Anda di halaman 1dari 21

M

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PERUBAHAN NILAI 2

Unttuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Perpajakan

Dosen
en Pembimbing:
Pe Megania Kharisma, M. Akk

Disusun Oleh:
1. Fitri Novita 63210780
2. Siti Fatimah 63210529
3. Fabio Nesta 63210892

FAKUL
ULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITA
AS BINA SARANA DAN INFORMA
ATIKA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah kami mengenai dasar
Perpajakan ke-II dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Ibu Megania
Kharisma,M.Ak pada mata kuliah Perpajakan. Makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca mengenai dasar-dasar perpajakan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Megania Kharisma, M.Ak


selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan pembahasan pada materi dasar-
dasar perpajakan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
sudah bekerja sama sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon maaf apabila terdapat penulisan kalimat atau kata yang kurang sesuai,
dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
1.3 MANFAAT DAN TUJUAN.................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................3
2.1 Pengertian Faktur Pajak........................................................................................4
2.1.1 Faktur Pajak...............................................................................................4
2.1.2 Faktur Pajak Sederhana............................................................................6
2.2 Saat Pembuatan Faktur Pajak...............................................................................8
2.3 Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Yang
Hilang.................................................9
2.4 Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Yang Rusak Atau Cacat Atau Salah
Dalam Pengisian Atau Salah Dalam Penulisan ...................................................9
2.5 Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Sehubungan Dengan Pembayaran
Dalam Mata Uang Asing Oleh Pemungut Ppn ..................................................10
2.6 LARANGAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK..................................................11
2.7 CONTOH FAKTUR PAJAK.............................................................................11
2.7.1 FAKTUR PAJAK STANDAR .............................................................11
2.8 PAJAK MASUKAN & PAJAK KELUARAN..................................................17
2.9 PENGKREDITAN PM (1) ................................................................................18
2.9.1. Syarat Formal ...........................................................................................18
2.9.2. Syarat Material..........................................................................................18
2.10. PENGKREDITAN PM (2) ..............................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap
perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak. Karena tujuan dari
manajemen pajak yang bersifat ekonomis, efektif, dan efisien. Dengan menyusun
perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dan segala hal
yang mengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak. Salah satunya adalah
dengan melakukan manajemen pajak padla Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dalam
melakukan manajemen pajak yang harus diperhatikan ialah tidak melanggar peraturan
yang berlaku, secara bisnis reasonable, dan didukung dengan bukti-bukti yang
kuat.Agar pengelolaan faktur pajak dilakukan dengan baik maka diperlukan koordinasi
bagian pajak dengan bagian-bagian lain yang terkait dengan penerbitan dan penerimaan
faktur pajak. Pengelolaan faktur pajak dapat dilakukan dengan cara memastikan atau
menjaga Faktur Pajak tidak cacat.
Jika melakukan pembelian barang atau pemakaian jasa maka terdapat Pajak Masukan,
sehingga menerima Faktur Pajak. Faktur Pajak yang diterima tersebut harus diteliti.
apabila cacat mala faktur pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan Untuk
mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan cara apabila menerima faktur pajak yang
cacat, sesegera mungkin untuk dikembalikan agar dapat diganti dengan faktur pajak
yang tidak cacat.Dalam hal melakukan penjualan barang atau pemberian jasa maka
terdapat Pajak Keluaran, sehingga menerbitkan Faktur Paja. Faktur Pajak yang
diterbitkan harus dihindari dari kecacatan karena apabila cacat maka dikenakan sanksi
sebesar 2% dari DPP. Untuk mengatasi hal apabila menerbitkan faktur pajak yang cacat,
agar sesegera mungkin menerbitkan faktur pajak pengganti.
Pemberlakuan faktur pajak manual, kantor pajak memberikan kebebasan kepada PKP
(Pengusaha Kena Pajak) baik OP (Orang Pribadi) maupun Badan untuk membuat faktur
pajak sendiri dan membuat nomor faktur sendiri. Dari kebijakan itulah timbul
permasalahan, salah satunya adalah satu PKP menerbitkan faktur pajak dengan satu
nomor faktur untuk beberapa pembelinya (lawan transaksi). Sehingga kantor pajak

1
beralih ke sistem yang berbentuk elektronik. sistem berbentuk elektronik yang
dimaksud adalah e-Nofa (elektronik nomor faktur). Di dalam e-Nofa kantor pajak mulai
menertibkan nomor faktur yang akan dipakai oleh PKP. sehingga nomor faktur
Hendratno, staff KPP Pratama Batu) sudah tidak bisa dibuat sendiri oleh PKP
melainkan kantor pajak yang berhak menerbitkan nomor faktur sesuai dengan jatah
nomor yang diberikan. (Yuli Tahun 2015, Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
memberlakukan faktur pajak berbentuk elektronik (e-faktur) bagi seluruh PKP di pulau
Jawa dan Bali yang berlaku mulai tanggal 1 Juli 2015. Pemberlakuan e-faktur pajak
digunakan untuk melakukan tertib administrasi nomor faktur dan faktur pajak yang
dikeluarkan. sebanyak 254.095 PKP atau sebesar 53,67% yang terdaftar di pulau Jawa
Bali. Hingga akhir Juni 2015, terdata 89.857 PKP atau 64,43% dari total PKP Jawa Bali
yang membuat faktur pajak dan sudah memiliki sertifikat. Dari jumlah tersebut terdapat
84.022 PKP atau 60,18%.Manfaat bagi pengusaha yang menggunakan e-faktur adalah
tanda tangan basah bisa digantikan tanda tangan elektronik, e-faktur pajak tidak harus
dicetak, aplikasi faktur pajak juga dapat membuat SPT (Surat Pemberitahuan) Masa
PPN sehingga PKP tidak perlu lagi membuatnya sendiri, pengusaha dapat meminta
nomor seri faktur pajak melalui situs pajak dan tidak perlu lagi datang ke KPP (Kantor
Pelayanan Pajak). Sesuai dengan pasal 11 ayat (4) PMK Nomor: 151/PMK.03/2013
diatur bahwa PKP yang diwajibkan membuat e-faktur namun tidak membuat atau
membuat e-faktur namun tidak mengikuti tata cara yang telah ditentukan, maka PKP
tersebut dianggap tidak membuat faktur pajak. Oleh karena itu, PKP dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2 % dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak), sesuai
dengan pasal 14 ayat (4) Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
Nomor 28 tahun 2007.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan Faktur ?
2. Hal - hal apa yang dimuat dalam faktur ?
3. Sebutkan jenis - jenis faktur ?
4. Sebutkan fungsi dari faktur ?

2
1.3 MANFAAT DAN TUJUAN
Untuk mengetahui kegunaan faktur dalam kehidupan sehari – hari dan dalam dunia
kerja atau bisnis . serta untuk memperkuat transaksi yang terjadi antara penjual dan
pembeli apabila terjadi kesalahan dalam berbisnis .

3
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN FAKTUR PAJAK


2.1.1 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP), atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak
yang digunakan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.Faktur Pajak dapat berupa Faktur
Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana, atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai
Faktur Pajak Standardan Faktur Penjualan yang dapat dipersamakan dengan Faktur
Pajak Standar. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Bentuk dan ukuran Faktur Pajak Standar disesuakan dengan kepentingan PKP.
b. Setiap Faktur Pajak Standar harus menggunakan Kode Faktur Pajak yang diberikan
oleh Kepala KPP kepada Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP.
c. Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP
atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat :
1) Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
2) Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
3) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
4) PPN yang dipungut;
5) PPn BM yang dipungut;
6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7) Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
d. Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu :
Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagai
bukti Pajak Masukan.
Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar
sebagai bukti Pajak Keluaran.
Dalam hal Faktur Pajak Standar dibuat lebih dari rangkap dua, maka harus
dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang

4
bersangkutan.
e. Dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu
Faktur Pajak, maka PKP dapat membuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing-
masing diisi secara lengkap.
f. Sebelum PKP menerbitkan Faktur Pajak Standar diharuskan melaporkan Nomor Seri
Faktur Pajak Standar yang akan digunakan kepada Kepala KPP di tempat PKP
dikukuhkan.
g. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan
ketentuan pada huruf c. di atas dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak Standar.
h. PKP yang menggunakan Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak Standar harus
memberitahukan kepada Kepala KPP di tempat PKP dikukuhkan untuk mendapatkan
Kode Faktur Pajak.
i. Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau
penulisan, atau yang hilang, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut
dapat membuat Faktur Pajak Standar Pengganti. Tata cara penggantian dan
pembetulan Faktur Pajak Standar dapat dilihat pada Seri PPN – 05.

Catatan :

Tata cara penggunaan Faktur Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang mengalami
perubahan NPWP karena Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak:
*PKP masih dapat menggunakan NPWP serta Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak lama sampai dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) baru menerbitkan
Surat Pemberitahuan Perubahan Kode dan Nama KPP;
*PKP wajib melaporkan secara tertulis jumlah Faktur Pajak yang belum
digunakan pada tanggal 1 Mei 2002 kepada KPP yang baru dengan cara
melaporkan Nomor Seri Faktur Pajak yang belum digunakan tersebut, paling
lambat tanggal 1 Juni 2002.
*Faktur Pajak yang masih tersisa pada akhir Masa Pajak Desember 2002 harus
dimusnahkan dengan membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani

5
PKP yang bersangkutan dan dilaporkan kepada KPP yang baru paling lambat
tanggal 6 Januari 2003.

2.1.2. Faktur Pajak Sederhana


Faktur Pajak Sederhana adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP untuk
menampung kegiatan penyerahan BKP dan atau JKP yang dilakukan secara langsung
kepada konsumen akhir dan pembeli BKP atau penerima JKP yang tidak diketahui
identitasnya.

Pembuatan Faktur Pajak Sederhana harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


a. Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur Penjualan,
segi cash register, karcis, kuitansi, yang dipakai sebagai tanda bukti
penyerahan atau pembayaran atas penyerahan BKP atau JKP oleh PKP yang
bersangkutan.
b. Faktur Pajak Sederhana dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap dua:
- Lembar ke-1 : Untuk pembeli BKP/ penerima JKP
- Lembar ke-2 : Untuk arsip PKP yang bersangkutan.
Faktur Pajak Sederhana dianggap telah dibuat rangkap dua atau lebih dalam hal
Faktur Pajak Sederhana tersebut dibuat dalam satu lembar yang terdiri dari dua
atau lebih bagian atau potongan yang disediakan untuk disobek atau dipotong,
seperti yang terjadi pada karcis
c. Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus memuat :
1) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
2) Jenis dan kuantum BKP atau JKP yang diserahkan;
3) Jumlah Harga Jual atau Peggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya pajak
dicantumkan secara terpisah;
4) Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.
Faktur Pajak Sederhana yang tidak memenuhi kriteria tersebut, merupakan
Faktur Pajak yang tidak lengkap.
d. Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli BKP atau

6
penerima JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.
e. Faktur Pajak Standar yang diisi tidak lengkap bukan merupakan Faktur Pajak
Sederhana

Dokumen Tertentu yang Ditetapkan Sebagai Faktur Pajak Standar


Dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar paling sedikit harus
memuat :
a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen;
b. Nama dan alamat penerima dokumen;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam hal penerima dokumen adalah
sebagai WP Dalam Negeri;
d. Jumlah satuan barang apabila ada;
e. Dasar Pengenaan Pajak;
f. Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.

Dokumen-dokumen tersebut di bawah ini sepanjang memenuhi persyaratan


sebagaimana tersebut di atas diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, yaitu :
a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri surat setoran pajak dan
atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
impor Barang Kena Pajak;
b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat yang
berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB
tersebut;
c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/ dikeluarkan oleh
BULOG/ DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
d. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/ dikeluarkan oleh
Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM;
e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
f. Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang

7
dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas
pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean;
h. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa
kepelabuhan;
i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.

2.2 Saat Pembuatan Faktur Pajak


a. FAKTUR PAJAK STANDAR

Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat :


- Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan atau
penyerahan keseluruhan JKP dalam hal pembayaran diterima setelah bulan
penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP, kecual pembayaran
terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka Faktur Pajak Standar harus
dibuat paling lambat pada saat penerimaan permbayaran; atau
- Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan BKP dan atau sebelum penyerahan JKP; atau
- Pada saat pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau
- Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN.

FAKTUR PAJAK GABUNGAN

Faktur Pajak Gabungan yang merupakan Faktur Pajak Standar harus dibuat
paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan
atau JKP.
c. FAKTUR PAJAK SEDERHANA

Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat :

8
-Penyerahan BKP atau saat penyerahan JKP, atau
-Pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP
atau JKP.

2.3 TATA CARA PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK YANG HILANG


Atas Faktur Pajak Standar yang hilang dapat dilakukan penggantian dengan cara
sebagai berikut :
a. PKP Pembeli mengajukan permohonan tertulis kepada PKP Penjual dengan
tindasan kepada KPP setempat dimana PKP Pembeli dan PKP Penjual
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Berdasarkan permohonan dari PKP Pembeli, PKP Penjual membuat copy dari
arsip Faktur Pajak Standar yang disimpan oleh PKP Penjual untuk dilegalisir
oleh KPP tempat PKP Penjual dikukuhkan.Copy dibuat rangkap 2 (dua) yaitu
:
-Lembar ke-1 : Diserahkan ke PKP Pembeli melalui PKP Penjual, sebagai
pengganti Faktur Pajak Standar yang hilang.
-Lembar ke-2 : arsip
c. Legalisir diberikan oleh KPP tempat PKP Penjual dikukuhkan setelah meneliti SPT
Masa PPN dari PKP Penjual tersebut.
d. KPP tempat PKP Pembeli dikukuhkan, wajib melakukan penelitian atas SPT Masa
PPN dari PKP Pembeli, apakah Faktur Pajak yang dilaporkan hilang tersebut telah
dikreditkan sebagai Pajak Masukan atau belum.

2.4 TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK STANDAR YANG


RUSAK ATAU CACAT ATAU SALAH DALAM PENGISIAN ATAU
SALAH DALAM PENULISAN
- Atas permohonan PKP pembeli Faktur Pajak yang rusak atau cacat atau salah dalam
pengisian atau salah dalam penulisan, PKP Penjual dapat membuat Faktur Pajak
Standar pengganti.

9
- Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah dalam pengisian
atau salah dalam penulisan, tidak diperkenankan dengan cara menghapus atau
mencoret atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat Faktur Pajak pengganti.
- Penerbitan Faktur Pajak Standar pengganti dilaksanakan seperti halnya pembuatan
Faktur Pajak Standar biasa.
- Faktur Pajak Standar pengganti diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya dan
dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah dalam
pengisian atau salah dalam penulisan tersebut.
- Pada Faktur Pajak Standar pengganti dibubuhkan cap yang mencantumkan Nomor
Seri, Kode dan tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut.
- Faktur Pajak Standar pengganti dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak
yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak Standar yang diganti.
- Penerbitan Faktur Pajak Standar pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk
membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan
Faktur Pajak tersebut.

2.5 TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK STANDAR


SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN DALAM MATA UANG ASING
OLEH PEMUNGUT PPN
-PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak Standar pada saat melakukan penagihan
kepada Pemungut PPN dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut SK. Menkeu
pada saat pembuatan Faktur Pajak.
-Besarnya PPN yang terutang harus dikonversi kedalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs yang berlaku menurut SK. Menkeu pada saat dilakukan
pembayaran oleh Pemungut PPN.
-Dalam hal kurs pada saat pembuatan Faktur Pajak berbeda dengan kurs yang berlaku
pada saat pembayaran, maka Pemungut PPN dapat membetulkan Faktur Pajak Standar
yang telah diajukan oleh PKP Rekanan dengan menyesuaikan jumlah uang, baik Dasar
Pengenaan Pajak maupun PPN dan PPn BM yang terutang dengan mencoret angka
yang akan diperbaiki dan mencantumkan angka yang seharusnya serta membubuhkan

10
paraf disamping angka yang diperbaiki tersebut ( tidak boleh dihapus atau ditip-ex)

2.6 LARANGAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK


Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilarang membuat Faktur Pajak.
2.7 CONTOH FAKTUR PAJAK
2.7.1 FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: XXXXX-052
Pengusaha Kena Pajak

Nama : PT ABC

Alamat : Jalan D No. 1

NPWP : 01.XXX.XXX.X – 052.000

Tanggal Pengukuhan PKP : 1 April 2001


Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak

Nama : PT XYZ

Alamat : Jalan W No. 2

NPWP : 01.XXX.XXX.X – 021.001


No. Nama Barang Kena Pajak/ Harga
Jual/Penggantian/Uang
Urut Jasa Kena Pajak
Muka/Termijn
Valas *) Rp.
1. Uang Muka atas pembelian 100 unit barang “G” 2.000.000,00
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn 2.000.000,00
Dikurangi Potongan Harga
Dikurangi Uang Muka yang telah diterima

11
Dasar Pengenaan Pajak 2.000.000,00
PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak 200.000,00
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Tarif DPP PPn BM Jakarta, 5 April 2001
………% Rp…………................ Rp………….....

………% Rp…………................ Rp………….....

………% Rp…………................ Rp………….....


Amir
………% Rp…………................ Rp………….....
---------------
Jumlah Rp………….....
Direktur

Catatan:

Kurs: Rp................../.................

*) Diisi apabila penyerahan menggunakan mata uang asing

**) Coret yang tidak perlu

NOTA RETUR
A. PENGEMBALIAN BARANG KENA PAJAK DAN PEMBUATAN NOTA
RETUR
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) atas penyerahan Barang Kena Pajakyang dikembalikan (retur), dapat
dikurangkan dari PPN dan PpnBM yang terutang dalam masa pajak yang sama.
2. Dalam hal terjadi pengembalian Barang Kena Pajak, maka pembeli harus

12
membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada PKP penjual, kecuali diganti
dengan BKP yang jenisnya, tipenya, jumlahnya dan harganya sama.
3. Nota Retur sekurang-kurangnya harus mencantumkan :
a. Nomor urut;
b. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan;
c. Nama, alamat, dan NPWP pembeli;
d. Nama, alamat, NPWP, yang menerbitkan Faktur Pajak;
e. Jenis barang dan harga jual BKP yang dikembalikan;
f. PPN atas BKP yang dikembalikan;
g. PPn BM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan;
h. Tanggal pembuatan Nota Retur;
i. Tanda tangan pembeli.

4. Dalam hal Nota Retur tidak selengkapnya mencantumkan keterangan


sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas maka tidak dapat diperlakukan
sebagai Nota Retur sehingga tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual
atau Pajak Masukan, atau harta, atau biaya bagi pembeli.
5. Nota Retur dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 2 (dua) :
-lembar ke-1 : untuk PKP penjual
-lembar ke-2 : untuk arsip pembeli
6. Nota Retur harus dibuat dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak
terjadinya pengembalian BKP.
7. Bentuk dan ukuran Nota Retur dapat disesuaikan dengan kebutuhan administrasi
pembeli.

B. PENGEMBALIAN BARANG KENA PAJAK YANG TIDAK DIBUATKAN NOTA


RETUR

13
Dalam hal pengembalian Barang Kana Pajak terjadi masih dalam Masa Pajak yang sama
dengan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, tidak harus ditatausahakan
sebagai pengembalian BKP, melainkan dapat ditatausahakan sebagai pembatalan atau
perbaikan atas penyerahan berikut Faktur Pajak yang bersangkutan.Dengan demikian
tidak perlu dibuatkan Nota Retur.
C. PELAPORAN NOTA RETUR DALAM SPT MASA PPN

Nota Retur yang dibuat oleh pembeli dan yang diterima oleh PKP penjual harus
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, agar dapat mengurangi PPN/ PPn BM yang telah
dilaporkan dalam SPT Masa PPN sebelumnya.
1. Pengurangan PPN dan PPN BM oleh PKP penjual dilakukan dalam Masa Pajak yang
sama dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur.
2. Dalam hal Nota Retur belum dapat diperhitungkan dalam Masa Pajak yang sama
dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur, maka Nota Retur dapat diperhitungkan oleh
PKP penjual dalam Masa Pajak diterimanya Nota Retur tersebut.
3. Pengurangan PPN dan PPn BM, harta, atau pengurangan biaya oleh pembeli dilakukan
dalam Masa Pajak dibuatnya Nota Retur.
D. NOTA RETUR MENGURANGI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI/ HARTA/ BIAYA

Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikan oleh
pembeli mengurangi :
1. Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual, sepanjang Faktur Pajak (Faktur
Pajak Standar atau Faktur Pajak Sederhana) atas penyerahan Barang Kena Pajak
tersebut telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
2. Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli, sepanjang Pajak Masukannya
dapat dikreditkan dan telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
3. Harta atau biaya bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli, dalam hal Pajak Masukannya
tidak dapat dikreditkan dan telah dikapitalisasi atau telah dibebankan sebagai biaya.
4. Harta atau biaya bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak.

14
E. NOTA RETUR MENGURANGI PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH/
HARTA / BIAYA

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas penyerahan Barang Kena Pajak Yang
Tergolong Mewah yang dikembalikan oleh pembeli mengurangi :
1. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan dan menyerahkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah,
sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah
tersebut telah tercantum dalam Faktur Pajak Standar dan telah dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa PPN.
2. Harta atau biaya bagi Pengusaha Kena Pajak yang bertindak sebagai pembeli.
3. Harta atau biaya bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak.

15
16
FAKTUR PAJAK
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 PerMenKeu No. 151/PMK.03/2013

Faktur Pajak berbentuk :

 Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) yaitu Faktur Pajak yang dibuat secara
elektronik sesuai PerDirJen Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak
yang berbentuk elektronik, untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak
 Faktur Pajak berbentuk Kertas (hardcopy) yaitu Faktur Pajak yg dibuat tdk scr
elektronik berdasarkan PerDirJen Pajak utk setiap penyerahan dan/atau ekspor
BKP dan/atau penyerahan dan/atau ekspor JKP

Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak

Berbentuk Elektronik diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
16/PJ/2014 Jo. PER31/PJ/2017

Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014

2.8 PAJAK MASUKAN & PAJAK KELUARAN


Berdasarkan UU PPN Pasal 1 ayat 24, yang dimaksud dengan Pajak Masukan adalah
PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan BKP
dan / atau JKP dan / atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean
dan / atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan / atau Impor BKP Berdasarkan
UU PPN Pasal 1 ayat 25, yang dimaksud dengan Pajak Keluaran adalah PPN terutang
yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP,
penyerahan JKP, Ekspor BKP berwujud, Ekspor BKP tidak berwujud dan / atau JKP

17
2.9 PENGKREDITAN PM (1)
Persyaratan umum PM dapat dikreditkan

2.9.1 Syarat Formal :


a) Tercantum dalam faktur pajak standar atau dokumen yang diperlakukan
sebagai FP standar;
b) Belum dilakukan pemeriksaan
2.9.2 Syarat Material
a) Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;
b) Belum dibebankan sebagai biaya

UU PPN Pasal 9 ayat 2 menyatakan bahwa Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak
dikreditkan dgn Pajak Keluaran dalam masa pajak yang sama

2.10 PENGKREDITAN PM (2)

UU PPN Pasal 9 ayat 2b menyatakan bahwa Pajak Masukan yang dikreditkan harus
menggunakan Faktur Pajak yg memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
UU PPN Pasal 13 ayat 5 dan ayat 9

UU PPN Pasal 9 ayat 3 menyatakan bahwa Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak
Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak
Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak UU PPN Pasal 9 ayat
4 menyatakan bhw Apabila dlm suatu masa pajak, Pajak Masukan yg dpt dikreditkan
lebih besar dari pada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yg
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.

18

Anda mungkin juga menyukai