Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Auditing II

Dosen Pengampu:

Ana Septiani, S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Fika Ramadhini NPM 18630052

Hendra Ahas Natasya. K NPM 18630046

Mita Nur Indah NPM 18630048

Zamira Salsabila NPM 18630077

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul “Audit Siklus Penjualan
dan Penagihan” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Kewirausahaan. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat
banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Ana Septiani, S.E., M.Si selaku dosen pengampu yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang Tua penulis yang telah memberikan dorongan serta motivasi dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro, Program Studi Akuntansi
yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan proposal ini.

Metro, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Kewirausahaan 3

BAB II PEMBAHASAN 5

2.1 Akun-Akun Dan Kelompok-Kelompok Transaksi Dalam Siklus Penjualan


Dan Penagihan 5

2.2 Fungsi-Fungsi Bisnis yang Ada dalam Siklus Penjualan dan Penagihan
serta Dokumen dan Catatan yang Terkait 5

2.3 Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substansif Transaksi Penjualan 10

2.4 Retur Penjualan Dan Pengurangan Harga 11


2.5 Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Transaksi Penerimaan Kas. 12
2.6 Pengujian Audit Penghapusan Piutang Tak Tertagih 13
2.7 Pengendalian Internal Tambahan terhadap Saldo Akun serta Penyajian dan
Pengungkapan 14
2.8 Dampak Akibat Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 17

3.1 Kesimpulan 17

3.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu perusahaan pada saat didirikan mempunyai visi dan misi yang
berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitumencapai tingkat laba
yang maksimal. Laba yang maksimal dipengaruhi oleh volume penjualan
dalam suatu perusahaan perusahaan. Semakin tinggi volume penjualan
dalam perusahaan, makasemakin besar pula tingkat laba yang akan
diperoleh. Salah satu siklus operasi penting dalam perusahaanyang
mendukung pencapaian tujuan perusahaan ini adalahsiklus penjualan dan
penagihan. Siklus penjualan dan penagihan iniberpengaruh pada perolehan
pendapatan dan laba perusahaan yang nantinya secara tidak langsung akan
berpengaruhpada keberlangsungansuatu perusahaan. Dalam siklus ini
dihasilkanaliran pendapatan yangdigunakan untuk menutupi biaya-biaya
operasional yang dikeluarkan perusahaan dan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Pentingnya siklus ini dalam menjaga keberlangsungan dan
pencapaian tujuan perusahaan, membuat manajemen harus senantiasa
mengawasi dan memantau seluruh kegiatan operasional yang dilakukan
pada siklus penjualan dan penagihan ini. Setiap kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada siklus penjualan dan penagihan ini, baik secara prosedural
maupun sistem seperti ketidaksesuaian jumlah dokumen yang dicetak
(sales order, surat jalan dan invoice); adanya ketidaklengkapan otorisasi pada
dokumen transaksi; dan adanya dokumen transaksi yang tidak bernomor
urut. Kesalahan-kesalahan tersebut dimungkinkan dapat terjadi akibat
kesalahan prosedural ataupun sistem yang dilakukan oleh para karyawan
dalam siklus penjualan dan penagihan perusahaan. Hal tersebut dapat
menghambat kegiatan operasinal dalam perusahaan sehingga mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan. Sistem pengendalian internal yang efektif dan
memadai diperlukan untuk mengawasi dan mencegah terjadinya kesalahan-
kesalahan ataupun penyimpangan tersebut. Sistem pengendalian internal
perusahaan terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang
menggambarkan keseluruhan sikap manajemen, direksi dan pemilik untuk

1
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan perusahaan akan dapat
tercapai. Masalah sistem pengendalian internal ini sepenuhnya berada dalam
tanggung jawab dan kendali manajemen sehingga manajemen dituntut untuk
berhati-hati dalam menangani masalah pengendalian pada siklus penjualan
dan penagihan ini. Pihak manajemen harus dapat bertindak cepat jika terjadi
suatu kesalahan ataupun penyimpangan dalam siklus penjualan dan penagihan
ini untuk mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas suatu sistem pengendalian internal perlu ditunjang dengan adanya
suatu divisi dalam perusahaan yang bertugas untuk menilai efektivitas,
efisiensi dan kualitas kegiatan operasional yang dijalankan perusahaan, divisi
ini disebut audit internal. Tugas auditor internal dalam perusahaan tidak
mudah karena bagian ini dituntut memiliki sikap dinamis, tanggap,
independen, kompeten dan profesional dalam menjalankan tugasnya serta
harus dapat memahami dengan baik setiap prosedur serta kebijakan
perusahaan pada setiap siklus operasi yang ada dalam perusahaan. Pada
dasarnya tujuan audit internal adalah membantu semua tingkatan manajemen
agar tanggung jawab setiap divisi dalam perusahaan tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif. Dalam proses pengauditan yang dilakukan,
auditor internal melakukan pengujian pengendalian (Test Of Control) pada
siklus operasi penting dalam perusahaan. Pengujian pengendalian ini
dilakukan untuk menilai apakah sistem pengendalian internal dalam
perusahaan telah berjalan secara efektif dan memadai sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan ataupun penyimpangan pada
siklus operasi perusahaan. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh
auditor internal dalam melakukan pengauditan yaitu dimulai dengan
melakukan rapat pembuka audit hingga melakukan verifikasi audit. Dalam
rapat pembuka, auditor akan menjelaskan kepada auditee mengenai tujuan
audit, ruang lingkup audit, jadwal audit, tim audit dan dokumen-dokumen
yang dibutuhkan dalam melakukan proses audit. Langkah selanjutnya,
Auditor akan melakukan peminjaman dokumen-dokumen terkait dan
membuat kertas kerja. Kertas kerja yang telah selesai dibuat akan
menjadi acuan dasar bagi auditor untuk melakukan pengujian pengendalian

2
(Test Of Control). Dalam proses pengauditan tersebut, auditor jug harus
melakukan konfirmasi kepada auditee terkait kesalahan-kesalahan yang
mungkin ditemukan. Pada tahap akhir, auditor akan melaporkan hasil audit
kepada auditee dalam rapat penutup audit dan mendiskusikan rekomendasi
audit yang harus dilakukan atas temuan-temuan yang ada, serta melakukan
verifikasi audit untuk memantau apakah rekomendasi audit telah dilaksanakan
oleh audit

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja akun-akun dan kelompok-kelompok transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan?
1.2.2 Fungsi-fungsi bisnis apa saja yang ada dalam siklus penjualan dan
penagihan serta dokumen dan catatan apa yang terkait?
1.2.3 Bagaimana metodelogi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif transaksi penjualan?
1.2.4 Apa itu retur penjualan dan pengurangan harga?
1.2.5 Bagaimana metodelogi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif transaksi penerimaan kas?
1.2.6 Apa itu pengujian audit penghapusan piutang tak tertagih?
1.2.7 Apa yang dimaksud pengendalian internal tambahan terhadap saldo
akun serta penyajian dan pengungkapan?
1.2.8 Dampak apa yang timbul akibat pengendalian dan pengujian substantif
transaksi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi akun-akun dan kelompok-kelompok transaksi dalam
siklus penjualan dan penagihan.
1.3.2 Menggambarkan fungsi-fungsi bisnis yang ada dalam siklus penjualan
dan penagihan serta dokumen dan catatan yang terkait.
1.3.3 Menerapkan metodelogi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif transaksi penjualan.
1.3.4 Untuk mengetahui retur penjualan dan pengurangan harga.
1.3.5 Untuk mengetahui metodelogi untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substansif transaksi penerimaan kas.

3
1.3.6 Untuk mengetahui pengujian audit penghapusan piutang tak tertagih.
1.3.7 Untuk mengetahui pengendalian internal tambahan terhadap saldo
akun serta penyajian dan pengungkapan.
1.3.8 Untuk mengetahui dampak akibat pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akun-Akun Dan Kelompok-Kelompok Transaksi Dalam Siklus


Penjualan Dan Penagihan

Tujuan keseluruhan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk
mengevaluasi saldo-saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. Sifat dari setiap akun dapat
beragam, bergantung pada industri dan klien yang terkait. Terdapat perbedaan
dalam sifat dan arsip-arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan
perusahaan asuransi namun konsep-konsep kuncinya pada dasarnya tetap
sama.
Ada lima kelompok transaksi berikut dalam siklus penjualan dan penagihan:

1. Penjualan tunai dan penjualan kredit.


2. Penerimaan kas.
3. Retur penjualan dan pengurangan harga.
4. Penghapusan piutang tak tertagih.
5. Estimasi beban piutang tak tertagih.

2.2 Fungsi-Fungsi Bisnis yang Ada dalam Siklus Penjualan dan Penagihan
serta Dokumen dan Catatan yang Terkait

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang


diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan
setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh
seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi
piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

5
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan
terkait untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
Kelas Dokumen Dan
Akun Fungsi Bisnis
Transaksi Catatan
Pesanan pelanggan

Pesanan penjualan

Pesanan pelanggan

Pemroses atau pesanan

pesanan penjualan

pelanggan
Dokumen pengiriman

Pemberian
Faktur penjualan
kredit
Penjualan piutang
Penjualan File transaksi
usaha Pengiriman
penjualan
barang

Jurnal penjualan atau


Penagihan
listing
pelanggan dan
pencatatan File induk piutang
penjualan usaha

Neraca saldo piutang


usaha

Laporan bulanan
Penerimaan Kas di bank ( debet Pemroses dan Remittance advice
Kas dari penerimaan kas ) pencatatan
Prelisting penerimaan
piutang usaha penerimaan
kas
kas

File transaksi
penerimaan kas

6
Jurnal penerimaan kas
atau listing
Retur dan Pemroses dan Memo kredit
Retur Dan pengurangan pencatatan
Pengurangan retur dan Jurnal retur dan
penjualan
Penjualan pengurangan pengurangan
Pitang usaha penjualan penjualan
Piutang Usaha Formulir otorisasi
Penghapusan Penghapusan
piutang tak tertagih
Piutang tak piutang usaha
Penyisihan untuk
Tertagih tak tertagih
piutang tak tertagih Jurnal umum
Beban piutang tak
Beban tertagih Penyediaan
Piutang tak piutang tak Jurnal umum
Tertagih Penyisihan untuk tertagih
piutang tak tertagih

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus
memaham fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan.
1. Pemroses pesanan pelanggan
a. Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan
oleh pelanggan.
b. Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan
deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang
dipesan oleh pelanggan.
2. Pemberian kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang memiliki otoritas yang sah harus
menyetujui permohonan kredit dari seorang pelanggan.

3. Pengiriman barang

7
a. Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang,
yang menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang
dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
b. Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan
pegiriman barang antara pembawa dan penjual. Bill of lading
dikirimkan secara elektronik ketika barang telah dikirimkan , dan
secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta
ayat jurnal dalam jurnal penjualan.
4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
a. Semua pengiriman telah ditagih (kelengkapan = completeness).
b. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian
= occurrence).
c. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan =
accuracy) .
d. Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan
kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi,
syarat, dan relevan lainnya.
e. File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang
mencantumkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh
system akuntansi selama suatu periode, seperti sehari, seminggu,
atau sebulan.
f. Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file
transaksi penjualan yang cantumkan biasanya mencantumkan nama
pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi setiap transaksi
seperti divisi atau lini produk.
g. File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk
mencatat penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan
penguragan penjualan bagi setiap pelanggandan untuk
mempertahankan saldo akun pelanggan.

8
h. Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat
atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan
saldo awal piutang usahanya.
5. Pemroses dan pencatatan penerimaan kas
a. Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada
pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada penjual beserta
pembayaran kas.
b. Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas
diterima oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab
untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang tidak
memiliki akses ke catatan akuntansi.
c. Arsip transaksi penerimaan kas. Merupakan arsip yang
dihasilkan oleh komputer yang mencangkup semua transaksi
penermaan kas yang diproses oleh system akuntansi pada suatu
periode tertentu.
d. Daftar atau jurnal penerimaan kas. Adalah daftar atau laporan
yang dihasilkan dari arsip transaksi penerimaan kas serta
mencakup semua transaksi di suatu periode waktu tertentu.
6. Pemerosesan dan pencatatan retur penjualan dan penguragan harga
a. Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan
dari jumlah pelanggan akibat retur barang atau pengurangan
harga.
b. Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang
digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan.
7. Penghapusan piutang usaha tak tertagih
Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan
dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus
suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.
8. Beban piutang tak tertagih. Karena perusahaan tidak dapat berharap
untuk menagih 100% penjualan kredit mereka, prinsip akuntansi
mengharuskan mereka untuk mencatat beban piutang tak tertagih
sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

9
2.3 Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Transaksi Penjualan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami


pengendalian internal untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat
langkah yang penting dalam pengendalian ini yaitu :

1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko


pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

 Selanjutnya, kita akan memeriksa aktivitas pengendalian kunci untuk


penjualan.
1. Pemisahan tugas yang memadai
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat
kesalahan maupun penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah
kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapapun
yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan
dan penerimaan kas ke dalam computer.
2. Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung
pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa
pengujian itu dapat diandalkan untuk mengurangi resiko pengendalian.
3. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya
terbatas pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan
personil. Mencatat penjualan yang terjadi untuk tujuan ini, auditor
harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi:

10
a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak
pernah dilakukan.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat
sebagai penjualan.
Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan.
Konsekuensi potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar
karena akan menimbulkan lebih saji aktiva dan laba.
1. Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen
sumber kejurnal dan penelusuran dari jurnal kembali ke dokumen
sumber. Pengujian pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan
(tujuan kelengkapan). Sementara yang kedua adalah untuk transaksi
yang tidak ada (tujuan keterjadian).
2. Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan
hal – hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan.
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim.
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan
akuntansi.

2.4 Retur Penjualan Dan Pengurangan Harga


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk
memroses memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua
perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah matrealitas. Dalam banyak hal,
retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan
kejadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya auditor
menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan

11
setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur
atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam
menguji saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan
terlalu rendah pada akhir tahun. Secara alami , tujuan lainnya tidak boleh
diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan metodologi untuk mengaudit retur
dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak
dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin
mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika
yang sma untuk mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan
pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna memverifikasi
jumlahnya.

2.5 Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian


Substansif Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti
yang digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian
pengendalian pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas
dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan
untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.
 Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti
proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang
digunakan untuk mendukung pengurangan resiko pengendalian.
3. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah
moneter bagi setiap tujuan.
Bagian yang terpenting dari tanggung jawab auditor dalam mengaudit
penerimaan kas adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
pengendalian internal yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya

12
kecurangan. Berikut ini prosedur audit yang khusus dirancang unruk
membongkar kecurangan:
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat.
Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi auditor adalah ketika
pencurian initerjadi sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas
atau daftar kas lainnya, khususnya jika penjualan dan penerimaan kas
dicatat secara simultan.
2. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua
penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening
bank adalah bukti penerimaan kas (proof of cash receipts). Dalam
pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah
penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan
direkonsiliasi dengan deposito atau setoran actual yang dilakukan ke
bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara keduanya
mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos
lainnya, tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.
3. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang
usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan
dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas dan kemudian
memasukkannya kedalam system computer. Penggelapan ini
sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus
memasukkan penerimaan kas kedalam system. Penggelapan ini dapat
dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan tanggalyang
ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan
kas dan salinan slip setoran terkait.

2.6 Pengujian Audit Penghapusan Piutang Tak Tertagih


Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih
adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan

13
menghapus piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi kejadian). Pengendalian yang penting untuk mencegah
kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak
tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah
melalui penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu
melunasi piutang tersebut. Untuk suatu sampel akun piutang yang dihapus,
juga biasanya penting bagi auditor untuk memeriksa korespondensi di arsip
klien yang mengindikasikan bahwa piutang tersebut memang tidak dapat
ditagih.

2.7 Pengendalian Internal Tambahan terhadap Saldo Akun serta Penyajian


dan Pengungkapan
Jika pengendalian internal untuk kelompok transaksi, seperti lima kelompok
transaksi yang mempengaruhi saldo-saldo akun pada siklus penjualan dan
penagihan disimpulkan efektif dan pengujian substansif transaksi yang terkait
juga mendukung kesimpulan tersebut, maka kemungkinan salah saji dalam
laporan keuangan dapat berkurang. Pengendalian internal yang berkaitan
secara langsung dengan pengendalian internal serta penyajian dan
pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum teridentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif
transaksi.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut akan berpengaruh pada
tujuan terkait saldo nilai realisasi dan hak dan kewajiban serta empat tujuan
penyajian dan pengungkapan. Nilai realisasi merupakan tujuan audit terkait
saldo yang penting untuk akun piutang dagang karena ketertagihan piutang
sering kali merupakan unsur utama dari suatu laporan keuangan. Nilai realisasi
ini juga menjadi masalah pada sejumlah kasus hukum yang melibatkan para
auditor. Sehingga, auditor umumnya menetapkan risiko bawaan yang tinggi
untuk tujuan nilai realisasi ini. Idealnya, klien menerapkan beberapa
pengendalian internal untuk mengurangi kemungkinan ketidaktertagihan
piutang. Dua pengendalian lainnya yang perlu diterapkan adalah:

14
1. Penyusunan neraca saldo umur piutang dagang untuk dikaji ulang dan
ditindak lanjuti oleh personel manajemen yang tepat.
2. Kebijakan penghapusan piutang ketika piutang tersebut kemungkinan
besar tidak dapat tertagih.

Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan jarang menjadi masalah
yang signifikan untuk akun piutang dagang. Sehingga, memiliki personel
akuntansi yang komponen biasanya sudah merupakan pengendalian yang
cukup memadai untuk tujuan tersebut.

2.8 Dampak Akibat Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi


Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap
pengujian substansif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling
dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas
transaksi dalam dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang
usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak
tertagih.
Lebih lanjut, jika hasil pengujian tersebut tidak memuaskan, maka penting
untuk melakukan pengujian substansif transaksi tambahan untuk penjualan,
retur penjualan dan pengurangan harga, penghapusan piutang tak tertagih serta
pemrosesan penerimaan kas. Auditor perusahaan publik juga harus
mempertimbangkan dampak dari hasil pengujian yang tidak memuaskan pada
audit pengendalian internal laporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substansif
transaksi, auditor harus menganalisa setiap pengecualian yang ditemukan, baik
untuk audit perusahaan publik maupun nonpublik, untuk menentukan
penyebab dan dampak dari pengecualian tersebut terhadap penilaian resiko
pengendalian, yang dapat berpengaruh pada risiko deteksi dan pengujian
susbtansif lainnya.
Pengaruh yang paling signifikan yang merupakan akibat dari pengujian
pengendalian dan pengujian susbtansif transaksi dalam siklus penjualan dan

15
penagihan adalah pada konfirmasi piutang dagang. Jenis konfirmasi, ukuran
sampel, dan penentuan waktu pengujian semuanyaakan terpengaruhi

BAB III

16
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian


pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan,
penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha
tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.

Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan


pengujian substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi
dan mencakup langkah – langkah berikut :
1. Memahami pengendalian internal.
2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan.
3. Menentukanluas pengujian pengendalian.
4. Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas
transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi,
auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan
sebagai senjata untuk mengurangi resiko pengendalian. Pertama, auditor
mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk setiap tujuan, auditor
kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.

Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas
transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat
dengan benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas
transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai,
auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format
kerja.
3.2 Saran

17
3.2.1 Saran untuk masyarakat.
Berdasarkan makalah yang kami tulis, maka kami menyarankan agar
masyarakat dapat memahami tentang materi Audit Siklus Penjualan
dan Penagihan pada makalah ini.
3.2.2 Saran untuk penulis.
Setelah menguraikan permasalahan demi permasalahan, maka kami
menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat
dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam
pembahasannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

18
Elder, Randal J.dkk;2008;Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu
(Adaptasi Indonesia);Jakarta;Salemba Empat.

19

Anda mungkin juga menyukai