mutlak perlu. Panjang kunci yang diputar dengan kekuatan orang normal dianggap
telah memadai. Yang penting dicatat adalah dilarang menambah panjang kunci
dengan pipa atau alat lainnya karena bisa menbuat overloaded atau kelebihan
beban.
7. Periksa semua cat komponen jembatan. Apabila ada yang lecet atau kurang
sempurna, adakan pengecatan tambahan.

PEMELIHARAAN

Hal 6
Pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur jembatan dan dapat menjaga
berfungsinya jembatan sesuai yang diharapkan (Umur rencana jembatan 2 tahun).
Pemeliharaan rutin juga dimaksudkan mengetahui kemungkinan akan terjadinya
kerusakan sebelum kerusakan tersebut menimbulkan bahaya.
Pemeliharaan yang bersifat preventif / pencegahan adalah menjaga jembatan agar tidak
dibebani diluar batas yang diijinkan.

Pemeliharaan rutin disarankan pada hal-hal tesebut dibawah ini :

1. Pencegahan terhadap kerusakan karena karat.

a. Periksa secara rutin angkur dan lumasi baut-bautnya dengan grease/gemuk agar
tidak berkarat. Pemberiaan gemuk pada sepanjang kabel harus dilakukan
sebelum gemuk terkelupas.

b. Pengecatan kembali secara periodik terhadap semua komponen yang perlu dicat
jangan sampai ada permukaan komponen yang tidak tertutup cat.
c. Pencegahan terlepasnya mur-mur penting.
2. Mur baut perlu diperiksa secara rutin dan kencangkanlah bila ada yang kendor.
Baut yang harus sering diperiksa :

a. Baut-baut klem hanger pada balok kabel utama.


b. Baut-baut pengikat rangka lantai pada hanger.
c. Baut-baut pengikat sandaran .
d. Baut-baut lainnya.
3. Pengantian komponen karena keausan.

a. Gantilah papan lantai yang sudah rusak.


b. Periksa semua keadaan kabel utama dan kabel angin.
c. Kabel yang rusak dimulai dari lepasnya kawat-kawat dari ikatannya,
pemeriksaan dan pengamatan kabel terutama bagian atas dudukanya di puncak
tiang penyangga, lumasilah bagian ini secara teratur karena bagian ini sering
terjadi gesekan-gesekan.
4. Pemeliharaan tanah dan lingkungan jembatan.

a. Periksa kondisi tanah pada pondasi-pondasi khususnya pondasi angkur blok dan
tiang penyangga.
b. Periksa terhadap kemungkinan tanah longsor yang mengancam pondasi dan
segera lakukan tindakan pencegahan bila ada.
Masih banyak hal-hal detail yang bisa dilakukan dengan melihat kondisi setempat
untuk memperpanjang umur jembatan.

Hal 7
SPESIFIKASI TEKNIS

KEADAAN LAPANGAN
Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih
dahulu oleh direksi pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana.
Apabila tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis
kepada Direksi untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

PELAKSANAAN PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi, Persiapan bahan, peralatan dan tenaga kerja
a. Semua bahan peralatan, fasilitas kerja, pekerja dan sesuatu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dilapangan harus disediakan oleh
kontraktor
b. Mobilisasi tenaga kerja dan semua peralatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan alat bantu lainnya harus sesuai banyak dan
kapasitasnya, guna mencapai target dari jadwal yang direncanakan dalam
pelaksanaan
c. Rambu – rambu peringatan untuk memperlancar lalu lintas selama
pelaksanaan pekerjaan dilapangan harus disediakan oleh kontraktor
d. Kontraktor diwajibkan mendatangkan / menyediakan peralatan-peralatan
untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dilapangan sehingga pekerjaan
dapat selesai sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak.
Kontraktor tidak diperkenankan memulai sesuatu pekerjaan kalau
kebutuhan untuk pekerjaan yang dikerjakan tidak cukup tersedia, sesuai
urutan kegiatan pelaksanaan.

2. Pengukuran Situasi dan Pematokan

a. Untuk pekerjaan pengukuran situasi dan pematokan, perlu diperhatikan


rencana gambar dan bestek harus diketahui dan disetujui Proyek, Pengelola
Proyek dan Konsultan..
b. Hasil pematokan pada kondisi pekerjaan 0 %, 50 % dan 100 % agar
dilakukan dokumentasi foto untuk laporan proyek kepada direksi pekerjaan

3. Pembongkaran Struktur Lama

Hal 8
a. Pekerjaan ini mencakup pembongkaran, baik sebagian atau keseluruhan
dan pembuangan bangunan atau struktur lain yang dibongkar sehingga
memungkinkan pembangunan atau perluasan atau perbaikan struktur yang
mempunyai fungsi yang sama seperti struktur lama (atau bagian dari
struktur) yang dibongkar.
b. Seluruh bahan hasil bongkaran yang ditentukan direksi teknis untuk
diamankan harus segera diukur segera setelah pembongkaran dalam suatu
catatan tertulis mengenai data lokasi awal, sifat, kondisi dan kuantitas
bahan harus dilaporkan kepada direksi teknis.
c. Kontraktor berkewajiban mengamankan bahan hasil bongkaran.
d. Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan
pemilik tanah dan menanggung semua biaya, untuk memperoleh lokasi
yang sesuai untuk pembuangan akhir sisa bahan hasil bongkaran dan
penyimpanan sementara untuk bahan yang diamankan.
e. Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik pemilik sah sebelum
pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada bahan bongkaran yang akan
menjadi milik kontraktor.
f. Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana yang diminta
direksi teknik.
g. Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk diamankan dapat dikubur,
dibuang seperti disetujui direksi teknik.

4. Pembersihan Lokasi

a. Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan


dari Direksi Teknik (Konsultan / Pengawas Lapangan).
b. Pembersihan lokasi dikerjakan dengan tenaga manusia
c. Seluruh kerusakan termasuk pagar, saluran yang ada atau lainnya
yang terjadi saat pembersihan harus diperbaiki oleh Kontraktor dengan
tanggungan sendiri.

II. PEKERJAAN TANAH

1. GALIAN
1.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu. Biasanya diperlukan untuk pembuatan jalan air, parit, selokan,
pondasi, gorong-gorong, pembuangan tanah longsor atau bangunan lainnya,
untuk galian konstruksi.

Klasifikasi Galian :

Hal 9
 Galian Batu Adalah penggalian batu-batu besar dengan volume setengah
meter kubik atau lebih atau macam-macam bahan padat yang menyatu
dan keras yang menurut pendapat direksi tidak praktis untuk digali tanpa
alat kerja pneumatic, bor atau peledak, ini tidak termasuk bahan
batuan yang dapat dibuat lepas dan dipecah-pacah oleh penggaruk
hidrolis atau bulldozer.
 Semua penggalian lain akan dianggap sebagai galian biasa.

1.2. Pekerjaan Galian Tanah


a. Lokasi galian sebelum dilakukan penggalian tanah, lokasi dibersihkan
dari rumput-rumput.
b. Dimensi galian tanah disesuaikan dengan dimensi konstruksi pada
rencana dan gambar. Atau sesuai dengan petunjuk direksi teknis.
1.3. Pengukuran Dan Pembayaran

a. Pekerjaan galian akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik


(m3) sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan dan disetujui dan
dapat diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh
garis dan penampang melintang yang disetujui atau telah ditetapkan.
b. Setiap pekerjaan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak
boleh diukur atau dibayar.

2. URUGAN
2.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan
memadatkan tanah atau bahan berbutir yang disetujui, pengurugan kembali
bekas galian, galian disekeliling pipa atau struktur serta pengurugan sampai
kepada garis batas, kemiringan dan ketinggian penampang melintang yang
telah disetujui.

Klasifikasi Urugan :

 Urugan pilihan digunakan untuk kondisi tanah lunak dimana


diperlukan satu tanah urugan dengan plastisitas rendah (bahan bebutir)
dengan pemadatan yang tertentu.
 Urugan Biasa adalah urugan yang diperlukan untuk tujuan umum.

2.2. Pekerjaan Urugan Tanah / Pasir


a. Lokasi galian sebelum dilakukan pengurugan tanah / pasir, lokasi
dibersihkan dari sisa-sisa akar, batang atau bahan-bahan yang tidak
cocok

Hal 10
b. Urugan disiapkan sampai permukaan yang telah dibuat dan
ditebarkan dalam lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan
padat 20 cm.
c. Urugan tanah/pasir harus diangkut langsung dari quarry ketempat
penghamparan (dalam cuaca kering).
d. Segera setelah penempatan dan penebaran urugan, masing-masing
lapisan harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan yang cocok
yang disetujui direksi teknik.

2.3. Pengukuran Dan Pembayaran

a. Pekerjaan urugan akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik


(m3) sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan dan disetujui dan
dapat diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh
garis dan penampang melintang yang disetujui atau telah ditetapkan.
b. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume teoritis yang disetujui
tidak boleh diukur atau dibayar.

III. PEKERJAAN BETON

1. PEKERJAAN COR BETON

3.3. Umum
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton termasuk tulangan
sesuai spesifikasi dan sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.

3.3. Pekerjaan Galian Tanah


Sebelum melakukan pekerjaan galian tanah, Kontraktor harus memperhatikan
gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

3.4. Pekerjaan Pancangan

Sesudah melakukan pekerjaan galian tanah, dilanjutkan dengan pekerjaan


pancangan dengan menggunakan jenis kayu dengan ukuran yang telah
ditentukan di dalam kontrak dan gambar rencana, dimana kontraktor harus
memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

Hal 11
3.5. Pekerjaan Urugan

Urugan pasir dilaksanakan setelah pekerjaan galian tanah dan pekerjaan


pancangan. Dilanjutkan dengan Urugan pasir berguna sebagai bahan pengisi.
Urugan pasir setebal 10 cm padat yang diletakkan di bawah lantai kerja (beton
camp. 1 : 3 : 5), perhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik.

3.6. Pekerjaan Beton Cor

Pada pekerjaan beton menggunakan alat Concrete Mixer (mesin pengaduk


beton/mulan) sehingga didapat campuran yang merata.
a. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan beton harus memperhatikan
gambar bestek dan petunjuk Direksi Teknik di lapangan.
b. Bahan agregat pasir dan kerikil harus didatangkan dari tempat- tempat
yang telah disetujui mutunya oleh Konsultan / Pengawas Lapangan dan
harus memenuhi syarat-syarat PBI.1971 dan SKSNI T-15-1991-03, Bahan
tersebut harus benar-benar bersih.
c. Besar butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm - 31,5 mm.
d. Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen, maka agregat kerikil
harus dicuci.
e. Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4mm
f. Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen, maka agregat pasir harus dicuci.
g. Untuk membuktikan banyaknya kadar lumpur dilapangan, dapat
dilaksanakan dengan menggunakan gelas ukur. Gelas ukur tersebut diisi
dengan pasir atau kerikil sampai garis angka 100. Kemudian isikan air
sampai garis angka 200. Kocok gelas sampai airnya keruh dan
selanjutnya didiamkam sampai airnya bersih kembali. maka diatara pasir
atau kerikil akan terdapat lumpur yang akan dibuktikan banyaknya.
h. Kontraktor menyediakan dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaannya
sehingga tidak mengganggu kemajuan pekerjaan
i. Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8 dan harus berupa Portland
Cement sebagaimana dinyatakan dalam PBI-71
j. Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang
yang berlantai kering, tidak tembus air sedemikian rupa sehingga

Hal 12
terjamin tidak akan rusak dan / atau tercampur bahan lain yang dapat
merusak mutu beton pada saat pemakian semen.
k. Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru
datang, tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan
pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
l. Direksi berhak menolak semen yang terbukti tidak mememenuhi
persyaratan bahan semen tersebut.
m. Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan
lain yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
n. Bila terdapat keragu- raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
o. Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan
campuran beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.
p. Setelah bekisting terpasang, tulangan dirakit dan ditempatkan, lihat gambar
dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik
q. Bekisting harus dibersihkan dari bahan - bahan lain yang merusak mutu
beton, bekisting harus disiram air terlebih dahulu. Lubang - lubang yang
terdapat pada bekisting supaya ditutup sedemikian rupa, sehingga air
semen tidak dapat keluar.
r. Pekerjaan cor beton dilakukan dengan perbandingan 1 PC : 2 Pasir : 3
kerikil dan penggunaan air secukupnya jangan sampai kebanyakan
sehingga adukan menyerupai pasta.
s. Dimensi cor beton pada pondasi tiang vilon dan blok angker perhatikan
gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
t. Setelah sehari cor beton perlu dilakukan pemeliharaan dengan
menyiramkan air atau direndam dalam air supaya proses mengerasnya
beton dapat berjalan dengan sempurna.
u. Pada pengecoran beton, bahan campuran beton baru diaduk dengan mesin
pengaduk Molen sampai bahan beton bersatu menjadi satu warna.
v. Pengaturan, pengangkutan, pengukuran dan pengadukan bahan harus
mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan.
w. Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan
mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau menutup
permukaan beton dengan karung goni atau bahan yang lain yang dapat
basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan.
x. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan
obat pengering beton setelah mendapat ijin dari Direksi pekerjaan.

Hal 13
y. Beton baru dicor, apabila terjadi hujan turun harus ditutup / dilindungi
untuk untuk menghindari kerusakan permukaan yang lunak sebelum terjadi
pengerasan dan selama perawatan itu beton tidak boleh mendapat beban
yang berat.

1.6. Pengukuran dan Pembayaran

a. Pekerjaan cor beton akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
(m3) sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan dan disetujui dan
dapat diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh garis
dan penampang melintang yang disetujui atau telah ditetapkan.
b. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak
boleh diukur atau dibayar.

a. PASANGAN BATU UNTUK DPT (DINDING PENAHAN TANAH)

1.1. Umum

Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur (bangunan) menggunakan batu


muka pilihan yang disambungkan dalam adonan semen. Struktur demikian
akan direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang
datangnya dari luar serta akan meliputi tembok penahan tanah pasangan batu,
gorong-gorong persegi, kepala gorong-gorong dan dinding sayap.

1.2. Pekerjaan Galian Tanah

a. Lokasi galian sebelum dilakukan penggalian tanah, lokasi dibersihkan dari


rumput-rumput.
b. Dimensi galian tanah disesuaikan dengan dimensi konstruksi pada rencana
dan gambar. Atau sesuai dengan petunjuk direksi teknis

1.3. Pekerjaan Urugan Pasir

a. Dibawah rencana pasangan pondasi Batu ditimbun dengan pasir urug tebal
10 cm dan dipadatkan.

Hal 14
1.4. Pekerjaan Pasangan Batu

a. Bahan Batu, agregat pasir harus didatangkan dari tempat- tempat yang
telah disetujui mutunya oleh Konsultan/Pengawas Lapangan dan harus
memenuhi syarat-syarat PBI.1971 dan SKSNI T-15-1991-03
b. Pematokan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus sudah
diselesaikan sehingga disetujui direksi sebelum pekerjaan dimulai.
c. Dimensi pasangan batu sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk direksi
teknis, juga harus dipasang profil dari kayu sebagai acuan.
d. Pasangan Batu belah menggunakan batu quarry / batu gunung dan
direkatkan adonan yang terdiri dari semen portland dicampur agregat /
pasir dengan perbandingan 1 : 3.
e. Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8 dan harus berupa Portland
Cement sebagaimana dinyatakan dalam PBI-71
f. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan pasangan batu
adalah batas-batas antara 2 – 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai
keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga diantara batu
yang terpasang telah diisi sepenuhnya.
g. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat dan tidak lebih cepat dari 14 hari
setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan
dilaksanakan sebagaimana ditetapkan atau diperintahkan direksi.
h. Talud tebing dan bahu jalan disekitarnya akan dirapikan dan diselesaikan
sehingga memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah
penggerusan pada ujung-ujung bangunan.

1.5. Pengukuran Dan Pembayaran

a. Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m3)
sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan dan disetujui dan dapat
diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan
penampang melintang yang disetujui atau telah ditetapkan.
b. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak
boleh diukur atau dibayar.

Hal 15
IV. PEKERJAAN BESI / BAJA

2. PEKERJAAN BAJA PROFIL

2.1 Umum
Pekerjaan ini mencakup penyedian, pabrikasi, pemasangan dan pengecatan.
pelaksanaan seluruh struktur Baja Profil, Baja Pengaku, Plat Baja Buhul
termasuk pekerjaan pengelasan atau penyambungan dengan mur baut sesuai
spesifikasi dan sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.

2.2 Pekerjaan Rangka Vilon


Sebelum melakukan pekerjaan rangka vilon dimana dipergunakan Baja Profil
C NP 20/26, untuk sambungan buhul digunakan plat baja tebal 10 mm.
Kontraktor harus memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik.

2.3 Pekerjaan Sloff Gantung


Sebelum melakukan pekerjaan sloff gantung dimana dipergunakan Baja Profil
C NP 8, pengaku digunakan baja siku ukuran 40.40.5. Kontraktor harus
memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

3. PEKERJAAN KABEL BAJA

3.1 Umum
Pekerjaan ini mencakup penyedian, pemasangan dan. pelaksanaan pekerjaan
kabel baja sesuai spesifikasi dan sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.

3.2 Pekerjaan Kabel Utama


Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan kabel baja utama, Kontraktor harus
memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

Kabel Utama yang disiapkan / digunakan dalam pekerjaan ini adalah Steel
Wire Rope (Kabel Baja ) konstruksi 6 x 37 IWRC yang memiliki Syarat
minimal T/S : 160 kg/mm2.

Hal 16
3.3 Pekerjaan Kabel Angin

Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan kabel angin, Kontraktor harus


memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

Kabel Angin yang disiapkan / digunakan dalam pekerjaan ini adalah Steel
Wire Rope (Kabel Baja ) konstruksi 6 x 37 IWRC.

2.4. Memasang Gelagar dan plat landasan elastomer .

1. Siapkan Baja profil WF 200 x 100 dan CNP 15 (sesuai dengan gambar
kerja) yang telah dibuat perletakan sambungan boutmour. Dan UNP 8 dan
Siku 50.50.5
2. Buat perancah untuk membantu meluncurkan/menggantung profil baja
menyeberang sungai.
3. Pasang elastomer pada posisi dimana gelagar akan diletakkan.
4. Turunkan baja profil pada titik dudukan yang telah dipasang elastomer
dan dipasang boutmour.
5. Sambungkan gelagar baja dengan sambungan plat dan boutmour dan
dikunci rapat.
6. Untuk pengaku antara gelagar dipasang diafragma dengan baja [ NP 15
dan besi siku 50.50.5 dan diboutmur dengan kuat.
7. Setiap 2 m pada gelagar dipasang plat geser dan dilas dengan rapi, ukuran
sesuai dengan gambar.

2.5. Memasang Sandaran / Pagar (lihat gambar rencana)

Sandaran / pagar dari besi dari besi profil [ NP 8 dan Pipa galvanis Ø 2
Inchi

1. Pasang sandaran dari besi pada gelagar baja WF dan diboutmur dengan
kuat.
2. Setelah terpasang semua, luruskan sandaran tersebut kemudian baut
dikencangkan sampai sandaran tersebut bila didorong tidak bergoyang.
3. Pemasangan tiang sandaran dengan jarak disesuaikan pada gambar
rencana
4. Tiang Sandaran terbuat dari Baja [ NP 8 yang dihubungkan dengan pipa
galvanis Ø 2 Inchi yang dipasang menggunakan klam.

Hal 17
PEMERIKSAAN DAN TESTING

Setelah perakitan dan pemasangan jembatan selesai dianjurkan untuk


mengadakan pemerikasan dan pengetesan sederhana sebagai berikut :

1. Periksa kembali ukuran-ukuran utama jembatan yang jelas, buat daftar


penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, kemudian dibuat gambar
jembatan terpasang (as built drawing).
2. Periksa kembali kekencangan semua baut
3. Ukurlah kerataan lantai jembatan, stel kembali baut lantai yang belum
rata. Setelah penyetelan ini dianjurkan semua baut yang mudah
dijangkau orang dijamin dengan kontra mur atau dengan merusak
sedikit dratnya.
4. Periksa kembali kekencangan semua baut-baut. Penggunaan kunci
momen tidak mutlak perlu. Panjang kunci yang diputar dengan kekuatan
orang normal dianggap telah memadai. Yang penting dicatat adalah
dilarang menambah panjang kunci dengan pipa atau alat lainnya karena
bisa menbuat overloaded atau kelebihan beban.
5. Periksa semua cat komponen jembatan. Apabila ada yang lecet atau
kurang sempurna, adakan pengecatan tambahan.

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur jembatan dan dapat


menjaga berfungsinya jembatan sesuai yang diharapkan (Umur rencana
jembatan 2 tahun).
Pemeliharaan rutin juga dimaksudkan mengetahui kemungkinan akan
terjadinya kerusakan sebelum kerusakan tersebut menimbulkan bahaya.
Pemeliharaan yang bersifat preventif / pencegahan adalah menjaga jembatan
agar tidak dibebani diluar batas yang diijinkan.

Pemeliharaan rutin disarankan pada hal-hal tesebut dibawah ini :

1. Pencegahan terhadap kerusakan karena karat.

a. Pengecatan kembali secara periodik terhadap semua komponen yang


perlu dicat jangan sampai ada permukaan komponen yang tidak tertutup
cat.
b. Pencegahan terlepasnya mur-mur penting.
c. Mur baut perlu diperiksa secara rutin dan kencangkanlah bila ada yang
kendor.
Baut yang harus sering diperiksa :

a. Baut-baut Sambungan gelagar.

Hal 18
b. Baut-baut pengikat rangka lantai
c. Baut-baut pengikat sandaran .
d. Baut-baut lainnya.
3. Pengantian komponen karena keausan.

a. Gantilah papan lantai yang sudah rusak.


4. Pemeliharaan tanah dan lingkungan jembatan.

a. Periksa kondisi tanah pada pondasi-pondasi khususnya pondasi


jembatan.
b. Periksa terhadap kemungkinan tanah longsor yang mengancam pondasi
dan segera lakukan tindakan pencegahan bila ada.
Masih banyak hal-hal detail yang bisa dilakukan dengan melihat kondisi
setempat untuk memperpanjang umur jembatan.

4. PEKERJAAN BESI / BAJA UNTUK JEMBATAN PROFIL


BAJA

PEKERJAAN BAJA PROFIL

3.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup penyedian, pabrikasi, pemasangan dan pengecatan.
pelaksanaan seluruh struktur Baja Profil, Baja Pengaku, Plat Baja Buhul
termasuk pekerjaan pengelasan atau penyambungan dengan mur baut sesuai
spesifikasi dan sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.

3.2. Pekerjaan Gelagar Baja


Setelah melakukan pekerjaan pondasi dipasang gelagar Baja dimana
dipergunakan Baja Profil WF 200 x 100 dan CNP 15 dan Baja Siku 50.50.5
dan UNP 8 (sesuai dengan gambar), untuk sambungan buhul digunakan plat
baja tebal 10 mm. Kontraktor harus memperhatikan gambar dan bestek atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

3.3. Pekerjaan Balok Diafragma


Setelah melakukan pekerjaan gelagar dipasang balok diafragma dimana
dipergunakan Baja Profil C NP 15 dan Siku 70.70.7. Kontraktor harus
memperhatikan gambar dan bestek atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

Hal 19
3.4. Pekerjaan Sandaran
Pekerjaan sandaran dimana dipergunakan Baja Profil UNP 8 yang dipasang
dengan bout kegelagar baja dan pipa Galvanis Ø 2 “ dipasang untuk
menghubungkan antara tiang sandaran yang dipasang dengan klam boutmur
ketiang sandaran. Kontraktor harus memperhatikan gambar dan bestek atau
seperti yang diperintahkan

V. PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU


5.1 KONSTRUKSI KAYU BARU

5.1.1. Uraian

Pekerjaan terdiri dari pelaksanaan semua konstruksi kayu baru yang berhubungan
dengan jembatan kecuali untuk pekerjaan pancang kayu yang diuraikan pada bab.
5.2 dan dinding tiang turap kayu.

5.1.2. Bahan

a. Mutu Kayu
Semua kayu yang digunakan untuk pekerjaan jembatan harus sesuai dengan Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1961 dan disetujui oleh Direksi Teknik. Kayu
harus klas awet I yang dapat bertahan selama 2 (dua) tahun.

Untuk konstruksi sementara, kayu tidak memenuhi Spesifikasi boleh digunakan,


dengan persetujuan lebih dahulu Direksi Teknik.

b. Penyimpanan
Kayu yang dikirim ke lokasi pekerjaan harus ditumpuk dan diatur pada tempat tertentu
dan tidak diperbolehkan menyentuh tanah.

Kayu bulat harus ditimbun dengan cara sedemikian sehingga setiap batang kayu bebas
terhadap batang yang berdekatan dengan suatu jarak tidak kurang dari 7 cm.

Kayu gergajian harus ditimbun serupa dengan kayu bulat atau diatur tegak lurus pada
lapis dibawahnya atau dipisahkan dengan tumpukan untuk mencegah perubahan bentuk
kayu.

Kayu pada setiap lapis dipisahkan dari kayu-kayu yang berdampingan dengan jarak
horizontal paling sedikit 2 cm. Semua kayu yang ditumpuk pada ditempat pekerjaan
harus dilindungi dengan baik dan jika kayu tersebut rusak atau tidak sesuai untuk
digunakan, kayu tersebut akan ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor.

Hal 20
5.1.3. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan

Semua pekerjaan kayu jembatan harus dilaksanakan dengan cara yang sebaik-baiknya.
Kayu bulat tidak boleh diberikan bentuk lainnya. Dalam hal tidak ada instruksi yang
diberikan atau ditentukan mengenai banyaknya pemotongan, serutan, atau sambungan-
sambungan, maka masalah tersebut harus dikemukakan pada Direksi Teknik untuk
penentuannya. Semua sambungan harus dibuat dengan rapi agar diperoleh suatu
sambungan yang tepat tanpa mengunakan pasak atau pengikat.

Kecuali disyaratkan atau ditunjukan pada Gambar Rencana, maka sepotong kayu tidak
boleh ada sambungan, ujung-ujungnya harus dipotong tegak dan bidang kontak harus
berhubungan dengan baik.

Semua lubang untuk baut dan Sambunga-sambungan lain harus di bor dengan teliti.
Semua lubang pen dan sambungan-sambungan kayu harus dibentuk dengan tepat dan
rapat.

Lubang-lubang untuk baut harus dilubangi dengan mata bor yang diameternya 1 1/2
mm lebih besar dari diameter baut, kecuali lubang-lubang untuk baut pada lantai
jembatan yang harus mempunyai diameter yang sama dengan baut-baut yang
digunakan.

Lubang-lubang untuk paku jembatan yang berbentuk bujur sangkar harus mempunyai
diameter yang ukurannya sama dengan tebal tangkai paku. Dalam hal Gambar Rencana
menunjukan penggunaan alur, maka baut harus ditempatkan sedemikian sehingga alur
dapat bergerak mengikuti arah susutnya kayu.

Balok dengan penampang bujur sangkar / persegi panjang harus dipasang sedemikian
sehingga bagian-bagian yang paling jauh dari galih harus menghadap keluar. Galih
semua balok persegi / bujur sangkar harus ditempatkan sehingga menghadap ke bawah.

Semua tebal lantai jembatan yang tidak rata harus diratakan sampai seluruhnya rata
(level) sepanjang sisi kiri dan kanan jembatan, sehingga pemasangan yang kokoh dapat
dicapai untuk masing-masing balok kerb. Tepi gelagar yang bulat harus dibuat rata
untuk mendapatkan suatu permukaan yang datar pada papan lantai atau gelagar-gelagar
melintang.

b. Sambungan yang diikat dengan besi

Kecuali diisyaratkan lain pada Gambar Rencana, maka semua baut, paku-paku jalur,
plat, cincin penutup baut dan pekerjan besi lainnya harus berupa baja lunak yang
digalvanisasi.

Hal 21
Semua pekerjaan besi sebelum digunakan, harus disapu dan dibersihkan dan dicelup
dengan minyak atau bahan lain seperti yang disetujui oleh Direksi Teknik.

Baut harus mempunyai kepala yang bentuknya baik, bujur sangkar atau bulat, dengan
mur berbentuk bujur sangkar mempunyai ulir " whitworth" dengan ukuran standard.
Dimana panjang ulir paling sedikit 4 kali diameter bautnya. Semua mur harus cocok
betul-betul tanpa toleransi. Panjang baut seperti yang ditunjukan pada Gambar Rencana
harus menunjukkan panjang yang diperkirakan, dan Kontraktor harus menyediakan
baut dengan panjang yang tepat seperti yang diperlukan. Ujung-ujung baut tidak boleh
lebih dari setengah diameter yang tertanam melampaui mur.

Cincin penutup bujur sangkar harus digunakan di bawah semua mur dan baut.

Jika baut ditempatkan dalam lubang yang bulat atau bujur sangkar, baut harus
dilengkapi juga dengan cincin penutup. Semua lekuk kepala baut yang terbenam harus
diisi dengan campuran aspal pasir untuk mencegah masuknya air. Ukuran cincin
penutup baut harus sesuai dengan tabel 5.1.1 berikut :

TABEL 5.1.1
UKURAN BAUT DAN RING

TEBAL DIAMETER ( INCHI)


DIAMETER
( INCHI) ( INCHI) LUAR LUBANG

1/2 1/8 1 1/2 9/16


5/8 3/16 2 11/16
3/4 3/16 2 1/2 13/16
7/8 1/4 3 1
1 1/4 3 1/2 1 1/8
1 1/2 5/16 4 1 3/8

Catatan Pemasangan ganjalan kayu di bawah baut atau mur tidak diizinkan

c. Perlindungan di Daerah Pasang Surut

Kolom-kolom pada daerah pasang surut harus dilindungi seperti yang ditunjukan pada
Gambar Rencana terhadap organisme laut dengan menggunakan pembungkus beton
atau menggunakan bahan pencegah lain yang telah disetujui oleh Deriksi Teknik.

Hal 22
d. Perlindungan dengan "Petroleum Jelly"

Ujung-ujung semua pekerjaan jembatan kayu harus dilapisi dengan "Petroleum Jelly"
yang dipanaskan atau bahan-bahan lain yang disetujui oleh Deriksi Teknik segera
sesudah kayu diserahkan ditempat pekerjaan. Ujung-ujung setiap batang yang telah
dipotong menurut ukuran yang diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan juga harus
diperlakukan dengan cara yang sama seperti yang tersebut di atas.

e. Minyak Pengawet Kayu

Kecuali pada bagian-bagian yang memerlukan pengecatan, pelapisan dengan tir atau
pengawet dengan "petroleum Jelly" maka semua permukaan kayu harus diberi 2 lapis
creosote sebelum pemasangan pada posisinya.
Setiap pekerjaan penyelesaian pada sambungan kayu harus diberi perhatian khusus
dengan mengawetkan kedua ujung sambungan itu dengan minyak creosote. Semua
bagian yang di tutup dengan minyak creosote harus diselesaikan lebih dulu sebelum
pekerjaan pengecatan dan masing-masing bagian tidak boleh diminyaki selama atau
segera sesudah hujan atau selama permukaan kayu masih lembab/basah. Setiap
pemakaian minyak creosote pada bagian yang sama harus diberi waktu selang paling
sedikit 48 jam.

Semua lubang baut yang dibor sesudah pengawetan harus diawetkan dengan minyak
creosote dengan menggunakan alat penyemprot lubang bor bertekanan yang telah
disetujui. Setiap lubang yang belum terisi, sesudah diberi minyak creosote, harus
disumbat dengan sumbat creosote.

f. Penggunaan Ter pada Lantai Kayu

Permukaan atas lantai jembatan harus diberi lapis ter batubara (koolter), yang akan
dipakai pada kondisi panas, sesudah itu disiram dengan lapisan tipis pasir kasar dan
bersih.

Permukaan balok yang tertutup dengan penutup logam harus juga diberi ter sebelum
pemasangan. Semua pemakaian ter harus diakhiri sebelum mulai pengecatan dan ter
tidak boleh dipakai selama atau segera sesudah hujan atau selama permukaan kayu
masih basah.

5.1.4. Cara Pengukuran

Kuantitas pekerjaan kayu yang dibayar ialah jumlah meter kubik pekerjaan kayu yang
sudah dipasang, diawetkan dan telah diselesaikan sesuai dengan spesifikasi serta
diterima oleh Direksi Teknik.

Hal 23
5.1.5. Cara Pembayaran

Jumlah yang ditentukan seperti yang telah diuraikan diatas, harus dibayar dengan harga
satuan pada kontrak tiap satuan yang diukur untuk mata persyaratan seperti daftar di
bawah yang harga dan pembayaranya harus dibayar penuh untuk gaji, bahan, peralatan
dan lain-lain yang perlu untuk mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik.

KONSTRUKSI KAYU BARU

SATUAN
NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN URAIAN
PENGUKURAN

5.1.1. Menyediakan, membuat dan memasang


gelagar atau rangka jembatan kayu kelas I Meter kubik
(mutu kayu awet)

5.1.2. Menyediakan, membuat dan memasang


papan lantai kayu dan jalur roda kelas I Meter kubik
(mutu kayu awet)

5.1.3. Menyediakan, membuat dan memasang


kepala jembatan, dinding sayap dan pilar Meter kubik
kelas I (mutu kayu awet)

5.1.4. Kayu untuk pagar pengaman dan tonggak Meter kubik


kelas I (mutu kayu awet)

5.2. PERBAIKAN KONSTRUKSI KAYU

5.2.1. Uraian

Pekerjaan yang tercakup pada bab ini berupa perbaikan kerusakan / cacat pada
konstruksi jembatan kayu yang ada (sebagian dari pengawetan - ulang ), seperti
perbaikan setempat pada bagian-bagian kayu yang rusak atau busuk (bagian-bagian
lainnya atau seluh batang).

Akan dimasukan pada hal-hal mengenai pembuangan bagian-bagian yang rusak,


pengantian dan penyediaan kayu yang baru serta pemasangan semua sengkang baja
yang diperlukan, plat dan baut. Untuk seluruh perbaikan setempat lain-lainnya semacam
itu. Deriksi Teknis akan mengeluarkan instruksi yang sesuai termasuk semua gambar
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

Hal 24
5.2.2. Bahan

Bahan dan pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan uraian untuk konstruksi kayu
baru di dalam spesifikasi ini.

5.2.3. Pelaksanaan
a. Cara memperbaiki
Perbaikan konsrtuksi kayu yang ada harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
umum dan keterampilan kerja yang diuraikan .Semua komponen kayu yang rusak
termasuk baut, ring, dan perangkat keras lainnya harus diganti seperti yang ditunjukan
pada gambar khusus atau petunjuk Direksi Teknis.

b. Tindakan Pengamanan Jembatan


Kontraktor harus sepenuhnya mengambil tindakan pencegahan melindungi stabilitas
konstruksi dan kekuatan konstruksi jembatan selama pekerjaan perbaikan termasuk
keamanan setiap lalu lintas yang menggunakan jembatan. Perhitungan konstruksi
menentukan kekuatan dan kemampuan kapasitas jembatan.
Kontraktor harus memahami bahwa kapasitas beban jembatan gantung ini memiliki
kemampuan menahan beban maksimal 25 orang dewasa dan memasang tanda
peringatan bagi pengguna jembatan saat jembatan tersebut mulai difungsikan sesuai
dengan kapasitasnya.

c. Pekerjaan Sementara
Perancah sementara yang digunakan untuk pekerjaan perbaikan biasanya termasuk pada
pekerjaan pengawetan ulang. Semua pekerjaan sementara seperti penyokong sementara
dan lain-lain harus disediakan oleh Kontraktor sebagai bagian dari pekerjaan ini.

5.2.4. Cara Pengukuran


Kuantitas dari komponen kayu yang diganti dan diukur untuk pembayaran ialah jumlah
meter kubik kayu yang dipasang ditempat dan selesai. Perangkat keras seperti paku,
baut, pasak, cincin penutup, plat dan sengkang.baja skrup "log" harus diukur secara
terpisah untuk pembayaran dan berdasarkan berat dalam kilogram yang dipasang.
Semua harus sesuai dengan spesifikasi dan telah diterima oleh Deriksi Teknik.

5.2.5. Cara Pembayaran

Jumlah yang ditentukan seperti yang diuraikan diatas, harus dibayar dengan harga
satuan pada kontrak tiap satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar di
bawah yang harga dan pembayaran harus dibayar penuh untuk gajih, bahan,
alat/peralatan dan pekerjaan lain-lain yang perlu untuk mencapai pekerjaan berkualitas
baik.

Hal 25
PERBAIKAN KONSTRUKSI KAYU

NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN URAIAN SATUAN


PENGUKURAN

5.2.1. Menganti komponen kayu (mutu kayu awet) Meter kubik

Perangkat-perangkat untuk perbaikan kayu (di


5.2.2. galvanis) Kilogram

5.3. PENGAWETAN ULANG KONSTRUKSI KAYU YANG ADA

5.3.1. Uraian

Pekerjaan yang tercakup pada bab ini termasuk pembersihan dan persiapan permukaan
untuk pengawetan guna melindungi terhadap cuaca dan penggunaan suatu lapisan baru
bahan pengawet baru pada konstruksi jembatan kayu lama, termasuk semua perancah
yang diperlukan.

5.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan sebagai pengawet kayu harus :


 Untuk permukaan kayu konstruksi umumnya mutu yang disetujui.

 Untuk permukaan lantai kayu-kayu ter arang batu

5.3.3. Persiapan Permukaan

Permukaan yang ada yang ada akan dirawat harus dibersihkan seluruhnya dengan
membuang semua debu dan benda-benda lepas serta benda-benda asing lainnya sampai
Deriksi Teknik merasa puas. Semua belahan-belahan dan lubang-lubang yang dapat
menahan air harus disumbat dengan sumbat creosote (potongan-potongan kayu yang
direndam dalam minyak creosote).
Banyaknya pekerjaan penyumbatan yang diperlukan pada setiap lokasi yang diberikan
akan berbeda-beda dan oleh karena itu Kontraktor sebelum memasukan penawaran,
harus memeriksa jembatan sendiri untuk menentukan banyaknya pekerjaan yang
diperlukan.

Hal 26
5.3.4. Penggunaan Bahan Pengawet

Semua permukaan kayu (kecuali permukaan atas lantai jembatan) harus disikat dan
dilapisi dengan dua kali pemberian minyak creosote panas. Permukaan atas lantai
jembatan harus diberi lapisan ter batubara panas (koolter) yang setelah itu disiram
dengan lapisan tipis lapisan pasir kasar yang bersih.

Bahan pengawet (minyak creosote atau ter) harus dioleskan dengan menggunakan sikat
serta kayu yang diawetkan harus betul-betul kering. Tidak boleh melapisi dengan bahan
pengawet pada waktu cuaca berawan, lembab atau hujan.

5.3.5. Pekerjaan Sementara

Semua pekerjaan pembersihan, persiapan, pengecatan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya


harus dilaksanakan dengan aman, efisien dan teratur serta dengan gangguan terhadap
lalu-lintas seminim mungkin. Perancah atau pekerjaan sementara lainnya harus
disediakan oleh Kontraktor untuk memberikan jalan masuk yang menyenangkan dan
aman ke semua bagian konstruksi yang memerlukan pengawetan.Pekerjaan semacam itu
harus dipasang oleh Kontraktor sesuai dengan praktek semua pelaksana yang biasa
dilakukan sehubungan dengan ketentuan-ketentuan mengenai keamanan staff pelaksana
dan masyarakat yang mengunakan jembatan, dan harus dalam segala hal memuaskan
Deriksi Teknik.

5.3.6. Cara Pengukuran

Kuantitas dan permukaan yang diawetkan yang akan dibayar ialah jumlah meterpersegi
permukaan kayu yang telah diawetkan dan diselesaikan sesuai dengan spesifikasi dan
diterima oleh Deriksi Teknik.

5.3.7. Cara Pembayaran

Jumlah yang ditentukan seperti diuraikan diatas, harus dibayar dengan harga satuan
pada bagi tiap satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar dibawah
dimana harga merupakan pembayaran penuh untuk gaji, bahan, alat/peralatan dan
pekerjaan lain-lain yang perlu untuk mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik.

Hal 27
NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN URAIAN SATUAN PENGUKURAN

5.3.1. Pengawetan Ulang kayu dengan dua lapis Meter persegi


minyak creosote panas

5.3.2. Pengawetan ulang lantai kayu dengan ter Meter persegi


batubara panas dan pasir

a. PEKERJAAN LAIN - LAIN

i. PEKERJAAN PENGECATAN

1. Umum

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan seluruh pelapisan permukaan baja


struktur termasuk penyiapan / pembersihan permukaan, pelapisan cat dasar dan
pelapisan cat akhir sesuai spesifikasi dan sebagaimana ditunjukan dalam
gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.

1.2. Pekerjaan Pengecatan

a.Sebelum baja struktur di rakit lakukan proses pengecatan.


b. Sebelum melakukan pekerjaan pengecatan, seluruh permukaan baja
struktur yang akan di cat harus disiapkan / dibersihkan permukaannya, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
c.Pengecatan harus dilaksanakan hanya bilamana keadaan cuaca yang disetujui
direksi teknik, seluruh permukaan tersebut harus kering dan temperaturnya
tidak boleh kurang dari 3 0C diatas titik embun.
d. Setelah seluruh permukaan baja struktur yang akan di cat harus disiapkan /
dibersihkan permukaannya, sesegera mungkin diberi lapisan cat jotun ep
mastic Ep 66 sebagai dasar dan lapis anti karat lapisan pertama.
e. Bila lapisan cat dasar selesai dikeringkan, konstruksi baja struktur dapat
dirakit,
f. Bilamana perakitan konstruksi baja struktur selesai dirakit, seluruh
permukaan baja struktur yang akan di cat harus disiapkan / dibersihkan
permukaannya kembali.
g. bila disetujui direksi teknis, segera dilakukan pelapisan akhir dengan
menggunakan cat kilap.

Hal 28
h. Untuk Pengecatan struktur kayu tahapan pelaksanaannya seperti diatas,
pelapisan akhir menggunakan cat kilap.

VII. PEDOMAN / PETUNJUK LAINNYA SEBAGAI ACUAN


PELAKSANAAN PEKERJAAN

Selain petunjuk pelaksanaan diatas, acuan lainnya yang perlu diketahui dan pahami
sebagai bahan referensi dalam tahapan-tahapan pelaksanaan adalah sebagai
berikut :

1.2. Buku Petunjuk Teknis No. 016/T/Bt/1995 dari Departemen Pekerjaan


Umum Dirjen Bina Marga

1.3. Buku Standar Tata Cara Pelaksanaan Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki
Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga (SK SNI
T-30-1991-03)

1.4. Buku Peraturan Muatan Indonesia 1970 N.I 18

1.5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PPKI 1961

Buku acuan tersebut di atas juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
petunjuk pelaksanaan yang telah diuraikan di atas untuk kelancaran pelaksanaan
di lapangan.

Hal 29

Anda mungkin juga menyukai