Anda di halaman 1dari 7

Laporan Tugas Mandiri (LTM)

Pokok Bahasan I Dasar-Dasar Iman Kristen: Karya Allah


Focus Group II Penyataan Allah
Keesaan dalam Allah Trinitas
Oleh Zefanya Valencia, 1506678045. Akuntansi Reguler, 2015.
I.

PENDAHULUAN
Kata Trinitas atau Trituggal tidak terdapat dalam Alkitab. Dan
kendati Tertullianus sudah menggunakan kata itu pada abad 2 M,
barulah pada abad 4, kata ini mendapat tempat resmi dalam teologi
Kristen. Tetapi doktrin mengenai Allah Trinitas inilah ajaran Kristen
yang paling khas, dan 'mencakup seutuhnya segenap unsur utama
kebenaran yang diajarkan agama Kristen mengenai adanya kegiatan
Allah dalam hanya satu istilah umum yang sangat luhur' (Lowry).
Teologi

berusaha

menerangkan

keberadaan

Allah

dengan

menyatakan, bahwa Allah satu dalam diri-Nya yang hakiki, tapi Ia


berada dalam tiga cara atau bentuk, masing-masing merupakan Satu
diri, namun dalam cara demikian hakikat Allah yang sebenarnya utuh
dalam masing-masing diri. Harus diakui bahwa uraian mengenai
Trinitas mula-mula dikemukakan oleh ahli yang berbahasa Yunani.
Istilah-istilah dan perbedaan-perbedaan yang mereka kemukakan
sangat sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia. Masalahnya ialah, istilah apa yang dapat dipakai bagi
Bapa, Anak dan Roh, yang tidak memberi kesan bahwa ada tiga
Allah? Bahasa Yunani hupostasis, bahasa Latin persona, bahasa
Inggris Person, bahasa Indonesia Oknum: masing-masing sudah
diusulkan tetapi tidak ada yang memuaskan.
II.

PEMBAHASAN
a. Dalam Perjanjian Lama
Kendati ajaran ini tidak 'berkibar' dalam Perjanjian Lama, Trinitas
itu sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa paling dini.

Siratan paling tua ialah yang teracu dalam riwayat penciptaan, di


mana Allah mencipta melalui Firman dan Roh (Kej 1:2-31). Ketika Allah
menciptakan manusia pertama, Adam, Allah berfirman di dalam
Kejadian 1:26 Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar
dan rupa kita. Mengapa Allah menyebut kita bukan saya? Itu
menunjukkan adanya kata jamak, bahwa pribadi Allah itu bukan
tunggal, melainkan jamak.
Di sini pertama kalinya diperkenalkan Firman Allah sebagai
pribadi

yang

mempunyai

kuasa

mencipta,

dan

sekaligus

diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup dan ketertiban bagi


seluruh ciptaan itu. Jadi dari sejak masa paling dini sudah dinyatakan
suatu pusat kegiatan dari tiga yang satu seutuhnya. Allah sebagai
Pencipta

membuat

mengungkapkan

alam

semesta

pikiran-Nya

itu

sebagai
dalam

karya

wujud

pikiran-Nya,
Firman,

dan

membiarkan RohNya bekerja sebagai asas yang menghidupkan.


Untuk menggambarkan ketertiban dan keakuratan Allah dalam
mencipta dapat kita ambil satu contoh, misalnya pada umumnya kita
hanya mengenal beberapa galaksi di alam semesta ini, yaitu galaksi
Bimasakti, Andromeda, Magellan, Ursa Mayor, Black Eye, dan di
antara galaksi-galaksi itu sepertinya terdapat ruang kosong yang
tidak terlihat apa-apa. Tetapi menurut seorang pakar astronom
setelah

ditemukannya

teleskop

yang

lebih

tinggi

tingkat

keakurasiannya, ternyata di dalam ruang kosong itu masih terdapat


bermilyar-milyar galaksi yang belum dapat dihitung. Dan dalam setiap
galaksi kurang lebih terdapat antara 4 milyar sampai 5 milyar planet.
Dapat

kita

bayangkan

bagaimana

tingginya

keteraturan

dan

ketertiban dari pribadi Allah dalam menciptakan jagat raya ini, karena
jikalau tidak akan terjadi suatu kekacauan yang sangat dahsyat di
alam semesta ini.

b. Dalam Perjanjian Baru


Bukti kedua, Yohanes 3:16 yang mengatakan Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal itu berarti
menunjukkan adanya Allah Anak. Ini parallel dengan kitab Kejadian
tadi yang mengatakan baiklah kita.
Kemudian ayat lainnya juga yang bisa menjelaskan perihal Allah
Trinitas, Yohanes 1:1 berbunyi Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, di sini
Firman itu sama dengan Allah, Firman itu keluar dari mulut Allah,
artinya Allah itu bisa keluar dari Allah, jadi bisa kita paralelkan dengan
pengetahuan Allah bisa memiliki Anak tanpa memiliki istri atau tanpa
melalui suatu hubungan biologis. Dengan demikian adalah sangat
mungkin bagi Allah memiliki anak tanpa harus memiliki seorang istri.
Mengapa Dia harus jadi manusia? Karena tanpa Dia menjadi manusia
yang utuh, maka Dia tidak mungkin bisa menebus dosa. Karena upah
dosa adalah maut, jadi maut itu harus benar-benar terpenuhi. Maka Ia
harus menjadi manusia untuk benar-benar bisa mati.
Saat Yesus sudah mengetahui bahwa tidak lama lagi Ia akan
pergi

ke

kayu

salib

untuk

menggenapi

Firman

Tuhan,

Yesus

menjanjikan pada murid-muridnya bahwa ia akan mengutus Roh


Penghibur untuk menolong menguatkan para murid, seperti yang
tertulis di Yohanes 14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, Yesus menyebut Roh Kudus
sebagai "Penolong"1). Kata ini adalah terjemahan dari kata Yunani
parakletos2), yang secara harfiah berarti, "seseorang yang dipanggil
untuk mendampingi agar menolong". Kata ini kaya artinya, yaitu:

Penasihat, Penguat, Penghibur, Penolong, Pembela, Juruselamat,


Sekutu, dan Sahabat.
1) Roh Kudus akan melaksanakan bagi para murid apa yang dilaksanakan Yesus bagi
mereka ketika Ia masih bersama mereka. Roh Kudus akan mendampingi mereka untuk
menolong dan menguatkan mereka (bd. Mat 14:30-31), mengajar mereka dalam hidup
yang benar (ayat Yoh 14:26), menghibur dalam situasi yang sulit (ayat Yoh 14:18),
serta menaikkan doa syafaat bagi mereka (Rom 8:26-27; bd. Rom 8:34), menjadi
seorang sahabat untuk membantu kepentingan mereka (ayat Yoh 14:17) dan untuk
2)

tinggal beserta dengan mereka untuk selamanya.


Istilah parakletos ini juga dipakai untuk Tuhan Yesus dalam 1Yohanes 2:1. Oleh karena
itu Yesus merupakan penolong dan jurusyafaat kita di sorga (bd. Ibrani 7:25),
sedangkan Roh Kudus merupakan penolong dan jurusyafaat yang tinggal di dalam kita
di bumi ini (Roma 8:9,26; 1Korintus 3:16; 6:19; 2Korintus 6:16; 2Timotius1:14).

Pada peristiwa lain kepada Maria dinyatakan bahwa Roh Kudus


akan mengambil bagian dalam penjelmaan anaknya, Yesus (Lukas
1:35), bernama pemberitahuan bahwa Anak yang akan dilahirkannya
itu akan disebut 'Anak Allah Yang Mahatinggi', pewaris takhta Daud.
Dengan demikian diungkapkan bahwa Allah Bapa dan Roh Kudus
bekerja dalam penjelmaan Anak Allah.
Dan pada baptisan Yesus di Sungai Yordan ketiga Oknum itu
dapat dibedakan: Anak sedang dibaptis, Bapa sedang berbicara dari
sorga, Inilah AnakKu yang Kukasihi, dan Roh sedang turun dalam
wujud nyata, yaitu seekor merpati. Jadi Yesus, yang dengan demikian
menerima kesaksian dari Allah Bapa dan Roh Kudus, menerima
kekuasaan untuk membaptis dengan Roh Kudus. Nampaknya Yohanes
Pembaptis sudah sangat dini menyadari, bahwa Roh Kudus bukan
hanya bersama-sama dengan Mesias tetapi juga akan datang dari
Mesias.
Persekutuan Bapa dengan Roh Kudus tampil dalam karya
pelepasan yang dilaksanakan oleh Kristus. Allah Bapa mengutus Allah
Anak untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan, dan Allah Bapa
bersama Allah Anak mengutus Roh Kudus untuk menerapkan

keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus. Kita beroleh keselamatan


karena Iman, itu bukan hasil pekerjaan kita, tetapi adalah kasih
karunia Tuhan (kasih karunia = pemberian). Berarti pekerjaan
keselamatan itu adalah pekerjaan Tuhan dalam diri kita, karena roh
kudus Tuhan yang bekerja dalam hati kita sehingga kita sanggup
untuk beriman kepada Tuhan. Ajaran Yesus tentang Trinitas terungkap
paling jelas dan ringkas dalam rumusan baptisan, yaitu: membaptis
ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19).
Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta lebih menonjolkan
lagi 'kedirian' Roh Kudus, dan serentak dengan itu Roh Kudus
memberikan terang baru perihal Anak Allah. Pengertian para rasul
tentang Roh Kudus dan hubunganNya dengan Allah Bapa dan Allah
Anak disajikan jelas dalam Kisah Petrus, dalam menerangkan
peristiwa Pentakosta, menggambarkannya sebagai pekerjaan Allah
Trinitas (Kisah Para Rasul 2:32-33).
c. Perumusan Trinitas
Ajaran Trinitas mengatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan
hakikat-Nya,

tapi

dalam

diriNya

ada

tiga

Oknum

yang

tidak

membentuk perseorangan yang tersendiri dan berbeda. Ketiga


Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk dalam mana Allah berada.
Tapi

'Oknum'

adalah

ungkapan

yang

tidak

sempurna

untuk

mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan


kepada kita perseorangan yang tersendiri, yang berbudi dan bisa
memilih. Padahal dalam harkat Allah ada BUKAN tiga perseorangan,
tetapi hanya tiga pembedaan diri dalam Allah yang satu seutuhnya.
Kepribadian

manusia

mencakup

kebebasan

berkehendak,

bertindak dan merasa, yang mencirikan tingkah laku manusia itu.


Semua hal itu tidak dapat dihubungkan dengan Allah Trinitas: tiap
Oknum mempunyai kesadaran sendiri dan penguasaan diri sendiri,
tetapi tidak pernah bertindak sendiri-sendiri apalagi bertentangan.

Mengatakan bahwa Allah esa, maksudnya ialah kendati Allah pada


diriNya adalah pusat kehidupan tri mitra, namun hidup-Nya tidaklah
terbelah tiga atau trilateral -- tiga pihak yang berbeda. Ia satu dalam
hakikat, kepribadian, dan kehendak. Mengatakan bahwa Allah Trinitas
dalam Keutuhan, maksudnya ialah keutuhan dalam keanekaan, dan
keanekaan itu nampak dalam tiga Oknum, dalam sifat, dan dalam
tindakan.
Bapa sebagai sumber ke-Allah-an ialah yang Pertama: asal mula
dari segala sesuatu. Anak, yang diperanakkan kekal oleh Bapa, yang
Kedua, Dialah yang menyatakan Bapa. Roh Kudus yang kekal yang
keluar dari Bapa dan Anak, yang Ketiga, Dia-lah yang melaksanakan.
Karena ketiga Oknum itu ilahi dan kekal, maka subordinasi itu tidaklah
mengartikan ada yang lebih utama daripada yang lain, tetapi
memaksudkan urutan giliran dalam tindakan dan penyataan. Jadi
dapat dikatakan bahwa ciptaan adalah dari Allah Bapa, melalui Allah
Anak, oleh Roh Kudus.
III.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah, yang menyatakan diri menurut Alkitab, adalah Esa dalam
tiga cara khas yang tergantung satu sama lainnya, yaitu sebagai
Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang mempunyai peranan sebagai
berikut:
Allah Bapa sebagai Allah Pencipta, maka disebut Khalik langit, bumi,
dan segala isinya.
Allah Anak adalah Juruselamat, Penebus, sesuai dengan Firman Tuhan
yang tertulis di Yohanes 3:16
Allah Roh Kudus sebagai Penghibur, yang tertulis di Yohanes 14:26
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa
dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah
Kukatakan kepadamu artinya Roh Kudus itu sebagai pendamping

juga. Maka tidak heran kalau setelah kita membaca Firman kadang
kita bisa lupa, tetapi setelah beberapa waktu lama kemudian bisa
saja tiba-tiba kita teringat akan Firman itu lagi pada saat situasi dan
konteks yang tepat, hal itu merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus
yang mengingatkan kita melalui hati nurani kita.
B. DAFTAR PUSTAKA
- Barth, Karl. Teolog Kemerdekaan: Kumpulan Cuplikan Karya Karl
Barth. BPK Gunung Mulia, 1997.
-J. R Illingworth, The Doctrine of the Trinity, 1909; C. W Lowry, The
Trinity and Christian Devotion, 1946; A. E Garvie, The Christian
Doctrine of the Godhead, 1925; H. Bavinck, The Doctrine of God,
1951, hlm 255-334; B. B Warfield dalam ISBE (artikel 'Tritunggal'); R. S
Franks, The Doctrine of the Trinity, 1953; K Barth, Church Dogmatics
1; D Lamont, Christ and the World of Thought, 1934, hlm 221-247.
RAF/MHS/HAO

Anda mungkin juga menyukai