Anda di halaman 1dari 8

RISIKO AUDIT

PT TELKOM INDONESIA

Dosen Pengampu: Taufikur Rahman, S.E., M.B.A., Ak., CA.

1. Intan Nurhidayah

2. Vivi Adelia K (393256)

3. Seftia Suwari (395619)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Universitas Gadjah Mada

2017/2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit laporan keuangan merupakan evaluasi bukti dari transaksi atau


kejadian ekonomi perusahaan untuk menentukan dan melaporkan derajat
kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan agar dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan yang benar oleh pihak eksternal. Audit
laporan keuangan dilakukan untuk menghindari berbagai kecurangan dan atau
kesalahan serta bebas dari salah saji material. Laporan keuangan akan diaudit
oleh auditor dan akan diberikan opini sesuai dengan apa adanya sehingga auditor
bersifat independen dan dapat mempertanggungjawabkan opininya tersebut
berdasarkan profesi dan hukum.

Namun dalam mengaudit laporan keuangan, auditor memiliki beberapa


kendala diantaranya yaitu auditor tidak mampu dengan cepat untuk mengoreksi
atau memeriksa seluruh traksaksi atau kejadian ekonomi yang dilakukan
perusahaan sehingga auditor tidak akan menjamin 100% kevalidan atas laporan
keuangan yang telah diaudit. Oleh karena itu, auditor akan menerima beberapa
persen risiko audit atas ketidak jaminan auditor tersebut.

Risiko audit yaitu ketidaktepatan auditor dalam memberikan opini atau salah
saji material atas laporan keuangan dan kemungkinaan auditor melakukan audit
secara tidak benar dan detail. Adanya risiko audit ini maka auditor harus
melakukan pengukuran dan penetapan risiko audit terlebih dahulu sebelum
melakukan audit pada laporan keuangan suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana risiko audit akan berpengaruh pada laporan keuangan?

2. Apa saja jenis-jenis risiko audit?

3. Bagaimana analisis risiko audit pada salah satu kasus yaitu PT Telkom
Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Menginformasikan pengaruh risiko audit terhadap laporan keuangan.

2. Menginformasikan jenis-jenis risiko audit.

3. Memberitahukan salah satu contoh kasus mengenai risiko audit pada PT


Telkom Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui pengaruh risiko audit terhadap laporan keuangan.

2. Dapat mengetahui jenis-jenis risiko audit.

3. Dapat mengetahui contoh risiko audit pada salah satu kasus yaitu PT Telkom
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Risiko Audit terhadap Laporan Keuangan


Berdasarkan Standar Audit seksi 312 yaitu adanya risiko audit diakui dengan
pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan fungsi auditor
independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan
mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.1 Risiko audit 2
adalah risiko yang
timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
3
material. Berdasarkan definisi risiko audit di atas, risiko audit ini tidak
mencakup risiko yang dihadapi oleh auditor karena ia secara salah menyimpulkan
bahwa laporan keuangan berisi salah saji material. Dalam situasi ini, biasanya ia
mempertimbangkan kembali atau memperluas prosedur auditnya dan meminta
klien untuk melakukan tugas tertentu untuk mengevaluasi kembali kewajaran
laporan keuangannya. Langkah-langkah ini biasanya akan mengarahkan auditor
ke kesimpulan yang benar. Definisi risiko audit ini juga tidak mencakup risiko
yang timbul sebagai akibat pengambilan keputusan pelaporan yang tidak
semestinya, yang tidak berkaitan dengan deteksi dan evaluasi salah saji dalam
laporan keuangan, seperti pengambilan keputusan yang tidak semestinya
mengenai bentuk laporan auditor karena adanya ketidakpastian atau batasan atas
lingkup audit.

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan


tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi
sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Kekeliruan yang dimaksud
diantaranya ialah kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang
menjadi sumber penyusunan laporan keuangan, estimasi akuntansi yang tidak
masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta, dan kekeliruan
dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,
cara penyajian, atau pengungkapan. Selain SA 312, salah saji ini dijelaskan lebih
lanjut dalam SA Seksi 316 [PSA No. 32 dan PSA No. 70] Pertimbangan atas
Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan. Faktor utama yang membedakan
kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang
berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan merupakan tindakan yang
disengaja atau tidak disengaj.

Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor untuk memperoleh


keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material, tidak ada
perbedaan penting antara kekeliruan dengan kecurangan. Namun, terdapat
perbedaan, dalam hal tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.
Umumnya kekeliruan yang terisolasi, tidak material dalam pengolahan data
akuntansi atau penerapan prinsip akuntansi tidak signifikan terhadap audit.
Sebaliknya, bila kecurangan dideteksi, auditor harus mempertimbangkan
implikasi integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya
terhadap aspek audit. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,
secara individual atau secara gabungan, material, auditor biasanya harus
mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah
pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang
material bagi laporan keuangan di suatu entitas mungkin tidak material bagi
laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda. Begitu
juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan
berubah dari satu periode ke periode yang lain.

Oleh karena itu, auditor harus melakukan perencanaan audit untuk


mempertimbangkan risiko audit baik dalam perencanaan audit dan perancangan
prosedur audit dan mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.2 Jenis-Jenis Risiko Audit

Jenis-jenis risiko audit dibagi menjadi 3 diantaranya yaitu:

1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko bawaan yaitu risiko yang mungkin timbul akibat dari karakter bawaan
dari suatu transaksi. Risiko bawaan atau Inherent Risk ini diluar dari jangkauan
dan kendali auditor untuk melakukan pencegahan. Jadi auditor hanya bisa
menemukan namun tidak dapat melakukan apa-apa. Contohnya yaitu
kompleksitas: perhitungan yang rumit yang dapat menimbulkan salah saji dari
pada perhitungan yang sederhana atau adanya target yang dimiliki perusahaan
untuk meningkatkan laba sehingga melakukan manipulasi pada transaksi laporan
keuangan. Adapun ciri yang mengindikasikan resiko bawaan yang tinggi yaitu
terjadinya kinerja perusahaan yang terus menurun, kekurangan modal kerja, dan
tingginya aset yang tidak dimanfaatkan untuk menhasilkan profit.

2. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian atau control risk ialah risiko yang bisa timbul akibat
kelemahan sistem pengendalian internal klien yang diakibatkan oleh design yang
lemah atau pelaksanaan yang tidak sesuai design. Adapun karakteristik
perusahaan yang memiliki risiko pengendalian tinggi yaitu struktur organisasi
yang kurang baik sehingga pembagian tugas menjadi tidak jelas, lemahnya
pengendalian managemen terhadap oprasional perusahaan, hal ini dapat dilihat
dari beberapa hal, misal otorisasi transaksi yang kurang jelas sehingga semua
karyawan dapat mengakses seluruh data transaksi perusahaan, tidak ada aktivitas
supervisi, dan tidak ada tinjauan kerja. Selanjutnya, risiko pengendalian tinggi
dapat terjadi jika satu karyawan mempunyai dua/lebih wewenang dalam
perusahaan, misal karyawan tersebut berwenang dalam melakukan pembelian
barang dan menerima persediaan dalam gudang, maka hal tersebut mungkin saja
akan timbul kecurangan yang dapat mengakibatkan risiko kontrol tinggi.

3. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko Deteksi atau detection risk yaitu kegagalan auditor dalam mendeteksi
salah saji material dan atau manipulasi/kecurangan. Hal tersebut merupakan
masih dalam kendali auditor sehingga auditor harus menekan risiko yang akan
terjadi seminimal mungkin. Adapun faktor yang dapat menimbulkan risiko
deteksi yang tinggi ialah salah dalam mengaplikasikan prosedur audit, salah
menginterprestasikan hasil audit, salah memilih metode uji, dan pengujian risiko
pengendalian yang kurang intensif.
3.3 Contoh Kasus Risko Audit Pada PT Telkom Indonesia dengan KAP Eddy
Pianto

1. Overview Kasus

2. Analisis Risiko Audit

3. Sanksi

4.

Anda mungkin juga menyukai