Anda di halaman 1dari 12

RMK PRAKTIKUM AUDIT & PDE

KERTAS KERJA AUDIT DAN MENILAI KEWAJARAN AKUN PENJUALAN DAN


PENAGIHAN PIUTANG

Dosen pengampu : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M.,Ak.,CPA

Disusun oleh :

Kelompok 11

I Dewa Agung Ayu Mega Maharani Martha (1707531075)


Ni Luh Putu Karlina Dewi (1707531079)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020

1
A. ANALISIS PENGENDALIAN INTERN
Secara umum, Pengendalian Internal merupakan rencana, metode, prosedur, dan kebijakan
yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya
efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap
aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.
SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan
menyebutkan lima unsur pokok pengendalian internal:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern,
yang membentuk disiplin dan struktur dan menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
3. Informasi Dan Komunikasi
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam
pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang
lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Bagian dari komponen
informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern yaitu pedoman kebijakan, pedoman
akuntansi, dan pelaporan keuangan, daftar akun dan memo
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan
prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan
untuk mengurangi risiko dalam pencapain tujuan entitas.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu
untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapakan,
dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan
karena terjadinya perubahan keadaan.

2
Pemahaman atas Pengendalian Intern dan Pengujian Pengendalian
Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern
kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang
pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam
kegiatan berikut ini:
1. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan.
2. Salah saji material yang potensial dapat terjadi.
3. Resiko deteksi.
4. Perancangan pengujian substantif.
Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas pengendalian intern, auditor
menemukan adanya kelemahan-kelemahan di dalamnya, auditor bertanggung jawab untuk
memberitahukan penemuannya tersebut kepada manajemen. Atas dasar informasi tersebut
manajemen dapat memperbaiki pengendalian internnya jika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang dikorbankan.
1. Pemahaman atas Pengendalian Intern:
a. Pemahaman atas pengendalian intern.
b. Pemahaman atas lingkungan pengendalian.
c. Pemahaman atas penaksiran resiko.
d. Pemahaman atas informasi dan komunikasi.
e. Pemahaman atas aktivitas pengendalian.
f. Pemahaman atas pemantauan.
2. Pengujian Pengendalian.
Dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu dibedakan antara prosedur pemahaman
atas pengendalian intern dan pengujian pengendalian (test of control). Dalam pelaksanaan
standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian intern dengan
cara mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intern dan informasi apakah
desain tersebut dilaksanakan. Disamping itu, pelaksanaan standar juga mengharuskan
auditor pelakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan
(compliance tests) atau sering disebut dengan pengujian pengendalian (test of control).

3
Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, auditor melakukan tiga macam
pengujian:

a. Pengujian Adanya Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern


Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan
oleh auditor benar-benar ada, auditor melakukan dua macam pengujian:
1) Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.
2) Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.
b. Pengujian Transaksi dengan Cara Mengikuti Pelaksanaan Transaksi Tertentu
Dalam hal ini auditor harus memilih transaksi tertentu kemudian mengikuti
pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai akhir, melalui dokumen-dokumen
yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.
c. Pengujian Tingkat Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern
Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian intern, auditor tidak hanya
berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian intern, namun auditor
juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian intern.
Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap intern pembelian, auditor dapat
menempuh prosedur audit seperti mengambil sampel bukti kas masuk dan memeriksa
kelengkapan dokumen pendukungnya serta tanda tangan pejabat yang berwenang baik
dalam bukti kas keluar maupun dokumen pendukungnya dan melaksanakan pengujian
bertujuan ganda (dual-purpose test), yang merupakan kombinasi antara pengujian yang
tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern (pengujian pengendalian) dan
pengujian yang tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporn
keuangan (pengujian substantif).
Atas dasar hasil pemahaman ini, auditor melakukan perubahan-perubahan pada
program auditnya yaitu dengan cara memperluas prosedur audit pada objek-objek yang
pengendalian internnya lemah. Hanya setelah memperoleh pemahaman atas
pengendalian intern, auditor dapat menyusun program audit yang lengkap dan cocok
dengan objek yang dipaksa. Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern klien
dicantumkan dalam suatu kertas kerja, yang berisi kelemahan dan kekuatan
pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan dan

4
rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian-bagian yang
lemah dalam pengendalian intern.

B. PROSEDUR AUDIT ATAS PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA 


Siklus Penjualan dan Penagihan piutang melibatkan keputusan serta proses yang
diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah
keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan
diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan
- Pesanan pelanggan
- Pesanan penjualan
- Pemroses pesanan - Pesanan pelanggan atau
pelanggan pesanan penjualan
- Pemberian kredit - Dokumen pengiriman
Penjualan - Penjualan piutang usaha - Pengiriman barang - Faktur penjualan
- Penagihan - File transaksi penjualan
pelanggan dan - Jurnal penjualan atau listing
pencatatan penjualan - File induk piutang usaha
- Neraca saldo piutang usaha
- Laporan bulanan
- Remittance advice
- Kas di bank ( debet dari - Pemroses dan - Prelisting penerimaan kas
Penerimaan Kas penerimaan kas ) pencatatan - File transaksi penerimaan kas
piutang usaha penerimaan kas - Jurnal penerimaan kas atau
listing
- Pemroses dan
Retur Dan - Retur dan pengurangan - Memo kredit
pencatatan retur dan
Pengurangan penjualan - Jurnal retur dan pengurangan
pengurangan
Penjualan - Pitang usaha penjualan
penjualan
Penghapusan - Piutang Usaha - Penghapusan piutang - Formulir otorisasi piutang tak

5
Piutang tak - Penyisihan untuk tertagih
usaha tak tertagih
Tertagih piutang tak tertagih - Jurnal umum
- Beban piutang tak
Beban Piutang tak tertagih - Penyediaan piutang
- Jurnal umum
Tertagih - Penyisihan untuk tak tertagih
piutang tak tertagih

Menurut sukrisno agoes (2004:125) prosedur audit ialah “langkah-langkah yang harus
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya dan sangat diperlukan oleh asisten
agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.” Prosedur
audit dilalukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup
untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Sukrisno agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha dan penjulan
sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat top schedule dan supporting schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan
nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent
collections-nya. Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang
muka dan lain-lain, pertanggal neraca.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat  konfirmasi.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi

6
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan
lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent
collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang
diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang
yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca.
Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang
diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank,
dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di indonesia/sak
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

C. KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya dan kesimpulan
yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit. Contoh kertas kerja adalah program
audit hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi,
representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang
dibuat atau diperoleh auditor. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi
dukumentasi yang memperlihatkan:
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.

7
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di terapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten yang cukup sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang
menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang
dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
audit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus
mencerminkan langkah-langkah audit yang ditempuh:
a. Rencana audit
b. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control internal
c. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang
dicapai.
d. Penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
e. Laporan audit
f. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan

Manfaat Kertas Kerja Audit (KKA)


Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas audit, manfaat utama
KKA antara lain:
a. Merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
b. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana
audit.
c. Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit.
d. Menyajikan data untuk keperluan referensi
e. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya

Tujuan Kertas Kerja Audit (KKA)


a. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit kertas kerja.
b. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

8
c. Mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit.
d. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kertas Kerja yang Baik
Ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Lengkap
a. Berisi semua informasi yang pokok, menentukan komposisi semua data penting yang
dicamtumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja harus jelas
dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lengkap, tidak berisi informasi yang
belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab.
2. Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, akuntan harus teliti dalam penulisan dan perhitungan
sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok-pokok saja yang relevan dengan
tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas untuk menghindari
rincian-rincian yang tidak perlu.
4. Jelas
Kejelasan dalam informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu
diusahakan oleh akuntan.
5. Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja akan
membantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan
memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

D. SUBSTANTIVE TES YANG BERKAITAN DENGAN SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN PIUTANG
Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Lima kelompok transaksi dalam siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, yaitu:

9
1. Penjualan (tunai atau kredit)
2. Penerimaan kas
3. Retur dan potongan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Penaksiran kerugian piutang

Terdapat empat langkah penting dalam penilaian, yaitu:


1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian
2. Auditor harus mengidentifikasikan pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan
3. Auditor mengaitkan dengan tujuan
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Pengendalian kunci yang ada pada siklus penjualan antara lain:


1. Pemisahan tugas yang memadai
Dengan ini dapat mencegah jenis salah saji karena kesalahan maupun
kecurangan. Harus ada pemisahan fungsi bagi pegawai yang mengelola
kas dengan yang  mencatat kas, fungsi pemberian kredit harus
dipisahkan dari fungsi penjualan.
2. Otorisasi yang tepat
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci, yaitu:
1) Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan
dilakukan.
2) Barang harus dkirim hanya setelah otorisasi diberikan.
3) Harga juga harus diotorisasi termasuk syarat dasar, ongkos angkut
dan diskon.
Dua pengendalian pertama mencegah hilangnya aktiva akibat
pelanggan fiktif atau pelanggan yang tidak bisa membayar barang yang
dibeli.
3. Dokumen dan catatan yang memadai

10
Harus ada prosedur pencatatan yang memadai sebelum sebagian besar
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.
4. Laporan bulanan
Pengiriman laporan bulanan pada pelanggan mendorong pelanggan
untuk  merespon jika ada saldo yang dikatakan tidak benar. Fungsi ini
harus terpisah dari pengelola kas untuk menghindari kegagalan yang
disengaja mengirimkan laporan itu.
5. Prosedur verifikasi internal
Program komputer atau personil yang independen harus mengecek
bahwa pemrosesan dan pencatatan penjualan memenuhi tujuan audit.
Untuk setiap pengendalian kunci, diperlukan pengujian untuk menilai
keefektifannya. Seperti pengujian pada otorisasi atas kredit, apakah
dilakukan dengan tepat. Keterjadian penjualan juga dapat diuji dengan
memasukan nomor pelanggan yang tidak ada pada aplikasi, apakah
langsung ditolak oleh komputer.
Pada pencatatan penjualan yang terjadi, terdapat tiga kemungkinan
salah saji yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Penjualan dimasukan dalam jurnal sementara pengiriman tidak
pernah dilakukan.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai
penjualan.
Pengujian pengendalian penerimaan kas dan prosedur audit pengujian substantif
transaksi dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama dengan penjualan tetapi tentu
saja tujuan spesifik ditetapkan untuk penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit terkait
transaksi, auditor harus mengikuti proses berikut:
1. Menentukan pengendalian-pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung adanya pengurangan risiko pengendalian
3. Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji salah saji moneter untuk setiap
tujuan

11
Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tidak tertagih adalah
kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang yang sudah tertagih.
Pengendalian utama untuk mencegah penipuan ini adalah otorisasi yang tepat terhadap
penghapusan piutang tidak tertagih oleh manajemen yang ditunjuk setelah melalui investigasi
menyeluruh alasan pelanggan belum membayar atau tidak mampu melunasi piutang tersebut.
Idealnya klien menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi kemungkinan tidak
tertagihnya piutang. Dua pengendalian lainnya adalah :
1. Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti oleh
prsonil manajemen yang tepat.
2. Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada kemungkinan
ditagih.
Bagian audit yang paling terpengaruh oleh pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban
piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.
Noval, Muhammad. 2019. Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing).
Serang:Laksita Indonesia.
Arens,Alvin A,Randall J. Elder,Mark S, Beasly,2008. Auditing dan Jasa Assurance Edisi kedua
belas, Erlangga, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai