Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
pertolongannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran di
Universitas Airlangga dalam rangka memenuhi tugas di perguruan tinggi yang
berkaitan dengan beban pembelajaran. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentunya banyak kekurangan, kata atau kalimat dan tata
letak. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, penulis dan mahasiswa.
Surabaya, 27 Agustus
2019
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
dengan hal itu, SPT berikut semua lampirannya harus diisi oleh wajib pajak secara
benar, lengkap dan jelas. Namun tidak semua wajib pajak bisa melaksanakannya
dengan baik, entah disengaja maupun tidak.
Merujuk pada ketentuan Pasal 15 ayat (1) UU KUP, Direktur Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sebelum tahun 2008 dan 5
(lima) tahun mulai tahun 2008 sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya masa
pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, apabila diketemukan data baru atau
data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang. Pemeriksaan ulang dan penerbitan SKPKBT hanya dapat
dilakukan apabila fiskus menemukan data baru atau data yang semula belum
terungkap dalam pemeriksaan terdahulu (pemeriksaan yang telah dilakukan
sebelumnya dan menjadi dasar penerbitan SKP). Tanpa adanya novum atau data
yang semula belum terungkap, fiskus tidak boleh melakukan pemeriksaan ulang,
apalagi sampai menerbitkan SKPKBT.
Dalam hal penerbitan SKPKBT tidak didasarkan pada data baru (novum),
wajib pajak dapat melakukan upaya hukum terhadap keputusan tersebut. Wajib
pajak dapat mengajukan keberatan atas SKPKBT tersebut atau Gugatan (setelah
UU KUP No 28 Tahun 2007). Selanjutnya apabila belum puas atas putusan
keberatan maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding.
4
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Merujuk pada ketentuan Pasal 15 ayat (1) UU KUP, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sebelum
tahun 2008 dan 5 (lima) tahun setelah tahun 2008 sesudah saat terutangnya
pajak, berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak,
apabila diketemukan data baru atau data yang semula belum terungkap
yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
7
Orang Pribadi Tahun Pajak 1996 yang dilaporkan dan telah diterbitkan
SKPKBT pada tahun 1998: Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKBT PPh
Orang Pribadi Tahun Pajak 1996 paling lambat pada akhir tahun 2006,
dengan syarat SKPKBT tersebut berdasarkan temuan novum yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
8
II.3. Data Baru atau Novum
9
Tahun 1999 fiskus mendapatkan data berupa Bukti Pemotongan PPh pasal
23 atas penghasilan sewa mobil yang dipotong oleh PT. Maju Perkasa.
Dalam Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 itu disebutkan penghasilan bruto
sewa mobil yang diperoleh Pak Marto sebesar Rp15.000.000, telah
dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 6% atau sebesar Rp900.000 (misal
terjadi dalam kurun waktu berlakunya KEP-59/PJ.1/1996). Apa yang
dilakukan fiskus dengan adanya Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 tersebut?
Pak Marto terbukti tidak melaporkan penghasilan sewa mobil yang telah
diperoleh pada tahun 1996 sebesar Rp15.000.000 di dalam SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 1996. Pada saat dilakukan pemeriksaan
atas SPT PPh tahun pajak 1996, Pak Marto juga tidak memberikan data
atau mengungkapkan mengenai adanya penghasilan sewa mobil yang
belum dilaporkan di SPT PPh-nya. Dengan demikian, Bukti Pemotongan
PPh Pasal 23 yang dibuat oleh PT. Maju Perkasa dapat dipergunakan
sebagai data baru (novum) untuk melakukan pemeriksaan ulang dan
menjadi dasar penerbitan SKPKBT PPh Orang Pribadi tahun pajak 1996
kepada Pak Marto.
Dari contoh tersebut jelas bahwa data baru atau novum merupakan
data yang belum pernah dilaporkan oleh Wajib Pajak di SPT dan belum
pernah diungkapkan sama sekali dalam pemeriksaan pajak yang
sebelumnya telah dilakukan oleh fiskus.
10
a. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dala SPT beserta lampirannya
(termasuk laporan keuangan); dan atau
11
o Perjalanan wisata direksi dan keluarga yang semestinya non-
deductible dicatat pada akun perjalanan dinas.
12
atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan.
13
Berdasar novum tersebut fiskus melakukan pemeriksaan ulang dan
misalnya tidak ada koreksi fiskal selain penghasilan sewa mobil yang
tercantum dalam Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, maka perhitungan
SKPKBT menjadi sebagai berikut:
Kredit Pajak
Keterangan:
14
1. Contoh kasus terjadi pada tahun pajak 1996, sehingga penghitungan
PPh terutang menggunakan tarif berdasarkan Pasal 17 UU Nomor 7
Tahun 1983 yang telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1994.
15
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
1. SKPKBT PPh Pasal 26 Tahun 1998 yang diterbitkan oleh fiskus dari
Karikpa tidak memiliki dasar hukum. Hal ini karena SKPKBT tersebut,
diterbitkan berdasarkan hasil penelitian kembali atas SKPKB yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh KPP tempat kedudukan Wajib Pajak.
SKPKBT hasil pemeriksaan ulang hanya dapat diterbitkan apabila
terpenuhi syarat formal berikut:
16
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
17
DAFTAR PUSTAKA
18