Anda di halaman 1dari 13

DESKRIPSI MATERI

RESIKO AUDIT

Dosen Pengampu: Sofyan Helmi Purba

PENGANTAR
Resiko Audit adalah suatu hal yang wajib diketahui oleh seorang auditor, seorang auditor
yang professional akan mudah dalam mendeteksi resiko resiko audit yang akan dialami pada saat
pelaksaaan audit.
.

TUJUAN PERKULIAHAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:


 Menjelaskan mengenai Resiko Audit
 Menelaah sejauh mana hubungan resiko audi, materialitas dan bukti audit

DESKRIPSI MATERI :

1. Pendahuluan

Setiap pekerjaan dapat dipastikan mengandung risiko. Risiko dapat diartikan

sebagai suatu kemungkinan timbulnya kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan.

Dalam proses audit atas laporan keuangan, seorang auditor juga dihadapkan pada risiko

audit.

Risiko yang dihadapi oleh seorang auditor adalah berupa kemungkinan adanya

kesalahan yang dibuat oleh seorang auditor dalam memberikan pendapat atas laporan

keuangan yang diauditnya. Standar Auditing 312.02 merumuskan risiko audit sebagai

risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya

sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material”. Dengan kata lain, risiko audit merupakan kemungkinan masih

terdapatnya kesalahan yang material dalam laporan keuangan setelah proses audit

selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian (WTP) diterbitkan.

Risiko audit merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh seorang auditor.

Seorang auditor harus sanggup menghadapi risiko audit. Oleh karena itu, seorang auditor

harus menetapkan kesanggupannya dalam menghadapi risiko audit. Ukuran kesanggupan

seorang auditor untuk menerima risiko audit disebut Acceptable Audit Risk (AAR).

Dengan demikian, Acceptable Audit Risk (AAR) merupakan kesanggupan seorang

auditor untuk menerima kemungkinan masih terdapatnya kesalahan yang material dalam

laporan keuangan setelah proses audit selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian

(WPT) diterbitkan.

2. Komponen Resiko Audit

Risiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk),

risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Berbagai risiko

yang terkait dengan risiko audit tersebut semuanya berhubungan dengan kemungkinan

terdapatnya kesalahan dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah penjelasan singkat

mengenai risiko-risiko tersebut.

a) Resiko Bawaan (Inherent Risk)

Inherent risk adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi

terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. Selain itu, Inherent risk

dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan terjadinya kesalahan material


dalam segmen tertentu tanpa memperhitungkan efektifitas pengendalian intern.

Inherent risk merupakan faktor independen terhadap audit laporan keuangan. Ini

berarti bahwa auditor tidak dapat mengubah tingkat sesungguhnya (actual level)

dari Inherent risk. Namun auditor dapat mengubah tingkat risiko yang ditetapkan

(assessed level) dari Inherent risk. Auditor biasanya melakukan perhitungan

Inherent risk terutama pada tahap perencanaan audit.

Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah

Inherent risk. Sebaliknya, auditor harus menetapkan faktor-faktor pembentuk

risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit. Faktor-faktor utama dibawah

ini harus ditelaah dalam menetapkan Inherent risk :

 Sifat bidang usaha klien (nature of the client’s business)

 Integritas manajemen (management integrity)

 Motivasi klien (Client’s motivation)

 Hasil audit tahun sebelumnya (result of previous audits)

 Penugasan pertama atau penugasan ulang (initial versus repeat

engagement)

 Transaksi hubungan istimewa (related parties transaction)

 Transaksi tidak rutin (nonroutine transactions)

 Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi

secara benar ( judgement required correctly record account balances and

transaction)

 Kerentanan terhadap kecurangan (susceptibility to defalcation)

 Unsur-unsur populasi (makeup of the population)


Sifat Bidang Usaha Klien

Risiko bawaan (Inherent risk) dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat

bidang usaha dari perusahaan klien sendiri. Misalnya, akan lebih besar

kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronik daripada peleburan

baja. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kecil akan

lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh Bank. Risiko bawaan

(Inherent risk) tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti persediaan,

piutang usaha, piutang pinjaman, tanah dan bangunan. Sifat usaha ini akan kurang

pengaruhnya untuk akun kas, wesel tagih dan utang hipotek.

Integritas Manajemen

Jika manajemen didominasi satu atau beberapa orang yang integritasnya

kurang, maka kemungkinan bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan lebih

besar. Contohnya, kurangnya integritas manajemen ditemukan dalam kebanyakan

kasus dimana auditor menghadapi kasus tuntutan hukum. Auditor mengambil

risiko profesional dan hukum yang besar jika mereka menerima penugasan dari

klien yang integritasnya kurang, dan banyak kantor akuntan publik tidak akan

menerima penugasan demikian.

Seringkali manajemen memiliki tingkat integritas tertentu yang memadai

tetapi tidak dapat disebut jujur dalam semua hal. Misalkan manajemen

mengurangkan artikel aktiva tetap sebagai beban perbaikan dan pemeliharaan

dalam SPT, atau tidak memberitahu pelanggan bahwa klien menerima dua kali
pembayaran untuk transaksi yang sama. Auditor harus mengevaluasi dahulu

apakah ia akan menerima penugasan dari klien semacam itu, jika ya, harus

ditetapkan tingkat risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi untuk semua segmen

dalam penugasan untuk menguji kemungkinan salah saji yang disengaja.

Motivasi Klien

Dalam situasi tertentu, manajemen dapat merasa bahwa akan lebih

menguntungkan mensalahsajikan laporan keuangan. Misalkan jika manajemen

akan menerima persentase dari laba sebagai bonus, mungkin terjadi

kecenderungan untuk melebih sajikan laba bersih. Demikian pula kalau suatu

utang obligasi mensyaratkan rasio likuiditas tertentu, klien mungkin berkeinginan

untuk melebih sajikan aktiva lancar dan mengkurang sajikan utang lancar untuk

memenuhi hal tersebut. Juga , perlu dipertimbangkan motivasi untuk mengurang-

kan sajikan laba sebelum pajak untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi

kalau manajemen tidak memiliki integritas yang tinggi, motivasi tertentu bisa

membuat mereka mensalah sajikan laporan keuangan. Dengan demikian, jika

auditor menganggap bahwa penyajian laporan keuangan telah dicampuri oleh

motivasi klien, ia harus menetapkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi.

Hasil Audit Sebelumnya


Salah saji yang terjadi pada audit sebelumnya memiliki kemungkinan

untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji

mempunyai sifat yang sistemis dan organisasi cenderung lamban melakukan

pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak

memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan.
Jika misalnya pada tahun sebelumnya ditemukan banyak salah saji pada

penetapan harga, kemungkinan besar risiko bawaan (Inherent risk) akan tinggi

dan pengujian ekstensif harus dilakukan tahun berjalan untuk memeriksa apakah

kelemahan dalam sistem klien ini telah diperbaiki. Akan tetapi kalau pada

beberapa tahun sebelumnya tidak ditemui salah saji apapun, auditor dibenarkan

untuk mengurangi risiko bawaan (Inherent risk), dengan catatan tidak ada

perubahan keadaan yang relevan.

Penugasan Pertama Atau Penugasan Ulang

Auditor akan memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai

kemungkinan terjadinya salah saji setelah mengaudit sebuah klien untuk beberapa

tahun. Tidak ada pengalaman sebelumnya biasanya membuat auditor menetapkan

tingkat risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih tinggi dari pada penugasan ulang

tanpa salah saji yang material. Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan

(Inherent risk) yang tinggi pada penugasan pertama, dan menguranginya pada

tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman.

Hubungan Istimewa

Transaksi antara induk perusahaan dengan anak perusahaan atau antara

perusahaan dengan pribadi manajemennya adalah contoh hubungan istimewa

seperti yang didefinisikan PSAK 7. Transaksi yang dilakukan dua pihak yang

independen dan dilaksanakan secara normal tidak termasuk dalam definisi ini.

Dalam hal transaksi semacam ini terjadi, auditor harus meningkatkan risiko

bawaan (Inherent risk) klien yang bersangkutan.


Transaksi Tidak Rutin

Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak

dicatat dengan benar karena kurangnya pengalaman klien dalam penanganannya.

Contohnya adalah kerugian karena kebakaran, pembelian tanah dan bangunan

yang besar atau persetujuan sewa guna usaha. Transaksi tidak rutin mengandung

risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih tinggi dari pada transaksi rutin.

Pertimbangan Yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo Akun Dan Transaksi

Secara Benar

Banyak akun yang melibatkan unsur estimasi dan pertimbangan

manajemen. Contohnya adalah penyisihan piutang tertagih, usangnya persediaan,

kewajiban pembayaran garansi, dan cadangan kredit tak tertagih. Demikian pula

transaksi perbaikan besar-besaran atau penggantian aktiva merupakan contoh

diperlukannya pertimbangan untuk mencatat transaksi dengan benar. Semakin

diperlukan pertimbangan dalam mencatat akun atau transaksi dengan benar, risiko

bawaan (Inherent risk) semakin tinggi.

Kerentanan Terhadap Kecurangan

Auditor perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalam

situasi dimana relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahaan menjadi

milik pribadi. Contohnya kalau uang tunai, efek-efek atau persediaan yang mudah

dijual tidak diawasi dengan baik. Kalau ini terjadi, risiko bawaan (Inherent risk)

harus ditingkatkan.
Unsur-Unsur Populasi

Unsur-unsur individual yang membentuk populasi seringkali

mempengaruhi ekspektasi salah saji yang material. Misalkan, kebanyakan auditor

menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha yang

kebanyakan telah jatuh tempo dari pada yang unsur-unsurnya adalah piutang yang

masih baru. Contoh lain, kemungkinan salah saji pada persediaan yang dibeli

bertahun-tahun yang lalu akan lebih besar dari persediaan yang baru dibeli

beberapa bulan. Transaksi dengan perusahaan afiliasi, piutang karyawan,

pembayaran utang lewat kas dan piutang usaha yang belum tertagih beberapa

bulan adalah contoh situasi yang membutuhkan risiko bawaan (Inherent risk)

yang tinggi, dan karenanya membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih

tingginya kemungkinan terjadinya salah saji dari pada transaksi biasa.

b) Resiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian (control risk) adalah ukuran kemungkinan

terdapatnya suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak

dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern satuan

usaha. Risiko pengendalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan prosedur

pengendalian intern klien.

Tingkat risiko pengendalian sesungguhnya tidak bisa diubah oleh auditor,

namun demikian auditor bisa mengubah tingkat risiko pengendalian yang


ditetapkan dengan memodifikasi (1) prosedur-prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern yang

berhubungan dengan asersi-asersi, dan (2) prosedur-prosedur yang digunakan

untuk melakukan pengujian pengendalian. Biasanya auditor menetapkan

perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan untuk setiap asersi penting

laporan keuangan pada tahap perencanaan audit.

c) Resiko Deteksi (Deteksi Risk)

Risiko deteksi adalah ukuran kemungkinan seorang auditor tidak dapat

mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi

adalah suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya oleh

auditor. Tingkat risiko auditor sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan

memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk

setiap asersi. Dalam menentukan risiko deteksi, auditor juga harus

memperhitungkan kemungkinan bahwa ia melakukan kesalahan. Aspek risiko

deteksi dapat dikurangi melalui perencanaan yang memadai dan supervisi yang

tepat serta melalui penerapan standar pengendalian mutu.


3. Hubungan Antar Komponen Resiko

Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat

risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan untuk suatu asersi, dengan

tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor untuk aasersi tersebut. Di dalam

menghubungkan komponen-komponen risiko audit, auditor bisa menyatakan setiap

komponen dalam bentuk kuantitatif atau non-kuantitatif. Model risiko audit sangat

penting untuk dipahami dalam menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang

dapat diterima.

4. Hubungan Antar Resiko Audit dengan Bukti Audit

Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang

diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Artinya untuk

klien tertentu, semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin banyak

jumlah bukti yang diperlukan. Hubungan ini berlaku pula untuk risiko deteksi. Untuk

asersi tertentu, semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima yang ditetapkan

auditor, semakin banyak bukti yang diperlukann untuk membatasi tingkat risiko dekteksi

pada tingkat tersebut. Sebaliknya risiko bawaan san risiko pengendalian mempunyai

hubungan langsung dengan jumlah bukti yang diperlukan. Bukti yang diperlukan

semakin sedikit apabila risikonya rendah karena dalam situasi demikian risiko deteksinya

dapat menjadi tinggi.


5. Hubungan Antar Materialitas, Resiko Audit dan Bukti Audit

Mempertahankan agar risiko audit tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat

mterialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan agar lingkaran tetap bulat. Begitu pula

apabila kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan mengurangi bukti audit,

maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. Atau apabila kita ingin

mengurangi risiko audit, maka kita bisa melakukan salah satu dari hal-hal berikut: (1).

Meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap (2). Menaikan bukti audit,

sementara tingkat materialitas tetap atau (3). Melakukan sedikit kenaikan pada jumlah

bukti audit dan pada tingkat materialitas.


6. Model Resiko Audit

Model risiko audit menyatakan hubungan antara komponen-komponen risiko

audit sebagai berikut;

RA = RB x RP X RD

Dalam model di atas simbol-simbol berarti sebagai berikut;

RA (Risiko Audit)

RB (Risiko Bawaan)

RP (Risiko Pengendalian )

RD (Risiko Deteksi)

Untuk menggambarkan penggunakan model diatas, misalkan auditor telah membuat

perhitungan risiko berikut untuk suatu asersi tertentu, Misalnya Asersi penilaian atau

pengalokasian atas persediaan: RB = 50% RP = 50% Misalkan auditor telah menetapkan

risiko audit (RA) keseluruhan sebesar 5% risiko deteksi dapat ditentukan dengan

menggunakan model untuk RD sebgai berikut: RD = RA/ (RBX RP). = 0,05/(0,5X0,5). =

20%

Anda mungkin juga menyukai