AUDIT
BERBASIS
RISIKO
NAMA ANGGOTA :
1. APRILIA WINAR HAPSARI (4.42.18.1.03)
2. FAISHAL NUR HABSYI (4.42.18.1.06)
3. LULU NUR’AINI S (4.42.18.1.13)
4. SYARIFATUL ULYA (4.42.18.1.24)
DEFINISI AUDIT BERBASIS RISIKO
Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi
dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi. Dalam Audit berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit,
sehingga kemudian manajemen bisa mengetahui area baru mana yang berisiko dan area mana yang
kontrolnya harus diperbaiki.
TUJUAN AUDIT BERBASIS RISIKO
Tujuannya audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan kepada Komite Audit,
Dewan Komisaris dan Direksi bahwa:
a. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut telah dirancang
dengan baik.
c. Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara cukup dan
berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.
MANFAAT AUDIT BERBASIS RISIKO
Audit berbasis risiko mempunyai manfaat yang banyak bagi organisasi, antara lain
adalah sebagai berikut:
4. Meningkatkan
1. Menjadi sistem check dan kemampuan dalam
balance terhadap kontrol mengidentifikasi adanya
organisasi fraud atau masalah lainnya
3. Meningkatkan kemampuan
dalam mengidentifikasi dan
mengukur risiko
RUANG LINGKUP AUDIT BERBASIS
RISIKO
- Penilaian atas identifikasi risiko yang dilakukan oleh manajemen
termasuk risiko bisnis yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
perusahaan.
- Mengetahui kadar dan dampak risiko yang menimpa perusahaan.
- Mempercepat eskalasi risiko tinggi kepada manajemen puncak.
- Kemampuan melakukan pemeriksaan manajemen risiko yang akan
ditularkan kepada seluruh anggota auditor.
PERAN AUDIT BERBASIS
RISIKO
1. Dengan analisis risiko yang berkesinambungan, Internal Audit akan memiliki Early Warning
Signals, sehingga penanganan risiko dapat dilakukan lebih proaktif dan dini.
2. Mengomunikasikan visi, misi, strategi kebijakan direksi dan mekanisme pelaporan yang
berkaitan dengan manajemen risiko perusahaan ke seluruh jajaran perusahaan.
3. Mengidentifikasi KPI (Key Performance Index) dan CSA ( Control Self-Assessment) yang
berkaitan dengan risiko.
4. Mengikutsertakan stakeholders utama dan komunitas investasi dalam kegiatan dan
perkembangan manajemen risiko perusahaan.
Supaya Audit Berbasis Risiko (ABR) dapat berhasil dengan baik diperlukan
kerjasama antara auditor intern dengan manajemen dalam melakukan penilaian
kelemahan pengendalian diri sendiri (control self assessment). Control self
assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self assessment
terhadap pengendalian atas aktivitas pada unit operasional masing-masing
dengan bimbingan auditor intern.
Dalam hal ini, manajemen melakukan identifikasi risiko kegiatan serta
mengevaluasi apakah telah ada pengendalian yang dapat mengurangi risiko
tersebut serta mengembangkan rencana kerja (action plan) untuk meningkatkan
pengendalian yang ada.
Manfaat utama dari control self assessment oleh manajemen adalah
adanya kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menilai risiko dan mengendalikan
aktivitas suatu organisasi berada di tangan manajemen sendiri sehingga dapat
meningkatkan kepedulian terhadap pengendalian intern.
ASPEK YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN AUDIT
BERBASIS RISIKO
Adapun Aspek-aspek yang perlu diperhatikan auditor dalam melakukan pendekatan audit
berbasis risiko:
1. Dalam menerapkan ABR, auditor perlu mengidentifikasi wilayah atau area yang memiliki
risiko yang menghambat pencapaian tujuan manajemen. Misalnya dalam audit keuangan,
risiko salah saji yang besar atau tinggi pada penyajian laporan keuangan. Wilayah atau area
yang memiliki tingkat risiko yang tinggi tersebut akan memerlukan pengujian yang lebih
mendalam.
2. Auditor dapat mengalokasikan sumber daya auditnya berdasarkan hasil identifikasi atas
kemungkinan dan dampak terjadinya risiko. Wilayah berisiko rendah menjadi prioritas akhir
alokasi sumber daya audit.
Dalam melakukan analisis dan penaksiran risiko (risk assessment), auditor perlu
memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
- Risiko kegiatan dari auditi (the auditee business risk), yaitu risiko terjadinya suatu kejadian yang
dapat memengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran manajemen. Risiko yang dimaksud bukan
hanya risiko atas salah saji laporan keuangan namun juga risiko tidak
tercapainya sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.
- Cara manajemen mengurangi atau meminimalisasi risiko.
- Wilayah/area yang mengandung risiko dan belum diidentifikasi oleh manajemen secara
memadai atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh manajemen.
METODOLOGI
AUDIT
BERBASIS
RISIKO
ASESMEN RISIKO
Tahapan yang digunakan untuk menentukan frekuensi, intensitas, dan waktu audit dengan cara
mengidentifikasi, mengukur, dan menentukan prioritas risiko agar keterbatasan sumber daya
yang kita miliki dapat diarahkan ke area dengan bobot risiko tinggi. Tahap ini dapat ditiadakan
bilamana profil risiko yang dihasilkan oleh unit Manajemen Risiko Korporasi sudah tersedia dan
dapat diyakini keandalannya
Pada tahap ini, internal auditor juga perlu menetapkan kriteria auditable units antara lain:
1. Unit tersebut memberikan kontribusi yang berdampak cukup besar pada tujuan perusahaan
2. Justifikasi biaya pengendalian atas unit yang memiliki potensi kerugian yang lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian termasuk biaya audit.
PENYUSUNAN PROGRAM AUDIT INTERNAL
Berdasarkan hasil asesmen risiko, masing-masing auditable units ditetapkan nilai akhirnya
menggunakan faktor risiko seperti:
1. Audit Assurance; Melihat relevansi hasil kajian audit periode sebelumnya atas area yang
memiliki risiko dengan rating tinggi
2. Materialistis; Mengkaji area yang memiliki dampak risiko tinggi dengan menggunakan
parameter keuangan maupun non keuangan
3. Residual Risk; Nilai risiko yang telah memperhitungkan faktor positif yang dimiliki
perusahaan seperti pengendalian internal
4. Audit Judgement; Pertimbangan auditor atas perubahan sistem dan prosedur,
restrukturisasi organisasi yang mempunyai dampak kepada area tertentu
Pelaksanaan Program Audit Internal
Mengkaji keselarasan sasaran unit operasional, direktorat, dan individu dengan tujuan
perusahaan; Auditor Internal harus memastikan bahwa tujuan bisnis sudah diterapkan secara
efektif dan telah dikomunikasikan ke seluruh tingkatan dalam organisasi.
- Mengevaluasi efektivitas ketersediaan, kuantifikasi, dan penerapan selera dan batasan risiko
(corporate risk appetite and risk tolerance) berdasarkan kebijakan dan prosedur di dalam
perusahaan; Auditor Internal harus dapat memberikan keyakinan bahwa manajemen bekerja
dalam parameter risiko yang telah ditetapkan.
- Mendeteksi analisis kesenjangan praktik manajemen risiko dan prosedurnya berdasarkan
kerangka kerja yang telah ditetapkan; Auditor Internal harus melakukan evaluasi terhadap proses
implementasi kerangka kerja penerapan manajemen risiko yang telah didokumentasikan dan
diyakini dapat memfasilitasi perubahan dinamis perusahaan.
- Mendeteksi analisis kesenjangan praktik manajemen risiko dan prosedurnya berdasarkan
kerangka kerja yang telah ditetapkan; Auditor Internal harus melakukan evaluasi terhadap
proses implementasi kerangka kerja penerapan manajemen risiko yang telah
didokumentasikan dan diyakini dapat memfasilitasi perubahan dinamis perusahaan.
- Menguji efektivitas dan perlindungan terhadap informasi dan akses terhadap
pengendalian; Auditor Internal harus memahami rancangan pengendalian dan ketepatannya
berhubungan dengan bagaimana suatu tindakan pengendalian tersebut dilakukan secara
konsisten sesuai dengan arah dan kebijakan perusahaan.
• Menetapkan strategi penyaluran dan identifikasi kriteria UKM yang layak mendapatkan
dana bergulir
• Menyempurnakan pedoman teknis yang ada dengan pengaturan besarnya dana yang dapat
diterima oleh UKM dan persyaratan dapat digulirkan kepada UKM yang belum memperoleh
kesempatan
• Penegasan adanya aturan bahwa hanya kelompok UKM yang memenuhi syarat yang
mendapatkan bantuan dan tidak disalurkan kepada wakil kelompok.
• Mengupayakan negosiasi melalui program pendampingan untuk menekan biaya dan usulan
dana tambahan biaya pengelolaan yang belum tersedia.
• Penetapan program transfer keahlian melalui program pendampingan dengan pihak mitra
lembaga keuangan untuk proses penyaluran dana kepada UKM.
Langkah kedua adalah melaksanakan
melaksanakan pengendalian internal tersebut.
Penyelesaian tersbut dapat disajikan dalam
diagram sebagai berikut:
DETECTION
RISK
DEFINITON OF DETECTION RISK
DR sepenuhnya ada pada kendali auditor,
Risiko yang bisa timbul akibat kegagalan
maka sudah pasti mereka harus berupaya
auditor dalam menedeteksi adanya
untuk menekan risiko ini hingga ke
salahsaji bersifat material dan/atau
tingkatakan yang paling minimal (tidak
penggelapan (fraud). DR ada dalam
mungkin menghilangkan risiko ini
kendali auditor
sepenuhnya)
Auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang material dalam suatu
perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan
aplikasinya oleh auditor. Hal ini sebagian muncul dari ketidakpastian yang
ada ketika auditor tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok
transaksi untuk mengumpulkan bukti tentang asersi lainnya.
Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan
DR yang tinggi
• Salah Mengaplikasikan Prosedur Audit – Contoh kesalahan fatal,
misalnya: anda menggunakan rasio untuk mengukur tingkat
akurasi angka saldo, dan ternyata anda menggunakan rasio
yang salah.
• Salah Menginterpretasikan Hasil Audit – Contoh (lanjutan yang
tadi): mungkin sudah menggunakan rasio yang benar, namun
anda salah dalam menginterpretasikan hasil perhitungan
(misal: anda menyatakan inventory sudah disajikan dengan
semestinya padahal sebenarnya mengandung salahsaji
bersifat material).
Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan
DR yang tinggi
• Salah Memilih Metod Uji – Setiap saldo akun yang disajikan
pada Laporan Keuangan seharusnya diuji dengan
menggunakan metode yang paling sesuai dengan nature nya
masing-masing. Anda ingin memastikan apakah suatu
penjualan memang seharusnya diakui (atau tidak diakui),
maka anda mengujinya dengan melihat tanggal transaksi
yang kemudian disandingkan dengan periodisasi pelaporan
(bukan dengan menguji hitungan matematisnya)
Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan
DR yang tinggi
DR = AR / (IR x CR)
Risiko deteksi sebesar 13% berarti auditor perlu merencanakan pengujian
= 0,05 / (0,75 x 0,50) substantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat
diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 13% dalam
= 13% medekteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika auditor
memiliki keyakinan dari sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian risiko
bawaan dan risiko pengendalian.
THAN
KS!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik