Anda di halaman 1dari 4

Jawaban Soal 1

Definisi professional judgment berdasarkan ISA 200 (Overall Objective of the Independent
Auditor, and The Conduct of an Audit in Accordance with International Standards on Auditing)
ialah “penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing, akuntansi,
dan standar etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama
berlangsungnya penugasan audit.” Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa untuk
menerapkan professional judgment, seorang auditor dituntut untuk memiliki kecakapan
profesional yang memadai dan pengalaman untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
Professional judgment auditor tidak terlepas juga dari pengaruh sikap skeptisisme profesional.
Skeptisisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu (KUBI, 1976).
Skeptisisme Profesional dapat digambarkan sebagai seorang pemeriksa yang tidak boleh
menganggap bahwa manajemen entitas yang diperiksa tidak jujur, tetapi juga tidak boleh
menganggap bahwa kejujuran manajemen tersebut tidak diragukan lagi (BPK RI, 2007). Auditor
harus selalu mengembangkan konsep berpikir yang terus-menerus bertanya dan mempertanyakan
bukti-bukti audit yang dikumpulkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang
diperiksa sudah jujur

Jawaban Soal 2

Dalam konteks Indonesia mengadopsi international standart on Auditing (ISA) pertanyaan


selanjutnya:
 Apakah ini keharusan?
Iya, mengadopsi International Standart On Auditing (ISA) merupakan suatu keharusan
 Dapatkah kita menolak ISA?
Tidak dapat karena dunia international telah menggunakan ISA, jika kita menolak ISA maka
kita tidak dapat maju bersaing dengan dunia international.
 Jika harus, siapa yang mengharuskan?
Yang mengharuskan adalah kekuatan pasar karena kita dihadapi pada pilih ISA atau pilih
keluar dari jaringan kerjasama global atau jaringan kerjasama international.
 Mengapa kita harus menerimanya?
Kita harus menerimanya karena ISA mempunyai nilai tambah, diharapkan profesi akuntansi
meraih nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa peningkatan mutu audit.
 Adakah pilihan-pilihan lain?
Ada pilihan lain, seperti basis audit yang digunakan Negara kita sebelum mengadopsi ISA,
tapi bila kita ingin berkembang (mengembangkan jaringan ) ke dunia international maka
audit yang dilakukan harus berbasis ISA.
Jawaban Soal 4

 Tujuan auditor dalam audit berbasis resiko adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang


cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling mungkin dicapai
untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah
ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.

 Unsur –unsur dasar darui suatu Audit Berbasis Risiko


1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.

 Pendekatan dan metodologi audit berbasis risiko diilustrasikan dalam 3 tahapan besar yaitu:
1. ASESMEN RISIKO
Tahapan yang digunakan untuk menentukan frekuensi, intensitas, dan waktu audit dengan
yang kita miliki dapat diarahkan ke area dengan bobot risiko tinggi. Tahap ini dapat
ditiadakan bilamana profil risiko yang dihasilkan oleh unit Manajemen Risiko Korporasi
sudah tersedia dan dapat diyakini keandalannya
Pada tahap ini, internal auditor juga perlu menetapkan kriteria auditable units antara lain:
 Unit tersebut memberikan kontribusi yang berdampak cukup besar pada tujuan
perusahaan
 Justifikasi biaya pengendalian atas unit yang memiliki potensi kerugian yang lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian termasuk biaya audit.
2. PENYUSUNAN PROGRAM AUDIT INTERNAL
Berdasarkan hasil asesmen risiko, masing-masing auditable units ditetapkan nilai
akhirnya menggunakan faktor risiko seperti:
 Audit Assurance; Melihat relevansi hasil kajian audit periode sebelumnya atas area
yang memiliki risiko dengan rating tinggi
 Materialistis; Mengkaji area yang memiliki dampak risiko tinggi dengan
menggunakan parameter keuangan maupun non keuangan
 Residual Risk; Nilai risiko yang telah memperhitungkan faktor positif yang dimiliki
perusahaan seperti pengendalian internal
Audit Judgement; Pertimbangan auditor atas perubahan sistem dan prosedur,
restrukturisasi organisasi yang mempunyai dampak kepada area tertentu
3. PELAKSANAAN PROGRAM AUDIT INTERNAL
 Mengkaji keselarasan sasaran unit operasional, direktorat, dan individu dengan tujuan
perusahaan; Auditor Internal harus memastikan bahwa tujuan bisnis sudah diterapkan
secara efektif dan telah dikomunikasikan ke seluruh tingkatan dalam organisasi.
 Mengevaluasi efektivitas ketersediaan, kuantifikasi, dan penerapan selera dan batasan
risiko (corporate risk appetite and risk tolerance) berdasarkan kebijakan dan prosedur
di dalam perusahaan; Auditor Internal harus dapat memberikan keyakinan bahwa  
manajemen bekerja dalam parameter risiko yang telah ditetapkan.
 Mendeteksi analisis kesenjangan praktik manajemen risiko dan prosedurnya
berdasarkan kerangka kerja yang telah ditetapkan; Auditor Internal harus melakukan
evaluasi terhadap proses implementasi   kerangka   kerja penerapan manajemen risiko
yang telah didokumentasikan   dan diyakini dapat memfasilitasi perubahan dinamis
perusahaan.
 Menguji efektivitas  dan perlindungan terhadap informasi dan akses terhadap
pengendalian; Auditor Internal harus memahami rancangan pengendalian dan
ketepatannya berhubungan dengan bagaimana suatu tindakan pengendalian   tersebut
dilakukan secara konsisten sesuai dengan arah dan kebijakan perusahaan.
 Menyediakan jaminan independen dan berfungsi sebagai konsultan internal dalam
rangka memastikan pencapaian tujuan perusahaan; Auditor Internal harus
memberikan jaminan yang obyektif kepada Direksi   bahwa risiko bisnis telah
dikelola secara tepat dan pengendalian internal telah berjalan secara efektif

Jawaban Soal 5

Asurans yang layak dapat dapat dicapai auditor dengan melakukan perencanaan audit yang tepat.
Dala, hal memastikan laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material
yang disebabkan oleh fraud atau eror, langkah-langkah yang diambil auditor sbb:

a) Menentukan jenis resiko salah saji yang bisa terjadi

Dalam hal ini auditor melaksanakan prosedur penilaian resiko (risk assessment procedures).
Sebagai contoh, auditor dapat mengajukan pertanyaan sbb:

 Apakah asset memang ada?

 Apakah entitas memiliki asset tersebut?

 Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar?


b) Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya resiko salah saji material. Resiko salah saji
yang material merupakan kombinasi dari resiko bawaan (inherent risk) dan resiko
pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses penilaian meliputi keduanya sehubungan
dengan resiko bawaan auditor, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan
asersi yang mana. Kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan terjadi resiko ini, dan
menaksir jumlahnya. Sehubungan dengan resiko pengendalian, auditor menentukan apakah
ada pengendalian intern yang relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate) assessed risk
dan dampaknya terhadap asersi terkait.

c) Apa prosedur audit selanjutnya?

Merancang prosedur audit yang menjawab assessed risk untuk setiap asersi terkait. Contoh:
Jika resiko piutang dinyatakan lebih besar dari sesungguhnya, tinggi, maka prosedur audit
harus dirancang untuk menjawab asersi tersebut. Jika asersi mengenai transaksi penjualan
berkenaan dengan completemess bersresiko tinggi , auditor dapat merancang uji
pengendalian (test of control) yang menyoroti completeness assertion ini

Anda mungkin juga menyukai