Anda di halaman 1dari 164

MAKALAH

PENERAPAN PROSES AUDIT PADA SIKLUS


PENJUALAN DAN PENAGIHAN
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah audit

Disusun Oleh :
Adzra Afifah Nurullana 175154001
Eneng Naelul Yulia Ningsih 175154008
Murni Salfadilla Saepudin 175154020

KELAS 2 A
PROGRAM STUDI D4 – AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Penerapan Proses Audit pada Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 8 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii

Daftar Isi …...…………………………………………………………………..... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Audit Siklus Penjualan dan Penagihan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi
2.1.1 Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan ….. 3
2.1.2 Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait ….…. 4
2.1.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi Penjualan ……………………………………………. 11
2.1.4 Retur dan Pengurangan Penjualan …………………………………… 25
2.1.5 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi Penerimaan Kas ……………………………………… 26
2.1.6 Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih …………… 35
2.1.7 Pengendalian Internal Tambahan atas Saldo Akun dan Penyajian serta
Pengungkapan …………………………………………………………………... 35
2.1.8 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi ………………………………………………………………………... 35

2.2 Sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
2.2.1 Sampel Representatif ………………………………………………… 36
2.2.2 Sampling Statistik versus Sampling Nonstatistik dan Pemilihan Sampel
Probabilistik versus Nonprobabilistik …………………………………………... 38
2.2.3 Metode Pemilihan Sampel Probabilistik …………………………….. 40
2.2.4 Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik ………………………… 43

iii
2.2.5 Sampling untuk Tingkat Pengecualian ……………………………… 50
2.2.6 Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik ………………………………. 80
2.2.7 Sampling Audit Statistik ……………………………………………... 80
2.2.8 Distribusi Sampling …………………………………………………. 81
2.3 Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang
Usaha
2.3.1 Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo ………… 83
2.3.2 Merancang Pengujian atas Rincian Saldo ……………………………. 88
2.3.3 Konfirmasi Piutang Usaha …………………………………………… 97
2.3.4 Mengembangkan Program Audit bagi Pengujian yang Terinci ……. 109

2.4 Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo


2.4.1 Perbandingan Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo dan
untuk Pengujian Pengendalian serta Pengujian Substantif atas Transaksi …….. 113
2.4.2 Sampling Nonstatistik ……………………………………………..... 114
2.4.3 Sampling Unit Moneter ……………………………………….……. 128
2.4.4 Sampling Variabel ………………………………………………….. 143
2.4.5 Ilustrasi Penggunaan Estimasi Perbedaan ………………………….. 151

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 157
3.2 Saran ……………………………………………….…………………. 158

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 160

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah proses audit terdapat proses pengujian, diantaranya
adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi
pada siklus penjualan dan penagihan. Kedua jenis pengujian tersebut
merupakan bagian dari tahap II dalam proses audit. Setelah memahami
kedua pengujian tersebut maka proses audit selanjutnya adalah melanjutkan
ketahap III dan berfokus pada prsedur analitis substantive dan pengujian
perincian saldo dalam siklus penjualan dan penagihan.
Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa pentingnya bagi
auditor untuk memilih bukti yang tepat dalam melakukan verifikasi saldo
akun terhadap siklus penjualan dan penagihan, setelah menentukan batas
salah saji yang dapat diterima, menjalankan prosedur identifikasi risiko
untuk menilai risiko pengendalian dan risiko yang tak terhindarkan, serta
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi.
Dalam siklus penjualan dan penagihan ini akan membahas mengenai
desain untuk prosedur analisis substantive dan pengujian perincian saldo
dari dua akun kunci neraca pada siklus tersebut, yaitu piutang dagang dan
cadangan kerugian piutang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi?
2. Bagaimana menentukan sampling audit untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi?
3. Bagaimana menyelesaikan pengujian dalam siklus penjualan dan
penagihan atas piutang usaha?
4. Bagaimana menentukan sampling audit untuk pengujian atas rincian
saldo?

1
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini juga dilakukan untuk memenuhi beberapa
tujuan yang akan dicapai dan diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Tujuan tersebut antara lain adalah:
1. Mampu menjelaskan metodologi dalam mendesain pengujian perincian
saldo.
2. Mampu mendesain dan melakukan prosedur analitis untuk akun-akun
dalam siklus penjualan dan penagihan.
3. Mampu mendesain dan melakukan pengujian perincian saldo piutang
dagang.
4. Menjalankan dan mengevaluasi konfirmasi piutang dagang.
5. Mendesain prosedur audit untuk audit piutang dagang serta
menggunakan kertas kerja perencanaan bukti sebagai panduan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS
TRANSAKSI
2.2.1 Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah
mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut
telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi.
Ada 5 kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan:
1. Penjualan (penjualan tunai dan kredit)
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih

3
2.1.2 Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait
Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan serta proses
yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada
pelanggan setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan
permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi barang
dan jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Tabel 14-1 Kelas transaksi, akun, fungsi bisnis, dan dokumen serta catatan
terkait untuk siklus penjualan dan penagihan
Kelas Akun Fungsi bisnis Dokumen dan catatan
transaksi
Penjualan - Penjualan - Pemrosesan - Pesanan pelanggan
- Piutang pesanan - Pesanan penjualan
usaha pelanggan - Pesanan pelanggan
- Pemberian atau pesanan
kredit penjualan
- Pengiriman - Dokumen
barang pengiriman
- Penagihan - Faktur penjualan
pelanggan dan - File transaksi
pencatatan penjualan
penjualan - Jurnal penjualan
atau listing
- File induk piutang
usaha
- Neraca saldo
piutang usaha
- Laporan bulanan

4
Penerimaan - Kas di Bank - Pemrosesan - Remittance advice
kas (debet dari dan pencatatan - Prelisting
penerimaan penerimaan kas penerimaan kas
kas) - File transaksi
- Piutang penerimaan kas
usaha - Jurnal penerimaan
kas atau listing
Retur dan - Retur dan - Pemrosesan - Memo kredit
pengurangan pengurangan dan pencatatan - Jurnal retur dan
penjualan penjualan retur dan pengurangan
- Piutang pengurangan penjualan
usaha penjualan
Penghapusan - Piutang - Penghapusan - Formulir otorisasi
piutang tak usaha piutang usaha piutang tak tertagih
tertagih - Penyisihan tak tertagih - Jurnal umum
untuk
piutang tak
tertagih
Beban - Beban - Penyediaan - Jurnal umum
piutang tak piutang tak piutang tak
tertagih tertagih tertagih
- Penyisihan
untuk
piutang tak
tertagih
Delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan
1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan
Permintaan pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara
keseluruhan. Secara legal, siklus tersebut merupakan penawaran
untuk membeli barang dengan syarat tertentu. Penerimaan pesanan
pelanggan seringkali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan.

5
Dokumen terkait:
a. Pesanan pelanggam (Customer Order). Pesanan pelanggan adalah
permintaan akan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
Pesanan tersebut dapat diterima melalui telepon, surat, formulir
tercetak yang telah dikirimkan kepada calon pelanggan atau
pelanggan yang sudah ada, melalui tenaga penjualan, pesanan
pelanggan yang diajukan secara elektronik melalui internet, atau
hubungan jaringan lainnya antara pemasok dan pelanggannya.
b. Pesanan penjualan (Sales Order). Pesanan penjualan adalah
dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
Dokumen tersebut seringkali digunakan untuk menunjukkan
persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman.
2. Pemberian Kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang berwenang harus
menyetujui kredit bagi pelanggan yang akan melakukan penjualan
secara kredit. Praktik pemberian persetujuan kredit yang lemah
seringkali menghasilkan piutang ragu ragu yang berlebihan dan
piutang usaha yang mungkin saja tidak dapat ditagih. Dalam
beberapa perusahaan, computer secara otomatis akan menyetuji
penjualan kredit berdasarkan batasan kredit yang telah disetujui
sebelumnya yang terdapat pada file induk pelanggan.
3. Pengiriman Barang
Fungsi penting ini merupakan titik awal siklus dimana
perusahaan akan menyerahkan asset. Sebagian besar perusahaan
mengakui penjualan ketika barang telah dikirim. Dokumen
pengiriman dibuat pada waktu pengiriman yang dapat dilakukan
secara otomatis oleh computer berdasarkan informasi pesanan
penjualan. Dokumen pengiriman yang biasanya berupa salinan bill of
lading sangatlah penting untuk menagih jumlah yang sesuai dengan
yang dikirim kepada pelanggan. Perusahaan yang menyelenggarakan

6
catatan persediaan perpetual juga dapat memperbaharuinya
berdasarkan catatan pengiriman.
Dokumen terkait:
a. Dokumen pengiriman. Dokumen pengiriman dibuat untuk
mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan deskripsi,
kuantitas barang dagang dan data relevan lainnya. Perushaan
mengirimkan dokumen pengiriman yang asli kepada pelanggan
dan menyimpan satu atau lebih salinannya. Dokumen pengiriman
juga berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan.
Salah satu jenis dokumen pengiriman adalah bill of lading yang
merupakan kontrak tertulis mengenai penerimaan dan
pengiriman barang antara pembawa dan penjual. Bill of lading
seringkali dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan
yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan.
4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Penagihan pelanggan harus dilakukan dengan benar dan atas dasar
tepat waktu karena merupakan cara untuk memberi informasi kepada
pelanggan mengenai jumlah yang akan ditagih atas barang yang
dibelinya. Aspek penting dari penagihan adalah:
a. Semua pengiriman telah ditagih. (kelengkapan=completeness)
b. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali.
(keterjadian = occurrence)
c. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat. (keakuratan
= accuracy)
Dalam sebagian besar system, penagihan pelanggan mencakuo
menyiapkan beberapa salinan faktur penjualan dan memperbaharui
secara simultan file transaksi penjualan, file induk piutang usaha, dan
file induk buku besar umum untuk penjualan serta piutang usaha.
Dokumen terkait:

7
a. Faktur penjualan. Faktur penjualan adalah dokumen yang
menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga,
ongkos angkut, asuransi, syarat, dan data relevan lainnya. Faktur
penjualan merupakan metode untuk menunjukkan kepada
pelanggan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Secara khusus, computer akan membuat secara
otomatis faktur penjualan setelah nomor pelanggan, kuantitas,
tujuan barang dikirim, dan syarat penjualan dimasukkan.
b. File transaksi penjualan. File transaksi penjualan merupakan file
yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua transaksi
penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu
periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan. informasi yang
ada dalam file transaksi penjualan akan digunakan untuk
membuat berbagai catatan, listing, atau laporan tergantung pada
kebutuhan perusahaan. File tersebut dapat mencantumkan jurnal
penjualan, file induk oiutang usaha, dan transaksi bagi saldo akun
atau divisi tertentu.
c. Jurnal penjualan atau listing. Jurnal penjualan merupakan listing
atau laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang
biasanya mencantumkan nama pelanggan. Tanggal, jumlah, dan
klasifikasi akun atau klasifikasi bagi setiap transaksi seoerti divisi
atau lini produk. Jurnal tersebut juga mengidentifikasi apakah
penjualan itu merupakan penjualan tunai atau piutang usaha.
Jurnal atau listing biasanya dibuat untu satu bulan tetapi dapat
juga mencakup setiap periode waktu. Transaksi yang sama yang
dicatat dalam jurnal atau listing juga diproses secara simultan ke
buku besar umum dan jika dilakukan secara kredit, ke file induk
piutang usaha. Jurnal atau listing juga dapat mencantumkan retur
dan pengurangan penjualan atau dapat menjadi juranl atau listing
terpisah bagi transaksi tersebut.

8
d. File induk piutang usaha. File induk piutang usaha merupakan file
computer yang digunakan untuk mencatat penjualan individual,
penerimaan kas, serta retur dan pengurangan penjualan bagi
setiap pelanggan dan untuk mempertahankan saldo akun
pelanggan. File induk ini diperbaharui dari file transaksi
computer penjualan, retur, dan pengembalian penjualan, serta
penerimaan kas.
e. Neraca saldo piutang usaha. Daftar atau laporan ini menunjukkan
jumlah piutang dari setiap pelanggan pada suatu titik waktu.
Laporan tersebut dibuat langsung dari file induk piutang usaha
dan biasanya merupakan neraca saldo (aged trial balance) yang
mencantumkan total saldo yang beredar dan jumlah hari oiutang
yang telah beredar menurut kategori hari seperti kurang dari 30
hari, 31-60 hari dan seterusm=nya.
f. Laporan bulanan. Merupakan dokumen yang dikirimkan melalui
surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang
menunjukkan saldo awal piutang usahanya, jumlah dan tanggal
setiap penjualan, pembayaran kas yang diterima, memo kredit
yang diterbitkan, dan saldo akhir yang jatuh tempo.
5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan,
penyetoran, dan pencatatan kas yang mencakuo uang tunai, cek, dan
transfer dana elektronik. Hal yang paling diperhatikan adalah
kemungkinan terjadinya pencurian. Pencurian dapat terjadi sebelum
penerimaan dicatat atau setelah pencatatan dilakukan sehingga semua
oenerimaan kas harus disetorkan atau didepositokan ke bank dengan
jumlah yang benar secara tepat waktu dan dicatat dalam file transaksi
penerimaan kas. File ini kemudia digunakan untuk membuat juranl
penerimaan kas dan memperbaharui file induk piutang usaha dan
buku besar umum.
Dokumen terkait:

9
a. Remittance Advice. Remittance advice adalah dokumen yang
dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada
penjual beserta pembayaran kas. Remittance advice
menunjukkan nama pelanggan, nomor faktu penjualan dan
jumlah faktur. Remittance advice digunakan sebagai catatn kas
yang diterima untuk memungkinkan kas tersebut dapat segera
disetor dan untuk memperbaiki pengendalian atas aktiva.
b. Prelisting penerimaan kas. Merupakan daftar yang disusun ketika
kas diterima oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab
untuk mencatat penjualan, piutang usaha, atau kas, dan yang tidak
memiliki akses ke catatan akuntansi. Daftar ini digunakan untuk
memverifikasi apakah kas yang diterima telah dicatat dan
didepositokan pada jumlah yang benar serta atas dasar tepat
waktu.
c. File transaksi penerimaan kas. File yang dihasilkan computer
yang mencantumkan semua transaksi penerimaan kas yang
diproses oleh system akuntansi selama suatu periode.
d. Jurnal penerimaan kas atau listing. Laporan ini berasal dari file
transaksi penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi
selama suatu periode waktu.
6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan
Apabila seorang pelanggan merasa tidak puas dengan barang
yang dibelinya bisanya penjual menerima retur barang atau
memberikan pengurangan harga. Perusahaan akan menyiapkan
laporan penerimaan atas barang yang diretur dan mengembalikannya
ke gudang. Retur dan pengurangan penjualan dicatat dalam file
transaksi retur penjualan dan pengurangan serta file induk piutang
usaha. Memo kredit menyangkut retur penjualan dan pengurangan
akan diterbitkan untuk membantu menyelenggarakan pengendalian
dan untuk memfasilitasi pencatatan.
Dokumen yang terkait:

10
a. Memo kredit. Memo kredit adalah dokumen yang
mengindikasikan pengurangan jumlah dari pelanggan akibat retur
barang atau pengurangan harga. Memo kredit seringkali
mengambil bentuk umum yang sama seperti faktur penjualan
tetai mendukung pengurangan piutang usaha bukan kenaikan.
b. Jurnal retur dan pengurangan penjualan. Jrnal ini digunakan
untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan. Jurnal ini
memiliki fungsi yang sama seperti jurnal penjualan.
7. Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah piutang tertentu tidak
dapat ditagih, perusahaan perlu menghapusnya. Biasanya hal ini
terjadi setelah pelanggan mengajukan kebangkrutan atau penagihan
piutangnya diserahkan kepada agen penagihan.
Dokumen yang terkait adalah Formulir otorisasi piutang tak
tertagih, yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan interbal
untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai
tak tertagih.
8. Penyediaan Piutang Tak Tertagih
Karena perusahaan diperkirakan tidak dapat menagih 100%
penjualannya, prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk
mencatat beban piutang tak tertagih sebesar jumlah yang
diperkirakan tidak daoat ditagih. Sebagian besar perusahaan
mencatat transaksi ini pada akhir bulan atau setiap kuartal.

2.1.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan
Auditor memahami pengendalian internal dengan menggunakan
salah satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan
arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal, dan
melaksanakan pengujian penjualan walkthrough. Auditor menggunakan
informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal untuk

11
menilai risiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam
penilaian ini:
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko
pengendalian. Enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
akan menyediakan kerangka kerja ini.
2. Auditor harus mengidetifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan. Hal tersebut akan berbeda bagi setiap
audit karena setiap klien memiliki pengendalian internal yang
berbeda.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor
lalu mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Langkah ini sangat penting karena mempengaruhi keputusan yang
akan diambil auditor baik mengenai pengujian pengendalian maupun
pengujian substanstif.
1. Menguji Aktivitas Pengendalian Kunci Untuk Penjualan
a. Pemisahan tugas yang memadai. Pemisahan tugas yang memadai
dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat
kesalahan maupun penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah
kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapa
pun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi
penjualan fdan penerimaan kas ke dalam computer. Fungsi
pemberian kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan karena
pengecekan kredit ditujukan untuk mengatasi kecenderungan
alamai dari para personil penjualan untuk mengoptimalkan
volume meskipun dengan beban piutang tak tertagih yang tinggi.
b. Otorisasi yang tepat. Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga
titik kunci:
1) Kredit harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan
dilakukan.

12
2) Barang harus dikirim hanya setelah otorisasi yang tepat
diberikan.
3) Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon
harus diotorisasi.
Dua pengendalian pertama ini ditujukan untuk mencegah
hilangnya aktiva perusahaan akibat dikirim ke pelanggan fiktif
atau pelanggan tidak bias membayar barang yang dibelinya.
c. Dokumen dan catatan yang memadai. Karena setiap perusahaan
memiliki system penerimaan, pemrosesan, dan pencatatan
transaksi yang unik maka auditor mungkin sulit mengevaluasi
apakah setiap prosedur klien telah dirancang untuk pengendalian
maksimum. Akan tetapi, prosedur pencatatan yang memadai
harus sudah tersedia sebelum sebagian besar tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.
d. Dokumen yang telah dipranomori. Memberi nomor terlebih
dahulu pada dokumen ditujukan untuk mencegah baik kegagalan
dalam menagih atau mencatat penjualan dan terjadinya penagihan
serta pencatatan duplikat.
e. Laporan bulanan. Pengiriman laporan bulanan merupakan
pengendalian yang bermanfaat karena mendorong para
pelanggan untuk segera merespon jika ada saldo yang dinyatakan
tidak benar. Laporan harus dikendalikan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab menangani kas atau mencatat penjualan atau
piutang usaha untuk menghindari kegagalan yang disengaja
dalam mengirimkan laporan itu.
f. Prosedur verifikasi internal. Program computer atau personil
yang independen harus mengecek bahwa pemrosesan dan
pencatatan transaksi penjualan memenuhi setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi.
2. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian

13
Setelah mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya, auditor mulai menilai risiko pengendalian. Untuk
audit perusahaan public, auditor harus melaksanakan pengujian yang
ekstensif atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak
kelemahannya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Luas pengujian pengendalian
dalam audit perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu
dapat diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian. Daloam
menentukan tingkat keandalan pengendalian, auditor juga
mempertimbangkan kenaikan biaya pengujian pengendalian
dibandingkan penurunan pengujian substanstif yang potensial.
3. Merancang Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian
pengendalian harus dirancang untuk memverifikasi keefektifannya.
Tiga kolom pertama pada Tabel 14-2 mengilustrasikan
perancangan pengujian pengendalian untuk penjualan Hillsburg
Hardware Co. Kolom ketiga menunjukkan satu pengujian
pengendalian untuk setiap pengendalian internal kunci yang ada di
kolom dua. Tabel ini diorganisasikan sesuai dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi. Sebagai contoh, pengendalian internal
kunci yang kedua untuk tujuan keterjadian adalah “penjualan
didukung oleh dokumen pengiriman yang diotorisasi dan pesanan
pelanggan yang disetujui”. Pengujian pengendalian ini adalah untuk
“memeriksa faktur penjualan guna mendukung bill of lading dan
pesanan pelanggan”. Bagi pengujian ini auditor harus memulainya
dengan faktur penjualan dan memeriksa dokumen yang mendukung
faktur penjualan itu dan bukan sebaliknya. Jika auditor menelusuri
dari dokumen pengiriman ke faktur penjualan maka merupakan
pengujian kelengkapan.

14
Tabel 14-2 Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, pengujian
pengendalian, defisiensi, dan pengujian substantive atas transaksi penjualan
Hillburg Hardware Co

Tujuan audit Pengujian


yang substanstif
Pengendalian Pengujian
berkaitan Defisiensi atas
kunci yang ada pengendalian
dengan transaksi
transaksi penjualan
Penjualan yang  Kredit  Memeriksa  Tidak  Memerik
dicatat adalah disetujui pesanan adany sa urutan
yang benar secara pelanggan a faktur
benar dikirim otomatis oleh menyangkut verifi penjualan
kepada computer bukti kasi  Merevie
pelanggan setelah persetujuan intern w jurnal
nonfiktif dibandingkan kredit. al atas penjualan
(keterjadian) dengan batas  Memeriksa kemu dan file
kredit yang faktur ngkin induk
diotorisasi. penjualan an untuk
(C1) untuk faktur transaksi
 Penjualan mendukung penju dan
didukung oleh bill of lading alan jumlah
dokumen dan pesanan dicata yang
pengiriman pelanggan. t lebih tidak
yang  Memeriksa dari biasa
diotorisasi dan file total satu  Menelus
pesanan batch untuk kali. uri ayat
pelanggan melihat jurnal
yang disetujui. tanda tangan penjualan
(C2) klerk ke
dokumen

15
 Total batch pengendalia penduku
kuantitas yang n data ng yang
dikirim  Mengamati mencaku
dibandingkan apakah p faktur
dengan lap0ran penjualan
kuantitas yang bulanan dupilkat,
ditagih. (C6) telah dikirim bill of
 Laporan lading,
dikirimkan pesanan
kepada penjualan
pelanggan , dan
setiap pesanan
bulan.(C9) pelangga
n.
Transaksi  Dokumen  Memeriksa  Menelus
penjualan yang pengiriman urutan uri
ada telah dipranomori dokumen dokumen
dicatat. dan pengiriman pengirim
(kelengkapan) diperhitungka  Memeriksa an
n setiap file totak terpilih
minggu batch ke jurnal
 Total batch menyangkut penjualan
kuantitas yang tanda tangan untuk
dikirim klerk memastik
dibandingkan pengendalia an bahwa
dengan n data semuany
kuantitas yang a telah
ditagih dimasukk
an

16
Penjualan yang  Penjualan  Memeriksa  Menelus
dicatat adalah didukung oleh dokumen uri ayat
sebesar jumlah dokumen pendukung jurnal
barang yang pengiriman dari faktur dalam
dikirimkan dan yang penjualan jurnal
ditagih serta diotorisasi dan  Memeriksa penjualan
dicatat dengan pesanan file total ke faktur
benar. pelanggan batch untuk penjualan
(keakuratan) yang disetujui. melihat  Menghitu
 Total batch tanda tangan ng
kuantitas yang klerk kmebali
dikirim pengendalia harga dan
dibandingkan n data perkalian
dengan  Memeriksa pada
kuantitas yang daftar harga faktur
ditagih. yang penjualan
 Harga jual per disetujui  Menelus
unit diperoleh untuk uri
dari file induk melihat rincian
daftar harga keakuratan pada
yang disetujui. dan otorisasi faktur
 Laporan yang tepat penjualan
dikirimkan  Mengamati ke
kepada apakah dokumen
pelanggan laporan oengirim
setiap bulan. bulanan an, faktur
telah penjualan
dikirimkan , dan
pesanan
pelangga
n.

17
Transaksi  Computer  Memeriksa  Menggun
penjualan secara bukti bahwa akan
dimasukan otomatis akan file induk perangka
dengan benar memposting piutang t lunak
ke dalam file transaksi ke usaha telah audit
induk piutang file induk direkonsilias untuk
usaha dan piutang usaha i dengan memfoot
diikhtisarkan dan buku buku besar dan
dengan benar besar umum croosfoot
(posting dan  File induk  Memeriksa jurnal
ikhtisar) piutang usaha bukti bahwa penjualan
direkonsiliasi file induk serta
dengan buku piutang menelusu
besar umum usaha telah ri
 Laporan direkonsilias totalnya
dikirimkan i dengan ke buku
kepada buku besar besar
pelanggan umum umum.
setiap bulan  Mengamati
apakah
laporan
bulanan
telah
dikirimkan.
Transaski  Klasifikasi  Memeriksa  Memerik
penjualan akun paket sas
diklasifikasika diverifikasi dokumen salinan
n dengan benar secara internal untuk faktur
(klasifikasi) verifikasi penjualan
internal demi
klasifikas

18
i akun
yang
tepat
Penjualan  Dokumen  Memetiksa  Tidak  Memban-
dicatat pada pengiriman urutan adany dingkan
tanggal yang dipranomori dokumen a tanggal
benar dan pengiriman penge pencatata
(penetapan diperhitungka ndalia n
waktu) n setiap n penjualan
minggu oleh untuk dalam
akuntan meng jurnal
uji penjualan
pencat dengan
atan salinan
yang faktur
tepat penjualan
waktu dan bill
of lading.

4. Merancang Pengujian Substanstif atas Transaksi Penjualan


Dalam memutuskan pengujian substanstif atas transaksi, auditor
seringkali menggunakan beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa
memandang situasinya sementara yang lainnya tergantung pada
kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.
Menentukan prosedur pengujian substanstif atas transaksi
penjualan yang tepat relative sulit karena sangat bervariasi
tergantung pada situasinya. Table 14-2 menyajikan prosedur
oengujian substantive atas transaksi berdasarkan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi penjualan.
Prosedur audit pengujian substantif atas transaksi yang hanya
dilakukan jika ada situasi tertentu yang memerlukan perhatian audit

19
khusus seperti jika ada defisiensi atau kelemahan pengendalian
internal.
a. Mencatat penjualan yang terjadi. Untuk tujuan ini auditor
memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi yaitu:
1) Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara oengiriman
tidak pernah dilakukan
2) Penjualan dicatat lebih dari satu kali
3) Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat
sebagai penjualan.
Dua jenis salah saji pertama dapat disebabkan oleh kesalahan
atau kecurangan sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan
oleh kecurangan. Konsekuensi potensial dari ketiga jenis salah
saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji
asset dan laba.
Melebihkan penjualan secara tidak sengaja umumnya lebih
mudah ditemukan ketimbang yang disebabkan oleh kecurangan.
Biasanya lebih saji yang tidak disengaja juga terjadi pada
piutang usaha yang dapat dideteksi oleh klien dengan
mengirimkan laporan bulanan kepada pelanggan. Salah saji yang
tidak disengaja seringkali ditemukan dengan mudah oleh auditor
pada akhir tahun melalui prosedur konfirmasi. Dalam lebih saji
yang disebabkan oleh kecurangan, para pelaku akan berusaha
menutuoi salah saji tersebut sehingga lebih sulit bagi auditor
untuk menemukannya. Pengujian substantive atas transaksi
mungkin diperlukan untuk mengungkapkan penjualan yang di
lebih sajikan pada situasi tersebut.
Pengujian substanstif atas transaksi yang sesuai untuk
menguji keterjadian tergantung pada apakah auditor yakin
bahwa salah saji mungkin akan terjadi. Banyak auditor akan
melakukan pengujian substantive atas transaksi untuk tujuan
keterjadian hanya jika mereka yakin bahwa ada defisiensi

20
pengendalian. Karena itu, sifat dari pengujian tergantung pada
sifat salah saji yang potensial sebagai berikut:
1) Penjualan dicatat sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan. Auditor dapat memvouching ayat jurnal tertentu
dalam jurnal penjualan ke salinan pengiriman dan dokumen
pengiriman lainnya yang terkait untuk memastikan bahwa
penjualan tersebut benar benar terjadi.
2) Penjualan dicatat lebih dari satu kali. Penjualan duplikat
dapat ditentukan dengan mereview secara numeris daftar
transaksi penjualan yang dicatat untuk melihat apakah ada
nomor yang sama. Auditor juga dapat menguji pembatalan
dokumen pengiriman yang tepat. Pembatalan yang tepat
dapat menurunkan kemungkinan bahwa dokumen
pengiriman akan digunakan untuk mencatat penjualan
lainnya.
3) Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif. Biasanya
jenis kecurangan ini terjadi jika orang yang mencatat
penjualan juga mengotorisasu pengiriman. Pengendalian
internal yang lemah akan sulit mendeteksi pengriman fiktif
ini. Untuk menguji apakah ada pelanggan fiktif, auditor
dapat menelusuri informasi tentang pelanggan pada faktur
penjualan ke file induk pelanggan
Pendekatan yang efektif lainnya untuk medeteksi ketiga
jenis salah saji transaksi penjualan diatas adalah dengan
menelusuri kredit dalam file induk piutang usaha ke sumbernya.
Jika piutang telah benar benar ditagih secara tunai atau barang
dikembalikan, penjualan sudah pasti terjadi sebelumnya.
Standar auditing menunjukkan bahwa biasanya auditor harus
mengidentifikasi pengakuan pendapatan yang tidak layak
sebagai risiko kecurangan. Namun pengujian substantive atas
transaksi untuk pengakuan pendapatan yang tidak layak hanya

21
akan diperlukan jika auditor merasa khawatir dengan
kecurangan yang diakibatkan pengendalian yang tidak memadai.
b. Transaksi penjualan yang ada telah dicatat. Dalam banyak audit,
tidak ada pengujian substantive atas transaksi yang dilakukan
untuk tujuan kelengkapan menyangkut lebih saji asset dan laba
mendapat perhatian yang lebih besar dalam audit transaksi
penjualan ketimbang yang menyangkut kurang saji. Jika
pengendaliannya tidak memadai, maka jika klien tidak
melakukan penelusuran internal yang independen dari dokumen
pengiriman ke jurnal penjualan, pengujian substantive mungkin
kana diperlukan. Untuk menguji pengiriman yang belum ditagih,
auditor dapat menelusuri dokumen pengiriman tertentu dari file
yang ada di departemen peniriman ke salinana faktur penjualan
dan jurnal penjualan yang trekait. Untuk melakukan pengujian
yang bermakna dengan menggunakan prosedur ini, auditor
harusyakin bahwa semua dokumen pengiriman telah dimasukan
dalam file. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa urutan
numeris dokumen. Sasaran perangkat lunak audit yang
dihasilkan seperti ACL atau IDEA dapat digunakan untuk
mengidentifikasi secara efisien salinan dan gap urutan numeris
catatan elektronik.
c. Arah pengujian. Auditor harus memahami perbedaan antara
menelusuri dari dokumen sumber ke jurnal dan memvouching
dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian yang
pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan (tujuan
kelengkapan) sementara yang kedua adalah untuk transaksi yang
tidak ada (tujuan keterjadian). Ketika merancang prosedur audit
untuk tujuan keterjadian dan kelengkapan, titik awal pengujian
meruoakan hal yang sangat penting. Ini disebut sebagai arah
pengujian.

22
d. Penjualan dicatat dengan akurat. Pencatatan yang akurat atas
transaksi penjualan harus memperhatikan hal hal berikut:
1) Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
2) Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
3) Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan
akuntansi.
Biasanya auditor melakukan pengujian substansif atas
transaksi pada setiap audit untuk memastikan bahwa masing
masing dari ketiga aspek keakuratan tersebut telah dilakukan
dengan benar dengan menghitung kembali informasi dalam
catatan akuntansi dan membandingkan informasi pada dokumen
yang berbeda. Secara umum, auditor membandingkan harga
pada salinan faktur penjualanb dengan daftar harga yang
disetuji, menghitung kembali perkalian serta penjumlahan atau
footing, dan membandingkan rincian pada faktur dengan catatan
oengiriman menyangkut deksripsi, kuantitas, serta identifikasi
pelanggan. Sering kali, auditor juga memeriksa pesanan
pelanggan dan pesana penjualan untuk informasi yang sama.
Perbandingan pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi untuk tujuan keakuratan adalah contoh
yang baik mengenai bagaimana waktu audit dapat dihemat jika
ada pengendalian internal yang efektif. Jadi, pengujian
pengendalian ini hamper tidak memerlukan waktu karena hanya
melibatkan pemeriksaan atas bukti awal atau lainnya dari
verifikasi internal. jika pengendalian ini efektif, ukuran sampel
untuk pengujian substantive atas transaksi dapat dikurangi
sehingga menghasilkan pengehmatan yang signifikan.
e. Transaksi penjualan dimasukan dengan benar dalam file induk
dan diikhtisarkan dengan benar. Pencatatan semua transaksi
penjualan dengan benar ke dalam file induk piutang usaha
merupakan hal yang penting karena keakuratan catatan tersebut

23
akan mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih piutang
yang beredar. Demikian juga, jurnal penjualan harus
dijumlahkan dan diposting dengan benar ke buku besar umum
agar laporan keuangan menjadi tepat. Pada sebgaina besar
penugasan, auditor melakukan beberapa uji keakuratan klerikal,
seperti memfooting jurnal dan menelusuri total serta rinciannya
ke buku besar umum dan file induk untuk mengecek apakah ada
kesalahan atau kecurangan ketika meroses transaksi penjualan.
Sejauh mana pengujian semacam itu diperlukan akan ditentukan
oleh kualitas pengendalian internal. Perangkat lunak audit
tergeneralisasi akan memungkinkan pengujian yang efisien atas
keajuratan jurnal dan catatan elektronik.
Menelusuri dari jurnal penjualan ke file induk biasanya
dilakukan sebagai bagian dari pemenuhan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi lainnya, tetapi memfooting jurnal
penjualan dan menelusuri totalnya ke buku besar umum
dilakukan sebagai prosedur yang terpisah.
Pengujian posting dan pengikhtisaran yang berbeda dengan
pengujian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
karena memasukkan jurnal footing, catatan file induk, dan buku
besar, serta menelusuri dari salah satu ke yang lainnya di antara
ketiga item tersebut.
Apabila footing dan perbandingan dibatasi pada ketiga
catatan tersebut, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
adalah posting dan pengikhtisaran. Apabila jurnal, file induk,
atau buku besar ditelusuri ke atau dari suatu dokumen tujuannya
adalah salah satu dari kelima tujuan lainnya yang tergantung
pada apa yang diverifikasi.
f. Penjualan yang dicatat diklasifikasikan dengan benar. Auditor
harus memperhatikan apakah transaksi telah dibebankan ke akun
buku besar umum yang benar. Bagi perusahaan yang

24
menggunakan lebih dari satu klasifikasi penjualan seperti
perusahaan yang menerbitkan laporan laba rugi per segmen,
klasifikasi yang tepat merupakan hal yang penting.
g. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar. Penjualan harus
ditagih dan dicatat segera setelah pengiriman dilakukan untuk
mencegah penghilangan transaksi yang tidak disengaja dari
catatn dan untuk memastikan bahwa penjualan telah dicatat pada
periode yang tepat. Transaksi yang dicatat secara tepat waktu
juga kecil kemungkinan mengandung salah saji.
5. Ikhtisar Metodologi Penjualan
Table 14-2 adalah matriks yang menunjukkan bagaimana auditor
memutuskan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi penjualan setelah pengendalian serta defisiensi
pengendalian diidentifikasi.

2.1.4 Retur dan Pengurangan Penjualan


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang
digunakan klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama
seperti untuk meroses memo kredit yang telah digambarkan bagi
penjualan dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah
materialitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat
tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadian.
Untuk retur dan pengurangan penjualan umunya auditor menekankan
pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap
pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau
pengurangan penjualan fiktif.

25
2.1.5 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif atas Transaksi Penerimaan
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang
pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan. Prosedur audit
untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi
penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti
yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi
penerimaan kas.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor
mengikuti proses berikut ini :
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang
digunakan untuk mendukung pengurangan resiko pengendalian
3. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah
moneter bagi setiap tujuan.

26
Pengendalian

kas
Cek

Total
secara
Akuntan

Prelisting
akun bank

diendorsed
independen

penerimaan
penerimaan
Pengendalian internal

kas disiapkan

dibandingkan
secara terbatas
merekonsiliasi

batch

C
C
Penerimaan kas yang dicatat adalah dana yang
kas

benar benar diterima oleh perusahaan


(keterjadian)

C
C
C
Kas yang diterima dicatat di jurnal penerimaan
kas (kelengkapan)

C
C
Penerimaan Kas

Penerimaan kas disetorkan dan dicatat pada


jumlah yang diterima (keakuratan)

Penerimaan kas dimasukkan dengan benar


dalam file induk piutang usaha dan
diikhtisarkan dengan benar (posting dan
pengikhtisaran)
Transaksi penerimaan kas diklasifikasikan
dengan benar (klasifikasi)

Penerimaan kas dicatat pada tanggal yang


Gambar 14-5 Matriks Risiko Pengendalian untuk Hillsburg Hardware Co. -

benar (penetapan waktu)

27
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi penerimaan
dengan
laporan
ikhtisar
computer
Laporan
dikirim ke
C C C
pelanggan
setiap bulan
Transaksi
penerimaan
kas C
diverifikasi
secara internal
Prosedur
mengharuskan
pencatatan kas C
atas dasar
harian
Computer
secara
otomatis
memposting
transaksi ke C
file induk
piutang usaha
dank e buku
besar umum
File induk
piutang usaha C
direkonsiliasi

28
dengan buku
besar umum
setiap bulan

Prelisting kas
tidak
digunakan
untuk
D
memverifikasi
penerimaan
Defisiensi

kas yang
dicatat
Risiko pengendalian Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
yang dinilai

1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat


Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor
adalah ketika hal tersebeut terjadi sebelum kas dicatat di jurnal
penerimaan kas atau listing kas lainnya terutama jika penjualan dan
penerimaan kas dicatat secara serentak atau simultan.
Menelusuri dari remittance advice atau prelisting penerimaan kas
yang telah di pranomori ke jurnal penerimaan kas dan catatan
pembantu piutang usaha sebagai pengujian substantive atas
pencatatan kas actual yang diterima.
2. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua
penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau
rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof of cash receipts
). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam
jumlah penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan,
akan direkonsiliasi dengan deposito atau setoran actual yang

29
dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara
keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan
pos – pos lainnya, tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan
dibandingkan.
3. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan
piutang usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada.
Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas
dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah
melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan
yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas
kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan
membandingkan nama, jumlah, dan tanggalyang ditunjukkan pada
remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan
slip setoran terkait.

Tabel 14-3 Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi, Pengendalian


Kunci yang Ada, Pengujian Pengendalian, Defisiensi, dan Pengujian
Substantif atas Transaksi Penerimaan Kas – Hillsburg Hardware Co.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, pengendalian kunci
yang ada, pengujian pengendalian, defisiensi, dan pengujian
substantive atas transaksi penerimaan kas Hillsburg Hardware Co.
Tujuan
audit
Pengendalian
yang Pengujian Pengujian substantive
kunci yang Defisiensi
berkaitan pengendalian atas transaksi
ada
dengan
transaksi

30
Penerima  Akuntan  Mengama   Mereview jurnal
an kas secara ti apakah penerimaan kas
yang independ akuntan dan file induk
dicatat en merekons untuk transaksi
adalah merekons iliasi akun dan jumlah yang
dana iliasi akun bank tidak biasa
yang bank  Memeriks  Menelusuri ayat
yang  Total a file total jurnal penerimaan
benar batch batch kas dari ayat jurnal
benar penerima untuk penerimaan kas ke
diterima an kas melihat laporan bank
oleh dibanding tanda  Membuat bukti
perusaha kan tangan penerimaan kas
an dengan klerk
(keterjad laporan pengenda
ian) ikhtisar li data
komputer
Kas yang  Prelisting  Mengama  Prelisti  Memperoleh
diterima penerima ti ng kas prelisting
dicatat di an kas prelisting tidak penerimaan kas
jurnal disiapkan penerima diguna dan menelusuri
penerim  Cek an kas kan jumlahnya ke
aan kas diendorse  Mengama untuk jurnal penerimaan
(kelengk d secara ti memv kas, dengan
apan) terbatas endorsem erifika menguji nama,
 Total ent cek si jumlah, dan
batch yang peneri tanggal
penerima masuk maan  Membandingkan
an kas  Memeriks kas prelisting dengan
dibanding a file total yang salinan slip deposit
kan batch dicatat

31
dengan untuk
laporan melihat
ikhtisar tanda
computer tangan
 Laporan klerk
dikirim ke pengenda
pelangga li data
n setiap  Mengama
bulan ti apakah
laporan
bulanan
telah
dikirimka
n
Penerima  Akuntan  Mengama  Memperoleh
an kas secara ti apakah prelisting
disetorka independ akuntan penerimaan kas
n dan en merekons dan menelusuri
dicatat merekons iliasi akun jumlahnya ke
pada iliasi akun bank jurnal penerimaan
jumlah bank  Memeriks kas, dengan
yang  Total a file total menguji nama,
diterima batch batch jumlah, dan
(keakurat penerima untuk tanggal
an) an kas melihat  Mempersiapkan
dibanding tanda bukti penerimaan
kan tangan kas
dengan klerk
laporan pengenda
ikhtisar li data
computer

32
 Laporan  Mengama
dikirim ke ti apakah
pelangga laporan
n setiap bulanan
bulan telah
dikirimka
n
Penerima  Laporan  Mengama  Menelusuri ayat
an kas dikirim ke ti apakah jurnal tertentu dari
dimasuk pelangga laporan jurnal penerimaan
kan n setiap bulanan kas ke file induk
dengan bulan telah piutang usaha dan
benar  dikirimka menguji tanggal
dalam Computer n serta nama
file induk secara  Memeriks  Menelusuri kredit
piutang otomatis a bukti tertentu dari file
usaha memposti bahwa induk piutang
dan ng file induk usaha ke jurnal
diikhtisar transaksi piutang penerimaan kas
kan ke file usaha dan menguji
dengan induk telah tanggal serta
benar piutang direkonsil jumlah
(posting usaha dan iasi  Menggunakan
dan buku dengan perangkat lunak
pengikhti besar buku audit untuk
saran) umum besar memfoot dan
 File induk umum memcross foot
piutang  Memeriks jurnal penjualan
usaha a bukti serta menelusuri
direkonsil bahwa totalnya ke buku
iasi file induk besar umum

33
dengan piutang
buku usaha
besar telah
umum direkonsil
setiap iasi
bulan dengan
buku
besar
umum
Transaks  Transaksi  Memeriks  Memeriksa
i penerima a bukti prelisting untuk
penerima an kas verifikasi melihat klasifikasi
an kas telah internal akun yang sesuai
diklasifik diverifika
asikan si secara
dengan internal
benar
(klasifika
si)
Penerima  Prosedur  Mengama  Membandingkan
an kas mengharu ti kas tanggal deposito
dicatat skan yang per laporan bank
pada pencatata belum dengan tanggal
tanggal n kas atas dicatat pada jurnal
yang dasar pada penerimaan kas
benar harian suatu titik dan prelisting
(penetap waktu penerimaan kas
an
waktu)

34
2.1.6 Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak
tertagih adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan
dengan menghapus piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi kejadian). Pengendalian yang penting untuk
mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan
piutang tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang
ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai
alasan pelanggan tidak mampu membayar.

2.1.7 Pengendalian Internal Tambahan atas Saldo Akun dan Penyajian


serta Pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun
penyajian serta pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum
diidentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau
pengujian substansif transaksi. Untuk siklus penjualan dan penagihan,
hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang terkait
dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan
empat tujuan penyajiannya serta pengungkapan.

2.1.8 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


atas Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas
transaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit,
terutama terhadap pengujian substansif atas rincian saldo. Bagian dari
audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus penjualan dan
penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih,
dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.

35
2.2 SAMPLING AUDIT UNTUK TES PENGAWASAN DAN TES
SUBSTANTIF TRANSAKSI
2.2.1 Sampel Yang Representatif
Ketika seorang auditor memilih sampel dari populasi, tujuannya
adalah untuk memperoleh yang representatif. Sampel yang representatif
merupakan salah satu karakteristik dalam pemilihan sampel audit yang
memiliki kesamaan dengan populasi. Artinya bahwa hal yang ada pada
sampel juga ada pada yang tidak termasuk sebagai sampel. Sebagai
contoh, asumsi bahwa pengawasan internal klien memerlukan seorang
petugas untuk membawa dokumen pengiriman untuk setiap Salinan
faktur penjualan, tetapi prosedurnya tidak mengikuti 3 persen dari waktu.
Jika auditor memilih 100 sampel Salinan faktur penjualan dan ditemukan
hilang tiga, sampel itu sangat representatif. Jika dua atau empat yang
hilang dalam sampel, sampel itu representatif. Jika tidak ada atau banyak
sampel yang hilang, bukan merupakan sampel yang representatif.
Dalam prakteknya, auditor tidak mengetahui apakah sampelnya
representatif, bahkan betapapun lengkapnya pengujian dilakukan.
Namun, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel menjadi
representatif dengan memperhatikan desain, pemilihan, dan evaluasinya.
Dua hal yang dapat mengakibatkan sampel tidak representatif: kesalahan
nonsampel dan kesalahan sampel. Risiko munculnya adalah istilah risiko
nonsampel dan risiko sampel. Kedua – duanya ini dapat diawasi.
1. Risiko nonsampel adalah risiko dimana tes audit tidak menemukan
adanya sampel yang diabaikan. Dua penyebab risiko nonsampling
adalah kegagalan auditor menemukan sampel yang diabaikan dan
yang tidak sesuai atau tidak efektifnya prosedur audit. Auditor
mungkin gagal untuk mengetahui sampel yang diabaikan karena
kelelahan, kebosanan, atau tiada paham apa yang dicari. Dalam
sampel sebelumnya dimana ada tiga dokumen pengiriman yang tidak
disertai dengan Salinan faktur penjualan, jika auditor menyimpulkan
bahwa tidak ada yang diabaikan. ,maka yang terjadi adalah kesalahan

36
nonsampel. Ketidak efektifan prosedur audit untuk sampel yang
diabaikan menimbulkan pertanyaan terhadap pengujian sampel
dokumen pengiriman dan menentukan apakah setiap Salinan faktur
penjualan selalu dilampirkan, daripada menguji sampel Salinan
faktur penjualan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan tes yang
salah arah yang diawali dengan masalah dokumen pengiriman.
Kehati – hatian dalam mendesain prosedur audit, memberikan
instruksi yang tepat, mengawasi, dan meninjau ulang adalah cara
untuk pengawasan pada resiko nonsampling.
2. Risiko sampling adalah risiko dimana auditor menarik kesimpulan
yang salah karena sampel tidak representatif. Risiko sampling
merupakan bagian dari sampel yang pengujiannya hanya sebagian
kecil dari kesuluruhan populasi. Sebagai contoh, asumsi bahawa
seorang auditor menerima populasi berdasarkan 100 sampel yang
mempunyai dua sampel yang diabaikan. Namun demikian,
sebenarnya populasi mempunyai taraf 8 persen yang diabaikan,
sehingga sampel yang diabaikan auditor akan ditolak. Auditor telah
salah menentukan populasi sebab sampel tidak cukup representatif.
Ada dua cara untuk pengawasan resiko sampel: dengan
menyesuaikan ukuran sampel dan dengan menggunakan metode
pemilihan sesuai dengan materi populasi. Meningkatkan ukuran sampel
akan mengurangi resiko sampel, demikian sebaliknya yang paling
ekstrim, sampel sama dengan populasi sehingga resiko sampelnya nol.
Dengan menggunakan metode pemilihan sampel yang sesuai maka
representatif akan terpenuhi. Hal ini tidak akan menghapuskan atau
mengurangi resiko sampel, tetapi memungkinkan auditor untuk
mengukur resiko yang berkaitan dengan ukuran sampel yang
pemilihannya dilakukan dengan cara yang tepat. Semestinya ukuran
sampel yang sesuai dapat mengurangi resiko sampel, sampai pada tujuan
tertentu topik utama bab ini.

37
2.2.2 Sampel Statistik Versus Nonstatistik dan Penarikan Sampel
Probabilistik Versus Nonprobabilistik
Sebelum mendiskusikan metode pemilihan sampel untuk
memperoleh sampel yang representative, sebaiknya perhatikan dahulu
dua pembedaan dan istilah penting: sampel statistik versus nonstatistik
dan pemilihan sampel probabilistik versus nonprobabilistik. Metode
sampel audit dapat dibagi menjadi dua kategori: sampel statistik dan
nonstatistik.
Kategori ini mempunyai perbedaan dan persamaan. Keduanya
mempunyai kesamaan dalam tiga langkah berikut :
1. Merencanakan sampel
Tujuan perencanaan sampel akan meyakinkan kita bahwa tes audit
dilakukan dengan cara yang benar dengan resiko sampel yang
diinginkan dan memperkecil kemungkinan kesalahan nonsampel.
2. Memilih sampel dan melaksanakan tes
Pemilihan sampel ditentukan dengan cara pemilihan materi sampel
dari populasi. Melakuakn tes adalah melakukan pengujian dokumen
dan membuat prosedur audit lainnya.
3. Mengevaluasi hasilnya
Mengevaluasi hasil merupakan pemilihan kesimpulan berdasarkan
tes audit.
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa auditor menarik 100 sampel dari
populasi Salinan faktur penjualan, menguji satu persatu untukk
menetukan apakah dokumen pengiriman dilampirkan, dan menentukan
bahwa terdapat tiga yang diabaikan. Menentukan bahwa ukuran 100
sampel merupakan bagian dari perencanaan sampel. Menetukan bahwa
100 sampel yang dipilih dari populasi adalah sampel yang telah dipilih
masalahnya. Melakukan prosedur audit untuk setiap sampel dari 100
sampel yang telah dipilih masalahnya. Melakukan prosedur audit untuk
setiap sampel dari 100 sampel dan menentukan bahwa ada tiga yang
diabaikan berdasarkan tes yang dilakukan. Menarik kesimpulan tentang

38
nilai yang diabaikan dari total populasi ketika hasil evaluasi menetukan
bahwa samoel yang diabaikan 3 persen.
Sampel statistik berbeda dengan sampel nonstatistik dalam
mengaplikasikan aturan matematis, berkaitan dengan penghitungan
(ukuran) dari resiko sampel dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan
mengevaluasi hasil (langkah 3). (Anda harus ingat perhitungan hasil
statistic dengan 95 persen ukuran tingkat keyakinan dalam kkuliah
statistic. 95 persen tingkat keyakinan menghasilkan 5 persen resiko
sampel).
Dalam sampel nonstatistik, auditor tidak mengukur resiko sampel.
Sebagai gantinya, sampel yang dipilih auditor akan memberikan
informasi bermanfaat untuk pemilihan keadaan tertentu. Kesimpulan
yang ditarik dari populasi atas dasar penilaian tertentu. Karena itu,
pemilihan sampel nonprobabilistik sering disebut dalam istilah sampel
berdasarkan penilaian.
1. Pemilihan Sampel Probabilistik Vs. Nonprobabilistik
Pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik merupakan
bagian dari langkah yang ke-2 yang digunakan sebagai sampel audit,
pemilihan sampel dari populasi. Pemilihan sampel probabilistik
adalah metode pemilihan sampel dimana jumlah populasi setiap item
diketahui probabilitas yang disertakan dalam sampelnya dan sampel
dipilih secara acak. Untuk melengkapi definisi ini, auditor harus hati
– hati seklai menggunakan salah satu dari metode pemilihan sampel
yang nanti akan dibahas. Pemilihan sampel nonprobabilistik adalah
metode pemilihan sampel dimana auditor lebih menggunakan
pertimbangan professional dibandingkan dengan metode
probabilistik dalam memilih sampel. Ada beberapa metode
pemilihan sampel nonprobabilistik.
2. Penerapan Sampling Statistik dan Nonstatistik dalam Praktik serta
Metode Pemilihan Sampel.

39
Standar professional audit bisa menerima untuk menentukan
metode baik sampel statistik maupun nonstatistik. Namun demikian,
penting untuk menetukan metode pemilihan sampel yang diterapkan
dengan memperhatikan seluruh komponen. Seluruh langkah proses
harus diikuti secara hati – hati. Ketika sampel statistik digunakan,
pemilihan sampel harus dengan metode probabilistik dan metode
evaluasi statistik sesuai dengan yang digunakan pada hasil sampel
dalam membuat perhitungan sampel resiko.
Hal ini juga bisa dilakukan untuk evaluasi nonstatistik dengan
menggunakan pemilihan probabilistik. Bagaimanapun tidak pernah bisa
diterima evaluasi jika sampel nonprobabilistik dijadikan sampel statistik.
Tiga jenis metode pemilihan sampel biasanya dihubungkan dengan
sampel audit nonstatistik. Ketiganya adalah metode nonprobabilistik.
Empat jenis pemilihan sampel yang dihubungkan dengan sampel audit
statistik. Semuanya adalah metode probabilistik.
Metode nonprobabilistik meliputi yang berikut:
1. Pemilihan sampel langsung
2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampel sembarang
Metode pemilihan sampel probabilistik meliputi yang berikut:
1. Pemilihan sampel acak sederhana
2. Pemilihan sampel sistematis
3. Pemilihan sampel probabilistic proporsional
4. Pemilihan sampel stratifikasi

2.2.3 Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik


Metode pemilihan sampel nonprobabilistik yang tidak memerlukan
syarat – syarat teknis seperti pemilihan sampel probabilistic. Karena
metode ini tidak didasarkan pada kemungkinan matematis, sampel yang
representative mungkin sulit untuk dipenuhi. Isi informasi dari sampel,
termasuk kerepresntatifannya, didasarkan pada keterampilan dan

40
pengetahuan auditor dalam menerapkan pertimbangannya dalam
keadaan tertentu.
1. Pemilihan Sampel Langsung
Pemilihan sampel langsung adalah pemilihan sampel yang
berdasrkan pada pertimbangan ukuran – ukuran yang dibuat oleh
auditor. Auditor tidak memberlakukan kesempatan yang sama untuk
menarik sampel, tetapi dengan bebas milih sampel menurut ukuran –
ukuran. Ukuran – ukuran ini mungkin berhubungan dengan
representasi sampe atau malah sebaliknya. Biasanya ukuran – ukuran
yang digunakan sebagai berikut:
a. Materi yang paling mungkin berisi kesalahan. Auditor bisa
mengidentifikasi populasi mana yang paling mungkin salah.
Misalnya piutang yang tidak dibaar dalam jangka waktu Panjang,
membeli dari dan menjual ke karyawan atau ke anak perusahaan
sendiri, transaksi yang kompleks dan besar yang tidak umum.
Materi seperti ini dapat dengan mudah diteliti auditor, dan
hasilnya dapat diberlakukan untuk populasi dengan berdasarkan
penilaian tertentu. Pemikiran yang mendasari evaluasi terhadap
sampel dilakukan, jika tidak satupun materi yang ditarik berisi
kesalahan, maka kemungkinan besar kesalahan tidak ada dalam
populasi.
b. Materi yang berisi karakteristik populasi terpilih. Auditor
barangkali mampu menguraikan berbagai sumber dan jenis
materi yang merupakan bagian darii populasi dan desain sampel
yang representative dengan pemilihan melalui satu atau lebih
materi dari setiap jenis. Sebagai contoh, sampel beberapa
pembayaran tunai mungkin terjadi setiap bulan, setiap rekening
bank atau lokasinya, dan setiap jenis akuntansi utama.
c. Yang berkaitan dengan jumlah uang yang besar. Sampel sering
ditarik untuk memenuhi jumlah besar total populasi uang yang
besar dimana kesimpulannya akan berisiko karena tidak dapat

41
digunakan untuk jumlah uang yang kecil. Ini adalah pendekatan
praktis pada banyak audit, terutama perusahaan – perusahaan
kecil. Ada juga metode statistic yang tujuaannya untuk
mendapatkan efek yang sama.
2. Pemilihan Sampel Blok
Pemilihan sampel blok, adalah ppemilihan beberapa materi
secara berurutan. Bila materi pertama dalam blok dipilih, sisa blok
secara otomatis dipilih. Sebagai contoh dari sampel blok adalah
pemilihan secara berurutan 100 transaksi penjualan dari jurnal
penjualan untuk minggu ketiga bulan Maret. Total 100 sampel juga
bisa dipilih dengan mengambil 5 blok setiap 20 materi, 10 blok dari
10 materi, atau 50 blok dari 2 materi.
Biasanya cara pemilihan blok sampel dilakukan jika embagian
jumlah blok dapat digunakan. Jika hanya sedikit blok yang
digunakan, kemungkinan mendapatkan sampel yang tidak
representative menjadi terlalu besar, pertimbangan kemungkinan
seperti rotasi karyawan, perubahan dalam system akuntansi, dan
keadaan musiman dalam bisnis. Auditor yang menggunakan sampel
blok perlu berlatih untuk memperhatikan hal – hal khusus dalam
pengawasan resiko sampel dalam mendesain sampelnya.
Sampel blok dapat juga digunakan untuk melengkapi sampel lain
ketika ada kemungkinan kesalahan yang tinggi untuk periode
tertentu. Sebagai contoh, memilih semua dari 100 penerimaan tunai
minggu ketiga bulan Maret yang kebetulan pada saat itu pegawai
akunting sedang libur dan semenara yang menggantikannya adalah
karyawan yang kurang berpengalaman dalam memproses transaksi
penerimaan tunai.
3. Pemilihan Sampel Sembarang
Pemilihan sampel sembarang adalah memilih materi dengan
mengabaikan bias pada auditor. Dalam kasus seperti ini, auditor

42
memilih materi populasi tanpa melihat ukuran, sumber , atau
karakteristik yang istimewa.
Kelemahan utam ppemilihan sampel sembarang adalah
kesukaran menghindari bias dalam pemilihannya. Oleh karena itu,
latihan yang dialami auditor dan “bias budaya” sehingga materi
populasi tertentu mungkin sampelnya lebih banyak diambil dari yang
lainnya.
Walaupun sampel sembarang dan blok pemilihannya nampaknya
kurang logis disbanding pemilihan sampel langsung, oleh karena itu
sering digunakan sebagai alat audit jangan sampai diabaikan. Dalam
beberapa situs, biaya metode pemilihan sampel yang kompleks lebih
besar dibandingkan manfaat dari penggunaannya. Sebagai contoh,
asumsi bahwa auditor ingin menelusuri kredit dari data rekening piutang
ke jurnal penerimaan tunai dan sumber otorisasi lainnya sebagai tes untuk
kredit fiktif dalam buku induk. Pemilihan sampel sembarang atau blok
lebih sederhana dan lebih sedikit mahal dibandingkan metode pemilihan
lain sehingga digunakan pleh banyak auditor. Namun demikian, karena
kebanyakan sampel nonstatistik aplikasinya menyertakan tes
pengawasan dan tes substantive transaksi, auditor lebih menyukai
menggunakan metode pemilihan sampel probabilistic untuk
meningkatkan kemungkinan mendapatkan sampel representative.
Catatlah bahwa pemilihan sampel probabilistic diperlukan untuk sampel
statistic.

2.2.4 Metode Pemilihan Sampel Probabilistik


Sebelumnya telah dibahas, untuk mengukur resiko sampel, sampel
statistic memerlukan sampel probabilistic. Untuk sampel probabilistic,
auditor tidak menggunakan pertimbangan materi sampel yang dipilih,
kecuali untuk memilih dimana keempat metode pemilihan sampel itu
digunakan.

43
1. Pemilihan Sampel Random Sederhana
Sampel random sederhana adalah pemilihan sampel dimana
setiap kombinasi unsur populasi mempunyai kesempatan yang sam
auntuk dijadikan sampel. Sampel random sederhana digunakan untuk
sampel yang populasinya tidak terbagi – bagi untuk tujuan audit.
Sebagai contoh, auditor mungkin dapat mengharapkan sampel
pembayaran tunai klien pada tahun tersebut. Sampel random
sederhana dari 60 materi yang terdapat pada jurnal pembayaran tunai
mungkin terpilih untuk tujuan data tersebut. Prosedur auditing yang
tepat akan diaplikasikan untuk 60 materi yang ditarik, dan
kesimpulan akan diaplikasikan untuk semua transaksi pembayaran
tunai yang dicatat untuk tahun tersebut.
a. Table nomor random. Ketika sampel random sederhana dipilih,
metode harus memastikan bahwa semua materi dalampopulasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Misalnya
dalam conoth sebelumnya, terdapat total 12.000 transaksi
pembayaran tunai untuk tahun itu. Sampel random sederhana
dari transaksi yang ada di dalam 12.000 transaksi harus
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. Hal ini akan
dilaksakan dengan mendapatkan angka random antara 1 sampai
12.000. jika angka yang terpilih 3.895, auditor akan menarik dan
menguji transaksi pembayaran tunai urutan 3.895 yang dicatat
dalam jurnal pembayaran tunai.
b. Angka – angka random adalah rangkaian digit angka ang
mempunyai probabilitas yang sama untuk terpilih dan tidak ada
pola tertentu untuk membedakan. Table angka random adalah
munculnya digit angka random dalam format table dengan angka
– angka pada baris dan kolom. Auditor yang memilih random
sampel diawali dengan mengaitkan antara angka – angka
dokumen klien untuk diuji dan digit dalam angka random dalam
table. Setelah pemilihan random dimulai, auditor akan mencari

44
kedalam table dan menemukan angka random pertama yang
terpilih dimasukkan kedalam urutan angka – angka dokumen
yang akan diuji. Proses tersebut dilanjutkan sampai angka
sampel yang terakhir terpilih.
c. Computer pengacak angka. Computer ini digunakan untuk
memahami penggunaan table angka random sebagai konsep
pemilihan sampel random sederhana. Akan tetapi, semua angka
random yang diperoleh auditor ditarik dengan menggunakan
computer. Ada tiga jenis : program tabulasi data elektronik,
generator angka random, dan perangkat lunak yang biasa
digunakan dalam program audit.

Gambar 15-1 Komputer Pengacak Angka – Perusahaan Hillsburg Hardware

Keuntungan penggunaan program computer dalam pemilihan


sampel random adalah penghematan, memperkecil kemungkinan
kesalahan auditor dalam pemilihan angka, dan dokumentasi
otomatis. Karena auditor dapat mengakses computer dan tabulasi
data elektronik, atau program pengrandoman angka, auditor lebih
menyukai penggunaan computer pengrandom angka random
daripada metode pemilihan probabilistic lainnya.

45
Untuk mengilutstrasikan kmputer pengrandom angka
random, Gambar 14-1 memperlihatkan pemilihan random untuk
faktur penjualan pada audit Hillsburg Hardware Co. dengan
menggunakan program tabulasi data elektronik. Dalam aplikasinya
tampak, auditor menginginkan 50 sampel, sari populasi faktur
penjualan dari nomor 3896 hingga 9452. Program hanya
membutuhkan masukan parameter oleh auditor untuk sampel yang
akan terpilih proses ini memiliki fleksibilitas pengaturan angka yang
tinggi. Sebagai contoh, program dapat mengrandom tanggal secara
random, atau sejumlah angka – angka (seperti nomor halaman dan
barisan angka). Alat ini juga memberikan hasil berupa penyortiran
dan pemilihan secara berurutan.
Angka random mungkin dipeorleh dengan angka pengganti atau
tanpa angka pengganti. Dalam sampel pengganti, unsur dalam
populasi dapat menjadi sampel lebih dari sekali, sedangkan pada
sampel bukan pengganti, unsur dapat dimasukkan hanya sekali. Jika
angka random dengan unsur yang terpilih lebih dari sekali dalam
sampel bukan pengganti, hal ini tidak termasuk sampel yang terpilih
kedua kali. Walaupun kedua pendekatan pemilihan merupakan teori
statistic, auditor jarang menggunakan sampel pengganti.
2. Pemilihan Sampel Sistematis
Dalam pemilihan sampel sistematis, auditor mengkalkulasikan
interval dan kemudian dengan metode tertentu melakukan pemilihan
materi untuk sampel berdasarkan pada ukuran interval. Interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan banyaknya
materi sampel yang diinginkan. Sebagai contoh, jika populasi faktur
penjualan direntang dari 652 hingga 3.151 dan ukuran sampel yang
diinginkan adalah 125, intervalnya adalah 20 [(3.151-651)/125].
Auditor sekarang harus memilih bilangan acak antara 0 sampai 19
untuk menentukan sampel pertama. Jika bilangan random yang
terpilih adalah 9, item yang pertama dalam sampel adalah bilangan

46
faktur 661 (652+9). Sisanya 124 materi selanjutnya adalah 681
(661+20), 701 (681+20), dan seterusnya sampai item 3.151.
Keuntungan dari pemilihan secara sistematis adalah kemudahan
dalam penggunaan. Pada kebanyakan populasi, sampel sistematis
dapat ditarik dengan cepat, pendekatan secara otomatis akan
memberikan bilangan secara berurutan, dan cara ini mempermudah
pembuatan dokumentasi yang tepat.
Masalah utama dalam pemilihan sistematis adalah kemungknan
biar. Karena cara kerja pemilihan sistematis, ketika item pertama
dalam sampel terpilih, semua materi lain terpilih secara otomatis. Hal
ini tidak akan bermasalah jika karakteristik kepentingan, seperti
pengawasan terhadap penyimpangan, terdistribusi secara acak pada
seluruh populasi, dalam beberapa hal, karakteristik kepentingan
distribusinya tidak mungkin secara ajak. Sebagai contoh, jika
pengawasan penyimpangan terjadi pada bulan tertentu atau dengan
jenis dokumen tertentu, sampel sistematis bias mungkin dapat lebih
representative dibandingkan sampel acak sederhana. Karena, ketika
pemilihan sistematis digunakan, kemungkinan bentuk pola data
populasi yang bias menyebabkan sampel bias harus
dipertimbangkan.
3. Probabilitas Proporsional terhadap Ukuran dan Pemilihan Sampel
Stratifikasi
Sampel audit untuk tes pengawasan dan tes substantive transaksi
digunakan untuk memperkirakan proporsi materi dalam populasi
yang berisi karakteristik atau atribu dari kepentingan. Proporsi ini
disebut tingkat kejadian atau tingkat pengecualian dan berupa rasio
dari materi berisi atribut spesifik terhdap total jumlah materi
populasi. Tingkat kejadian pada umumnya dalam bentuk presentase.
Sebagai contoh, auditor mungkin menyimpulkan bahwa tingkat
pengecualian untuk verifikasi faktur penjualan mendekati 3 persen,

47
maksudnya faktur yang tidak verifikasi besarnya 3 persen pada waktu
itu.
Auditor tertarik dengan kejadian jenis pengecualian di dalam
populasi data akunting berikut :
a. Penyimpangan dari pengawasan yang dibentuk klien
b. Kesalahan keuangan dalam populasi data transaksi
c. Kesalahan keuangan dalam populasi rincian rekening saldo
Mengetahui tingkat pengecualian kejadian sangat membantu
yang pertama dalam menentukan dua jenis pengecualian, yang
berhubungan dengan transaksi. Oleh karena itu, auditor memperluas
penggunaan sampel audit pada ukuran kejadian atau tingkat
pengecualian ketiga, auditor umumnya harus memperkirakan jumlah
total dari pengecualian itu karena penilaian harus dibuat mengenai
apakah pengecualiannya penting. Karena auditor ingin mengetahui
jumlah total kesalahan, maka metode mengukur uang yang akan
digunakan, bukan tingkat kejadian atau pengecualian. Topik ini akan
dipelajari dalam bab berikutnya.
Pengambilan sampel tingkat pengecualian digunakan untuk
menentukan tingkat pengecualian keseluruhan populasi. Ini berarti
untuk sampel tertentu, tingkat pengecualian sampel adalah
“perkiraan terbaik” auditor dalam menentukan tingkat pengecualian
pada populasi. Istilah pengecualian harus dipahami untuk
menjelaskan penyimpangan dari situasi dan pengawasan tertentu
ketika jumlah keuangan salah, apakah karena kesalahan akunting
tidak disengaja atau karena penyebab lain. Istilah penyimpangan
mengacu pada jenis pengecualian yang spesifik dari dimulainya
pengawasan dalam situasi.
Asumsikan, untuk sampel, bahwa auditor ingin menentukan
presentase Salinan faktur penjualan yang tidak melampirkan
dokumen pengiriman. Hal ini jelas, tetapi tidak diketahui, persentase
dokumen pengiriman yang hilang. Auditor akan memperoleh sampel

48
Salinan faktur penjualan dan menentukan berapa persentase faktur
yang tidak melampirkan dokumen pengiriman. Auditor akan
menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian sampel adalah penilaian
terbaik dari tingkat pengecualian populasi.
Karena hal ini didasarkan pada sampel, bagaimanapun, ada
kemungkinan bahwa tingkat pengecualian sampel dan tingkat
pengecualian populasi dapat berbeda yang disebut kesalahan sampel.
Auditor akan memperhatikan penilaian kesalahan sampel dan
keandalan penilaiannya, disebut resiko sampel.
Dalam penggunaan sampel audit dalam auditing untuk tingkat
pengecualian, auditor akan sangat tertarik untuk mengetahui
beberapa besar tingkat pengecualian dari jarak interval yang tepat.
Jadi, auditor dapat berfokus pafa batas atas dari perkiraan interval.
Hal ini disebut batas atas tingkat pengecualian dari jarak interval
yang tepat. Jadi, auditor dapat berfokus pada batas atas dari
perkiraaan interval. Hal ini disebut batas atas tingkat pengecualian
atau perhitungan tertinggi tingkat pengecualian (CUER = Compute
& Upper Exception Rate) dalam tes pengawsan dan tes substantive
transaksi. Pada sampel sebelumnya, auditor mungkin menyimpulkan
bahwa CUER untuk dokumen pengiriman yang hilang adalah 4
persen dengan 5 persen sampel resiko. Ini berarti auditor
menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih
besar disbanding 4 persen dengan 5 persen resiko tingkat
pengecualian melebihi 4 persen. Ketika CUER ditentukan, auditor
dapat memepertimbangkan hal ini dalam konteks tujuan audit yang
spesifik. Sebagai contoh, dalam menguji hilangnya dokumen
pengiriman, auditor harus menentukan apakah 4 persen tingkat
pengecualian mengindikasikan adanya resiko pengawasan bias
diterima untuk tujuan keberadaan.

49
2.2.5 Aplikasi Pengambilan Sampel Audit Nonstatistik
Sampel audit yang diaplikasikan untuk menguji pengawasan dan tes
substantive transaksi melalui 14 langkah yang dibagi menjadi tiga
bagian. Penting untuk mengikuti langkah – langkah ini secara hati – hati
untuk memastikan aspek audit dan sampel diproses dengan aplikasi yang
tepat. Langkah – langkah memberikan kerangka acuan pembahasan
berikut dan digunakan untuk audit Hillsburg Hardware Co.
1. Merencanakan Sampel
a. Menentukan tujuan pengujian audit
b. Menentukan sampel audit apakah yang dapat diaplikasikan
c. Menentukan atribut dan kondisi pengecualian
d. Menentukan populasi
e. Menentukan unit smapel
f. Menentukan toleransi tingkat pengecualian
g. Menentukan resiko yang dapat diterima dalam menilai resiko
pengawasan terlalu rendah
h. Menentukan tingkat pengecualian populasi
i. Menentukan ukuran sampel awal
2. Pemilihan Sampel dan Melakukan Prosedur Audit
j. Pemilihan Sampel
k. Melaksanakan prosedur audit
3. Mengevaluasi Hasil
l. Menggeneralisasikan sampel pada populasi
m. Menganalisis pengecualian
n. Memutuskan diterimanya populasi

1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Seluruh sasaran tes harus dikaitkan dengan siklus transaksi yang
sedang diuji (efektif). Khusunya, seluruh sasaran tes pengawasan dan
tes substantive transaksi akan diuji dengan mengaplikasikan

50
pengawasan dan menetukan apakah transaksi berisi kesalahan
keuangan.
Dalam tes siklus penjualan dan penagihan, seluruh sasaran pada
umumnya diuji efektivitas pengawasan internalnya pada penerimaan
tunai dan penjualan serta untuk menentukan apakah transaksi
penerimaan tunai dan penjualan berisi kesalahan keuangan. Sasaran
tes audit secara normal diputuskan sebagai bagian dari desain
program audit, yang dibahas untuk siklus penjualan dan penagihan.

Tabel 15-1 Istilah yang Digunakan dalam Sampel Audit


ISTILAH DEFINISI
Istilah yang Berkaitan
dengan Perencanaan
Karakteristik atau atribut Karakteristik yang akan dites dalam aplikasi
Resiko yang dihadapi Resiko yang diinginkan oleh auditor adalah
ketika menilai resiko keadaan pengawasan yang efektif atau jumlah
pengawasan terlalu rendah kesalahan keadaan keuangan yang dapat
(ARACR) ditoleransi, yaitu ketika jumlah populasi
pengecualian lebih besar dari jumlah yang
ditoleransi.
Jumlah toleransi yang Dengan jumlah yang dapat pengecualian tersebut,
mendapat pengecualian memungkinkan auditor menentukan populasi dan
(TER) tetap dapat menggunakan penilaian pengawasan
resiko dan/atau laporan keuangan yang salah dalam
transaksi yang terjadi selama perencanaan
Perkiraan jumlah populasi Dengan jumlah yang dapat pengecualian auditor
yang dapat pengecualian mengharapkan untuk menemmukan populasi
(EPER) sebelum tes dimulai
Ukuran sampel swal Ukuran sampel ditentukan setelah
mempertimbangkan factor perencanaan diatas

51
Istilah yang Berkaitan
dengan Hasil Evaluasi
Pengecualian Pengecualian dari sifat yang ada didalam sampel
Jumlah sampel Angka pengecualian di dalam sampel dibagi
pengecualian (SER) dengan ukuran sampel
Perhitungan tertinggi Jumlah tertinggi pengecualian di dalam populasi
jumlah pengecualian didasarkan pada ARACR
(CUER)

2. Menentukan Bagaimana Sampling Audit Diaplikasikan


Aplikasi sampel audit yang direncanakan auditor ditujukan untuk
membuat kesimpulan tentang populasi yang didasarkan pada sampel.
Auditor perlu menguji program audit dan memutuskan prosedur audit
dimana sampel akan diaplikasikan. Asumsikan beberapa program
audit berikut :
a. Meninjau ulang transaksi penjualan untuk jumlah yang tidak
biasa dan besar (prosedur analitis)
b. Mengamati apakah tugas – tugas karyawan yang menangani
rekening piutang terpisah dengan yang menangani tunai (tes
pengawasan)
c. Menguji sampel Salinan faktur penjualan untuk :
1) Persetujuan kredit oleh manajer kredit (tes pengawasan)
2) Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (tes
pengawasan)
3) Memasukkan nomor rekening ke table (tes pengawasan)
d. Pemilihan sampel dokumen pengiriman dan menelusuri
hubungan setiap Salinan faktur penjualan (tes pengawasan)
e. Bandingkan kuantitas setiap Salinan faktur penjualan yang terkait
dengan kuantitas dokumen pengiriman (tes substantive transaksi)
Sampel audit yang tidak sesuai dengan dua hal pertama adalah
prosedur analisis dalam program audit. Yang pertama adalah

52
prosedur analisis dimana sampel tidak sesuai. Yang kedua adalah
prosedur observasi untuk ketiadaan dokumentasi untuk
menetukan sampel audit.
3. Menentukan Atribut dan Kondisi Pengecualian
Ketika sampel audit digunakan, auditor harus secara hati – hati
menentukan karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi
pengecualian. Kecuali jika pernyataan yang tepat untuk atribut
dinyatakan terlebih dahulu, seorang staf yang melaksanakan prosedur
audit akan tidak punya petunjuk untuk mengidentifikasi
pengecualian.

Tabel 15-2 Prosedur Audit Hillsburg Hardware Co.


PROSEDUR KOMENTAR
Pengiriman Barang
10. Urutan laporan dokumen Untuk mengerjakan ini mungkin saja dengan
pengiriman pemilihan sampel secara acak untuk seluruh
dokumen pengiriman yang terpilih. Hal ini
membutuhkan pemisahan angka – angka secara
acak karena unit sampelnya akan berbeda bila
menggunakan cara tes yang lain.
11. Menelusuri dokumen Todak diharapkan ada pengecualian, dan 6
pengiriman yang terpilih dari persen TER dipertimbangkan diterima
jurnal penjualan untuk didasarkan pada ARACR 10 persen. Ukuran
memastikan bahwa setiap sampel yang berjumlah 40 dipilih. Dokumen
dokumen termasuk pengiriman ditelusuri dari jurnal penjualan. Hal
didalamnya ini harus dilakukan untuk 40 dokumen. Dengan
demikian tidak ada pengecualian untuk tes yang
lainnya. Hasilnya dipertimbangkan untuk dapat
diterima. Dengan demikian tidak ada informasi

53
lain yang berkaitan dengan porsi dari tes dalam
uraian ini.
Tagihan Pelanggan dan
Mencatat Penjualan dalam
Pembukuan
12. Urutan lpaoran faktur Prosedur audit untuk tagihan dan pencatatan
penjualan didalam jurnal penjualan (prosedur 12 sampai 14) merupakan
penjualan satu kesatuan dengan uraian sepanjang bab ini.
13. Menelusuri nomor faktur
penjualan dari jurnal hingga
a. berkas induk rekening
piutang dan tes pada jumlah,
tanggal dan nomor faktur.
b. Salinan faktur penjualan
dan cek pada jumlah total
catatan didalam jurnal,
tanggal, nama pelanggan, dan
klasifikasi, perkiraan. Periksa
pasting? Memeriksa dokumen
– dokumen yang menjadi
petunjuk verifikasi internal.
c. Bill of lading dan tes pada
nama pelanggan, deskripsi
produk, kuantitas, dan
tanggal.
d. Salinan pesanan penjualan
dan tes pada nama pelanggan,
deskripsi produk, kuantitas,
dan petunjuk verifikasi
internal dari Pam Dilley.

54
e. pesanan pelanggan dan tes
pada nama pelanggan,
deskripsi produk, kuantitas,
tanggal, persetujuan kredit.
14. Menelusuri catatan
penjualan dari jurnal
penjualan hingga arsip
dokumen pendukung, yang
didalamnya termasuk Salinan
faktur penjualan, bill of
lading, pesanan penjualan dan
pesanan pelanggan.
Catatan : pemilihan secara acak dan sampling statistic tidak dapat digunakan pada
prosedur audit menyeluruh. Keuntungan menggunakan teknik statistic seperti
analisi regresi dapat diaplikasikan pada hasil Analisa prosedur. Pemilihan secara
acak dapat digunakan untuk prosedur 2.
Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian yang langsung dari
prosedur audit dimana auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampel audit.

Tabel 15-3 Definisi Sifat – Tes Fungsi Tagihan pada Perusahaan Hillsburg
Hardware Co.
SIFAT KONDISI PENGECUALIAN
1. Adanya nomor faktur penjualan Tidak ada catatan nomor faktur
didalam jurnal penjualan (prosedur 12) penjualan di dalam jurnal penjualan.
2. Jumlah dan data lainnya didalam arsip Jumlah catatan dalam arsip asli
asli sesuai dengan entri dari jurnal berbeda dengan jmlah catatan
penjualan (prosedur 13a) didalam jurnal penjualan

55
3. Jumlah dan data lainnya pada salinan Nama pelanggan dan nomor rekening
faktur penjualan sesuai dengan entri pada faktur berbeda dengan catatan
dari jurnal penjualan (prosedur 13b) informasi dalam jurnal penjualan.
4. Bukti bahwa hara, perkaliannya, dan Tidak ada paraf yang memadai
footing teks telah diperiksa (pada verifikasi pada harga, perkalian dan
bagian awal dan jumlah yang benar). footing.
(prosedur 13b)
5. Kuantitas dan data lainnya pada bill of Kuantitas barang yang dikirim
lading sesuai dengan Salinan faktur berbeda dengan kuantitas yang ada
penjualan (prosedur 13c) pada Salinan faktur penjualan.
6. Kuantitas dan data lainnya pada Kuantitas pada pesanan penjualan
pesanan penjualan sesuai dengan berbeda dengan kuantitas pada
Salinan faktur penjualan (prosedur Salinan faktur penjualan.
13d)
7. Kuantitas dan data lainnya pada Nomor produk dan deskripsi pada
pesanan pelanggan sesuai dengan pesanan penjualan berbeda dengan
Salinan faktur penjualan (prosedur kuantitas pada Salinan faktur
13e) penjualan.
8. Kredit yang disetujui (prosedur 13e) Tidak adanya paraf adanya
persetujuan kredit.
9. Untuk catatan penjualan didalam Bill of lading tidak dilekatkan dengan
jurnal penjualan, arsip dokumen memiliki Salinan faktur penjualan
pendukung, termasuk di dalamnya dan pesanan pelanggan.
Salinan faktur penjualan, bill of lading,
oesanan penjualan dan pesanan
pelanggan (prosedur 14)

4. Menentukan Populasi
Populasi merupakan sekumpulan data yang diharapkan auditor
untuk dapat digeneralisasikan. Auditor dapat menentukan populasi
untuk berbagai macam data yang diharapkan tetapi harus sampel dari

56
keseluruhan populasi yang ditentukan. Auditor boleh
menggeneralisasikan populasi yang telah dipilih menjadi sampel.
Sebagai contoh, dalam melakukan tes pengawasan dan tes
substantive transaksi penjualan, auditor biasanya menentukan
populasinya sebagai semua catatan penjualan pada tahun itu. Jika
sampel auditor hanya transaksi untuk 1 bulan, maka kesimpulan tidak
bias ditarik untuk keseluruhan faktur pada tahun itu.
Auditor harus hati – hati menentukan populasinya, harus
konsisten dengan sasaran dari tes audit. Lagipula, dalam beberapa
hal, mungkin saja harus ditentukan lebih dari satu populasi untuk
setiap prosedur audit.
5. Menetukan Unit Sampel
Pertimbangan utama dalam menentukan unit sampel adalah harus
konsisten dengan sasaran tes audit. Jadi, menetukan populasi dan
merencanakan prosedur audit umumnya akan menentukan unit
sampel yang sesuai. Sebagai contoh, jika auditor ingin menentukan
bagaimana klien sering gagal untuk mengisi pesanan pelanggan, unit
sampelnya harus adalah pesanan pelanggan. Jika sasaran yang
ditentukan apakah kuantitas deskripsi barang pesanan pelanggan
telah sesuai dikirimkan dan ditagih, maka yang paling sesuai sebagai
unit sampel untuk pesanan pelanggan adalah dokumen pengiriman,
atau Salinan faktur penjualan.
6. Menetapkan Angka Pengecualian
Menetapkan toleransi tingkat pengecualian (Tolerable Exception
Rate) memerlukan pertimbangan professional auditor. TER
merupakan tingkat pengecualian yang diijinkan auditor untuk
populasi dan akan digunakan sebagai penilaian resiko pengawasan
dan/ atau jumlah kesalahan transaksi keuangan yang terjadi selama
perencanaan dibuat.
TER adalah hasil penilaian auditor. TER yang pantas adalah
pertanyaan kelengkapan dan keberadaan semua dokumen serta

57
pengaruhnya dalam menentukan dan pentingnya atribut dalam
rencana audit. TER mempunyai dampak yang signifikan terhadap
ukuran sampel. Besarnya ukuran sampel lebih diperlukan untuk TER
yang rendah darioada TER yang tinggi. Kebanyakan auditor
menggunakan beberapa bentuk formulir sementara sebagai catatan
untuk setiap aplikasi sampel.
7. Menentukan Resiko yang Dapat Diterima pada Penilaian Resiko
Pengawasan yang Terlalu Kecil
Ketika sampel ditentukan, ada resiko bahwa kesimpulan
kuantitatif tentang populasi akan salah. Ini selalu bias terjadi kecuali
jika 100 persen populasi diuji. Ketika telah ditentukan, kasus adalah
sampel nonstatistik dan statistic.
Untuk sampel audit dalam tes pengawasan dan tes substanstif
transaksi, resikonya disebut resiko diterimanya penilaian resiko
pengawasan terlalu rendah (Acceptable Risk Of Assessing Control
Risk too Low). ARACR adalah resiko auditor dalam menerima
pengawasan yang efektif (atau tingkat kesalahan keuangan yang
dapat ditolerir) ketika tingkat pengecualian populasi lebih besar
disbanding TER. ARACR adalah ukuran resiko sampel auditor.
Auditor biasayan lebih berfokus pada risiko ketergantungan yang
lebih tinggi karena hal itu memepengaruhi efektivitas audit. Risikp
yang dapat diterima ataas ketergantungan yang terlalu tinggi
(acceptable risk of overreliance = ARO) mengukur risiko yang
bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian
sebagai eketif (atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi)
apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenernya lebih besar
dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER).
Dalam menetukan ARACR yang sesuai dengan keadaan, auditor
harus menggunakan pertimbangan terbaiknya. Sebab ARACR adalah
ukuran auditor dalam menentukan resiko, pertimbangan utama
adalah bagaimana rencana auditor untuk mengurangi penilaian resiko

58
pengawasan sebagai dasar untuk tes rincian saldo. Makin dan
merencanakan penilaian resiko pengawasan maka makin rendah
penilaian ARACR yang dipilih dan merencanakan tes rincian saldo.

Gambar 15-2 Definisi Sifat – Tes Fungsi pada Perusahaan Hillsburg Hardware
Co.
Klien : Hillsburg Hardware Akhir Tahun : 31/12/02
Cakupan Audit : Menguji tes substantif dan Ukuran Populasi : 5.764
Kendali transaksi – fungsi penagihan
Menentukan Sasaran : Menguji salianan faktur penjualan dan hubungan antara
dokumen dengan sistem tertentu yang memiliki fungsi sebagai tujuan dan sebagai
gambaran dari program audit.
Menentukan populasi yang tepat (termasuk stratifikasinya jika ada) : Faktur
penjualan pada periode 1/1/02 hingga 31/12/02. Nomor faktur pertama = 3689.
Nomor faktur terakhir = 9452.
Menentukan unit sampel, populasi organisasi, prosedur pemilihan secara acak
: Nomor faktur penjualan, urutan catatan didalam jurnal penjualan. Komputer yang
melakukan pengacakan angka.
Rencana Audit Hasil Sebenarnya
Men
ghit
Ukur Angka ung
E Uku Nomor
T an Jumlah sam
Deskripsi Sifat P ran Jumlah
E ARACR Samp sampel pel
E Sam Pengecu
R el pengec yan
R pel alian
Awal ualian g
sala
h

1. Menguji
Nomor faktur 0 3 Medium 75

59
penjualan
didalam jurnal
penjualan
(prosedur 12)
2. Jumlah dan
data lainnya
didalam arsip
asli sesuai
dengan entri
dari jurnal
penjualan
(prosedur 13a) 1 4 Medium 100
3. Jumlah dan
data lainnya
pada salinan
faktur
penjualan
sesuai dengan
entri dari jurnal
penjualan
(prosedur 13b) 1 4 Medium 100
4. Bukti bahwa
hara,
perkaliannya,
dan footing teks
telah diperiksa
(pada bagian
awal dan
jumlah yang 1 4 Medium 100

60
benar).
(prosedur 13b)

5. Kuantitas dan
data lainnya
pada bill of
lading sesuai
dengan Salinan
faktur
penjualan
(prosedur 13c) 1 4 Medium 100
6. Kuantitas dan
data lainnya
pada pesanan
penjualan
sesuai dengan
Salinan faktur
penjualan
(prosedur 13d) 1 6 Medium 65
7. Kuantitas dan
data lainnya
pada pesanan
pelanggan
sesuai dengan
Salinan faktur
penjualan
(prosedur 13e) 2 8 Medium 50
8. Kredit yang
disetujui
(prosedur 13e) 2 8 Medium 50

61
9. Untuk
catatan
penjualan
didalam jurnal
penjualan, arsip
dokumen
pendukung,
termasuk di
dalamnya
Salinan faktur
penjualan, bill
of lading,
oesanan
penjualan dan
pesanan
pelanggan
(prosedur 14) 1 6 Medium 65

Tujuan digunakannya hasil sampling:


a. Efek didalam rencana audit
b. Rekomendasi bagi manajemen
Untuk sampel nonstatistik, umumnya auditor menggunakan
ARACR tinggi, medium, atau rendah sebagai ganti presentase.
ARACR yang rendah mengisyaratkan tes pengawasan penting dan
akan sesuai dengan nilai resiko pengawasan rendah dan mengurangi
tes substantive rincian saldo. Auditor dapat menetapkan perbedaan
tingkat TER dan ARACR untuk atribut yang berbeda dalam setiap
tes audit.

62
Tabel 15-4 Panduan ARACR dan TER untuk Tes Pengawasan pada Sampel
Nonstatistik
Faktor Pendapat Panduan
Penilaian resiko pengawasan. a. Nilai resiko a. ARACR
Pertimbangan yang harus diambil : pengawasan rendah
Keadaan, tingkat dan waktu tes rendah b. ARACR
substantive (perencanaan tes substantive b. Nilai resiko menengah
yang menyeluruh berkaitan dengan pengawasan c. ARACR
tingginya nilai resiko pengawasan dan moderat tinggi
perubahan yang terjadi padanya). c. Nilai resiko d. ARACR
Jumlah dari bukti yang tersedia untuk tes pengawasan tidak ada
pengawasan (sedikitnya jumlah bukti tinggi
yang tersedia untuk memberlakukan d. Nilai resiko
nilai resiko pengawasan tinggi dan pengawasan
perubahan yang terjadi padanya). 100%
Transaksi yang signifikan dan yang a. Saldo yang a. TER 4%
berkaitan dengan jumlah saldo yang signifikan b. TER 5%
diharapkan oleh pengawsan internal tingginya c. TER 6%
mempunyai efek. b. Saldo
signifikan
c. Saldo ayng
signifikan
rendah
Catatan : Panduan ini diperhatikan karena terdapat berbagai variasi pada ARACR
yang perku dipertimbangkan dalam audit. Panduan diatas adalah panduan yang
konservatif untuk diikuti.
8. Perkiraan Nilai Pengecualian pada Populasi
Perkiraan tingkat pengecualian populasi harus dibuat untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika perkiraan tingkat
pengecualian populasi (Estimated Population Exception Rate)
rendah, ukuran sampel yang kecil akan mencukupi tingkat

63
pengecualian yang dapat ditolerir auditor. Oleh karena itu perkiraan
yang diperlukan kecil. Dengan kata lain, agar lebih tepat, perkiraan
tingkat pengecualian populasi harus didasarkan pada data sampel
yang lebih besar. EPER mendekati tingkat pengecualian dapat
ditolerir auditor maka ketepatan sangat dibutuhkan.
Pada umumnya, hasil dari audit tahun lalu digunakan untuk
membuat perkiraan ini. Jika tahun lalu tidak ada atau jika dianggap
tak dapat dipercaya, auditor dapat mempersiapkan sampel kecil dari
populasi tahun yang tepat sebab tingkat pengecualian sampel tahun
yang sekarang dapat digunakan untuk meperkirakan karakteristik
populasi. Buatlah catatan jika sampel persiapan digunakan, sampel
ini dapat meliputi sampel yang terakhir, sepanjang pemilihan sampel
diikuti sesuai prosedur.

Tabel 15-5 Panduan ARACR dan TER untuk Sampel Nonstatistik: Tes
Substantif Transaksi
Rencana Hasil dari ARACR TER untuk Tes
Pengurangan Memahami untuk Tes Substantif Transaksi
dalam Substantif Pengawasan Substantif
Tes dari Perincian Internal dan Tes Transaksi
Neraca Pengawasan
Besar Sangat Baik Tinggi Persen atau jumlah
Baik Sedang yang didasari oleh
Tidak Baik Rendah bahan – bahan yang
perlu dipertimbangkan
bagi laporan yang
terkait
Menengah Sangat Baik Tinggi Persen atau jumlah
Baik Sedang yang didasari oleh
Tidak Baik Rendah bahan – bahan yang

64
perlu dipertimbangkan
bagi laporan yang
terkait
Kecil Sangat Baik Tinggi Persen atau jumlah
Baik Sedang yang didasari oleh
Tidak Baik Rendah bahan – bahan yang
perlu dipertimbangkan
bagi laporan yang
terkait
Catatan : Dalam panduan ini juga harus dipahami bahwa ARACR yang didasari
pada pertimbangan audit memiliki berbagai variasi. Tabel diatas adalah panduan
yang paling konservatif yang harus diikuti.
1. Dalam situasi ini, internal pengawasan dan bukti – buktinya semua baik. Tes
substantive yang dapat dilakukan pada transaksi semacam ini sangat sedikit.
2. Dalam situasi ini, terdapat sedikit penekanan pada internal pengawasan.
Dalam situasi seperti ini tidak mungkin dilakukan tes pengawasan dan tes
substantive untuk transaksi.
9. Menentukan Ukuran Sampel Awal
Empat factor untuk menetukan ukuran sampel awal untuk sampel
audit: ukuran populasi, TER, ARACR dan EPER. Ukuran populasi
tidak sama pentingnya dengan factor lainnya yang secara khusus
dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar.
Suatu karakteristik sampel nonstatistik yang penting
dibandingkan dengan metode statistic adalah pentingnya
menentukan ukuran sampel menggunakan pertimbangan
professional metode nonstatistik disbanding dengan menggunakan
kalkulasi rumusan statistic. Ketika ketiga factor utama yang
mempengaruhi ukuran sampel telah ditentukan, auditor dapat
memutuskan ukuran sampel awal. Disebut sebagai ukuran sampel
awal sebab tingkat pengecualian dalam sampel harus dievaluasi

65
sebelum mengetahui apakah sampel cukup besar memenuhi sasaran
dari tes.
10. Kepekaan ukuran sampel untuk Faktor Perubahan
Pemahaman yang baik konsep yang mendasari sampel audit,
sangat menolong untuk memahami efek mengubah keempat factor
yang menentukan ukuran sampel selagi factor yang lain tidak diubah.
Kombinasi dua factor mempunyai efek terbesar pada ukuran sampel:
TER minus EPER. Perbedaannya pada ketepatan dalam menetukan
rencana sampel. Ketika perkiraan ketepatannya lebih kecil, maka
perkiraan yang lebih tepat, diperlukan sampel lebih besar.
11. Memilih Sampel
Setelah ukuran sampel awal untuk aplikasi sampel audit telah
dihitung, auditor harus memilih materi dalam populasi. Sampel dapat
terpilih dengan menggunakan metode nonprobabilistik atau
probabilistic. Untuk memperkecil kemungkinan klien mengubah
materi sampel, auditor mestinya tidak menginformasikan kepada
klien menyediakan dokumen. Beberapa materi sampel tambahan
mungkin terpilih ketika fasilitas ekstra dibutuhkan untuk
menggantikan materi mungkin tercakup dalam sampel yang asli.
12. Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan pengujian masing –
masing item dalam sampel untuk menentukan apakah konsisten
dengan ketentuan untuk mencatat pembukuan dari semua
pengecualian yang ditemukan. Ketika prosedur audit telah selesai
untuk aplikasi sampel, akan dibuat ukuran sampel dan jumlah
pengecualian untuk masing – masing atribut.
Sebagai cara untuk mendokumentasikan dan menyediakan
informasi untuk tinjauan ulang, sudah umum memasukkan jadwal
hasil. Beberapa auditor menyukai jadwal berisi daftar semua materi
dalam sampel yang lainnya menyukai untuk membatasi dokumentasi
untuk mengidentifikasi pengecualian.

66
13. Generalisasi dari Sampel ke Populasi
Tingkat pengecualian sampel (Sample Exception Rate) dapat
dengan mudah dihitung dari hasil sampel. Jumlahnya akan sama
dengan tingkat pengecualian yang dibagi dengan ukuran sampel.
Tidak tepat bila auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian
populasi adalah sama dengan tingkat pengecualian sampelnya kecil.
Karena metode nonstatistik, memiliki dua arah untuk
menggeneralisasikan sampel untuk populasi.
a. Tambahkan perkiraan kesalahan sampel dengan SER untuk
mendapatkan tingkat pengecualian atas (Calculation Upper
Exception Rate) karena resiko bisa diterima dengan menilai
resiko pengawasan terendah. Sulit bagi auditor untuk membuat
perkiraan kesalahan sampel yang menggunakan sampel
nonstatistik oleh karena dibutuhkan pertimbangan, pendekatan
ini biasanya tidak digunakan.
b. Kurangi tingkat pengecualian sampel dengan tingkat
pengecualian yang dapat ditolerir, hasilnya adalah kalkulasi
kesalahan sampel (TER-SER=kalkulasi kesalahan sampel), dan
evaluasi apakah kesalahan sampel yang dihitung cukup besar
untuk mengindikasikan tingkat pengecualian populasi yang dapat
diterima. Dengan pendekatan ini, auditor tidak membuat
perkiraan tingkat pengecualian atas.

Tabel 15-6 Efek dari Perubahan Ukuran Sampel


Jenis Perubahan Pengaruh pada Ukuran Sampel
Meningkatnya resiko dalam penilian Menurun
pengawasan resiko yang terendah
Meningkatnya angka toleransi yang dapat Menurun
pengecualian

67
Meningkatnya batas angka populasi yang Meningkat
dapat pengecualian
Meningkatnya ukuran populasi Meningkat (efeknya kecil)

14. Analisa Pengecualian


Sebagai tambahan dalam menentukan SER untuk masing –
masing atribut dan mengevaluasi bagaimana kebenarannya tetapi
tingkat pengecualian yang tak dikenal mungkin melebihi tingkat
pengecualian yang dapat ditolerir, diperlukan penelitian satu persatu
pengecualian untuk menentukan uraian dalam pengwasan internal
yang menyebabkannya. Pengecualian bisa disebabkan oleh
kecerobohan karyawan, instruksi yang salah dimengerti,
kesengajaan untuk melaksanakan kesalahan prosedur, atau banyak
factor lain. Umum pengecualian dan penyebabnya mempunyai efek
penting pada evaluasi kualitatif dari system.
15. Menentukan Populasi yang Dapat Diterima
Untuk menggeneralisasikan dari sampel populasi kebanyakan
auditor mengurangi SER dengan TER ketika mereka menggunakan
sampel nonstatistik dan mengevaluasi adakah perbedaannya, yang
dihitung apakah kesalahan sampel cukup besar. Jika auditor
menyimpulkan bahwa perbedaan cukup besar, pengawasan yang
sedang diuji dapat digunakan untuk mengurangi penilaian resiko
pengawasan ketika dibuat rancangannya, perlu dilakukan analisis
yang hati – hati untuk menentukan penyebab pengecualian yang
tidak mengindikasikan adanya kemungkinan permasalahan penting
lainnya pada pengawasan internal. Ketika auditor menyimpulkan
TER dan SER terlalu kecil untuk populasi bias diterima, atau ketika
SER melebihi TER, auditor harus mengambil tindakan yang
spesifik. Empat macam tindakan tersebut adalah :

68
a. Merevisi TER atau ARACR
Alternative ini harus diikuti hanya jika auditor telah
menyimpulkan bahwa spesifik aslinya terlalu konservatif.
Kelonggaran untuk TER atau ARACR mungkin sulit untuk
ditentukan jika auditor menggunakan subyek yang ditinjau
adalah yang ada disekitarnya atau pada pejabat. Jika hal ini
diubah, dilaksanakan dengan pemikiran yang hati – hati.
b. Memperbesar Ukuran Sampel
Penambahan ukuran sampel mempunyai efek mengurangi
kesalahan sampel jika tingkat pengecualian sampel tidak
meningkat. Tentu saja, SER dapat ditingkatkan atau dikurangi
jika materi tambahan telah dipilih.
c. Revisi Penilaian Resiko Pengawasan
Jika hasil tes pengawasan tes substantive transaksi tidak
didukung oleh rencana penilaian resiko pengawasan, auditor
perlu meningkatkan penilaian resiko pengawasan. Efek dari
revisi mungkin akan meningkatkan tes substantive transaksi dan
tes rincian saldo.
Keputusan untuk menambah ukuran sampel hingga kesalahan
sampel cukup kecil atau untuk merevisi penilaian resiko
pengawasan harus didasarkan pada pertimbangan untung rugi.
Jika sampel perlu dilakukan revisi penilaian resiko pengawasan
dan oleh karena itu perlu dilakukan res substantive tambahan.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penambahan tes
pengawasan harus dibandingkan dengan penambahan tes
substantive. Jika sampel ditambah tetap hasilnya tidak dapat
diterima, maka penambahan tes substantive tetap diperlukan.
Jika tes yang sebenarnya dilakukan untuk menguji kesalahan
transaksi keuangan dan tingkat pengecualiannya lebih tinggi
dibanding yang diasumsikan, maka responnya akan sama seperti
yang terjadi pada tes pengawasan.

69
d. Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
Tindakan yang dibutuhkan, dalam mengkombinasikan salah
satu dari tiga hal sebelumnya, dengan mengabaikan keadaan
pengecualian. Ketika auditor menentukan bahwa pengawasan
internal tidak berjalan secara efektif, manajemen harus
diberitahu. Jika kekurangannya dalam desain atau pengawasan
internal signifikan, SAS 60 (AU 325) diperlukan auditor untuk
mengkomunikasikan kondisi laporan kepada komite audit.
Dalam beberapa peristiwa, mungkin saja tindakan yang
dapat diambil adalah menyurati manajemen ketika TER
dikurang SER nilainya terlalu kecil. Ini terjadi jika auditor tidak
mau mengurangi nilai resiko pengawasan atau telah melakukan
cukup banyak prosedur yang tidak memadai dalam tes
substantive transaksi.

Gambar 15-3 Inspeksi Sampel menyangkut Atribut


Pemeriksaan terhadap Nomor Sampel yang Berhubungan
Klien : Hillsburg Hardware
Pemerikasaan terhadap Disiapkan oleh : MSW
Nomor Sampel yang Berhubungan Tanggal : 3/2/03
Akhir tahun : 31 Desember 2002
Nomor yang Hubungan
terpilih X = Pengecualian
No Faktur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
3787 X
3924 X X
3990 X
4058 X X
4117 X
4222 X

70
4488 X
4635 X X
4955 X X
4969 X
5101 X
5166 X
5419 X
5832 X
5890 X
6157 X X
6229 X
6376 X
6635 X
7127 X
8338 X
8871 X
9174 X
9371 X
No
Pengecualian 0 2 0 10 4 1 0 12 0
Ukuran
Sampel 75 100 100 100 100 65 50 50 65

Gambar 15-4 Lembar Data Sampling: Pengujian Fungsi Penagihan Hillsburg


Hardware Co.
Lembaran Data Sampel : Tes Fungsi Penagihan Perusahaan Hillsburg
Hardware
Klien : Hillsburg Hardware Akhir Tahun : 31/12/02
Cakupan Audit : Menguji tes substantif dan Ukuran Populasi : 5.764
Kendali transaksi – fungsi penagihan

71
Menentukan Sasaran : Menguji salianan faktur penjualan dan hubungan antara
dokumen dengan sistem tertentu yang memiliki fungsi sebagai tujuan dan sebagai
gambaran dari program audit.
Menentukan populasi yang tepat (termasuk stratifikasinya jika ada) : Faktur
penjualan pada periode 1/1/02 hingga 31/12/02. Nomor faktur pertama = 3689.
Nomor faktur terakhir = 9452.
Menentukan unit sampel, populasi organisasi, prosedur pemilihan secara acak
: Nomor faktur penjualan, urutan catatan didalam jurnal penjualan. Komputer yang
melakukan pengacakan angka.

Rencana Audit Hasil Sebenarnya


Meng
A Ukur Angka hitun
E Ukur Nomor
T R an Jumlah g
Deskripsi Sifat P an Jumlah
E A Samp sampel samp
E Samp Pengec
R C el pengecu el
R el ualian
R Awal alian yang
salah
1. Menguji
Nomor faktur
penjualan
didalam jurnal Me
penjualan diu
(prosedur 12) 0 3 m 75 75 0 0 3.0
2. Jumlah dan
data lainnya
didalam arsip Me
asli sesuai diu
dengan entri dari 1 4 m 100 100 2 2 2.0

72
jurnal penjualan
(prosedur 13a)

3. Jumlah dan
data lainnya
pada salinan
faktur penjualan
sesuai dengan
entri dari jurnal Me
penjualan diu
(prosedur 13b) 1 4 m 100 100 0 0 4.0
4. Bukti bahwa
hara,
perkaliannya,
dan footing teks
telah diperiksa
(pada bagian SER
awal dan jumlah Me meleb
yang benar). diu ihi
(prosedur 13b) 1 4 m 100 100 10 10 TER
5. Kuantitas dan
data lainnya
pada bill of
lading sesuai
dengan Salinan Me
faktur penjualan diu
(prosedur 13c) 1 4 m 100 100 4 4 0
6. Kuantitas dan
data lainnya Me
pada pesanan diu
penjualan sesuai 1 6 m 65 65 1 1.5 4.5

73
dengan Salinan
faktur penjualan
(prosedur 13d)
7. Kuantitas dan
data lainnya
pada pesanan
pelanggan sesuai
dengan Salinan Me
faktur penjualan diu
(prosedur 13e) 2 8 m 50 50 0 0 8.0
SER
8. Kredit yang Me meleb
disetujui diu ihi
(prosedur 13e) 2 8 m 50 50 12 0 TER
9. Untuk catatan
penjualan
didalam jurnal
penjualan, arsip
dokumen
pendukung,
termasuk di
dalamnya
Salinan faktur
penjualan, bill of
lading, oesanan
penjualan dan
pesanan Me
pelanggan diu
(prosedur 14) 1 6 m 65 65 0 0 6.0

74
Penggunaan hasil sampel ditujukan untuk :
1. Efek dalam rencana audit : Tes pengawasan yang melewati nomor 1, 3, 6, 7
dan 9 dapat dilihat sebagai pengelolaan yang efektif. Penekanan tambahan
dibutuhkan dalam menkonfirmasi laporan piutang yang belum tertagih, tes
jalan pintas, dan tes harga yang akan menghasilkan tes untuk nomor 2, 4, 5 dan
8
2. Rekomendasi untuk manajemen : Setiap yang pengecualian harus didiskusikan
dengan manajemen. Rekomendasi khusus dibutuhkan utntuk perbaikan dalam
verifikasi internal pada faktur penjualan dan untuk membuktikan pendekatan
pada persetujuan kredit.

Gambar 15-5 Analisa Pengecualian


Klien : Hillsburg Hardware
Pemerikasaan terhadap Disiapkan oleh : MSW
Nomor Sampel yang Berhubungan Tanggal : 2/3/03
Akhir tahun : 31 Desember 2002
No Jumlah Hal – hal Pengecualian Efek pada Audit dan
Pengecualian Komentar lainnya
2 2 Kesalahan terjadi pada Karena SER lebih besar
penempatan laporan yang daripada TER, maka harus
salah dan belum dilakukan penambahan
diselesaikan setelah pekerjaan substantive.
beberapa bulan. Jumlahnya Menunjukkan terjadinya
$2.500 dan $7.800 perpanjangan prosedur
konfirmasi dan
memperlihatkan sisa yang
tak tertagih sepenuhnya.
4 10 Pada 6 kass tidak dilakukan Hasilnya, personil klien
verifikasi internal awal. yang independent harus
melakukan pengecekan

75
Pada 2 kasusu terjadi ulang terhadap 500 sampel
penerapan harga yang salah Salinan faktur penjualan
tetapi setiap kesalahannya secara acak dibawah
masih dibawah $200. pengawasan kami juga
Pada 1 kasus kesalahan meluaskan konfirmasi
penerapan harga hingga $ rekening piutang.
5.000
Pada 1 kasus ongkos
pengirimasn tidak
dikenakan. (Tiga dari empat
pengecualian terjadi pada
verifikasi internal awal)
5 4 Dalam setiap kasus tanggal Melakukan tes yang
Salinan faktur penjualan mendalam terhadap
terlambat daripada tanggal penjualan yang
pengiriman menggunakan dokumen
pengiriman.
6 1 Ada 106 barang dikirim dan Tidak dilakukan tes
tagihan pesanan penjalan pengawasan atau substantive
yang dibuat 112 barang. tes. System harus bekerja
Alas an terhadap perbedaan dengan efektif.
ini adalah kesalahan yang
telah lama terjadi pada
Salinan atas stok. Kesalahan
yang telah lama itu
menunjukkan bahwa 112
barang adalah catatan yang
dipegang, padahal yang
sebenarnya 106. System
yang tidak mengembalikan

76
pesanan yang dikirim lebih
kecil dari 25%
8 12 Kredit yang tidak disetujui. Pada akhir tahun prosedur
Empat diantaranya untuk diperluas untuk
pelanggan baru. Diskusi mengevaluasi piutang yang
dengan Chulick yang tak tertagih, termasuk
menyatakan bahwa melakukan jadwal ulang
jadwalnya yang padat tidak terhadap penerimaan kas
mengizinkannya menyetuui berikutnya sampai akhir
semua penjualan. tahun dan untuk semua
penerimaan yang belum
tertagih harus ditentukan
penagihannya pada akhir
tahun.

16. Dokumentasi yang Memadai


Yang terpenting auditor harus tetap melakukan pencatatan yang
memadai pada prosedur yang dilaksanaka, metode ini digunakan
untuk pemilihan sampel dan melaksanakan tes, hasil yang
didapatkan dari tes, dan kesimpulan diambil. Hal ini perlu dengan
tujuan mengevaluasi hasil dari kombinasi semua tes dan dasar untuk
mempertahankan audit jika harus ditingkatkan. Dokumentasi juga
penting untuk sampel statistic atau nonstatistik.

77
Gambar 15-6 Lembar Kerja Perencanaan Bukti untuk Memutuskan Tes
Rincian Saldo untuk Hillsburg Hardware Co. Rekening Piutang

dan
Detail yang terkait

Nilai yang dicapai


Kelengkapannya
Keberadaannya

Pengungkapan
Kebenarannya
Pisah Batas
Klasifikasi

Penyajian
Akurasi
Resiko
audit Ting Ting Ting Ting Ting
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
yang gi gi gi gi gi
diterima
Resiko Ren Ren Ren Ren Ren Sedan Sedan Renda Renda
bawaan dah dah dah dah dah g g h h
Pengawa
Tidak Tidak
san
Ren Sed Ren Ting Ren dapat dapat
resiko Tinggi Tinggi
dah ang dah gi dah ditera ditera
penjuala
pkan pkan
n
Pengawa
Tidak Tidak Tidak
san
Ren Sed Ren Ren Sed Renda dapat dapat dapat
resiko
dah ang dah dah ang h ditera ditera ditera
penerim
pkan pkan pkan
aan kas
Pengawa
san Tida Tida Tida Tida Tida
Tidak Tidak Renda Renda
resiko k k k k k
ada ada h h
pengawa ada ada ada ada ada
san

78
tambaha
n

Tes
substanti
Hasi Tidak Tidak Tidak Tidak
f Hasi Hasi Hasi Hasi
l dapat dapat dapat dapat
transaksi l l l l
Sed ditera ditera ditera ditera
pada Baik Baik Baik Baik
ang pkan pkan pkan pkan
penjuala
n
Tes
substanti
Tidak Tidak Tidak
f Hasi Hasi Hasi Hasi Hasi
Hasil dapat dapat dapat
transaksi l l l l l
Baik ditera ditera ditera
pada Baik Baik Baik Baik Baik
pkan pkan pkan
penerim
aan Kas
Prosedur
analitis
Merenca
nakan
pendetek
sian
saldo
untuk tes
detil
pada
saldo

79
Merenca
nakan
bukti
audit
untuk tes
detail
pada
saldo

2.2.6 Sampel Audit Statistik


Metode sampling statistic yang paling sering digunakan untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi adalah
sampling atribu (attribute sampling). Aplikasi sampling atribut untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi
memiliki lebih banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik
ketimbang perbedaannya. Ke 14 langkah yang sama digunakan untuk
kedua pendekatan itu, sementara terminology yang digunakan umumnya
juga sama. Perbedaan utamanya terletak pada perhitungan ukuran sampel
awal yang menggunakan table yang dikembangkan dari distribusi
probabilitas statistic dan perhitungan tingkat pengecualian atas yang
diestimasi dengan menggunakan table yang serupa seperti ketika
menghitung ukuran sampel.

2.2.7 Distribusi Sampling


Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi
sampling. Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua
sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang
memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabiliras atribut
didasarkan pada distribusi binominal, dimana setiap sampel dalam

80
populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungki, seperti ya/tidak,
hitam/putih, atau deviasi pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.

2.2.8 Aplikasi Sampling Atribut


Kita telah membahas bahwa ke – 14 langkah untuk sampling
nonstatistik sama – sama dapat diterapkan pada sampling atribut, dan
dalam bagian ini kita akan berfokus pada perbedaan diantara keduanya.
Merencanakan Sampel
1. Menentukan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
2. Menentukan sampel audit apakah yang dapat diaplikasikan. Sama
untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
3. Menentukan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik.
4. Menentukan populasi. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
5. Menentukan unit sampel. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
6. Menentukan toleransi tingkat pengecualian. Sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik.
7. Menentukan resiko yang dapat diterima dalam menilai resiko
pengawasan terlalu rendah. Konsep penetapan risiko ini sam abaik
untuk sampling statistic maupun nonstatistik, tetapi biasanya metode
kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling nonstatistik, sebagian besar
auditor menggunakan risiko yang dapat diterima yang rendah, sedang
atau tinggi, sementara auditor yang menggunakan sampling atribut
membebankan suatu jumlah tertentu, seperti risiko 10 persen atau 5
persen. Metodenya berbeda karena auditor harus mengevaluasi hasil
secara statistic.
8. Menentukan tingkat pengecualian populasi. Sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik.

81
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat factor yang
menentukan ukuran sampel awal baik untuk sampling statistic
maupun nonstatistik : ukuran populasi, TER, ARO, dan EPER.
Dalam sampling atribut, auditor menetukan ukuran sampel dengan
menggunakan program computer atau table yang dikembangkan dari
rumus statistic.
Pemilihan Sampel dan Melakukan Prosedur Audit
10. Pemilihan Sampel. Satu – satunya perbedaan dalam pemilihan
sampel bagi sampling dan nonstatistik terletak pada persyaratan
bahwa metode probabilstik harus digunakan untuk sampling statistic.
Baik sampling acak sederhana maupun sistematis akan digunakan
pada sampling atribut.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasikan sampel pada populasi. Untuk sampling atribut,
auditor menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan ARO
tertentu, yang sekali lagi menggunakan program computer khusus
atau table yang dikembangkan dari rumus statistic.
13. Menganalisis pengecualian. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
14. Memutuskan diterimanya populasi. Metodologi untuk menentukan
populasi yang dapat diterima pada sampel atribut dan sampel
nonstatistik adalah penting. Untuk atribut sampel, auditor
membandingkan CUER dan TER untuk masing – masing atribut.
Sebelum populasi bias diterima, CUER ditentukan berdasarkan hasil
sampel yang kurang dari atau sama dengan TER dengan didasarkan
pada ARACR.
Kebutuhan akan Penilaian Profesional. Kritik sering disampaikan
terhadap sampel statistic, metodenya mengurangi penggunaan
pertimbangan professional. 14 langkah untuk atribut sampel dan sampel

82
nonstatistik yang dibaha memperlihatkan bahwa kritik ini tak beralasan.
Karena aplikasi atribut sampel memerlukan pertimbangan professional
dalam sebagian besar langkahnya. Demikian uga, untuk evaluasi akhir
aplikasi seluruh atribut sampel, termasuk didalamnya ukuran
sampelyang tepat, harus didasarkan pada pertimbangan professional
tingkat tinggi.

2.3 MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA
2.3.1 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Bukti yang tepat yang aka diperoleh dari pengujian atas rincian saldo
harus diputuskan berdasarkan tujuan per tujuan. Karena beberapa
interaksi mempengaruhi kebutuhan akan bukti dari pengujian atas rincian
saldo, keputusan audit ini dapat menjadi kompleks. Dalam merancang
pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing – masing dari delapan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo. Kedelapan tujuan umum tersebut sama bagi semua akun.
Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal itu disebut sebagai
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha (accounts
receivable balance-related audit objectives) dan adalah sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo dengan jumlah file induk terkair
dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku
besar umum. (Detail tie-in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (Kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akurat (Keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (Pisah Batas)
7. Piutang usaha dinyatakan oada nilai realisasi (Nilai Realisasi)
8. Klien memiliki ha katas piutang usaha (Hak)

83
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang
Usaha (Tahap I)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian
risiko auditor yang memberikan pemahaman mengenai bisnis dan
industry klien. Sebagai bagian dari pemahaman ini, auditor
mempelajari industry dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk
mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Sebagai
bagian dari perolehan pemahaman tersebut, auditor juga
melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan
untuk piutang usaha, auditor akan mempertimbangkan risiko bisnis
klien yang mempengaruhi piutang usaha.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap
I)
Pertama piutang akan memutuskan pertimbangan pendahuluan
mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan
kemudian mengalokasikan mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke setiap akun neraca yang dignifikan, termasuk piutang
usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan materialitas kinerja.
Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling
material dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan
penjualan kredit. Bahkan untuk saldo piutang usaha yang kecil
sekalipun, transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan yang
mempengaruhi saldo piutang usaha hamper pasti sangat signifikan.
Ketika menilai risiko inheren bagi setiap tujuan untuk akun –
akun seperti piutang usaha, auditor mempertimbangkan risiko bisnis
klien dan sifat klien serta industrinya. Standar auditing
mengindikasikan bahwa auditor harus mengidentifikasi secara

84
formal risiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan
pendapatan. Hal ini mungkin akan mempengaruhi penilaian risiko
inheren oleh auditor untuk tujuan – tujuan berikut : keberadaan atau
eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur dan
pengurangan penjualan.
3. Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
(Tahap I)
Bagi sebagian besar perusahaan, pengendalian internal terhadap
penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya
harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan
yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan
pelanggan. Auditor terutama harus memperhatikan tiga aspek
pengendalian internal :
a. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
b. Pengendalian terhadap pisah batas
c. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang
direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas
rincian saldo.
4. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II)

Tabel 16-1 Prosedur Analitis untuk Siklus Penjualan dan Penagihan


Prosedur Analitis Kemungkinan Salah Saji
Membandingkan persentase marjin Lebih saji atau kurang saji penjualan
kotor dengan tahun sebelumnya (per piutang usaha
produk)

85
Membandingkan penjualan per bulan Lebih saji atau kurang saji penjualan
(per lini produk) selama beberapa piutang usaha
waktu
Membandingkan retur dan Lebih saji atau kurang retur dan
pengurangan penjualan sebagai pengurangan penjualan serta piutang
persentase penjualan kotor dengan usaha
tahun sebelumnya (per lini produk)
Membandingkan saldo pelanggan Salah saji piutang usaha dan akun
individual terhadap jumlah yang laporan laba rugi terkait
dinyatakan dengan tahun sebelumnya
Membandingkan beban piutang tak Piutang usah atak tertagih yang belum
tertagih sebagai persentase penjualan disajikan
kotor dengan tahun sebelumnya
Membandingkan jumlah hari piutang Lebih saji atau kurang saji penyisihan
usaha beredar dengan tahun piutang tak tertagih dan beban piutang
sebelumnya dan perputaran piutang tak tertagih, mungkin juga
usaha yang terkait menunjukkan piutang usaha fiktif
Membandingkan kategori umur Lebih saji atau kurang saji penyisihan
piutang sebagai persentase piutang piutang tak tertagih dan beban piutang
usaha dengan tahun sebelumnya tak tertagih
Membandingkan penyisihan untuk Lebih saji atau kurang saji penyisihan
piutang tak tertagih sebagai persentase piutang tak tertagih dan beban piutang
piutang usaha dengan tahun tak tertagih
sebelumnya
Membandingkan penghapusan piutang Lebih saji atau kurang saji penyisihan
tak tertagih sebagai persentase total piutang tak tertagih dan beban piutang
piutang usah adengan tahun tak tertagih
sebelumnya

Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian


risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus

86
direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantive atas
transaksi untuk menetukan sejauh mana risiko deteksi yang
direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha.
5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap
pengujian yang terinci dilakukan setelah tanggal neraca tetapi
sebelum pengujian atas rincian saldo. Jadi masih diperbolehkan
melakukan prosedur analitis yang ekstensif sebelum klien mencatat
semua transaksi selama tahun tersebut dan menyelesaikan laporan
keuangannya.
Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan
dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Ini
memang harus demikian karena hubungan yang era tantara akun –
akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah
saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan
dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan
megoffset salah saji itu.
6. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Piutang
Usaha (Tahap III)
Risiko deteksi yang direncanakan untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan piutang usaha ditunjukkan pada baris kedua dari
bawah. Ini merupakan keputusan subjektif yang dibuat oleh auditor
setelah mengombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap
factor yang tercantum pada baris tersebut.
Tugas menggabungkan factor – factor yang menentukan risiko
deteksi yang direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran
setiap factor bersifat tidak jelas dan bobot yang tepat yang akan
diberikan pada setiap factor sangatlah subjektif. Sebaliknya,
hubungan antara setiap factor dan risiko deteksi yang direncanakan
telah terbentuk dengan baik.

87
2.3.2 Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Walaupun lebih menekankan akun neraca ketika melakukan
pengujian atas rincian saldo, auditor tidak boleh mengabaikan akun-akun
laporan laba rugi, karena akun itu akan diuji sebagai produk sampingan
dari pengujian neraca. Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya
akan sangat tergantung pada apakah bukti yang direncanakan untuk
tujuan tertentu adalah rendah, sedang, atau tinggi.
1. Piutang Usaha Ditambahkan dengan Benar dan Sama dengan File
Induk serta Buku Besar Umum
Sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang
tak tertagih didasarkan pada aged trial balance. Aged trial balance
menyajikan daftar saldo-saldo dalam file induk piutang usaha pada
tanggal necara, termasuk saldo pelanggan individual yang beredar
dan rincian setiap saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan
tanggal neraca. Gambar 16-3 mengilustrasikan aged trial balance
yang umum berdasarkan contoh Hillsburg Hardware.

Gambar 16-3 Aged Trial Balance untuk Hillsburg Hardware Co.


Aged Trial Balance Skedul Tanggal

PBC
Piutang Usaha Disiapkan oleh Klien 05/01/2014
Hillsburg Hardware Co. Disetujui oleh
31/12/2013

Umur, Berdasarkan Tanggal Faktur


Akun Saldo 91-120 di atas
Pelanggan 0-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 011
Nomor 31/12/13 hari 120 hari
012
01011 Adams Supply 146.589 90.220 56.359 013
01044 Argonaut, Inc. 30.842 30.842 014
01100 Atwater Brothers 210.389 210.389 015
01191 Beekman Bearings 83.526 73.526 10.000 016
01270 Brown and Philips 60.000 60.000 017
01301 Christoper Plumbing 15.789 15.789 018

09733 Travelers Equipment 59.578 59.576


09742 Underhill Parts and Maintenance 179.263 179.263
09810 U/WCo. 102.211 34.911 34.700 32.600
09907 Zephyr Plastics 286.300 186.000 100.300
$20.196.800 $14.217.156 $2.869.366 $1.408.642 $1.038.926 $662.710

88
Biasanya, audior menguji informasi yang ada pada aged trial
balance menyangkut detail tie-in sebelum melakukan setiap
pengujian lainnya untuk memverifikasi bahwa populasi yang sedang
diuji sesuai dengan buku besar umum dan file induk piutang usaha.
Kolom total dan footing dalam kolom yang menggambarkan umur
piutang harus diuji, sementara totalnya pada neraca saldo
dibandingkan dengan buku besar umum. Selain itu, audior juga harus
menelusuri sampel setiap saldo ke dokumen pendukung seperti
salinan faktur penjualan untuk memverifikasi nama pelanggan, saldo,
dan umur piutang yang sesuai. Luas pengujian atas detail tie-in
tergantung pada jumlah akun yang terlibat, tingkat di mana file induk
telah diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, serta sejauh mana skedul telah diverifikasi
oleh audior internal atas orang yang independen lainnya sebelum
diberikan kepada auditor. Auditor sering kali menggunakan
perangkat lunak audit untuk memfoot dan cross-foot aged trial
balance serta untuk menghitung kembali umur piutang.
2. Piutang Usaha yang Dicatat Memang Ada
Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian
saldo piutang usaha yang paling penting untuk menentukan
keberadaan atau eksistensi piutang usaha yang dicatat. Jika
pelanggan tidak merespons konfirmasi, auditor juga akan memeriksa
dokumen pendukung guna memverifikasi pengiriman barang dan
bukti penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang telah
ditagih. Biasanya, auditor tidak akan memeriksa dokumen
pengiriman atau bukti penerimaan kas bagi setiap piutang dalam
sampel yang telah dikonfirmasi, tetapi auditor dapat menggunakan
dokumen tersebut secara ekstensif sebagai bukti alternatif bila tidak
ada respons.

89
3. Piutang Usaha yang Ada Telah Dicantumkan
Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan
dari aged trial balance kecuali memeriksa ulang file induk piutang
usaha. Jika semua penjualan kepada pelanggan dihilangkan dari
jurnal penjualan, kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin
ditemukan dengan pengujian atas rincian saldo.
Selain itu, penjualan yang belum dicatat kepada pelanggan baru
juga sulit diidentifikasi untuk konfirmasi karena pelanggan tersebut
tidak mencantumkannya dalam file induk piutang usaha. Kurang saji
penjualan dan piutang usaha dapat diungkapkan oleh pengujian
substantif atas transaksi untuk pengiriman yang telah dilakukan tetapi
belum dicatat (tujuan kelengkapan bagi pengujian transaksi
penjualan) dan oleh prosedur analitis.
4. Piutang Usaha Sudah Akurat
Konfimrasi akun yang dipilih dari neraca saldo merupakan
pengujian atas rincian saldo yang paling umum bagi keakuratan
piutang usaha. Jika pelanggan tidak merespons permintaan
konfirmasi, auditor akan memeriksa dokumen pendukung dengan
cara yang sama seperti yang diuraikan untuk tujuan keberadaan.
Auditor akan melaksanakan pengujian terhadap debet dan kredit
saldo setiap pelanggan dengan memeriksa dokumen pendukung
menyangkut pengiriman dan penerimaan kas.
5. Piutang Usaha Diklasifikasikan dengan Benar
Biasanya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang usaha
relatif jauh lebih mudah dengan mereview aged trial balance untuk
piutang yang material dari afiliasi, pejabat, direktur, atau pihak terkait
lainnya. Auditor harus memverifikasi bahwa wesel tagih atau piutang
usaha yang harus diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar
dipisahkan dari akun reguler, dan saldo kredit piutang usaha yang
signifikan diklasifikasikan kembali sebagai utang usaha.

90
Ada hubungan yang erta antara klasifikasi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo danklasifikasi terkait dengan tujuan penyajian
dan pengungkapan yang dapat dipahami. Untuk memenuhi
klasifikasi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, auditor harus
menentukan pakah klien telah memisahkan dengan benar klasifikasi
piutang usaha yang berbeda.
6. Pisah Batas (Cut Off) Piutang Usaha Sudah Benar
Salah saji pisah batas (cutoff misstatement) terjadi apabila
transaksi periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya atau
sebaliknya. Tujuan dari pengujian pisah batas, tanpa memandang
jenis transaksinya, adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang
mendekati akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang
tepat. Tujuan pisah batas merupakan salah satu yang paling penting
dalam siklus karena salah saji pisah batas dapat sangat
mempengaruhi laba periode berjalan.
Dalam menentukan kelayakan pisah batas, auditor memerlukan
pendekatan rangkap tiga: (1) memutuskan kriteria pisah batas yang
tepat, (2) mengevaluasi pakah klien memiliki prosedur yang
memadai yang ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas,
dan (3) menguji apakah pisah batas sudah benar. Salah saji pisah
batas dapat terjadi pada penjualan, retur dan pengurangan
penjualan, dan penerimaan kas.
a. Pisah Batas Penjualan
Sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman
barang. Akan tetapi, beberapa perusahaan mencatat faktur pada
saat hak atas barang beralih, yang dapat terjadi sebelum
pengiriman (seperti dalam kasus barang yang dibuat secara
massal), pada saat pengiriman, atau setelah pengiriman. Untuk
pengukuran yang tepat atas laba periode berjalan, metodenya

91
harus sesuai dengan standar akuntansi dan diterapkan secara
konsisten.
Bagian yang paling penting ketika mengevaluasi metode
klien untuk memperoleh pisah batas yang dapat diandalkan
adalah menentukan prosedur yang akan digunakan. Jika klien
mengeluarkan dokumen pengiriman yang telah dipranomor
secara berurutan, biasanya mudah untuk mengevaluasi dan
menguji pisah batas. Lebih lanjut, pemisahan tugas antara fungsi
pengiriman dan penagihan juga meningkatkan kemungkinan
pencatatan transaksi pada periode yang tepat. Akan tetapi,
sebaliknya mungkin akan sulit untuk memastikan pisah batas
yang akurat.
Jika pengendalian internal klien sudah memadai, biasanya
auditor dapat memverifikasi pisah batas dengan memperoleh
nomor dokumen pengiriman untuk pengiriman terakhir yang
dilakukan pada akhir periode dan membandingkan nomor
tersebut dengan penjualan yang dicatat pada periode berjalan atau
periode selanjutnya.
b. Pisah Batas Retur dan Pengurangan Penjualan
Standar akuntasi mengharuskan bahwa retur dan
pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan terkait
jika jumlahnya material. Jika auditor yakin bahwa klien telah
mencatat semua retur dan pengurangan penjualan dengan benar,
pengujian pisah batas akan menjadi sederhana dan bersifat
langsung. Auditor dapat memeriksa dokumen pendukung
menyangkut sampel retur dan pengurangan penjualan yang
dicatat selama beberapa minggu setelah tanggal penutupan untuk
menentukan tanggal penjualan sebenarnya. Jika auditor
menemukan bahwa jumlah yang dicatat pada periode selanjutnya
sangat berbeda dengan retur dan pengurangan yang belum dicatat

92
pada awal periode setelah diaudit, merka harus
mempertimbangkan penyesuaian.
c. Pisah Batas Penerimaan Kas
Untuk sebagian besar audit, pisah batas peneirmaan kas yang
benar kurang begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan
atau retur dan pengurangan penjualan karena pisah batas kas yang
tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha,
bukan laba. Akan tetapi, jika salah sajinya material, hal itu dapat
mempengaruhi kewajaran penyajian akun-akun tersebut,
terutama jika kas memiliki saldo yang kecil atau negatif.
Jauh lebih mudah menguji salah saji pisah batas penerimaan
kas dengan menelusuri penerimaan kas yang dicatat ke setoran
bank periode selanjutnya pada laporan bank. Jika terjadi
penundaan selama beberapa hari, hal tersebut dapat menunjukkan
salah saji pisah batas,
Hingga tingkat tertentu, auditor juga mungkin bergantung
pada konfirmasi piutang usaha untuk mengungkapkan salah saji
pidah batas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, serta
penerimaan kas. Akan tetapi, sering kali sulit membedakan salah
saji pisah batas dengan perbedaan waktu (timing difference)
yang normal akibat pengiriman dan pembayaran yang masih
dalam perjalanan pada akhir tahun.
7. Piutang Usaha Dinyatakan pada Nilai Realisasi
Standar akuntansi mengharuskan perusahaan menyatakan
piutang usaha pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Nilai
realisasi piutang usaha (realizable value of accounts receivable)
sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penyisihan piutang tak
tertagih. Untuk menghitung penyisihan, klien mengestimasi total
jumlah piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Tentu
saja, klien tidak dapat memprediksi piutang di masa depan dengan
tepat, tetapi penting bagi auditor untuk mengevaluasi apakah

93
penyisihan klien itu masuk akal dengan mempertimbangkan semua
fakta yang ada. Untuk membantu melakukan evaluasi ini, auditor
sering kali menyiapkan skedul audit yang menganalisis penyisihan
piutang tak tertagih seperti yang diilustrasikan pada Gambar 16-4.
Dalam contoh ini, analisis menunjukkan bahwa penyisihan
mengalami kurang saji. Hal ini dapat disebabkan karena klien gagal
menyesuaikan penyisihan atau faktor-faktor ekonomi.
Ketika memulai evaluasi penyisihan piutang tak tertagih, auditor
mereview hasil pengujian pengendalian yang berkenaan dengan
kebijakan kredit klien. Jika kebijakan kredit klien tetap tidak berubah
dan hasil pengujian atas kebijakan kredit serta persetujuan kredit
konsisten dengan hasil tahun sebelumnya, perubahan saldo
penyisihan piutang tak tertagih hanya harus merefleesikan perubahan
kredit perekonomian dan volume penjualan. Akan tetapi, jika
kebijakan kredit klien atas tingkat di mana kebijakan tersebut
berfungsi dengan benar telah berubah secara signifikan, auditor juga
harus mempertimbangkan dengan sangat cermat pengaruh perubahan
tersebut.

94
Gambar 16-4 Analisis Penyisihan Piutang Tak Tertagih Hillsburg Hardware
Co.

Hillsburg Hardware Co. Skedul B-4 Tanggal


Analisis Penyisihan Piutang Tak Tertagih Disiapkan oleh TW 08/01/2014
31/12/2013 Disetujui oleh SB 10/01/2014

Estimasi Estimasi
Kategori Saldo Piutang Usaha Persentase Penyisihan
Piutang Usaha 31/12/2013 Penyisihan yang Diperlukan
0-30 hari $ 14.217.156 √ 3% × $ 426.515
31-60 hari 2.869.366 √ 6% × 172.162
61-90 hari 1.408.642 √ 15% × 211.296
91-120 hari 1.038.926 √ 25% × 259.732
Di atas 120 hari 662.710 √ 40% × 265.084
Total $ 20.196.800 $ 1.334.789

Penyisihan yang Dicatat $ 1.240.000 TB

Perbedaan $ 94.789

√ : Ditelusuri ke neraca saldo piutang usaha.


× : Persentase penyisihan konsisten dengan tahun sebelumnya, dan tampak masuk akal
berdasarkan persentase kerugian historis yang didokumentasikan dalam file permanen.
TB : Sama dengan neraca saldo.

Kesimpulan: Penyisihan yang tercatat tampak kurang saji berdasarkan analisis umur piutang.
Jumlah yang tepat sebesar $95.000 tidak dianggap material. Hal itu dicantumkan dalam skedul
ikhtisar Salah Saji yang Mungkin pada A-3 (Lihat Gambar 24-6.)

Auditor sering kali mengevaluasi kecukupan penyisihan dengan


memeriksa secara cermat piutang tidak lancar pada aged trial balance
untuk menentukan mana yang belum dibayar sesudah tanggal neraca.
Jumlah dan umur saldo yang belum dibayar kemudian dapat
dibandingkan dengan informasi serupa dari tahun sebelumnya untuk
mengevaluasi apakah jumlah piutang tidak lancar meningkat atau
menurun setelah berlalunya waktu. Auditor juga memperoleh
pandangan mengenai kolektibilitas piutang dengan memeriksa file
kredit, diskusi dengan manajer kredit, dan mereview file
korespondensi klien. Prosedur tersebut terutama penting jika

95
beberapa saldo yang berjumlah besar bersifat tidak lancar dan belum
dibayar atas dasar reguler.
Auditor menghadapi dua kekurangan dalam mengevaluasi
penyisihan dengan mereview setiap saldo tidak lancar pada aged trial
balance. Pertama, piutang lancar diabaikan ketika menetapkan
kecukupan penyisihan, walaupun beberapa dari jumlah tersebut tidak
diragukan lagi akan menjadi tak tertagih. Kedua, sulit untuk
membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun sebelumnya atas
dasar yang tidak terstruktur semacam itu. Jika piutang secara
progresif menjadi tidak tertagih selama beberapa tahun, fakta ini
dapat terabaikan. Untuk menghindari kedua kekurangan tersebut,
klien dapat menetapkan sejarah penghapusan piutang tak tertagih
selama suatu periode waktu sebagai kerangka referensi untuk
mengevaluasi penyisihan tahun berjalan.
Beban Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan
penyisihan piutang tak tertagih, akan jauh lebih mudah
memverifikasi beban piutang tak tertagih. Asumsikan bahwa (1)
saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit
sebelumnya, (2) penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian substantif atas transaksi, dan akhirnya
saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara.
Beban piutang tak tertagih adalah saldo residu yang dapat diverifikasi
melalui perhitungan ulang.
8. Klien Memiliki Hak atas Piutang Usaha
Pada umumnya, hak klien atas piutang usaha tidak menimbulkan
masalah audit karena biasanya piutang memang milik klien. Akan
tetapi, dalam beberapa kasus sebagian dari piutang mungkin telah
digadaikan sebagai jaminan, dibebankan kepada orang lain,
difactorkan, atau dijual dengan diskon. Biasnaya, pelanggan klien
tidak menyadari keberadaan masalah semacam itu, sehingga
konfirmasi piutang tidak akan memberikan informasi apa pun. Untuk

96
mengungkapkan situasi di mana klien memiliki hak yang terbatas
atas piutang, auditor dapat mereview notulen rapat, membahasnya
dengan klien, mengkonfirmasi dengan bank, memeriksa kontrak
utang menyangkut bukti piutang usaha yang digadaikan sebagai
jaminan, dan memeriksa file korespondensi.
9. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Usaha
Pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian
dari tahap penyelesaian audit. Akan tetapi, beberapa pengujian tas
penyajian dan pengungkapan sering kali dilakukan dengan pengujian
untuk memenuhi tujuan sudit yang berkaitan dengan saldo.
Bagian penting dari evaluasi adalah memutuskan apakah klien
memiliki jumlah terpisah yang material yang memerlukan
pengungkapan terpisah dalam laporan. Sebagai contoh, piutang dari
pejabat dan perusahaan afiliasi harus dipisahkan dengna piutang
usaha dari pelanggan jika jumlahnya material. Demikian juga
menurut persayaratan SEC, perusahaan harus mengungkapkan
penjualan dan aset untuk segmen bisnis yang berbeda secara terpisah.
Pemisahan saldo buku besar umum yang tepat dalam laporan
keuangan juga memerlukan pengombinasian saldo akun yang tidak
relevan bagi pemakai eksternal laporan. Jika semua akun yang
dimasukkan dalam buku besar umum diungkapkan secara terpisah
pada laporan maka akan lebih membingungkan bagi sebagian besar
pemakai laporan.

2.3.3 Konfirmasi Piutang Usaha


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep mengenai perancangan
pengujian atas ricncian saldo piutang usaha. Tujuan utama konfirmasi
piutang usaha adalah memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta
pisah batas.

97
Konfirmasi adalah respons tertulis langsung dari pihak ketiga dalam
wujud kertas atau secara elektronik, dan dianggap sebagai bukti yang
sangat terpercaya atau andal karena diterima langsung dari pihak ketiga.
Meskipun respons lisan dapat menjadi bukti audit, respons ini tidak
dianggap sebagai konfirmasi.
1. Persyaratan Standar Auditing
Standar auditing A.S menunjukkan bahwa auditor harus
menggunakan konfirmasi eksternal untuk piutang usaha yang
material. Konfirmasi mungkin tidak tepat dalam situasi berikut ini:
a. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif
karena tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau
tidak dapat diandalkan. Dalam industri tertentu, seperti rumah
sakit, tingkat respons terhadap konfirmasi sangatlah rendah.
b. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian adalah
rendah dan bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk
menyediakan bukti yang mencukupi. Jika klien memiliki
pengendalian internal yang efektif dan risiko inheren yang rendah
untuk siklus penjualan dan penagihan auditor sering kali bisa
memnuhi persyaratan bukti dengan pengujian pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis.
Jika auditor memtuskan tidak akan mengkonfirmasi piutang
usaha, justifikasi untuk melakukan hal itu harus didokumentasikan
dalam file audit. Meskipun standar auditing A.S. mengharuskan
penggunaan konfirmasi bagi piutang usaha pada sebagian besear
situasi, standar auditing internasional juga menyarankan tetapi tidak
mengharuskan. Inilah salah satu dari beberapa perbedaan yang dapat
dinyatakan antara persayaratan standar auditing A.S. dan
internasional. PCAOB juga mempertimbangkan perubahan pada
Standar Auditingnya yang dapat memperluas penggunaan konfirmasi
dengan mengeliminasi pengecualian potensial yang dinyatakan

98
sebelumnya dan dengan memperluas jenis-jenis piutang yang harus
dikonfirmasi.
2. Jenis Konfirmasi
Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus
memutuskan jenis konfirmasi yang digunakan.
a. Konfirmasi Positif (Positive Confirmation) adalah komunikasi
dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan
pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Gambar 16-5
mengilustrasikan konfirmasi positif dalam audit Hillsburg
Hardware Co. Perhatikan bahwa konfirmasi positif ini adalah
untuk salah satu akun terbesar pada aged trial balance dalam
Gambar 16-3.
1) Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form)
adalah jenis konfirmasi positif yang ridak menyarakan jumlah
pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya. Karena formulir
yang masih kosong mengharuskan pihak penerima untuk
menentukan informasi yang diminta, formulir ini dianggap
lebih dapat diandalkan ketimbang konfirmasi yang
memasukkan informasi tentang saldo. Formulir kosong jarang
digunakan dalam praktik karena sering menghasilkan tingkat
respons yang lebih rendah.
2) Konfirmasi faktur (invoice confirmation) adalah jenis
konfirmasi positif lainnya di mana setiap faktur akan
diknfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara
keseluruhan. Banyak pelanggan menggunakan sistem voucher
yang memungkinnya untuk mengkonfirmasi setiap faktur
tetapi bukan informasi tentang saldonya. Akibatnya,
penggunaan konfirmasi faktur dapat meningkatkan tingkat
respons konfirmasi. Konfirmasi faktur juga menghasilkan

99
perbedaan waktu yang tidak terlalu banyak dan merekonsiliasi
pos-pos lainnya ketimbang konfirmasi saldo. Akan tetapi,
konfirmasi faktur memiliki kelemahan seperti tidak secara
langsung mengkonfirmasi saldo akhir.

Gambar 16-5 Konfirmasi Positif


HILLSBURG HARDWARE CO.
Gary, Indiana
5 Januari, 2016
Atwater Brothers
19 South Main Street
Middleton, Ohio 36947

Kepada yang Terhormat,

Sehubungan dengan audit terhadap laporan keuangan kami, silahkan konfirmasi


langsung kepada auditor kami

BERGER & ANTHONY, CPAS


Gary, Indiana

kebenaran saldo akun Anda dengan kami per 31 Desember 2013, seperti ditunjukkan di
bawah ini.
Ini bukan permintaan pembayaran; mohon tidak mengirimkan remittance Anda kepada
auditor kami. Perhatian Anda terhadap permintaan ini sangat kami hargai. Sebuah amplop
telah kami lampirkan untuk balasan Anda.

Erma Swanson
Erma Swanson, Controller

BERGER & ANTHONY , CPAs


Gary, Indiana

Saldo piutang dari kami sebesar $210.389 per 31 Desember 2013 sudah benar kecuali
dinyatakan di bawah ini:

Tanggal Oleh

Penjualan kepada pelanggan utama sering kali melibatkan


syarat khusus atau perjanjian lainnya menyangkut
pengembalian barang yang dapat mempengaruhi jumlah serta
waktu pendapatan penjualan akan diakui. Untuk mengatasi
masalah ini konfirmasi positif sering kali meminta pelanggan

100
untuk mengkonfirmasi keberadaan setiap syarat khusus atau
perjanjian lainnya antara klien dan pelanggan. Cerita pada
bagian sebelumnya mengilustrasikan pentingnya
mengkonfirmasi syarat-syarat transaksi.
b. Konfirmasi Negatif (Negative Confirmation) juga ditujukan
kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor
tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Gambar 16-6
mengilustrasikan konfirmasi negatif dalam audit Hilssburg
Hardware Co. yang dilampirkan pada laporan bulanan pelanggan.
Konfirmasi positif adalah bukti yang lebih dapat diandalkan
karena auditor dapat melakukan prosedur tindak lanjut jika
respons tidak diterima dari debitor. Dengan konfirmasi negatif,
kegagalan untuk menjawab harus dianggap sebagai respons yang
benar, walaupun debitor mungkin mengabaikan permintaan
konfirmasi.
Jika kelemahan reliabilitas dapat dioffset, konfirmasi negatif
jauh lebih murah dikirimkan ketimbang konfirmasi positif,
sehingga lebih banyak yang dapat didistribusikan dengan total
biaya yang sama. Konfirmasi negatif jauh lebih murah karena
tidak ada permintaan kedua dan tidak ada tindaklanjut terhadapat
nonrespons.
Gambar 16-6 Konfirmasi Negatif
KONFIRMASI AKUN AUDITOR
Harap periksa laporan ini dengan seksama. Jika laporan tersebut TIDAK sama
dengan catatan Anda, silahkan laporkan setiap pengecualian langsung kepada
auditor kami
BERGER & ANTHONY, CPAs
Gary, Indiana
Yang sedang melakukan audit atas laporan keuangan kami per 31 Desember 2013.
Sebuah amplop beralamat telah kami lampirkan untuk memudahkan Anda dalam
menjawab.
Jangan mengirimkan remittance Anda kepada auditor kami.

101
Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada
di tangan auditor, dan harus berdasarkan fakta dalam audit.
Standar auditing menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi
negatif hanya dapat diterima jika seluruh situasi berikut tersedia:
1) Auditor telah menilai risiko salah saji yang material sebagai
rendah serta telah memperoleh bukti yang tepat dan
mencukupi tentang efektivitas perancangan serta
pengoperasian pengendalian yang relevan atas asersi yang
sedang diuji dengan prosedut konfirmasi.
2) Populasi item-item yang terkena prosedur konfirmasi negatif
terdiri dari sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau pos-pos
lainnya yang bernilai kecil dan homogen.
3) Auditor memperkirakan tingkat pengecualian yang rendah.
4) Auditor yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi negatif
akan memberikan pertimbangan yang masuk akal.
Pada umumnya, jika konfirmasi negatif digunakan, auditor
akan sangat menekankan pada keefektifan pengendalian internal,
pengujian, substantif atas transaksi, dan prosedur analitis sebagai
bukti kewajaran piutang usaha, serta mengasumsikan bahwa
sebagian besar penerima konfirmasi akan membaca dengan teliti
dan merespons perminttan konfirmasi.
Konfirmasi negatif sering kali digunakan unruk mengaudit
rumah sakit, toko ritel, bank, dan industri lainnya di mana piutang
berasal dari masyarakat umum. Kombinasi antara konfirmasi
positif dan negatif juga sudah umum digunakan, yaitu dengan
mengirimkan konfirmasi positif ke akun dengan saldo yang benar
dan konfirmasi negatif ke akun dengan saldo yang kecil.
Konfirmasi yang akan dipilih auditor dapat bervariasi, diawali
dengan tidak menggunakan konfirmasi pada beberapa situasi,
hanya menggunakan konfirmasi negatif, menggunakan baik
konfirmasi negatif maupun positif, hingga hanya menggunakan

102
konfirmasi positif. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
keputusan auditor adalah materialitas total piutang usaha, jumlah
dan ukuran setiap piutang, risiko pengendalian, risiko inheren,
keefektifan konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti
audit lainnya.
3. Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan
diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal
neraca. Hal ini akan memungkinkan auditor untuk menguji secara
langsung saldo piutang usaha pada laporan keuangan tanpa harus
membuat kesimpulan apa pun mengenai transaksi yang terjadi antara
tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Akan tetapi, sebagai cara untuk
menyelesaikan audit secara tepat waktu, auditor juga perlu
mengkonfirmasi piutang pada tanggal interim. Hal ini dimungkinkan
jika pengendalian internal sudah memadai dan dapat menyediakan
kepastian yang layak bahwa penjualan, penerimaan kas, dan kredit
lainnya telah dicatat dengan benar antara tanggal konfimrasi dan akhir
periode akuntansi. Auditor mungkin akan mempertimbangkan faktor-
faktor lainnya ketika membuat keputusan, termasuk materialitas
piutang usaha dan exposure auditor terhadap tuntutan hukum akibat
kemungkinan bangkrutnya klien dan risiko serupa.
Jika keputusan untuk mengkonfirmasi piutang usaha dibuat
sebelum akhir tahun, biasanya auditor akan membuat skedul di muka
yang merekonsiliasi saldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi
dengan piutang usaha pada tanggal neraca. Selain melaksanakan
prosedur analitis atas aktivitas selama periode sela, juga perlu menguji
transaksi yang terjadu antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
Auditor dapt mencapai hal ini dengan memeriksa dokumen internal
seperti salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan bukti
penerimaan kas.

103
4. Keputusan Sampling
a. Ukuran Sampel Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel
untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa
kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1) Materialitas kerja
2) Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah
akun, hasil tahun sebelumnya, dan salah saji yang diharapkan)
3) Risiko pengendalian
4) Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya
(luas dan hasil pengujian substantif atas transaksi, prosedur
analitis, dan pengujian terinci lainnya)
5) Jenis konfirmasi (negatif biasanya memerlukan ukuran sampel
yang lebih besar)
b. Pemilihan Item untuk Pengujian
Diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian besar
konfirmasi. Dalam pendekatan umum stratifikasi untuk memilih
saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik
nilai setiap piutang maupun lamanya waktu piutang itu telah
beredar. Dalam sebagian besar audit, penekanan harus lebih
diberikan pada mengkonfirmasi saldo yang lebih besar dan lebih
lama karena saldo tersebut kemungkinan besar mengandung salah
saji yang signifikan. Namun juga penting untuk mengambil
beberapa item sampel dari setiap segmen pooulasi yang material.
Dalam banyak kasus, auditor memilih semua piutang di atas
jumlah dolar tertentu dan memilih sampel acak dari sisanya.
Manajemen mungkin menolak untuk mengizinkan auditor
mengirim permintaan konfirmasi kepada pelanggan tertentu.
Auditor harus menanyakan alasan permintaan klien ini, yang
sering kali berasal dari litigasi atau negoisasi antara klien dan
pelanggan. Auditor harus memperoleh bukti demi mengevaluasi
kelayakan permintaan klien, dan mengevaluasi apakah permintaan

104
itu menunjukkan risiko kecurangan yang potensial tau
peningkatan risiko salah saji yang material.
5. Verifikasi Alamat dan Penyelenggaraan Pengendalian
Auditor harus melaksanakan prosedur demi memverifikasi alamat
surat atau alamat email yang dipakai dalam konfirmasi. Untuk
konfirmasi yang dikirim melalui surat, auditor harus
menyelenggarakan pengendalian konfirmasi hingga balasannya
dikembalikan oleh pelanggan. Klien dapat membantu mempersiapkan
konfirmasi, namun auditor harus bertanggung jawab atas pengiriman
konfirmasi ke luar dari kantor klien. Alamat pengirim harus disertakan
pada semua amplop untuk memastikan bahwa surat yang tidak sampai
ke penerimanya akan diterima oleh kantor CPA. Demikian juga,
amplop beralamat sendiri untuk kirim balik yang menyertai
konfirmasi harus ditujukan ke kantor CPA. Prosedur ini dirancang
untuk memastikan bahwa responsnya akan diterima secara langsung
oleh auditor.
6. Menindaklanuti Nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan
tidak boleh dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Sebagai
contoh, nonrespons terhadap konfirmasi positif tidak menyediakan
bukti audit. Demikian juga, untuk konfirmasi negatif, auditor tidak
boleh mentimpulkan bahwa penerima menerima permintaan
konfirmasi dan memverifikasi informasi yang diminta. Akan tetapi,
konfirmasi negatif menyediakan sejumlah bukti untuk asersi
eksistensi atau keberadaan.
Jika konfirmasi positif digunakan, standar auditing mensyaratkan
prosedur tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh
pelanggan. Jadi, sudah umum mengirimkan permintaan konfirmasi
yang kedua dan kadang-kadang yang ketiga. Bahkan dengan usaha
tersebut, beberapa pelanggan tidak juga mengembalikan konfirmasi,
sehingga perlu melakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif.

105
Tujuan dari prosedur alternatif adalah untuk menentukan dengan cara
selain kondirmasi apakah piutang yang tidak dikonfirmasi itu memang
ada dan telah dinyatakan dengan benar pada tanggal konfirmasi.
Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor
dapat memeriksa dokumentasi berikut untuk memverifikasi eksistensi
dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo
akhir piutang usaha:
a. Penerimaan Kas Selanjutnya
Bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan
penerimaan kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam file induk
piutang usaha. Pada satu sisi, pemriksaan bukri penerimaan kas
selanjutnya merupakan prosedur alternatif yang sangat bermanfaat
karena masuk akal mengasumsikan bahwa pelanggan tidak akan
melakukan pembayaran kecuali piutang tersebut memang ada. Di
sisi lain, pembayaran tidak selalu menetapkan apakah kewajiban
memang ada pada tanggal konfirmasi. Selain itu, auditor juga
harus hati-hati menandingkan setiap transaksi penjualan yang
belum dibayar degan bukti pembayaran selanjutnya sebagai
pengujian atas perbedaan atau ketidaksesuaian setiap faktur yang
beredar.
b. Salinan Faktur Penjualan
Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur
penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual.
c. Dokumen Pengiriman
Hal ini penting dalam menentukan apakah pengieiman telah
benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas.
d. Korespondensi dengan Klien
Biasanya, auditor tidak perlu mereview korespondensi sebagai
bagian dari prosedur alternatif, tetapi korespondensi dapat

106
digunakan untuk mengungkap piutang yang diperselisihkan dan
yang meragukan yang tidak terungkap oleh cara lainnya.
Luas dan sifat dari prosedur alternatif sangat tergantung pada
materialitas nonrespons, jenis salah saji yang ditemukan dalam
respons yang dikonfirmasi, penerimaan kas selanjutnya dari
nonrespons, dan kesimpulan auditor mengenai pengendalian internal.
Biasanya lebih baik memperhitungkan semua saldo yang tidak
dikonfimrasi dengan prosedur alternatif meskipun jumlahnya kecil,
sebagai cara untuk mengeneralisasi dengan benar dari sampel ke
populasi. Pendekatan lain yang dapat diterima adalah mengasumsikan
bahwa nonrespons adalah 100 persen jumlah lebih saji.
7. Analisis Perbedaan
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor
harus menentukan penyebab setiap perbedaan yang dilaporakan.
Dalam banyak kasus, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan waktu
antara catatan klien dan pelanggan. Jadi sangatlah penting untuk
membedakan antara perbdaan waktu dan pengecualian, yang
merupakan salah saji saldo piutang usaha. Jenis perbedaan dalam
konfirmasi yang paling sering dilaporkan termasuk:
a. Pembayaran Telah Dilakukan
Perbedaan yang dilaporkan umumnya terjadi ketika pelanggan
melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien
belum menerima pembayaran pada waktu melakukan pencatatan
sebelum tanggal konfirmasi. Peristiwa semacam itu harus
diselidiki dengan cermat untuk menentukan kemungkinan salah
saji pisah batas penerimaan kas, lapping, atau pencarian kas.
b. Barang Belum Diterima
Perbedaan ini umumnya terjadi karena klien mencatat
penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat
akuisisi ketika barang diterima. Waktu barang tersebut masih
berada dalam perjalanan sering kali merupakan penyebab

107
perbedaan yang dilaporkan dalam konfirmasi. Hal tersebut harus
diselidiki untuk menentukan kemungkinan pelanggan tidak
menerima barang sama sekali atau keberadaan salah saji pisah
batas pada catatan klien.
c. Barang Telah Dikembalikan
Kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan
oleh perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan
penjualan yang tidak tepat. Seperti perbedaan lainnya, hal tersebut
juga harus diselidiki.
d. Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Diperdebatkan
Jenis perbedaan yang paling mungkin dilaporkan dalam
catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan bahwa ada
kesalahan harga yang dikenakan atas barang, barang rusak,
kuantitias barang yang tepat belum diterima, dan sebagainya.
Perbedaan tersebut harus diselisiki untuk menentukan pakah klien
telah melakukan kesalahan dan jumlah kesalahan tersebut.
Dalam sebagian besar contoh, auditor akan meminta klien untuk
merekonsiliasi perbdaan dan, jika perlu, akan mengomunikasikannya
dengan pelanggan untuk menyelesaikan setiap ketidaksepakatan.
Secara alami, auditor harus memverifikasi dengan cermat kesimpulan
klien tentang setiap perbedaan yang signifikan.
8. Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang
ditemukan dalam melakukan prosedur alternatif, auditor harus
mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien
harus dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebur konsisten atau
tidak konsisten dengan tingkat risiko pengendalian yang dinilai pada
awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu tidak
konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus
merevisi penilaian itu dan mempertimbangkan pengaruh revisi
tersebut terhadap audit. Auditor perusahaan publik juga harus

108
mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal
terhadap pelaporan keuangan.
Auditor juga harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi
piutang usaha secara keselutuhan. Walupun jumlah salah saji dalam
sampel mungkin tidak secara signifikan mempengaruhi laporan
keuangan, auditor harus mempertimbangkan apakah pupilasi
mengandung salah saji secara material.
Auditor harus selalu mengevaluasi sifat kualitatif salah saji yang
ditemukan dalam sampel, tanpa memandang jumlah dolar salah saji
populasi yang diesrimasi. Meskipun salah saji yang diestimasi lebih
kecil dari materialitas kinerja untuk piutang usaha, salah saji yang
ditemukan dalam sampel dapat menjadi masalah yang lebih serrius.
Keputusan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah
apakah bukti yang mencukupi telah diperoleh melalui pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur
analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif
lainnya untuk menjustifikasi penarikan kesimpulan mengenai
kebenaran saldo yang dinyatakan.

2.3.4 Mengembangkan Program Audit Bagi Pengujian Yang Terinci


Kita akan menggunakan Hillsburg Hardware Co, untuk
mnegilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk
pengujian yang terinci dalam siklus penjualan dan penagihan.

109
Gambar 16-7 Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Memutuskan Pengujian
atas Rincian Saldo Hillsburg Hardware Co. - Piutang Usaha
Nilai yang
Detail tie-
Keberadaan Kelengkapan Keakuratan Klasifikasi Pisah batas dapat Hak
in
direalisasi
Risiko audit yang
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
diterima
Risiko inheren Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah
Risiko
Tidak dapat
pengendalian- Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Sedang Tinggi
diterapkan
Penjualan
Risiko
Tidak dapat Tidak dapat
pengendalian- Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
diterapkan diterapkan
Penerimaan kas
Risiko
pengendalian-
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Rendah
Pengendalian
tambahan
Pengujian
Hasil yang
substantif atas Hasil yang Hasil yang Hasil yang Hasil yang Tidak dapat Tidak dapat
Hasil yang baik tidak dapat
transaksi- baik baik baik baik diterapkan diterapkan
diterima
Penjualan
Pengujian
substantif atas Hasil yang Hasil yang Hasil yang Hasil yang Hasil yang Tidak dapat Tidak dapat
Hasil yang baik
transaksi- baik baik baik baik baik diterapkan diterapkan
Penerimaan kas

Hasil yang Hasil yang Hasil yang Hasil yang Hasil yang Tidak dapat Tidak dapat
Prosedur analitis Hasil yang baik
baik baik baik baik baik diterapkan diterapkan

Risiko deteksi
yang direncanakn
Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Rendah Rendah Tinggi
untuk pengujian
atas rincian saldo
Bukti audit yang
direncanakan
Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi Tinggi Rendah
untuk pengujian
atas rincian saldo

Fran Moore, auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan


bukti yang disajikan pada Gambar 16-7 sebagai alat bantu untuk
membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang
direncanakan. Sumber setiap baris adalah sebagai berikut:
1. Materialitas kinerja. Pertimbangan pendahuluan mengenai
materialitas ditetapkan sebesar $442.000 (sekitar 6% dari laba
operasi sebesar $7.370.000). Dia mengalokasikan 4265.000 sebagai
materialitas kinerja pada audit piutang usaha.
2. Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai risiko audit yang
dapat diterima sebagai sedang karena perusahaan merupakan
perusahaan terbuka, tetapi sedang dalam kondisi keuangan yang baik,
dan memiliki integirtas manajemen yang tinggi. Meskipun Hilssburg

110
adalah perusahaan terbuka sahamnya tidak dimiliki secara luas atau
diamati secara ekstensif oleh para analis keuangan.
3. Risiko inheren. Fran menilai sedang risiko inheren untuk tujuan
eksistensi dan pish batas karena cemas dengan pengakuan
pendapatan yang diidentifikasi dalam standar auditing. Fran juga
menilai sedang risiko inheren untuk nilai realisasi. Pada tahun-tahun
sebelumnya, klien melakukan penyesuaian audit atas penyisihan
piutang tak tertagih karena ditemukan mengalami kurang saji. Risiko
inheren akan dinilai rendah untuk semua tujuan lainnya.
4. Risiko pengendalian. Hasil pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif atas transaksi konsisten dengan penilaian awal auditor atas
risiko pengendalian kecuali untuk tujuan kekauratan dan nilai
realisasi penjualan.
5. Hasil pengujian substantif atas transaksi. Semua hasil dapat
diterima, kecuali tujuan keakuratan dan pisah batas untuk penjualan.
6. Prosedur analitis. Lihat Table 16-2 dan 16-3.
7. Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan.
Kedua baris tersebut diputuskan untuk setiap tujuan berdasarkan
kesimpulan pada baris lainnya.

111
Tabel 16-4 Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Program Audit
untuk Hillsburg Hardware Co. - Siklus Penjualan dan Penagihan (Format
Rancangan)
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo Prosedur Audit
Piutang usaha dalam aged trial balance sama Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri saldonya ke
dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya buku besar umum (1).
telah ditambahkan dengan benar dan sama Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan mengcroos-foot aged
dengan buku besar umum (detail tie-in) trial balance (2).
Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke akun pada file induk (8).
Piutang usaha pada aged trial balance memang Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif.
ada (eksistensi) Mengkonfirmasi semua jumlah di atas $100.000 dan sampel statistik sisanya
(10).
Melaksanakan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak
dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua (11)
Mereview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah piutang usaha yang
besar dan tidak biasa (3).
Piutang usaha yang ada telah dimasukkan dalam Menelusuri lima akun dari file induk piutang usaha ke aged trial balance (9).
aged trial balance (kelengkapan)
Piutang usaha dalam neraca saldo sudah akurat Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif. Meng-
(keakuratan) konfirmasi semua jumlah di atas $100.000 dan sampel statistik sisanya (10).
Melaksanakan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak
dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua (11)
Mereview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah piutang usaha yang
besar dan tidak biasa (3).
Piutang usaha pada aged trial balance telah Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance untuk wesel dan
diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi) piutang pihak terkait (5).
Menanyai manajemen apakah ada wesel dari pihak terkait atau piutang jangka
panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo (6).
Transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun berjalan
telah dicatat pada periode yang tepat (pisah batas) dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya serta menelusuri masing-
masing ke dokumen pengiriman terkait, dengan memeriksa tanggal
pengiriman aktual dan mengoreksi pencatatan (14).
Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan sesudah
tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat pada periode yang
benar (15).
Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai Menelusuri 10 akun dari aged trial balance ke file induk piutang usaha untuk
realisasi) menguji umur yang tepat pada neraca saldo (8).
Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan mengcroos-foot aged
trial balance (2).
Membahas dengan manajer kredit kemungkinan penagihan piutang yang sudah
lama. Memeriksa penerimaan kas selanjutnya dan file kredit atas semua piutang
selama 90 hari serta mengevaluasi apakah piutang dapat ditagih (12).
Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan prosedur
audit lainnya menyangkut ketertagihan piutang (13).
Klien memiliki hak atas piutang usaha pada neraca Mereview notulen rapat dewan direksi menyangkut adanya indikasi piutang
saldo (hak) usaha yang digadaikan atau difactorkan (7).
Menanyai manajemen apakah ada piutang yang digadaikan atau difactorkan (7)

112
Tabel 16-5 Program Audit Pengujian atas Rincian Saldo untuk Hillsburg
Hardware Co. - Siklus Penjualan Penagihan (Format Kinerja)
1. Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri saldonya ke buku besar umum.
2. Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan mengcross-foot aged trial balance.
3. Mereview aged trial balance untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak biasa.
4. Menghitung prosedur analisis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi ke depan (tidak dimasukkan) dan tindak lanjut
terhadap setiap perubahan yang signifikan dari tahun sebelumnya.
5. Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance menyangkut wesel tagih dan piutang dengan pihak terkait.
6. Menanyai manajemen apakah ada pihak terkait, wesel, atau piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo.
7. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menanyai manajemen untuk menentukan apakah ada piutang yang digadaikan atau
difactorkan.
8. Menelusuri 10 akun dari aged trial balance ke file induk piutang usaha untuk menguji kebenaran umur piutang dan saldonya.
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balance.
10. Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif. Mengkonfirmasi semua jumlah di atas $100.000 dan memilih
sampel statistik dengan menggunakan perangkat lunak audit untuk sisanya.
11. Melakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua.
12. Membahas dengan manajer kredit tentang kemungkinan penagihan piutang yang sudah lama. Memeriksa penerimaan kas selanjutnya
dan file kredit atas semua piutang yang berjumlah lebih besar selama 90 hari dan mengevaluasi apakah piutang tersebut
dapat ditagih.
13. Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan prosedur audit lainnya menyangkut kolektibilitas atau ketertagihan
piutang.
14. Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun berjalan dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya serta
menelusuri masing-masing ke dokumen pengiriman terkait, dengan memeriksa tanggal pengiriman aktual dan mengoreksi pencatatan.
15. Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat
dalam periode yang benar.

Tabel 16-5 menunjukkan program audit dalam fotmat kinerja.


Prosedur auditnya identik dengan yang ada pada Tabel 16-4 kecuali
untuk prosedur 4, yang merupakan prosedur analitis. Angka dalam tanda
kurung adalah referensi silang di antara kedua tabel.

2.4 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO


2.4.1 Perbandingan Sampling Audit Untuk Pengujian atas Rincian Saldo
dan Untuk Pengujian Pengendalian serta Pengujian Substantif atas
Transaksi
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo terletak pada
apa yang ingin diukur oleh auditor.
Jenis Pengendalian Apa yang Diukurnya
Pengujian pengendalian a. Keefektifan operasi
pengendalian internal
Pengujian substantif atas transaksi a. Keefektifan operasi

113
pengendalian internal
b. Kebenaran moneter transaksi
dalam sistem akuntansi
Pengujian atas rincian saldo a. Apakah jumlah dolar saldo
akun mengandung salah saji
yang material
Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi:
1. Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup
rendah
2. Untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian dan karenanya
mengurangi pengujian atas rincian saldo
3. Untuk perusahaan publik berukuran besar, duna menyimpulkan
bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif demi tujuan sudit
pengendalian internal atas laporan keuangan
Tidak seperti pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi, auditor jarang menggunakan tingkat keterjadian dalam
pengujian atas rincian saldo. Sebaliknya, auditor menggunakan metode
sampling yang memberikan hasil dalam dolar. Ada tiga jenis utama
metode sampling yang digunakan untuk menghitung salah saji saldo
akun dalam dolar, yaitu: sampling nonstatistik, sampling unit moneter,
dan sampling variabel.

2.4.2 Sampling Nonstatistik


Sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo serupa dengan
sampling audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi, meskipun tujuannya berbeda. Langkah-langkah yang
ditempuh selaras dengan yang digunakan untuk sampling pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Perbedaan utama
dalam penerapan sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo
ditunjukkan dalam cetak miring:

114
Langkah--Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo
Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendefiniskan salah saji
4. Mendefiniskan populasi
5. Mendefiniskan unit sampling
6. Menetapkan salh saji yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah
8. Mengestimasi salah saji dalam populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih sampel
11. Melaksanakan prosedur audit
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis salah saji
14. Menentukan akseptabilitas populasi
Langkah--Sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi
Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendefiniskan atribut dan kondisi pengecualina
4. Mendefiniskan populasi
5. Mendefiniskan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima akibat ketergantungan yang
berlebihan
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal

115
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih Sampel
11. Melaksanakan Prosedur Audit
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Menentukan akseptabilitas populasi

1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Auditor akan mengambil sampel untuk pengujian atas rincian
saldo guna menentukan apakah saldo akun yang sedang diaudit telah
dinyatakan secara wajar. Populasi sebanyak 40 piutang usaha pada
Tabel 17-1, yang berjumlah total $207.295, mengilustrasikan
penerapan sampling nonstatistik. Auditor akan melakukan pengujian
atas rincian saldo untuk menentukan apakah saldo sebesar $207.295
itu mengandung salah saji yang material.
2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana
membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan sampel.
Walaupun auditor sering kali mengambil sampel dari banyak akun,
dalam beberapa situasi sampling tidak dapat diterapkan. Untuk
populasi dalam Table 17-1, auditor dapat memutuskan untuk hanya
mengaudit item di atas $5.000 dan mengabaikan semua yang lain
karena total item yang lebih kecil dari itu tidak material. Demikian
juga jika auditor memverifikasi tambahan aset tetap dan menemukan
banyak tambahan bernilai kecil dan satu pembelian bangunan bernilai
sangat besar, auditor mungkin memutuskan untuk mengabaikan sama
sekali item-item yang bernilai kecil. Dalam kasus lainnya, auditor
tidak akan mengambil sampel.
3. Mendefinisikan Salah Saji
Karena sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo
mengukur salah saji moneter, yaitu salah saji yang terjadi apabila

116
item samperl dirahasiakan. Ketika mengaudit piutang usaha, setiap
salah saji pada saldo pelanggan klien yang dimasukkan dalam sampel
auditor merupakan suatu salah saji.

Tabel 17-1 Populasi Piutang Usaha Ilustratif


Item
Item Populasi Jumlah yang Tercatat
Populasi Jumlah yang Tercatat (lanjutan) (lanjutan)
1 $ 1.410 21 $ 4.865
2 9.130 22 770
3 660 23 2.305
4 3.355 24 2.665
5 5.725 25 1.000
6 8.210 26 6.225
7 580 27 3.675
8 44.110 28 6.250
9 825 29 1.890
10 1.155 30 27.705
11 2.270 31 935
12 50 32 5.595
13 5.785 33 930
14 940 34 4.045
15 1.820 35 9.480
16 3.380 36 360
17 530 37 1.145
18 955 38 6.400
19 4.490 39 100
20 $ 17.140 40 8.435
$207.295

117
4. Mendefinisikan Populasi
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi didefinisikan
sebagai item yang membentuk populasi dolar yang tercatat. Populasi
piutang usaha yang dicatat pada Table 17-1 terdiri dari 40 alun yang
berjumlah $207.295. Tentu saja, sebagian besar populasi akuntansi
yang akan dijadikan sampel oleh auditor mencakup item yang jauh
lebih banyak dengan jumlah dolar yang juga lebih besar. Auditor
akan mengevaluasi apakah populasi yang tercatat mengandung lebih
saji (overstatement) arau kurang saji (understatement).
Sampling Berstratifikasi Bagi kebanyakan populasi, auditor
memisahkan populasi ke dalamdua atau lebih subpopulasi sebelum
menerapkansampling audit. Hal ini disebut sebagai sampling
berstratifikasi (stratified sampling), di mana setiap subpopulasi
disebut sebagai strata. Stratifikasi memungkinkan auditor
menekankan item pipulasi tertentu dan mengabaikan yang lain.
Dalam kebanyakan situasi sampling audit, termasuk konfirmasi
piutang usaha, auditor ingin menekankan nilai dplar tercatat uang
lebih besar, sehingga mereka dapat mendefinisikan setiap strata
berdasarkan ukuran nilai dolar yang tercatat.
Dengan memeeriksa populasi pada Tabel 17-1, Anda dapat
melihat bahwa ada cara lain untuk menstratifikasi populasi.
Asumsikan bahwa auditor memutuskan untuk menstratifikasi sebagai
berikut:
Kriteria Jumlah dalam Dolar dalam
Strata Strata Populasi Populasi
1 >$15.000 3 $ 88.955
2 $5.000- 10
71.255
$15.000
3 <$5.000 27 47.105
40 $207.295

118
Ada banyak cara lain untuk menstratifikasi populasi ini. Salah
satu contohnya adalah memiliki empat strata (memuat strata 3 item
antara $2.000 dan $5.000, dan menambahkan strata keempat untuk
item yang lebih kecil dari $2.000).
5. Mendefinisikan Unit Sampling
Untuk sampling nonstatistik dalam pengujian atas rincian saldo,
unit sampling hampir selau merupakan item yang membentuk saldo
akun. Auditor dapat menggunakan item membentuk populasi tercatat
sebagai unit sampling untuk menguji semua tujuan audit kecuali
kelengkapan. Jika auditor berkepentingan dengan tujuan kelangkaan
mereka harus memilih sampel dari sumber yang berbeda, seperti
pelanggan atau vendor dengan saldo nol. Karena itu unit sampling
untuk pengujian ini adalah pelanggan dengan saldo nol.
6. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
Auditor menggunakan salah saji yang dapat ditoleransi
(tolerable misstatement) untuk menentkan ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampling nonstatistik. Auditor akan memulainya
dengan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas dan
menggunakan total tersebut untuk memutuskan salah saji dapat
ditoleransi bagi setiap akun. Ukuran sampel yang diperlukan akan
meningkat jika salah saji yang dapat ditoleransi auditor untuk saldo
akun atau kelas transaksi.
7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang
salah (acceptable risk of incorrect acceptance = ARIA) adalah
risiko yang bersedia ditanggung auditor karena menerima suatu saldo
sebagai benar padahal salah saji yang sebenarnya dalam saldo
tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi. ARIA
mengukur keyakina yang diinginkan auditor atas suatu saldo akun.
Untuk memperoleh keyakinan yang lebih besar ketika mengaudit
suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang lebih rendah.

119
Seperti ARACR pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, ARIA dapat ditetapkan secara kuantitaitf
(seperti 5% atau 10%), atau secara kualitatif (seperti rendah, sedang,
tinggi).
Ada hubungan terbalik antara ARIA dan ukuran sampel yang
diperlukan. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan untuk
mengurangi ARIA dari 10% menjadi 5%, ukuran sampel yang
diperlukan akan meningkat. Dengan kata lain, jika auditor hanya
bersedia mengambil resiko yang kecil, akan diperlukan ukuran
sampel yang lebih besar.
Sebuah faktor penting mempengaruhi keputusan auditor
mengenai ARIA adalah penilaian risiko pengendalian dalam model
risiko audit. Jika pengendalian internal sudah efektif, maka resiko
pengendalian dapat dikurangi sehingga memungkinkan auditor untuk
meningkatkan ARIA. Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi
ukuran sampel yang diperlukan untuk pengujian atas rincian saldo
yang berkaitan. Berbagai hubungan yang mempengaruhi ARIA
diikhtisarkan pada Tabel 17-2.

Gambar 17-1 Pengaruh ARO dan ARIA terhadap Pengujian Substantif


Pengendalian Tidak Pengendalian
Dianggap Efektif Dianggap Efektif

Risiko Pengendalian = Mengurangi risiko


100% pengendalian

ARO=100% Mengurangi ARO

Tidak melaksanakan Melaksanakan


pengujian pengendalian pengujian pengendalian

Menggunakan ARIA Menggunakan ARIA


yang rendah yang tinggi*

Melaksanakan Melaksanakan
pengujian substantif pengujian substantif
yang ekstentif yang terbatas

*Asumsikan hasil pengujian pengendalian sudah memuaskan,


sehingga risiko pengendalian tetap rendah.

120
8. Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi
Biasanya auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman
sebelumnya dengan klien dan dengan menilai risiko inhern, yang
mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, dan prosedur analitis yang telah
dilaksanakan. Ukuran sampel yang direncanakan akan meningkat
apabila jumlah saji yang diharapkan dalam populasi mendekati salah
saji yang dapat ditoleransi.

Tabel 17-2 Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi ARIA,


Pengaruhnya terhadap ARIA, dan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk
Sampling Audit
Pengaruhnya Pengaruhnya terhadap
Faktor yang Mempengaruhi ARIA Contoh
terhadap ARIA Ukuran Sampel
Keefektifan pengendalian internal Pengendalian internal sudah efektif Meningkat Menurun
(risiko pengendalian) (mengurangi risiko pengendalian)
Pengujian substantif atas transaksi Tidak ada pengecualian yang ditemukan Meningkat Menurun
dalam pengujian substantif atas transaksi
Risiko audit yang dapat diterima Kemungkinan bangkrut rendah (risiko audit Meningkat Menurun
yang dapat diterima meningkat)
Prosedur analitis Prosedur analitis dilaksanakan tanpa Meningkat Menurun
indikasi salah saji yang mungkin

Tabel 17-3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengujian atas Rincian Saldo


Kondisi yang M enyebabkan Ukuran Kondisi yang M enyebabkan Ukuran
Faktor
Sampel yang Lebih Kecil Sampel yang Lebih Besar
Risiko inheren-Mempengaruhi risiko yang dapat Risiko inheren rendah Risiko inheren tinggi
diterima atas penerimaan yang salah
Risiko pengendalian (ARO)-Mempengaruhi risiko Risiko pengendalian rendah Risiko pengendalian tinggi
yang dapat diterima atas penerimaan yang salah
Hasil prosedur substantif lainnya yang terkait Hasil yang memuaskan dalam prosedur Hasil yang tidak memuaskan dalam
dengan asersi yang sama (termasuk prosedur substantif yang terkait lainnya prosedur substantif yang terkait
analitis dan pengujian substantif yang relevan lainnya
lainnya)-Mempengaruhi risiko yang dapat
diterima atas penerimaan yang salah
Salah saji yang dapat ditoleransi bagi akun tertentu Salah saji yang dapat ditoleransi lebih Salah saji yang dapat ditoleransi lebih
besar kecil
Ukuran dan frekuensi salah saji yang diharapkan- Salah saji yang lebih kecil atau Salah saji yang lebih besar atau
Mempengaruhi estimasi salah saji populasi frekuensi yang lebih rendah frekuensi yang lebih tinggi
Jumlah dolar populasi Saldo akun yang lebih kecil Saldo akun yang lebih besar
Jumlah item dalam populasi Hampir tidak mempengaruhi ukuran Hampir tidak mempengaruhi ukuran
sampel kecuali populasi sangat kecil. sampel kecuali populasi sangat kecil.

121
9. Menentukan Ukuran Sampel Awal
Jika menggunakan sampling nonstatistik, auditor menentukan
ukuran sampel awal dengan mempertimbangkan faktor-faktornya.
Tabel 17-3 mengikhtisarkan faktor-faktor tersebut. Ukuran sampel
antara sampling nonstatistik dan statistik harus sama. Jadi, auditor
dapat menentukan ukuran sampel untuk sampling pada bagian
selanjutnya. Gambar 17-2 menyajikan rumus sampel untuk
menghitung ukuran sampel berdasarkan Audit Sampling Auditing
Guide AICPA.

Gambar 17-2 Rumus Perhitungan Ukuran Sampel pada Pengujian atas


Rincian Saldo Nonstatistik Berdasarkan Rumus Sampling Audit AICPA

Jumlah Populasi yang Tercatat* x Faktor Keyakinan


Ukuran Sampel =
Salah saji yang dapat ditoleransi

Risiko Penerimaan
Keyakinan Sampel Faktor Keyakinan
yang Salah
37% 63% 1
14% 86% 2
5% 95% 3

*Item-item berisiko tinggi dan item individual yang melebihi salah saji yang dapat
ditoleransi sering kali dikecualikan dari populasi dan dipilih untuk pemeriksaan
100 persen.

10. Memilih Sampel


Untuk sampling nonstatistik standar auditing mengijinkan
auditor untuk menggunakan metode pemilihan mana pun. Auditor
baru akan membuat keputusan setelah mempertimbangkan
keunggulan dan kelemahan setiapmetode, termasuk pertimbangan
biaya. Untuk sampling berstratifikasi auditor akan memilih sampel
secara independen dari setiap strata.

122
11. Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor menerapkan prosedur audit yang tepat pada setiap item
sampel untuk menentukan apakah item tersebut mengandung salah
saji. Contohnya dalam konfirmasi piutang usaha, auditor harus
mengirimkan sampel konfirmasi positif dan menentukan jumlah
salah saji dalam setiap akun yang dikonfirmasi. Jika terjadi
nonrespondens, mereka akan menggunakan prosedur alternatif untuk
menentukan salah saji.
Dengan merujuk kembali contoh kita pada Tabel 17-1,
asumsikan auditor mengirimkan permintaan konfirmasi pertama dan
kedua serta melaksanakan prosedur alternatif. Juga asumsikan
auditor mencapai kesimpulan berikut mengenai sampel setelah
merekonsiliasi semua perbedaan waktu:
Dolar yang Diaudit
Strata Ukuran Sampel Nilai yang Dicatat Nilai yang Diaudit Salah Saji Klien
1 3 $ 88.955 $ 91.965 $ (2.740)
2 9 43.995 43.024 971
3 7 13.105 10.947 2.158
Total 19 $ 146.055 $ 145.666 $ 389

12. Menggeneralisasi Dari Sampel ke Populasi dan Memutuskan


Akseptabilitas Populasi
Auditor harus menggeneralisasikan dari sampel ke populasi
dengan a) Memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi
dan b) Mempertimbangkan kesalahan sampling serta risiko sampling
(ARIA). Auditor tidak akan langsung menyimpulkan jumlah salah
saji klien suatu akun (piutang) dari sampel karena auditor
berkepentingan dengan hasil populasi, bukan hasil sampel. Karena
itu, auditor harus memproyeksikan dari sampel ke populasi untuk
mengestimasi salah saji populasi.
Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi (point
estimate). Titik estimate dapat dihitung dengan berbagai cara, tetapi
pendekatan yang umum adalah mengasumsikan bahwa salah saji

123
populasi yang belum diaudit adalah proporsional dengan salah saji
sampel. Perhitungan tersebut harus dilakukan untuk setiap strata dan
kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji dalam
sampel. Titik estimasi salah saji dapat dihitung dengan menggunakan
metode rata-rata tertimbang sebagai berikut:

Salah Saji Klien ÷ Nilai Nilai Buku Titik Estimasi Salah


Strata x =
Tercatat Sampel Tercatat Strata Saji
1 $(2.740)/$88.955 $88.955 $(2.740)
2 $ 971 /$43.995 71.235 1.572
3 $ 2.158 /$13.105 47.105 7.757
Total $ 6.589

Titik estimasi itu sendiri bukan merupakan ukuran salah saji


populasi yang memadai karena kesalahan sampling. Dengan kata
lain, karena estimasi didasarkan pada sampel, estimasi itu akan
mendekati salah saji populasi yang sebenarnya, tetapi tidak mungkin
sama persis. Jika titik estimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat
ditoleransi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
salah saji populasi yang sebenarnya lebih besar dari jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam situasi tersebut. Hal ini harus dilakukan
baik untuk sampel statistik maupun sampel nonstatistik.
Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik tidak dapat
mengukur secara formal kesalahan sampling sehingga harus
mempertimbangkan secara subjektif kemungkinan bahwa salah saji
populasi yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat ditoleransi.
Auditor melakukan hal ini dengan mempertimbangkan:
a. Perbedaan antara titik estimasi dan salah saji yang dapat
ditoleransi (yang disebut penghitungan kesalahan sampling)
b. Sejauh mana item dalam populasi telah diaudit 100 persen
c. Apakah salah saji cenderung mengoffset atau hanya bersifat satu
arah
d. Jumlah salah saji individual

124
e. Ukuran sampel
Jika item populasi yang lebih besar diaudit 100 persen, setiap
salah saji yang belum teridentifikasi akan dibatasi pada item yang
lebih kecil. Jika salah saji cenderung mengoffset dan relatif
berukuran kecil, auditor dapat menyimpulkan bahwa salah saji
populasi yang sebenarnya mungkin lebih kecil dari jumlah yang
dapat ditoleransi. Selain itu, semakin besar ukuran sampel, semakin
yakin auditor bahwa titik estimasi mendekati nilai populasi yang
sebenenarnya. Dalam contoh ini, jika ukuran sampel dianggap besar,
auditor akan lebih bersedia menerima bahwa salah saji populasi yang
sebenarnya lebih kecil dari salah saji yang dapat ditoleransi. Akan
tetapi, jika satu atau lebih kondisi lainnya tersebut berbeda, auditor
dapat mempertimbangkan peluang salah saji itu melebihi jumlah
yang dapat ditoleransi adalah tinggi dan populasi yang tercatat tidak
dapat diterima.
Meskipun jumlah salah saji yang mungkin tidak dianggap
material, auditor harus menunggu untuk melakukan evaluasi akhir
hingga seluruh audit selesai. Estimasi total salah saji dan estimasi
kesalahan sampling piutang usaha harus digabungkan dengan
estimasi salah saji pada semua bagian audit lainnya untuk
mengevaluasi pengaruh semua salah saji terhadap laporan keuangan
secara keseluruhan.
13. Menganalisis Salah Saji
Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap salah saji
yang ditemukan dalam pengujian atas rincian saldo. Sebagai contoh,
anggaplah bahwa ketika auditor mengkonfirmasi piutang usaha,
semua salah saji berasal dari kelalaian klian untuk mencatat barang
yang dikembalikan. Auditor akan menentukan mengapa jenis salah
saji tersebut sangat sering terjadi, implikasi salah saji itu terhadap
bidang audit lainnya, dampak potensialnya terhadap laporan

125
keuangan, dan pengaruhnya terhadap operasi perusahaan.
Pendekatan yang sama dapat diikuti pada semua salah saji.
Auditor harus menganalisis salah saji untuk memutuskan apakah
setiap modifikasi model risiko audit memang diperlukan. Dalam
paragrap sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa kelalaian
untuk mencatat retur yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian
internal, auditor mungkin perlu menilai kembali risiko pengendalian.
Hal tersebut pada gilirannya akan menyebabkan auditor mengurangi
ARIA, yang akan meningkatkan ukuran sampel yang direncanakan.
Revisi model risiko audit harus dilakukan dengan sangat hati-hati
karena model tersebut terutama ditujukan untuk perencanaan, bukan
mengevaluasi hasil.
14. Tindakan yang Diambil Apabila Populasi Ditolak
Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji dalam suatu
populasi mungkin lebih besar dari salah saji yang dapat ditoleransi
setelah mempertimbangkan kesalahan sampling, populasi tidak
dianggap dapat diterima. Pada titik tersebut, auditor memiliki
beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
a. Tidak Mengambil Tindakan Hingga Pengujian atas Bidang Audit
Lainnya Telah Selesai
Akhirnya, audtor harus mengevaluasi apakah laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang
material. Jika salah saji yang mengoffset ditemukan pada bagian
audit lainnya, seperti dalam persediaan, auditor dapat
menyimpulkan bahwa estimasi salah saji piutang usaha dapat
diterima. Tentu saja, sebelum audit selesai, auditor harus
mengevaluasi apakah salah saji dalam salah satu akun akan
membuat laporan keuangan menjadi menyesatkan meskipun ada
salah saji yang mengoffset.

126
b. Melaksanakan Pengujian Audit yang Diperluas Pada Bidang
Tertentu
Jika analisis salah saji menunjukan bahwa sebagian besar
salah saji merupakan suatu jenis khusus, mungkin perlu
membatasi upaya audit tambahan pada bidang yang menjadi
masalah. Sebagai contoh, jika analisis salah saji dalam konfirmasi
menunjukkan bahwa sebagian besar salah saji disebabkan oleh
kelalaian untuk mencatat retur penjualan, auditor dapat
memperluas pencarian yang dikembalikan untuk memastikan
bahwa hal tersebut telah dicatat. Akan tetapi, auditor harus
mengevaluasi penyebab semua salah saji dalam sampel sebelum
mengenai penekanan yang tepat pada pengujian yang diperluas
dapat dicapai. Masalahnya mungkin ada pada lebih dari satu
bidang.
c. Meningkatkan Ukuran Sampel
Jika auditor meningkatkan ukuran sampel, kesalahan
sampling akan dikurangi jika tingkat salah saji dalam sampel
diperluas, jumlah dolarnya, dan arahnya serupa dengan pada
sampel awal. Karena itu, meningkatkan ukuran sampel dapat saja
memenuhi persyaratan salah saji yang dapat ditoleransi auditor.
d. Menyesuaikan Saldo Akun
Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo akun mengandung
salah saji yang material, klien mungkin akan bersedia
menyesuaikan nilai buku berdasarkan hasil sampel.
e. Meminta Klien untuk Mengoreksi Populasi
Dalam beberapa kasus, cacatan klien sangat tidak memadai
sehingga populasi harus dikoreksi secara keseluruhan sebelum
audit dapat diselesaikan. Sebagai contoh, dalam piutang usaha,
klien mungkin diminta untuk mengoreksi catatan piutang usaha
dan sekali lagi menyusun daftar piutang usaha jika auditor
menyimpulkan bahwa piutang itu memiliki salah saji yang

127
signifikan. Jika klien mengubah penilaiannya atas beberapa item
dalam populasi, hasilnya harus diaudit lagi.
f. Menolak untuk Memberikan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Jika auditor yakin bahwa jumlah yang tercatat dalam suatu
akun tidak dinyatakan secara wajar, auditor harus mengikuti
setidaknya satu prosedur alternatif sebelumnya atau
mengkualifikasi laporan audit dengan cara yang tepat. Jika auditor
yakin bahwa laporan keuangan sangat mungkin mengandung
salah saji yang material, maka mengeluarkan pendapat wajar tanpa
pengecualian merupakan pelanggaran serius terhadap standar
auditing. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang material
pada suatu perusahaan publik, ia harus mempertimbangkan
kelemahan yang material ketika melaporkan pengendalian internal
terhadap pelaporan keuangan.

2.4.3 Sampling Unit Moneter


Sampling unit moneter yaitu inovasi dalam metodologi sampling
statistik yang dikembangkan secara khusus untuk digunakan oleh
auditor. Sampling unit moneter (monetary unit sampling =
MUS) sekarang merupakan metode sampling statistik yang paling umum
digunakan untuk pengujian atas rincian saldo karena memiliki
kesederhanaan statistik bagi sampling atribut serta memberikan hasil
statistik yang diekspresikan dalam dolar (atau mata uang lainnya yang
sesuai). MUS juga disebut sebagai sampling unit dolar, sampling jumlah
moneter kumulatif, dan sampling dengan probabilitasa yang proprosional
dengan ukuran.
1. Perbedaan Antara Sampling Unit Moneter (MUS) Dan Sampling
Nonstatistik
MUS serupa dengan penggunaan sampling nonstatistik. Ke-14
lan gkahnya juga harus dilaksanakan dalam MUS, walaupun beberapa
dilakukan dengan cara yang berbeda. Kunci untuk memahami MUS

128
adalah memahami perbedaan tersebut. Beberapa perbedaannya antara
lain:
a. Definisi Unit Sampling adalah suatu Dolar Individual
MUS memiliki fitur yang penting seperti definisi unit
sampling sebagai suatu dolar individual dalam saldo akun. Nama
metode statistiknya, yaitu sampling unit moneter, berasal dari fitur
yang berbeda ini. Sebagai contoh, dalam populasi pada Tabel 17-
1, unit sampling adalah 1 dolar dan ukuran populasi adalah 207.295
dolar, bukan 40 unit fisik yang dibahas sebelumnya. (Unit fisik
adalah saldo piutang usaha pelanggan, item persediaan dalam
daftar persediaan, dan yang lainnya seperti unit yang dapat
diidentifikasi dalam daftar.)
Dengan berfokus pada dolar individual sebagai unit sampling,
secara otomatis MUS akan menekankan unit fisik yang memiliki
saldo tercatat yang lebih besar memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk dimasukkan ketimbang akun dengan saldo yang lebih
kecil. Sebagai contoh, dalam konfirmasi piutang usaha, akun
dengan saldo sebesar $5.000, memiliki probabilitas 10 kali lebih
besar untuk dipilih ketimbang akun dengan saldo sebesar $500,
karena akun itu memiliki unit dolar 10 kali lebih banyak.
Akibatnya, sampling berstratifikasi tidak diperlukan dalam MUS.
Stratifikasi itu akan terjadi secara otomatis.
b. Ukuran Populasi adalah Populasi Dolar yang Tercatat
Sebagai contoh, populasi piutang usaha pada Tabel 17-1 terdiri
dari 207.295 dolar, yang merupakan ukuran populasi, bukan 40
saldo piutang usaha. Ini merupakan jumlah dolar piutang usaha
yang tercatat.
Metode pemilihan sampel dalam MUS, yang akan dibahas
nanti, tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan
belum tercatatnya item populasi. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa MUS digunakan untuk mengevaluasi apakah persediaan

129
telah dinyatakan secara wajar. MUS tidak dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah item persediaan tertentu memang ada tetapi
belum diperhitungkan. Jika tujuan kelengkapan sangat penting
dalam pengujian audit, tujuan tersebut harus dipenuhi escara
terpisah dari pengujian MUS.
c. Ukuran Sampel Ditentukan dengan Menggunakan Rumus Statistik
Proses ini akan dibahas secara rinci setelah kita membahas 14
langkah sampling untuk sampling unit moneter (MUS).
d. Pemilihan Sampel Dilakukan dengan Menggunakan PPS
Sampel unit moneter adalah sampel yang dipilih dengan
menggunakan probabilitas yang proporsional bagi pemilihan
ukuran sampel (probability proportional to size sample selection
= PPS). Sampel PPS dapat diperoleh dengan menggunakan
perangkat lunak komputer atau teknik sampling sistematis. Tabel
17-4 menyajikan sebuah ilustrasi tentang populasi piutang usaha,
termasuk total kumulatif yang akan digunakan untuk menunjukkan
pemilihan sampel.

Tabel 17-4 Populasi Piutang Usaha

Item Populasi (Unit Fisik) J umlah Tercatat Total Kumulatif (Unit Dolar)
1 $ 357 $ 357
2 1.281 1.638
3 60 1.698
4 573 2.271
5 691 2.962
6 143 3.105
7 2.125 5.230
8 278 5.508
9 242 5.750
10 826 6.576
11 404 6.980
12 396 7.376

130
Asumsikan bahwa auditor ingin memilih sampel PPS
sebanyak empat akun dari pipulasi yang ada pada Tabel 17-4.
Karena unit sampling didefinisikan sebagai dolar individual,
ukuran populasi adalah 7.376. Auditor sering kali menggunakan
sampling sistematis interval tetap karena semua item yang lebih
besar dari interval sampling akan dipilih secara otomatis untuk
pengujian. Namun, auditor mungkin memilih memriksa secara
individual semua item yang materialyang lebih besar dari salah saji
yang dapat ditoleransi, dan mengambil sampel item-item lainnya.
Dengan menggunakan pemilihan sistematis, interval sampling
adalah 1.844 (7.376 ÷ 4) dan kemudian auditor memilih angka awal
acak antara 1 dan 1.844 (panjang interval sampling). Asumsikan
auditor memilih secara acak angka awal sebesar 822. Nilai dolar
sampel yang dipilih untukk pengujian adalah 822; 2.666 (822 ÷
1.844); 4.510 (2.666 ÷ 1.844); dan 6.354 (4.510 ÷ 1.844).
Item unit fisik populasi yang mengandung dolar acak tersebut
ditentukan dengan melihat kolom total kumulatif. Dengan melihat
kembali Tabel 17-4, item yang dipilih adalah item 2 (yang
mengandung dolar 358 hingga 1.638), 5 (dolar 2.272 hingga
2.962), 7 (dolar 3.106 hingga 5.230), dan 10 (solar 5.751 hingga
6.576). Perhatikan bahwa item 7 lebih besar dari interval sampling
sehingga dimasukkan dalam sampel dengan menggunakan
pemilihan sistematis. Jika item populasi beberapa kali lebih besar
dari interval sampling, item itu dapat dimasukkan dalam sampel
lebih dari sekali. Karena itu, jumlah aktual unit yang dipilih untuk
pengujian mungkin lebih kecil dari ukuran sampel yang dihitung.
Auditor juga dapat menggunakan pemilihan acak atas dolar,
ketimbang pemilihan sistematis. Asumsimkan auditor
menggunakan program komputer untuk menghasilkan empat
angka acak dari antara 1 dan 7.376 untuk menghasilkan sampel dan
menghasilkan angka 6.586; 1.756; 850; dan 6.599. Dengan melihat

131
kembali Tabel 17-4, item-item yang dipilih adalah item 11 (yang
mengandung doalr 6.577 hingga 6.980), 4 (dolar 1.699 hingga
2.271), 2 (dolar 358 hingga 1.638), dan 11 (dolar 6.577 hingga
6.599). Akun-akun ini akan diaudit karena total kumulatif yang
terkait dengan akun tersebut meliputi dolar acak yang dipilih. Item
11 diperlakukan sebagai dua item sampel karena dipilih secara acak
dua kali, meskipun saldo akun yang tercatat sebesar $404 jauh lebih
kecil dari interval sampling jika menggunakan pemilihan
sistematis.
Salah satu masalah dalam menggunakan pemilihan PPS adalah
bahwa item populasi dengan saldo tercatat nol tidak memiliki
peluang untuk dipilih melalui pemilihan sampel PPS, walaupun
mungkin mengandung salah saji. Demikian juga, saldo berjumlah
kecil akibat kurang saji yang signifikan memiliki kesempatan yang
kecil untuk dimasukkan dalam sampel. Masalah ini dapat diatasi
dengan melakukan pengujian audit khusus atas item bersaldo nol
dan berjumlah kecil dengan mengasumsikan bahwa hal itu perlu
ditangani.
Masalah lainnya adalah ketidakmampuan PPS untuk
memasukkan salso negatif seperti saldo kredit piutang usaha, ke
dalam sampel PPS (unit moneter). Jadi mungkin untuk
mengabaikan saldo negatif pada pemilihan PPS dan menguji
jumlah tersebut dengan beberapa cara lainnya. Cara lainnya adalah
memperlakukannya sebagai saldo positif dan menambahkannya ke
total jumlah unit moneter yang sedang diuji. Akan tetapi, hal ini
akan memperumit proses evaluasi.
e. Auditor Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi dengan
Menggunakan Teknik MUS
Tanpa memendang metode sampling yang dipilih, auditor
harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan (1)
memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2)

132
menentukan kesalahan sampling yang terkait. Hasil statistik yang
diperoleh jika menggunakan MUS disebut sebagai batas salah saji
(misstatement bounds). Batas salah saji tersebut merupakan
estimasi lebih saji maksimum yang mungkin (batas salah saji atas)
dengan ARIA tertentu. Perhitungan batas salah saji biasanya
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak audit atau
template komputer.
f. Memutuskan Akseptabilitas Populasi dengan Menggunakan MUS
Auditor membandingkan batas salah saji yang telah dihitung
itu dengan salah saji yang dapat ditoleransi. Jika batas salah saji
melebihi salah saji yang dapat ditoleransi, populasi itu dianggap
tidak diterima.
g. Menentukan Ukuran Sampel dengan Menggunakan MUS
Kami mengilustrasikan rumus perhitungan ukuran sampel
dengan menggunakan MUS berdasarkan Audit Guide Audit
Sampling AICPA. Pertama kita embahas faktor-faktor yang
digunakan dalam perhitungan ukuran sampel.
1) Risiko yang Dapat Diterima dari Penerimaan yang Salah
(Acceptable Risk of Incorrect Acceptance)
ARIA merupakan penilaian auditor atas tingkat assurance
yang dibutuhkan bagi aplikasi sampling. Seperti diilustrasikan
pada Gambar 17-1 dan Tabel 17-2, ARIA tergantung pada
faktor model risiko audit dan besarnya assurance yang diberikan
oleh prosedur analitis serta pengujian substantif lainnya. Bagi
contoh ini, kita akan mengasumsikan auditor menyimpulkan
bahwa ARIA sebesar 10 persen sudah tepat.
2) Nilai Populasi yang Dicatat (Recorded Population Value)
Nilai dolar populasi diambil dari catatan klien. Untuk
contoh ini, nilainya adalah $5 juta.
3) Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (Tolerable Misstatement)

133
Salah saji yang dapat ditoleransi pada umumnya sama
dengan materialitas kinerja, namun auditor dapat mengurangi
jumlah salah saji yang dapat ditoleransi ini jika populasi yang
diuji kurang dari 100 persen. Untuk contoh ini, salah saji yang
dapat ditoleransi adalah $150.000.
4) Salah Saji yang Dapat Ditoleransi sebagai Persentase Nilai
Populasi (Tolerable Misstatement as a Percentage of
Population value)
Auditor menghitung salah saji yang dapat ditoleransi
sebagai persentase nilai populasi yang tercatat. Ini sama dengan
0,03 ($150.000 ÷ $5.000.000) berdasarkan contoh salah saji
yang dapat ditoleransi dari nilai populasi.
5) Estimasi Salah Saji Populasi(Estimated Population
Misstatement)
MUS adalah metode yang paling sering digunakan apabila
tidak ada atau hanya ada sedikit salah saji yang diharapkan.
Estimasi salah saji populasi biasanya didasarkan pada hasil
sampel tahun sebelumnya. Untuk contoh ini, lebih saji yang
diperkirakan adalah $15.000.
6) Rasio Estimasi Salah Saji Populasi terhadap Salah Saji yang
Dapat ditoleransi (Ratio of Estimated Population Misstatement
to Tolerable Misstatement)
Auditor menghitung rasio estimasi salah saji terhadap salah
saji yang dapat ditoleransi. Rasionya sama dengan 0,10
($15.000 ÷ $150.000) untuk contoh ini.
7) Faktor Keyakinan (Confidence Factor)
Auditor menggunakan Tabel 17-5 untuk menentukan faktor
keyakinan yang tepat berdasarkan perimbangan auditor atas
ARIA dan rasio salah saji yang diharapkan terhadap salah saji
yang dapat ditoleransi. Berdasarkan ARIA sebesar 10 persen
dan rasio salah saji yang diharapkan terhadap yang dapat

134
ditoleransi sebesar 0,10, faktor keyakinan yang tepat adalah
2,77.
8) Ukuran Sampel (Sample Size)
Ukuran sampel yang tepat kemudian dihitung sebagai
faktor keyakinan dibagi dengan salah saji yang dapat ditoleransi
sebagai persentasi dari nilai populasi.
Ukuran Faktor Keyakinan (2,77)
= = 93 (dibulatkan ke atas)
Sampel Salah Saji yang Dapat Ditoleransi sebagai
Persentase Nilai Populasi (0,03)

Tabel 17-5 Faktor Keyakinan bagi Rancangan Ukuran Sampel Unit Moneter*

Risiko Penerimaan yang Salah


Risiko Salah Saji
yang Diharapkan terhadap
yang Dapat Ditoleransi 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 50%
0,00 3,00 2,31 1,90 1,61 1,39 1,21 1,05 0,70
0,05 3,31 2,52 2,06 1,74 1,49 1,29 1,12 0,73
0,10 3,68 2,77 2,25 1,89 1,61 1,39 1,20 0,77
0,15 4,11 3,07 2,47 2,06 1,74 1,49 1,28 0,62
0,20 4,63 3,41 2,73 2,26 1,90 1,62 1,38 0,87
0,25 5,24 3,83 3,04 2,49 2,09 1,76 1,50 0,92
0,30 6,00 4,33 2,41 2,77 2,30 1,93 1,63 0,99
0,35 6,92 4,95 3,86 3,12 2,57 2,14 1,79 1,06
0,40 8,09 5,72 4,42 3,54 2,89 2,39 1,99 1,14
0,45 9,59 6,71 5,13 4,07 3,29 2,70 2,22 1,25
0,50 11,54 7,99 6,04 4,75 3,80 3,08 2,51 1,37
0,55 14,18 9,70 7,26 5,64 4,47 3,58 2,89 1,52
0,60 17,85 12,07 8,93 6,86 5,37 4,25 3,38 1,70

*Sumber: Data dari Audit Guide Audit Sampling AICPA, 1 Maret 2012 (www.aicpa.org)

9) Interval Sampling
Interval Sampling yang tepat dapat dihitung sebagai jumlah
populasi yang tercatat sebesar $5 juta dibagi dengan ukuran
sampel sebesar 93.
Interval Sampling = $5.000.000 ÷ 93 = $53.763

135
Tabel 17-6 Ikhtisar Langkah-langkah untuk Menghitung Ukuran sampel
dalam MUS

Langkah untuk M enghitung Ukuran Sampel Nilai Sumber Penghitungan


1. Menentukan ARIA 10% Ditentukan berdasarkan faktor-faktor
pada Tabel 17-2
2. Nilai populasi yang tercatat $5.000.000 -
3. Salah saji yang dapat ditoleransi $150.000 -
4. Salah saji yang dapat ditoleransi sebagai 3% $150.000 ÷ $5.000.000
persentase nilai populasi
5. Esrtimasi salah saji populasi $15.000 Berdasarkan hasil tahun sebelumnya
6. Rasio estimasi salah saji populasi terhadap 0,10 $15.000 ÷ $150.000
salah saji yang dapat ditoleransi
7. Faktor keyakinan 2,77 Tabel 17-5 berdasarkan ARIA sebesar
10% dan rasio salah saji yang
diharapkan terhadap yang dapat
ditoleransi sebesar 0,10
8. Menghitung ukuran sampel 93 2,77 ÷ 0,03 (faktor keyakinan dibagi
dengan salah saji yang dapat
ditoleransi sebagai persentase nilai
populasi)
9. Menghitung interval sampling $53.763 $5.000.000 ÷ 93

Langkah-langkah yang terlibat dalam menghitung ukuran


sampel diilustrasikan pada Tabel 17-6. Metode rumus itu
merupakan salah satu metode untuk menentukan ukuran sampel
dengan menggunakan MUS. Audit Guide Audit Sampling juga
menyediakan tabel-table untuk menentukan ukuran sampel
berdasarkan ARIA, salah saji yang dapat ditoleransi sebagai
persentase nilai populasi, dan rasio salah saji yang diharapkan
terhadap yang sapat ditoleransi. Karena MUS didasarkan pada teori
atribur, tabel-table sampling atribut pada Tabel 15-8 juga dapat
digunakan. Jika yang digunakan adalah ARIA dan bukan ARO,
salah saji yang dapat ditoleransi sebagai persentase nilai populasi
akan digunakan untuk tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi,
sementara rasio estimasi salah saji populasi terhadap salah saji
yang dapat ditoleransi akan digunakan untuk tingkat pengecualian
poulasi yang diestimasi.

136
h. Menggeneralisai dari Sampel ke Populasi Apabila Tidak Ada Salah
Saji yang Ditemukan dengan Menggunakan MUS
Setelah melakukan pengujian terhadap item-item sampel,
auditor memproyeksikan salah saji sampel terhadap populasi dan
menghitung penyisihan untuk risiko sampling apabila
menggunakan MUS. Jika seluruh sampel diaudit dan tidak ada
salah saji yang ditemukan dalam sampel tersebut, auditor dapat
membuat kesimpulan tanpa melakukan perhitungan tambahan
bahwa jumlah populasi yang tercatat tidak mengandung lebih saji
yang lebih besar dari salah saji yang dapat ditoleransi menurut
risiko spesifik penerimaan yang salah. Batas atas apabila tidak ada
salah saji yang ditemukan merupakan daktor keyakinan untuk
ketiadaan salah saji dikalikan dengan panjang interval sampling.
Asumsikan bahwa auditor mengonfirmasi suatu populasi
pitang usaha untuk melihat kebenaran moneternya. Total Populasi
adalah $1.200.000, dan sampel sebanyak 100 konfirmasi telah
diperoleh. Setelah melakukan audit, tidak ada salah saji yang
ditemukan dalam sampel. Dengan mengasumsikan ARIA sebesar
5%, faktor keyakinan dari Tabel 17-7 adalah 3,0. Dengan
menerapkannya pada interval sampling $12.000 (populasi
$1.200.000 ÷ 100 item sampel = $12.000 interval sampling) batas
atas salah sajinya dihitung sebagai:
Batas atas salah saji = $12.000 x 3,0 = $36.000
Batas atas apabila tidak ada salah saji yang ditemukan juga
disebut sebagai presisi dasar (basic precision), dan merupakan
penyisihan minimum bagi risiko sampling inheren salam sampel.
Untuk contoh ini, karena tidak ada salah saji yang ditemukan, salah
saji yang diproyeksikan adalah nol, dan penyisihan bagi risiko
sampling sama dengan batas atas bagi salah saji sebesar $36.000.

137
Tabel 17-7 Faktor-faktor Keyakinan bagi Evaluasi Ukuran Sampel Unit
Moneter*
Risiko Penerimaan yang Salah
J umlah Lebih Saji 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 50%
0 3,00 2,31 1,90 1,61 1,39 1,21 1,05 0,70
1 4,75 3,89 3,38 3,00 2,70 2,44 2,22 1,68
2 6,30 5,33 4,73 4,28 3,93 3,62 3,35 2,68
3 7,76 6,69 6,02 5,52 5,11 4,77 4,46 3,68
4 9,16 8,00 7,27 6,73 6,28 5,90 5,55 4,68
5 10,52 9,28 8,50 7,91 7,43 7,01 6,64 5,68
6 11,85 10,54 9,71 9,08 8,56 8,12 7,72 6,67
7 13,15 11,78 10,90 10,24 9,69 9,21 8,79 7,67
8 14,44 13,00 12,08 11,38 10,81 10,31 9,85 8,67
9 15,71 14,21 13,25 12,52 11,92 11,39 10,92 9,67
10 16,97 15,41 14,42 13,66 13,02 12,47 11,98 10,67

*Sumber: Data dari Audit Guide Audit Sampling AICPA, 1 Maret 2012 (www.aicpa.org). Salah saji yang lebih besar dari 10 tidak diilustrasikan.

i. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi Apabila Salah Saji


Ditemukan dengan Menggunakan MUS

Tabel 17-8 Tainting - Persentase Salah Saji


No. Jumlah Piutang Usaha Jumlah Piutang Usaha Salah Saji Tainting = Salah saji ÷
Pelanggan yang Tercatat yang Diaudit Faktual Jumlah Tercatat
2073 $ 6.200 $ 6,100 $ 100 0,015
5111 12.910 12.000 910 N/A (1)
9816 8.947 2.947 6.000 0,671
(1) Tainting adalah N/A karena jumlah yang tercatat lebih besar dari interval sampling. Dalam situasi ini, salah saji
yang diproyeksikan sama dengan salah saji aktual.

Asumsikan bahwa auditor menguji sampel dan menenmukan


tiga lebih saji yang tercantum dalam Tabel 17-8. perhitungan batas
atas salah saji itu melibatkan tiga langkah yaitu (1) menghitung
salah saji persentase bagi setiap salah saji, (2) memproyeksikan
salah saji sampel dengan mengalikan salah saji persentase dengan
panjang interval sampling, dan (3) menambahkan penyisihan untuk
risiko sampling berdasarkan faktor-faktor keykainan bagi jumlah
salah saji actual dan risiko yang dapat diterima atas penerimaan
yang salah.
1) Menghitung Asumsi Salah Saji Persentasi (Tainting)

138
Jika ditemukan salah saji, auditor akan menghitung salah
saji yang diproyeksikan dan penyisihan untuk risiko sampling.
Persentase salah saji pada unit sampling merupakan persentase
salah saji atau tainting untuk keseluruhan interval sampling,
yang dihitung dengan membagi nilai salah saji dengan jumlah
yang tercatat. Tabel 17-8 menunjukkan tainting untuk tiga salah
saji yang ditemukan pada sampel. Salah saji itu diperingkat
menurut persentase tainting demi menghitung penyisihan untuk
risiko sampling.
2) Memproyeksikan Salah Saji Sampel
Salah saji yang diproyeksikan adalah salah saji persentase
dikali interval sampling, karena persentase salah saji atau
tainting adalah untuk keseluruhan interval sampling. Sebagai
contoh, jika interval sampling adalah 110.000 dan jumlah
tercatat sebesar $100 memiliki nilai yang audit sebesar $75,
salah saji yang diproyeksikan adalah $2.500 (salah saji $25
adalah 25% dari jumlah tercatat × $10.000 interval sampling).
Jika jumlah tercatat item sampel elbih besar dari interval
sampling, maka salah saji yang diproyeksikan sama dengan
salah saji sampel aktual. Tabel 17-9 menunjukkan perhitungan
proyeksi salah saji untuk tiga salah saji sampel aktual.

Tabel 17-9 Penghitungan Salah Saji yang Diproyeksikan dan Penyisihan untuk
Risiko Sampling
A B C D E F G H
(lihat Tabel Salah Saji yang
17-10) Diproyeksikan
J umlah Salah Saji Salah Saji yang
Tainting Interval Perubahan Plus Penyisihan
yang Audit J umlah Faktual Diproyeksikan
(C ÷ A) Sampling Inkremental Inkremental untuk
Tercatat (A-B) (D × E)
pada Faktor Risiko Sampling
Keyakinan (F × G)

$12.910 $12.000 $ 910 N/A (1) N/A (1) $ 910 N/A $ 910
8.947 2.947 6.000 67,1% 12.000 8.052 1,75 14.091
6.200 6.100 100 1,6% 12.000 192 1,55 298
Total $7.010 $9.154 $15.299
Ditambah presisi dasar 36.000
Batas atas salah saji $51.299

(1) Tainting adalah N/A karena jumlah yang tercatat lebih besar dari interval sampling. Pada situasi ini, salah saji yang diproyeksikan sama dengan salah saji
aktual

139
3) Menghitung Penyisihan untuk Risiko Sampling
Salah saji yang diproyeksikan akan meningkat sebesar
penyisihan untuk risiko sampling, yang dihitung sebagai presisi
dasar ditambah penyisihan inkremental untuk risiko sampling
atas setiap salah saji yang ditemukan dalam unti sampling yang
lebih kecil dari interval sampling yang lebih besar dari interval
sampling karena semua unit moneter dalam interval sampling
sudah diperiksa.

Tabel 17-10 Perubahan Inkremental pada Faktor Keyakinan - Risiko Lima


Persen dari Penerimaan yang Salah

J umlah Lebih Saji Faktor Keyakinan Perubahan Inkremental pada Faktor


0 3,00 -
1 4,75 1,75
2 6,30 1,55
3 7,76 1,46
4 9,16 1,40
5 10,52 1,36

Pendekatan kondervatifnya adalah menentukan peringkat


salah saji dengan persentase tainting. Salah saji itu kemudian
dikalikan dengan perubahan inkremental faktor keyakinan
untuk menghitung salah saji yang diproyeksikan ditambah
penyisihan inkremental untuk risiko sampling. Tabel 17-10
menyajikan contoh perubahan inkremental faktor keyakinan
untuk lima salah saji dan ARIA sebesar 5%.
Dua kolom terakhir Tabel 17-9 menunjukkan perubahan
ikremental faktor keyakinan, dan salah saji yang diproyeksikan
ditambah penyisihan inkremental untuk risiko sampling.
Dengan memasukkan presisi dasar sebesar $36.000, batas atas
salah saji adalah $51.299. Karena itu, berdasarkan ARIA
sebesar 5%, auditor dapat menyatakan bahwa ada risiko 5

140
persen bahwa jumlah yang tercatat dilebihsajikan sebesar lebih
dari %51.299.
Hasil sampelnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a) Sampel mengandung salah saji faktual sebesar $7.010.
b) Total salah saji faktual dan yang diproyeksikan adalah
$9.154.
c) Batas atas salah saji yang merupakan totak salah saji faktual
dan yang diproyeksikan ditambah penyisihan untuk risiko
sampling adalah $51.299.
d) Penyisihan untuk risiko sampling yang merupakan presisi
dasar dan penyisihan inkremental untuk risiko sampling
adalah $42.145 [$36.000 presis dasar + $6.145 penyisihan
inkremental untuk risiko sampling ($15.299 - $9.154)].
Hasilnya dianggap dapat diterima jika batas salah saji sebesar
$51.299 lebih kecil dari salah saji yang dapat ditoleransi. Jika
batas atas salah saji melebihi salah saji yang dapat ditoleransi,
populasinya tidak dapat diterima berdasarkan hasil sampel, dan
auditor akan melakukan satu atau lebih tindakan.
4) Hubungan Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel untuk
MUS
Model risiko audit untuk perencanaan telah diperkenalkan
pada Bab 9. Pada bab 16 ini membahas bagaimana auditor
mengurangi risiko deteksi hingga ke tingkat yang direncanakan
dengan melaksanakan pengujian substantif atas transaksi,
prosedur analitis substantif, dan pengujian atas rincian saldo.
Karena itu, auditor harus memahami hubungan ketiga faktor-
faktor independen itu dalam model risiko audit, ditambah
prosedur analitis dan pengujian substantif atas transaksi dengan
ukuran sampel untuk pengujian atas rincian saldo.
Tabel 17-2 menunjukkan bahwa empat dari lima faktor
tersebut (risiko pengendalian, pengujian substantif atas

141
transaksi, risiko audit yang dapat diterima, dan prosedur analitis
substantif) akan mempengaruhi ARIA. Pada gilirannya, ARIA
akan menentukan ukuran sampel yang direncanakan. Faktor
lainnya, yaitu risiko inheren, akan mempengaruhi estimasi
tingkat pengecualian populasi secara langsung.
j. Audit Dengan Menggunakan Sampling Unit Moneter
Sampling unit moneter (MUS) memilki sedikitnya empat fitur
yang menarik bagi auditor:
1) MUS secara otomatis akan meningkatkan kemungkinan
memilih item dolar yang tinggi dari populasi yang sedang
diaudit. Auditor akan mengkonsentrasikan perhatiannya pada
item tersebut karena umumnya item itu menyajikan salah saji
yang material yang paling besar. Sampling berstratifikasi juga
dapat digunakan untuk tujuan ini, tetapi umumnya MUS jauh
lebih mudah diterapkan.
2) MUS dapat mengurangi biaya pelaksanaan pengujian audit
karena beberapa item sampel akan diuji sekaligus. Sebagai
contoh, jika satu item yang besar mambentuk 10 persen dari
total nilai dolar populasi yang tercatat dan ukuran sampel adalah
100, metode pemilihan sampel PPS mungkin akan
menghasilkan sekitar 10 persen item sampel dari satu item
populasi yang besar tersebut. Pada dasarnya item tersebut hanya
perlu diaudit satu kali saja, tetapi dihitung sebagai sampel
sebanyak 10. Jika item tersebut mengandung salah saji, item itu
juga dihitung sebagai 10 salah saji. Item populasi yang lebih
besar dapat dieliminasi dari populasi yang dijadikan sampel
dengan mengauditnya 100 persen dan mengevaluasinya secara
terpisah, jika auditor memang menginginkannya.
3) MUS sudah diterapkan. Sampel unit moneter dapat dievaluasi
dengan menerapkan tabel yang sederhana. Jadi jauh lebih
mudah mengajarkan dan mengawasi penggunaan teknik MUS.

142
Perusahaan yang memanfaatkan MUS secara ekstensif akan
menggunakan program komputer atau tabel khusus yang
mempermudah penetuan ukuran sampel dan proses evaluasi
yang ditunjukkan lebih lanjut dalam bab ini.
4) MUS menghasilkan kesimpulan statistik dan bukan kesimpulan
nonstatistik. Banyak auditor yakin bahwa sampling statistik
akan membantunya dlam membuat kesimpulan yang lebih baik
dan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Terdapat beberapa kelemahan utama MUS
1) Total batas salah saji yang dihasilkan ketika salah saji
ditemukan mungkin terlalu tinggi untuk digunakan auditor. Hal
ini disebabkan karena metode evaluasi tersebut secara inheren
bersifat konservatif ketika salah saji ditemukan dan sering kali
menghasilkan batas yang jauh melampaui materialitas. Untuk
mengatasi masalah ini, mungkin diperlukan sampel yang besar.
2) Sulit memilih sampel PPS dari populasi yang besar tanpa
bantuan komputer.
Karena semua alasan tersebut, auditor sering kali
menggunakan MUS ketika mengharapkan tidak ada atau sedikit
salah saji, menginginkan hasil dolar, dan mencatat data populasi
pada file komputer.

2.4.4 Sampling Variabel


Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan oleh
auditor. Sampling variable dan sampling nonstatistik untuk pengujian
atas rincian saldo memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur salah
saji dalam suatu saldo akun. Jika auditor menentukan bahwa jumlah salah
saji melampaui jumlah yang dapat ditoleransi, mereka akan menolak
populasi dan melakukan tindakan tambahan.
Untuk memahami mengapa dan bagaimana auditor menggunakan
metode sampling variable dalam auditing, maka kita harus memahami

143
distribusi sampling dan bagaimana distribusi itu mempengaruhi
kesimpulan statistic auditor. Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata
(mean) salah saji dalam populasi, distribusi jumlah salah saji, atau nilai
yang di audit. Karakteristik populasi tersebut harus diestimasi dari
sampel yang merupakan tujuan dari pengujian audit.
Asumsikan bahwa auditor, sebagai eksperimen, mengambil ribuan
sampelyang berulang dengan ukuran yang sama dari suatu populasi data

akuntansi yang memiliki nilai rata rata x . Untuk setiap sampel, auditor
menghitung nilai rata rata item dalam sampel sebagai berikut:

Setelah menghitung x untuk setiap sampel, auditor memplotnya ke


dalam distribusi frekuensi. Lebih lanjut, rata rata dari rata rata sampel
(titik tengah distribusi sampling) sama dengan rata-rata populasi,

sementara deviasi standar distribusi sampling sama dengan SD/ n ,


dimana SD adalah deviasi standar populasi dan n adalah ukuran sampel.
Sebagai ilustrasi, asumsikan populasi dengan rata rata sebesar $40 dan

deviasi standar sebesar $15 ( x =$40 dan SD = $15) akan kita pilih untuk
mengambil banyak sampel acak dari setiap 100 sampel. Deviasi standar

distribusi sampling kita adalah $1,50 (SD/ n = 15/ 100 =1,50) .


Berdasarkan informasi ini, auditor dapat menyusun tabulasi distribusi
sampling seperti berikut :

144
Tabel 17-11 Distribusi Sampling Yang Dihitung Dari Populasi Dengan Rata
Rata Dan Deviasi Standar Yang Diketahui
Jumlah Nilai Rentang Persentase rata
kesalahan [(1) x $1,50)] x [$40+/-(2) rata sampel yang
standar dari rata dimasukan
rata dalam rentang
1 $1,50 $38,50-$41,50 68,2
2 $3,00 $37,00-$43,00 95,4
3 $4,50 $35,50-$44,50 99,7

1. Inferensi Statistik
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit aktual,
auditor tidak mengetahui karakteristik populasi itu dan biasanya,
hanya satu sampel yang akan diambil dari populasi bersangkutan.
Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan statistic, atau inferensi statistic (
statistical inferences ), mengenai populasi.
Auditor dapat menyatakan kesimpulan yang dibuatnya dari interval
keyakinan dengan menggunakan inferensi statistic dalam cara yang
berbeda. Akan tetapi, mereka harus berhati-hati untuk menghindari
kesimpulan yang tidak benar, mengingat nilai populasi yang
sebenarnya selalu tidak diketahui. Akan tetapi, auditor dapat
mengatakan bahwa prosedur yang digunakan untuk memperoleh
sampel dan menghitung interval keyakinan akan menghasilkan
interval yang berisi nilai rata- rata populasi yang sebenarnya dalam
persentase tertentu pada saat tersebut. Singkatnya, auditor mengetahui
reliabilitas proses inferensi statistic yang digunakan untuk menarik
kesimpulan. Menghitung interval keyakinan rata-rata populasi dengan
menggunakan logika yaitu sebagai berikut :

145
Dimana:
𝐶𝐼𝑋̅ = interval keyakinan untuk rata rata populasi
𝑥 = titik estimasi rata rata populasi
Z = koefisien keyakinan
1 = tingkat keyakinan 68,2%
2 = tingkat keyakinan 95,4%
3 = tingkat keyakinan 99,7%
SE = kesalahan standar rata rata
Z . SE = interval presisi

2. Metode Variabel
Auditor menggunakan proses inferensi statistik sebelumnya bagi
semua metode sampling variable. Setiap metode dibedakan menurut
apa yang sedang diukur. Ada tiga metode variable tersebut, yaitu:
a. Estimasi perbedaan. Auditor menggunakan estimasi perbedaan
(difference estimation) untuk mengukur estimasi jumlah salah saji
total dalam populasi apabila ada nilai tercatat maupun nilai yang
diaudit bagi setiap item sampel, yang hampir selalu terjadi dalam
audit. Sebagai contoh, auditor dapat mengkonfirmasi sampel
piutang usaha dan menentukan perbedaan (salah saji) antara jumlah
yang dcatat klien dan jumlah yang dianggap benar oleh auditor atas
setiap akun. Auditor akan mengestimasi salah saji populasi
berdasarkan jumlah salah saji dalam sampel, ukuran salah saji rata
rata, salah saji dalam setiap sampel, dan ukuran sampel. Hasilnya
akan dinyatakan sebagai titik estimasi salah saji populasi ditambah
atau dikurangi perhitungan interval presisi pada tingkat keyakinan
yang dinyatakan. Dengan melihat kembali distribusi sampling,
asumsikan auditor mengkonfirmasi sampel acak sebesar 100 dari
populasi sebanyak 1000 piutang usaha dan menyimpulkan bahwa
batas keyakinan dari rata rata salah saji piutang usaha adalah
anatara $28 dan $64 pada tingkat keyakinan 95%. Estimasi total

146
salah saji pulasi juga dapat dihitung dengan mudah sebesar antara
$28000 dan $64000 pada tingkat keyakinan 95% (1000x$28 dan
1000x$64). Jika salah saji yang dapat ditoleransi auditor adalah
$100.000, populasi jelas dapat diterima. Jika salah saji yang dapat
ditoleransi adalah $40.000, populasi tidak dapat diterima.
Estimasi perbedaan seringkali menghasilkan ukuran sampel
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan setiap metode lainnya,
dan relatif mudah digunakan. Maka dari itu, estimasi perbedaan
seringkali dianggap sebagai metode variable yang paling disukai.
b. Estimasi rasio (ratio estimation) serupa dengan estimasi oerbedaan
namun auditor menghitung rasio antara salah saji dan nilai
tercatatnya serta memproyeksikan hal ini dengan populasi untuk
mengestimasi total salah saji populasi. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa auditor menemukan salah saji sejumlah $12.000 dalam
suatu sampel dengan nilai tercatat sebesar $208.000. Rasio salah
saji adalah 0,6 ($12.000/$208.000). Jika total nilai tercatat populasi
adalah $1.040.000, proyeksi salah saji dalam populasi adalah
$62.400 ($1.040.000x0,6). Jadi auditor dapat menghitung batas
keyakinan total salah saji bagi estimasi rasio melalui perhitungan
yang serupa dengan yang ditunjukkan untuk estimasi perbedaan.
Estimasi rasio dapat menghasilkan ukuran sampel yang jauh
lebih kecil dibandingkan estimasi perbedaan jika ukuran salah saji
populasi proporsional dengan nilai tercatat item populasi. Jika
ukuran setiap salah saji bersifat independen dengan nilai tercatat,
estimasi perbedaan akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih
kecil. Sebagian besar auditor lebih menyukai estimasi perbedaan
karena lebih sederhana untuk menghitung interval keyakinan.
c. Estimasi rata rata per unit (mean per unit estimation), auditor
berfokus pada nilai yang diaudit dan bukan pada jumlah salah saji
setiap item dalam sampel.

147
Sebagai contoh, asumsikan auditor mengambil sampel sebanyak
100 item dari daftar persediaan yang terdiri dari 3000 item dan nilai
tercatat sebesar $265.000. Jika nilai rata rata item yang dijadikan
sampel adalah $85, estimasi nilai persediaan adalah $255.000
($85x3000). Jika nilai tercatat sebesar $265.000 berada dalam
batas keyakinan atas, auditor akan menerima saldo populasi.
Metode ini jarang digunakan karena ukuran sampel umumnya
jauh lebih besar dibandingkan dua metode sebelumnya.
3. Metode Statistik Berstratifikasi
Sampling berstratifikasi adalah metode sampling dimana semua
unsur dalam total populasi dibagi menjadi dua atau lebih subpopulasi.
Setiap subpopulasi kemudian diuji secara independen.
Perhitungannya dilakukan bagi setiap strata dan kemudian digabung
menjadi satu estimasi populasi secara keseluruhan untuk interval
keyakinan populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secara
stastistik. Stratifikasi dapat diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio,
dan rata rata per unit tetapi paling sering digunakan dengan estimasi
rata rata per unit.
4. Risiko sampling
ARIA setelah melaksanakan pengujian audit dan menghitung hasil
statistik, auditor harus menyimpulkan apakah populasi mengandung
salah saji yang meteial atau tidak. ARIA adalah risiko statistik bahwa
auditor telah menerima populasi yang dalam kenyataannya,
mengandung salah saji yang material. ARIA mendapat perhatian yang
besar dari auditor karena memilki implikasi hukum yang serius dalam
menyimpulkan bahwa saldo akun telah dinyatakan secara wajar
padahal sebenarnya mengandung salah saji dalam jumlah yang
material.
Saldo akun dapat dinyatakan terlalu tinggi atau terlalu rendah,
tetapi tidak keduanya karena itu, ARIA merupakan pengujian statistik
satu arah. Karena itu, koefisien keyakinan untuk ARIA berbeda

148
dengan dengan tingkat keyakinan. (Tingkat keyakinan = 1- 2 x ARIA.
Jadi, jika ARIA sama dengan 10 persen, tingkat keyakinan adalah 80
persen). Koefisien keyakinan untuk berbagai ARIA ditunjukkan pada
tabel 17-11 bersama dengan koefisien keyakinan untuk tingkat
keyakinan dan ARIR.
ARIR risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah
(acceptable risk of incorrect rejection =ARIR) adalah risiko ststistik
bahwa auditor telah menyampaikan suatu populasi mengandung salah
saji yang material padahal sebenarnya tidak. ARIR hanya akan
mempengaruhi tindakan auditor jika mereka menyimpulkan bahwa
populasi tidak dinyatakan secara wajar. Jika auditor menemukan suatu
saldo tidak dinyatakan secara wajar, mereka umumnya akan
meningkatkan ukuran sampel atau melaksanakan pengujian lainnya.
Kenaikan ukuran sampel ini biasanya akan menyebabkan auditor
menyimpulkan bahwa saldo telah dinyatakan secara wajar jika akun
tersebut, dalam kenyataannya, tidak mengandung salah saji yang
material. Jika ARIA selalu dianggap penting, ARIR baru dianggap
penting jika diperlukan biaya yang tinggi untuk meingkatkan ukuran
sampel atau melaksanakan pengujian lainnya. Koefisien keyakinan
untuk ARIR juga ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 17-12 Koefisien Keyakinan untuk Tingkat Keyakinan , ARIAs, dan


ARIRs
Tingkat ARIA (%) ARIR (%) Koefisien
Keyakinan (%) Keyakinan
99 0,5 1 2,58
95 2,5 5 1,96
90 5 10 1,64
80 10 20 1,28
75 12.5 25 1,15

149
70 15 30 1,04
60 20 40 0,84
50 25 50 0,67
40 30 60 0,52
30 35 70 0,39
20 40 80 0,25
10 45 90 0,13
0 50 100 0,0

Setelah melihat ikhtisar ARIA dan ARIR pada tabel 17-11, anda
harus dapat menyimpulkan bahwa auditor harus berusaha
meminimalkan ARIA dan ARIR. Untuk mencapai hal tersebut,
auditor harus meningkatkan ukuran sampel, yang akan meminimalkan
risiko. Akan tetapi, biaya pendekatan tersebut telah membuat memilki
ARIA dan ARIR yang masuk akal menjadi tujuan yang lebih
diinginkan.

Tabel 17-13 ARIA dan ARIR


Keadaan Aktual Populasi
Keputusan Audit Aktual Salah Saji secara Salah Saji yang Tidak
Material Material
Menyimpulkan bahwa Kesimpulan yang benar Kesimpulan yang tidak
populasi mengandung – tidak ada risiko benar – risikonya adalah
salah saji yang material ARIR
Menyimpulkan bahwa Kesimpulan yang tidak Kesimpulan yang benar
populasi tidak benar – risikonya adalah – tidak ada risiko
mengandung salah saji ARIA
yang material

150
2.4.6. Ilustrasi Penggunaan Estimasi Perbedaan
Ilustrasi penggunaan estimasi perbedaan ketika mengaudit piutang
usaha Hart Lumber Company. Piutang usaha terdiri dari 4.000 akun yang
tercantum dalam aged trial balance dengan nilai tercatat sebesar
$600.000. Salah saji yang dapat ditoleransi sebesar $21.000
1. Merencanakan Sampel dan Menghitung Ukuran Sampel dengan
Menggunakan Estimasi Perbedaan
a. Menetapkan Risiko yang dapat diterima. Auditor menetapkan dua
resiko:
1) Resiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (ARIA).
ARIA dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat diterima, hasil
pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi, prosedur analitis, dan signifikansi relative piutang
usaha dalam laporan keuangan. Untuk Hart Lumber asumsikan
ARIA sebesar 10%.
2) Resiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah (ARIR).
ARIR dipengauhi oleh biaya tambahan resampling. Karena
cukup mahal mengkonfirmasi piutang usaha untuk yang kedua
kalinya, asumsikan ARIR sbesar 25% (bagi pengujian audit
dimana tidak terlalu mahal untuk meningkatkan ukuran sampel,
ARIR yang jauh lebih tinggi merupakan hal yang sudah umum).
Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan ARIA,
audit dapat menyatakan suatu hipotesis. Hipotesis yang dinyatakan
auditor dalam audit piutang usaha Hart Lumber adalah : Piutang
usaha tidak mengandung salah saji yang lebih besar dari $21.000
pada ARIA sebesar 10%.
b. Mengestimasikan salah saji dalam populasi. Estimasi ini memiliki
dua bagian :
1) Estimasi titik estimasi yang diharapkan. Auditor memerlukan
estimasi di muka atas titik estimasi populasi bagi estimasi
perbedaan, seperti ketika mereka memerlukan estimasi tingkat

151
pengecualian populasi untuk sampling atribut. Estimasi dimuka
untuk Hart Lumber adalah $1.500 (lebih saji), berdasarkan
pengujian audit tahun sebelumnya.
2) Melakukan estimasi deviasi standar populasi dimuka –
variabilias populasi. Untuk menentukan ukuran sampel awal,
auditor memerlukan estimasi dimuka atas variasi salah saji
dalam populasi. Untuk Hart Lumber hal itu diestimasi sebesar
$20 berdasarkan pengujian audit tahun sebelumnya.
c. Menghitung ukuran sampel awal. Ukuran sampel awal untuk Hart
Lumber sekarang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Jika diterapkan pada Hart Lumber persamaan ini akan


menghasilkan:
2
20(1.28 + 1,15)4000
𝑛= [ ] = (9,97)2 = 100
21000 − 15000
2. Mengevaluasi Hasil
Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Secara konseptual,
estimasi nonstatistik dan estimasi perbedaan akan melakukan hal yang
sama yaitu menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Meskipun
kedua metode ini mengukur kemungkinan salah saji populasi
berdasarkan sampel, estimasi perbedaan menggunakan pengukuran
statistic untuk menghitung batas keyakinan. Empat langkah berikut
akan menggambarkan perhitungan batas keyakinan utnuk Hart
Lumber Company :
1) Menghitung titik estimasi total salah saji. Titik estimasi adalah
ekstrapolasi langsung ari salah saji dalam sampel ke salah saji
dalam populasi. Jadi tidak mungkin salah saji actual tidak
diketahui, persis sama dengan titik estimasi. Sebaliknya, jauh lebih

152
realistis mengestimasi salah saji dalam istilah interval keyakinan
yang ditentukan oleh titik estimasi ditambah dan dikurangi interval
presisi yang dihitung. Perhitungan interval keyakinan merupakan
bagian yang penting dari estimasi perbedaan.
2) Menghitung estimasi deviasi standar populasi. Deviasi standar
populasi adalah ukuran statistic dari variabilitas nilai item populasi,
deviasi standar akan lebih besar dibandingkan jika variasi kecil.
3) Menghitung interval presisi. Interval presisi dihitung dengan
menggunakan rumus statistic. Hasilnya adalah berupa ukuran dolar
dari ketidakmampuan memprediksi salah saji populasi yang
sebenarnya karena pengujian didasarkan pada sampel, dan bukan
pada populasi secara keseluruhan. Agar interval presisi yang
dihitung memiliki arti penting, interval tersebut harus dibangun
dengan ARIA. Pemeriksaan terhadap rumus menghitung interval
menunjukan bahwa pengaruh perubahan setiap faktor meskipun
faktor-faktor lainnya tetap.

Tabel 17-14 Perhitungan Batas Keyakinan


No Langkah Rumus Statistik Ilustrasi untuk Hart
Lumber
1 Mengambil n = ukuran sampel Sebanyak 100 piutang usaha
sampel acak dipilih secara acak dari aged
berukuran n trial balance yang berisi 4.000
akun
2 Menentukan nilai Sebanyak 75 piutang
setiap salah saji dikonfirmasi oleh pelanggan
dalam sampel dan 25 piutang diverifikasi
oleh prosedur alternative.
Setelah merekonsiliasi
perbedaan waktu dan

153
kesalahan pelanggan, 12 item
berikut ditentukan sebagai
kesalahan klien (salah saji)
yang dinyatakan dalam dolar:
1. $12,75
2. (69,46)
3. 85,28
4. 100,00
5. (27,30)
6. 41,06
7. (0,87)
8. 24,32
9. 36,59
10. (102,16)
11. 54,71
12. 71,56
Jumlah = $226,48
3 Menghitung titik 𝑒 = ∑𝑒𝑗 𝑒=
$226,48
= $2,26
𝑛 100
estimasi dari total ∑𝑒
E = N 𝑛𝑗
salah saji
𝐸̂ = 4.000 ($2.26) = $9.040
Dimana:
𝑒 = rata rata salah saji
dalam sampel
∑ = penjumlahan
𝑒𝑗 = setiap salah saji
dalam sampel
𝐸̂ = titik estimasi dari
total salah saji
N = ukuran populasi

154
4 Menghitung 𝑆𝐷 (dibulatkan ke dolar terdekat)
deviasi standar 2 𝑒𝑗 𝑒𝑗 2
∑(𝑒𝑗 ) − 𝑛(𝑒)2
populasi atas salah = √ 1. $ 13 169
𝑛−1
saji dari sampel 2. (69) 4.761
Dimana :
SD = deviasi standar 3. 85 7.225

𝑒𝑗 = setiap salah saji 4. 100 10.000


5. (27) 729
dalam sampel
6. 41 1.681
n = ukuran sampel
7. (1) 1
𝑒 = rata rata salah saji
8. 24 576
dalam sampel
9. 37 1.369
10. (102) 10.404
11. 55 3.025
12. 72 5.184
$228 $45.124

𝑆𝐷

$45.124 − 100($2,26)2
= √
99

= $21,2

4) Menghitung batas keyakinan. Auditor menghitung batas


keyakinan, yang mendefinisikan interval keyakinan, dengan
mengombinasikan titik estimasi dari total salah saji dan interval
presisi yang dihitung pada tingkat keyakinan yang diinginkan (titik
estimasi ditambah/dikurangi interval presisi yang dihitung). Batas
keyakinan bawah dan atas untuk Hart Lumber masing-masing
adalah ($1.760) dan $19.840. Terdapat risiko statistic sebesar 10%
bahwa populasi dinyatakan terlalu rendah sebesar lebih dari
$1.760, dan risiko yang sama bahwa populasi dinyatakan terlalu

155
tinggi sebesar lebih dari $19.840 (ingat ARIA 10% ekuivalen
dengan tingkat keyakinan 80%). Karena batas keyakinan lebih
kecil dari salah saji yang dapat ditoleransi, auditor menyimpulkan
bahwa populasi tidak mengandung salah saji material.

156
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sama bagi
kelima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan termasuk
penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan
piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih dan mencakup
langkah-langkah antara lain memahami pengendalian internal, menilai
risiko pengendalian yang direncanakan, menentukan luas pengujian
pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi. Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap
kelas transaksi, auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang
dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi risiko pengendalian.
Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalian internal, jika ada, untuk
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah menilai risiko
pengendalian untuk setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas
pengujian pengendalian yang harus dilakukan. Dalam audit perusahaan
publik, pengujian pengendalian yang ekstensif harus dilakukan untuk
menyediakan dasar yang layak bagi pembuatan laporan auditor mengenai
keefektifan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Dalam
audit perusahaan nonpublik, keputusan untuk melakukan pengujian
pengendalian didasarkan pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana
auditor bermaksud mengandalkannya untuk mengurangi risiko
pengendalian.Setelah perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi lagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai,
auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format
kinerja. Tujuan dari program audit ini adalah untuk membantu auditor
menyelesaikan pengujian audit secara efisien.

157
Dalam pembahasan selanjutnya diuraikan sampel representatif dan
pembahasan mengenai perbedaan antara sampling statistik dan nonstatistik
serta pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik. Terdapat 14
langkah dalam sampling untuk tingkat pengecualian yang digunakan pada
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Pembahasan metode sampling audit nonstatistik dan statistik untuk
pengujian atas rincian saldo. Dalam sampling untuk pengujian atas rincian
saldo, auditor menentukan apakah jumlah dolar dalam suatu saldo akun
disalahsajikan secara material. Terdapat 14 langkah dalam sampling
nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo. Ketika melaksanakan
sampling audit nonstatistik, auditor menggunakan pertimbangan untuk
menggeneralisasi dari sampel ke populasi guna menentukan apakah sampel
dapat diterima. Sampling unit moneter adalah metode statistik yang paling
umum untuk pengujian atas rincian saldo. Metode ini mendefinisikan unit
sampling sebagai setiap dolar dalam saldo akun yang tercatat, akibatnya,
akun yang lebih besar lebih mungkin dikmasukkan dalam sampel. Metode
sampling statistik variabel mencakup estimasi perbedaan, estimasi rasio,
dan estimasi rata rata per unit. Metode metode tersebut membandingkan
nilai sampel yang diaudit dengan nilai tercatat untuk mengembangkan
estimasi salah saji nilai akun. Penggunaan sampling variabel diilustrasikan
dengan menggunakan estimasi perbedaan.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai penerapan proses audit pada
siklus penjualan dan penagihan ini, diharapkan kepada para pembaca
sekalian untuk dapat lebih mengerti dan memahami mengenai apa saja akun
– akun yang ada di dalam siklus penjualan dan penagihan, dan bagaimana
proses audit dalam siklus penjualan dan penagihan itu sendiri. Sehingga
kedepannya kita dapat menerapkan segala ilmu yang terkandung di dalam

158
penulisan makalah ini ke dalam dunia nyata yakni dunia kerja yang syarat
akan prinsip professional dan efektifitas.

159
DAFTAR PUSTAKA

Randol, J. Elder. Alvin, A. Arens. Mark, S. Beasley. 2011. Audit dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegritas Jilid 2, Jakarta : ERLANGGA.

160

Anda mungkin juga menyukai