Anda di halaman 1dari 18

SELF MANAGEMENT

Dosen Pengampu : Muhimmatul Hasanah, S.Psi., MA.

Mata Kuliah : Modifikasi Perilaku

Disusun oleh :

Liset Ayuni 190701004

Zahralula Fadia 190701030

Lailiyah Munaiyiroh 190701031

Marshella Ayu Sahari 190701035

Oppie Lily OH 190701042

Ahmad Nur Hidayat 180701071

Ach. Rizal Firdaus 16711029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2020 - 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat-kan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Maksud dan tujuan kami menyelesaikan tugas makalah ini ialah tak lain
untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Modifikasi
Perilaku serta merupakan tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, dimana kami sadar
bahwasannya kami-pun hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘Azza Wa Jalla,
sehingga dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti guna evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
pembuatan tugas makalah ini ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca maupun bagi seluruh mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Gresik.

Gresik, 30 April 2021

i
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar.......................................................................................................i

Daftar isi................................................................................................................ii

Bab I : Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2

Bab II : Pembahasan..............................................................................................3

2.1 Pengertian self - management...............................................................3


2.2 Self – management sebagai suatu strategi modifikasi perilaku............4
2.3 Jenis – jenis strategi self – management...............................................5
2.4 Teknik self – management....................................................................7
2.5 Proses self – management.....................................................................7
2.6 Contoh & analisis kasus........................................................................7
2.7 Intervensi Self – management..............................................................10

Bab III : Penutup...................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...........................................................................................14

Daftar pustaka........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat merubah peserta didik, dalam hal
ini siswa diinginkan berubah ke arah yang lebih baik. 18 Nilai Karakter di
rumuskan oleh kementrian pendidikann nasional yang ingin di tanamkan pada
setiap siswa yang merupakan suatu upaya menumbuhkan karakter bangsa
diantaranya Bertanggung Jawab, Peduli Sosial, Peduli lingkungan, gemar
membaca, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, memiliki rasa ingin tahu, nasionalis, cinta tanah air, menghargai
prestasi, cinta damai, dan komunikatif. Hal lain yang lebih parah jika siswa tidak
memiliki nilai – nilai ini maka siswa tersebut berpotensi besar memiliki masalah
di masa depan dan tidak dapat menyelesaikan masalah pribadinya secara mandiri.
Konseling behavioral termasuk merupakan adaptasi dari aliran psikologi
behavior yang berfokus pada perilaku seseorang yang terlihat jelas, dan juga
merupakan suatu model konseling yang pendekatannya berfokus pada perubahan
tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan prinsip pembiasaan lewat
pembelajaran. Dalam hal ini peran konselor secara aktif dan reaktif menggunakan
segala ilmu yang dimilikinya untuk menemukan solusi menolong kliennya.
Pembelajaran dan pembiasaan merupakan konsep utama yang di gunaan dalam
konseling ini. Teori pembelajaran yang digunakan merupakan hasil dari berbagai
percobaan tingkah laku yang telah di teliti dan di uji cobakan sebelumnya. Pada
kenyataannya manusia selalu memberikan reaksi lewat perilaku yang dia dapat
dari lingkungan dimana sia berada. Interaksi antar sesama manusia di
lingkungannya merupakan faktor eksternal terbentuknya suatu kepribadian.
(Jumadi : 2016).
Berikutnya self management dijelaskan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang melalui proses dapat mengubah perilakunya dengan mandiri dimana
individu akan di arahkan untuk menggunakan suatu strategi atau dikombinasikan
untuk mengubah perilaku mandiri lewat teknik self management. Aden Reunida
mengutip Nursalim ( 2005) pengendalian diri adalah suatu keadaan dimana
konseling secara mandiri dapat mengendalikan diri mereka untuk mengubah

1
perilaku yang ingin di capai dengan prosedur yang akan di berikan konselor,
Mappiare (2006) mengatakan self management merupakan suatu teknik yang
termasuk dalam konseling behavioral yang di gunakan untuk menolong individu
untuk mengendalikan periakunya secara mandiri sehingga menjadi pribadi yang
lebih baik dan efektif. “Self management adalah salah satu teknik yang terdapat
dalam konseling cognitive behavior. Self management merupakan teknik yang
efektif diberikan kepada konseli yang sedang belajar untuk melatih keterampilan
baru, sehingga dapat mengatur diri, mengurangi ketergantungan pada pihak luar
dan mengajar konseli menjadi manager bagi dirinya sendiri. ( Diana : 2020).
Vijay ‘Krisna’ dalam bukunya mengatakan ;
“Self – management means managing self in such a way that you are
capable of meeting demands and expectations of your self as well as of others
effortlessly and effectively. In the drama of a live, it’s an episode of double roles.
Here you are manager and person managed”
yang artinya manajemen diri berarti mengelola diri sendiri sedemikian rupa
sehingga mampu mengahadapi tuntutan dan harapan dalam diri sendiri juga orang
lain dengan mudah dan efektif. Menghadapi kehidupan dengan peran ganda.
Disini seseorang akan menjadi menejer bagi diri sendiri dan juga orang lain.
(Vijay ; 2018). Berdasarkan masalah yang di jelaskan di latar belakang diatas,
maka peneliti ingin mengusung tema “self – management” dalam pemaparan
materi kali ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apa yang dimaksdu self – management ?
b) Bagaimana penerapan self – management yang baik ?

1.3 TUJUAN
a) Untuk mengetahui apa dan bagaimana self – management dapat diterapkan
b) Untuk emmenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku

1.4 MANFAAT

2
a) Agar dapat mengedukasi penulis juga pembaca tentang “self –
management”

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SELF – MANAGEMENT

Self management merupakan salah satu model dalam cognitive behavior therapy.
Self management melibatkan pemantauan diri, reinforcement yang positif, kontrak atu
perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan terhadap rangsangan. Self management
atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi pengubahan perilaku yang bertujuan untuk
mengarahkan perilaku seseorang dengan suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik.

Pengelolaan diri (self-management) adalah prosedur dimana individu mengatur


prilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan
komponen dasar yaitu : menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut,
memilih prosedur yang akan digunakan, melaksanakan prosedur tersebut, dan
mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut (Sukadji, 1983, p. 96).

Self management merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior, yang
mempelajari tingkah laku (individu manusia) yang bertujuan merubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Self management adalah suatu prosedur dimana individu
mengatur perilakunya sendiri. Dalam penerapan teknik self management tanggung jawab
keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus
gagasan, fasilitator yang membantu merancang program serta motivator bagi konseli
(Sukadji dalam Komalasari, dkk., 2011: 181).

Self management merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior, yang
mempelajari tingkah laku (individu manusia) yang bertujuan merubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Self management adalah suatu prosedur dimana individu
mengatur perilakunya sendiri. Dalam penerapan teknik self management tanggung jawab
keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus
gagasan, fasilitator yang membantu merancang program serta motivator bagi konseli
(Sukadji dalam Komalasari, dkk., 2011: 181).

3
Merriam& Caffarella (Martin, 1996) menyatakan bahwa pengarahan diri
merupakan upaya individu untuk melakukan perencanaan, pemusatan perhatian, dan
evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis
yang memberi arah pada individu untuk mengambil keputusan dan menentukan
pilihannya serta menetapkan cara-cara yang efektif dalam mencapai tujuannya.

Pada dasarnya, manajemen diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu
perilaku dan mengendalikan terjadinya perilaku lain (perilaku sasaran) dikemudian
waktunya (Watson & Tharp, 1993; Yates, 1986). Menurut Skinner (dalam Raymond,
2012 ) manajemen diri melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang
terkendali. Dalam perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri
dimana anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif yang akan
dimodifikasi.

Anggapan dasar Self management merupakan teknik kognitif behavioral adalah bahwa
setiap manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif. Setiap
perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar (pengalaman) dalam merespon
berbagai stimulus dari lingkungannya. Namun self management juga menolak pandangan
behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungannya.

2.2 SELF – MANAGEMENT SEBAGAI SUATU STRATEGI MODIFIKASI


PERILAKU

Self-management merupakan suatu strategi kognitif behavioral. Anggapan


dasarnya adalah bahwa setiap manusia memiliki kecenderungankecenderungan positif
maupun negatif. Segenap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar dalam
merespons terhadap berbagai stimulus dari lingkungannya. Namun self-management
menentang keras pandangan behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia itu
sepenuhnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungannya. Secara tegas Cormier dan
Cormier (dalam Martin, 1996) mengatakan bahwa self-management bukanlah suatu
pendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik yang menyingkirkan potensi
klien untuk membuat pilihan dan keputusan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses
belajar untuk menghasilkan perilaku itu aspek kognitif juga memiliki peranan penting
terutama dalam mempertimbangkan berbagai tindakan yang hendak dilakukan,
menentukan pilihan-pilihan tindakan itu, dan mengambil keputusan tindakan perilakunya.

4
Atas dasar semua itu pula, maka strategi self-management justru memberikan posisi
terhormat terhadap proses kognitif dan self -regulated behavior
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi self-management sebagai strategi
pengubahan dan pengembangan perilaku dalam konseling yaitu:

a) Pada dasarnya klien memiliki kemampuan untuk mengamati; mencatat; dan


menilai pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri.
b) Pada dasarnya klien memiliki kekuatan dan keterampilan yang dapat
dikembangkan untuk menyeleksi faktor-faktor lingkungan.
c) Pada dasarnya klien memiliki kekuatan untuk memilih perilaku yang dapat
menimbulkan rasa senang dan menjauhkan perilaku yang menimbulkan
perasaan tidak senang.
d) Penyerahan tanggung jawab kepada klien untuk mengubah atau
mengembangkan perilaku positifnya amat sesuai dengan kedirian klien
karena klienlah yang paling tahu, paling bertanggung jawab, dan dengan
demikian paling mungkin untuk mengubah dirinya.
e) Ikhtiar mengubah atau mengembangkan diri atas dasar inisiatif dan
penemuan sendiri, membuat perubahan itu bertahan lama (Cormier &
Cormier, 1985 ; Nye, 1975; Mayer, 1978; O’leary & O'Leary, 1977 dalam
Martin, 1996).

2.3 JENIS – JENIS STRATEGI SELF – MANAGEMENT


1. Goal-Setting dan Pengendalian Diri
Kita dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa kita akan terlibat dalam target
perilaku dimasa depan dengan menetapkan tujuan kita sendiri. Menetapkan tujuan
merupakan strategi dalam self management yang diawali dari diri individu yang
hendak memodifikasi perilaku yang tidak sesuai dengan yang semestinya agar
perilaku tersebut dapat dikendalikan.
Anda harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Ketika sebuah tujuan adalah
sukses, maka anda lebih terpacu untuk menjadi sukses dengan menunjukkan tingkat
yang diinginkan dari target perilaku. Mencapai tujuan sangat penting di awal sebuah
program self-management karena sering menjadi kriteria untuk penguatan kontinjensi,
dan awal penguatan umumnya meningkatkan kemungkinan bahwa orang akan
bertahan dalam program ini. Selain itu, tujuan adalah sebuah prestasi terkondisi bagi
banyak orang atau mungkin menjadi sebuah reinforcer jika terkondisi penguatan lain
yang dikirimkan ketika orang mencapai tujuan.

5
Goal-setting dilaksanakan paling sering dalam hubungannya dengan
pengendalian diri. Dengan pengendalian diri, anda merekam setiap contoh dari target
perilaku seperti apa perilaku itu terjadi. Hal ini memungkinkan anda untuk
mengevaluasi kemajuan ke arah tujuan. Selain itu, pengendalian diri seringkali reaktif;
itu adalah tindakan pengendalian diri menguntungkan yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam target perilaku.
a) Manipulasi Anteseden
Merupakan manipulasi yg sering digunakan oleh orang-orang dalam
program manajemen diri untuk mempengaruhi perilaku mereka sendiri.
Ingatlah bahwa dalam awal manipulasi, Anda mengubah lingkungan dalam
beberapa cara sebelum perilaku sasaran terjadi untuk mempengaruhi
terjadinya masa depan perilaku sasaran (Epstein, 1996). Enam jenis
manipulasi pendahuluan untuk meningkatkan kemungkinan perilaku target:
1. Menyajikan stimulus diskriminatif (SD) atau isyarat untuk target yang
diinginkan dari tingkah laku. ·
2. Menghapus SD atau isyarat untuk perilaku yang tidak diinginkan. ·
3. Mengatur program untuk membangun perilaku target yang diinginkan. ·
4. Menyajikan operasi untuk menghapuskan perilaku yang tidak
diinginkan. ·
5. Mengurangi upaya respon untuk perilaku target yang diinginkan. ·
6. Meningkatkan upaya respon untuk perilaku bersaing.
b) Perilaku yang disetujui Sebuah kontrak
Perilaku adalah dokumen tertulis di mana Anda mengidentifikasi target
perilaku dan mengatur target konsekuensi perilaku dalam jangka waktu
tertentu. Meskipun orang lain (manajer kontrak) menerapkan konsekuensi,
kontrak perilaku yang dianggap sebagai jenis strategi manajemen diri karena
perilaku yang masuk ke dalam kontrak adalah mengendalikan perilaku yang
dirancang untuk mempengaruhi terjadinya masa depan target perilaku.
Dalam kontrak perilaku, Anda mengidentifikasi dan menentukan perilaku
target yang harus diubah, membentuk metode pengumpulan data,
menentukan tingkat kriteria sasaran perilaku yang akan dicapai dalam jangka
waktu kontrak, dan mengatur kontinjensi dan orang untuk melaksanakan
kontinjensi untuk mempengaruhi perilaku target.
2. Mengatur reinforcers dan punishers

6
Sebuah strategi manajemen diri yang sama melibatkan kontinjensi mengatur
penguatan atau hukuman tanpa menuliskan ke dalam kontrak. Anda mungkin
mengatur penguatan atau hukuman dengan diri sendiri.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial terjadi ketika orang lain yang signifikan dalam kehidupan
seseorang memberikan kontribusi untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.
4. Instruksi terhadap Diri dan Pujian untuk Diri
Anda dapat mempengaruhi perilaku Anda sendiri dengan berbicara kepada diri
sendiri dengan cara tertentu (Malott, 1989).

2.4 TEKNIK SELF – MANAGEMENT

Soekadji (Halimatus, dkk: 2016), ada empat tahap untuk menerapkan teknik self
management ini, yaitu: (a). Tahap monitor atau observasi diri, pada tahap ini subjek atau
siswa dengan sengaja mengamati perilakunya sendiri dan mencatat jenis, waktu, durasi
perilaku yang ada pada diri subjek yang akan dimodifikasi. (b) Mengatur lingkungan,
pada tahap ini lingkungan perlu diatur, sehingga dapat mengurangi atau meniadakan
perilaku-perilaku yang memungkinkan mendapatkan pengukuhan segera. (c)Tahap
evaluasi diri, pada tahap ini subjek membandingkan apa yang tercatat sebagai kenyataan
dengan apa yang seharusnya dilakukan. Catatan data observasi perilaku yang teratur
sangat penting untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas program. Bila evaluasi data
menunjukkan bahwa program tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali. (d) Tahap
pemberian pengukuhan, penghapusan atau hukuman. Pada tahap ini diperlukan kemauan
diri yang kuat untuk menentukan dan memilih pengukuhan apa yang perlu segera
dihadirkan atau perilaku mana yang segera dihapus dan bahkan hukuman diri sendiri apa
yang harus segera diterapkan. Melalui teknik self management dengan empat tahap itulah
perilaku agresif siswa diharapkan berubah.

2.5 PROSES SELF – MANAGEMENT


a) Adanya assesment, dalam assesment terdiri dari observasi, wawancara dan analisis
fngsional.
b) Mencatat semua perilaku yang akan diubah.
c) Mengumpulkan dan mencatat anteseden perilaku.
d) Melakukan pemantauan terhadap perilaku yang akan diubah tersebut.

7
e) Melihat perkembangan yang terjadi.
f) Self monitoring dan self evaluation.

2.6 CONTOH & ANALISIS KASUS


CONTOH :

Filda selalu berlari-lari dalam jarak 3-5 mil sebanyak lima hari dalam
seminggu selama beberapa tahun belakangan ini. Latihan ini membantunya
menjaga berat badan dan tekanan darah rendah serta membuatnya merasa lebih
sehat dan segar. Filda berencana untuk tetap menjalankan kebiasaannya ini
sepanjang hidupnya supaya dia bisa tetap sehat. Setelah lulus dari perguruan
tinggi, Filda mulai bekerja penuh waktu, yang membuatnya mulai kehilangan
banyak waktu, sehingga dia pun menjadi jarang lari setiap harinya. Ketika dia
pulang kerja, dia merasa lelah dan lapar, kemudian biasanya dia hanya duduk di
depan TV dan makan makanan ringan. Hanya itu yang dikerjakannya. Filda jadi
lebih sering tidak berlari setiap harinya. Dengan adanya hal ini, Filda
memutuskan untuk membuat beberapa perubahan dalam hidupnya. Dia teringat
pada beberapa prosedur pengelolaan diri dari kelas modifikasi perilaku yang
diikutinya dan memutuskan sudah saatnya untuk menerapkannya dalam
kehidupan nyata.

Hal pertama yang Filda lakukan adalah membuat lembar data di


komputernya. Dalam lembar data itu, dimasukkannya waktu dan jarak tempuh
yang harus dilaluinya saat latihan berlari setiap hari, serta tujuan yang ingin
dicapainya hari ini. Pada setiap awal minggu, Filda menuliskan jumlah mil yang
akan ia tempuh setiap harinya dalam minggu itu. Tujuan utama yang selalu
dituliskannya adalah, dia dapat berlari sejauh 5 mil, yang bisa ditempuhnya
selama 5 hari dalam seminggu. Dia memulai dengan berlari sejauh 3 mil untuk 3
hari selama seminggu. Dia juga menambahkan jumlah kilometer setiap harinya,
hingga dia mampu mencapai tujuan utama yang dituliskannya dulu. Dia selalu
mencatat prestasi berlarinya ini pada lembar data yang telah dibuatnya. Tidak
lupa, lembar data itu diletakkannya di tempat yang paling mudah dia lihat.
Hal berikutnya yang Filda lakukan adalah berusaha untuk mengurangi rasa lapar
yang selama ini membuatnya malas untuk berlari. Filda menyempatkan dirinya

8
untuk makan makanan ringan tiap jam istirahat di tempat kerjanya. Dengan
demikian, sepulang bekerja, Filda tidak akan terlalu lapar sebagaimana yang
selama ini dirasakannya. Dengan kondisi tubuh yang tidak lapar, Filda memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk bisa berlatih berlari, daripada jika dia berada
dalam kondisi lapar. Rencana lain yang dilakukan Filda adalah, untuk
menghindari kebosanan, Filda mengikuti klub lari, sehingga dia menemukan
teman-teman baru di sana. Filda tidak harus menjalankan latihan larinya
sendirian, tapi ada banyak teman yang mendukungnya dan menemaninya,
sehingga dia lebih bersemangat lagi latihan lari.

ANALISIS :

Kasus tersebut menggambarkan jenis masalah yang bisa dibantu


menggunakan prosedur self management, serta strategi self management yang
diperlukan. Dalam contoh di atas, Filda adalah seseorang yang perlu
meningkatkan perilaku baiknya, dalam hal ini adalah latihan berlari. Latihan
berlari bisa dikatakan sebagai perilaku yang dikehendaki, karena memiliki
implikasi positif terhadap kehidupan Filda, salah satunya adalah membuat Filda
hidup lebih sehat. Meskipun demikian, latihan berlari tersebut tidak dilakukan
oleh Filda dengan tertib, karena masekipun secara teoritik latihan lari akan
membuat Filda lebih sehat, hal itu tidak bisa terlihat secara langsung. Apa yang
dilakukan Filda, yaitu latihan lari, tidak diberi penguatan secara langsung begitu
kegiatan itu dilakukan. Sebaliknya, perilaku menonton TV dan makan snack
ringan yang dilakukan Filda setelah pulang kerja, merupakan kegiatan yang
langsung mendapatkan penguatan berupa kepuasan. Tujuan dari prosedur self
management untuk masalah jenis ini adalah meningkatkan terjadinya perilaku
yang diinginkan, sehingga dapat diperoleh hasil positif untuk individu di masa
depan. Jenis lain masalah yang bisa dibantu menggunakan prosedur self
management adalah perilaku tak diinginkan yang terlalu banyak dilakukan oleh
individu. Perilaku bisa saja tidak diinginkan, karena akan berdampak negatif
terhadap kehidupan seseorang di masa depan. Contoh perilaku semacam ini,
termasuk di dalamnya makan berlebihan, merokok, penyalahgunaan alkohol, dan
perjudian. Meskipun demikian, dalam kehidupan nyata, perilaku seperti ini tetap

9
dilakukan oleh individu, karena begitu perilaku ini terjadi, dia akan langsung
mendapatkan penguatan. Tujuan dari self management untuk masalah ini adalah
untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan seperti
ini, sehingga tidak ada hal-hal negatif yang akan terjadi di masa depan.

2.7 INTERVENSI SELF – MANAGEMENT

INTERVENSI JURNAL I : EFEKTIVITAS PROGRAM MODIFIKASI


PERILAKU DENGAN TEKNIK SHAPING UNTUK MENINGKATKAN
DURASI PERILAKU ON-TASK PADA TUGAS AKADEMIK

1) Pada setiap pertemuan, peneliti atau orangtua menjalankan tugas-tugas


sebagai berikut: Orangtua atau peneliti mengkondisikan ruangan belajar
subjek agar kondusif (antecendent control), yakni belajar di meja belajar di
kamarnya dengan pintu tertutup, sehingga jauh dari kebisingan,
2) peneliti atau orangtua meminta subjek untuk menampilkan perilaku on-
task selama minimal waktu yang telah ditentukan pada setiap tahapannya
dalam satu jam pembelajaran, yaitu 60 menit,
3) peneliti atau orangtua memberikan arahan/ prompting secara verbal/bicara
(“Ayo fokus”, “Gimana sikap belajarnya?”), modeling (mencontohkan
posisi tubuh yang tepat saat belajar), dan fisik (membantu subjek secara
fisik untuk membentuk postur dan posisi yang tepat saat belajar). Hal ini
dapat dilakukan sebelum atau selama kegiatan belajar berlangsung,
4) peneliti menggunakan stopwatch untuk menghitung durasi on-task subjek,
yaitu durasi sejak subjek memulai perilaku on-task hingga subjek
mengakhiri perilaku on-task
5) peneliti mencatat durasi perilaku on-task subjek per-trial pada Tabel
Duration Data Sheet. Selain itu, peneliti juga menandai (√) kolom durasi
perilaku on-task jika perilaku muncul sesuai dengan waktu minimal yang
ditentukan. Peneliti juga dapat mencatat kemunculan perilaku off-task
pada kolom observasi jika durasi belajar subjek pertrial kurang dari waktu
minimal yang telah ditentukan,

10
6) jika subjek merasa lelah, subjek boleh beristirahat selama maksimal 30
detik,
7) peneliti menghitung rata-rata durasi on-task dari keseluruhan trial,
8) mengenai pemberian reinforcement, peneliti memberikan stiker sebagai
token economy setiap kali subjek mampu menampilkan perilaku on-task
sesuai target pertahapan dimana stiker yang diterima subjek akan
ditempelkan pada reward chart,
9) peneliti akan memberikan penambahan stiker jika subjek mampu
memperoleh nilai tertentu saat latihan soal dimana stiker bonus dapat
ditempelkan pada papan reward chart,
10) subjek juga mendapatkan 1 stiker bonus jika pencapaiannya mampu
melebihi target,
11) pada akhir pekan dalam setiap minggunya, orangtua dapat memberikan
hadiah pada subjek sesuai jumlah stiker yang telah subjek kumpulkan
dalam lima hari. Subjek diperbolehkan untuk pindah ke tahap selanjutnya
jika berhasil mencapai target sebanyak 60% (tiga sesi) dari keseluruhan
sesi dalam satu tahap. Hal ini bertujuan agar target perilaku subjek dapat
tercapai secara konsisten. Jika subjek belum mencapai target sebanyak
60% dalam satu tahap, peneliti akan memberikan sesi tambahan sampai
subjek mencapai target sebanyak 60% dalam satu tahap. Pada setiap sesi,
subjek juga menjalankan tugas-tugas sebagai berikut:
- subjek diminta untuk menyiapkan minum sebelum kegiatan belajar
dimulai (antecedent control),
- subjek menampilkan perilaku on-task pada tugas akademik sesuai
waktu yang telah ditentukan,
- pada akhir pekan dalam setiap minggunya, subjek dapat menukarkan
stiker yang telah dikumpulkan dengan suatu hadiah yang telah
disepakati bersama dengan orangtua.

INTERVENSI JURNAL II : PENERAPAN TEKNIK SELF


MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI KECANDUAN MEDIA
SOSIAL PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI

11
Pada kegiatan pertama yaitu Tahap Self monitoring, Kegiatan inti pada
pertemuan ini adalah pelaksanaan tahap pertama yaitu self monitoring. pertama-
tama konselor menjelaskan tujuan dan mekanisme kegiatan. Kemudian siswa
diminta untuk membuka lembar kerja peserta didik yang berkode 1.2 dan
kemudian konselor menjelaskan terlebih dahulu isi dari lembar kerja peserta didik
tersebut sebelum siswa mengisi lembar kerja tersebut. Stelah siswa mengisi
lembar kerja tersebut masingmasing siswa diminta untuk memaparkan hasil dari
pengisian lembar kerja peserta didik yang berkode 1.2 dan setelah itu siswa
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan mengenai hasil pemaparan ke siswa
lainnya. Selanjutnya konselor mengajak siswa mengenali penyebab perilaku siswa
yang menyimpang yaitu kecanduan media sosial tersebut dan kemudian siswa
mengenali dirinya bahwa ia termasuk mengalami kecanduan media sosial.

Pada kegiatan kedua yaitu tahap self contracting kegiatan ini pada
pertemuan ini konselor melanjutkan dengan meminta siswa untuk membuka
lembar kontrak perilaku yang berkode 1.3, sebelum mengisi lembar kerja peserta
didik tersebut siswa diminta untuk mengemukakan hal-hal yang mereka senangi
untuk dijadikan sebuah hadiah ketika perilaku sasaran telah tercapai dan
menentukan hal – hal yang mereka tidak senangi untuk menjadi hukuman jika
perilaku sasaran tersebut tidak berhasil dicapai. Lalu siswa diminta untuk mengisi
lembar kontrak perilaku lalu menandatangani lembar kontrak perilaku tersebut.
Lembar kontrak perilaku yang diisi siswa berlaku selama 18 hari atau sampai pada
tahap selanjutnya (self control) untuk melakukan solusi yang dipilih yaitu
mengatur waktu dengan membuat skedul kegiatan untuk mengurangi kecanduan
media sosial.

Pada kegiatan ketiga yaitu tahap self control, Kegiatan inti pada pertemuan
ini adalah konselor memberikan contoh perilaku yang dapat dicontoh dan ditiru
oleh siswa untuk mengurangi kecanduan media sosial yaitu perilaku mengatur
waktu sebaikbaiknya, dengan mengutamakan kegiatankegiatan yang produktif
untuk menghindari penggunaan media sosial yang berlebihan. Konselor
memperlihatkan model atau contoh seorang interpreneur yang dapat mengatur
waktunya dengan baik antara kegiatan kuliahnya dan kegiatan bisnisnya sehingga
tidak ada waktu yang terbuang siasia dan tidak ada peluang atau waktu untuk

12
melakukan hal yang berlebihan yang percuma. Konselor meminta siswa untuk
membuka lembar kerja peserta didik yang berkode 1.5. Sebelum siswa mengisi
lembar kerja tersebut konselor menjelaskan untuk mengisi kendala-kendala apa
saja yang didapatkan selama melakukan treatment untuk mengurangi kecanduan
media sosial dengan mengikuti skedul kegiatan yang telah dibuat dan langkah apa
yang siswa lakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Setelah itu siswa
menuliskan keberhasilan-keberhasilan yang telah didapatkan selama melakukan
treatment dalam mengurangi kecanduan media sosia dan apa yang akan siswa
lakukan untuk mempertahankan keberhasilan tersebut.

Pada kegiatan keempat yaitu tahap self reward, Pada tahapan kegiatan ini
yaitu siswa diajarkan untuk memberikan reward kepada dirinya sendiri dengan
memberikan contoh perilaku yaitu dimana siswa menghadirkan situasi yang
kurang menyenangkan lalu setelah itu menghadirkan situasi yang menyenangkan
misal dimana siswa terlebih dahulu mengerjakan tugas sekolahnya sampai selesai
lalu memberikan reward ke diri siswa dengan menghadirkan situasi yang
menyenangkan yaitu bermain media sosial. Setelah itu siswa dan konselor
menetukan penguatan atau hukuman yang telah menjadi kesepakatan pada lembar
kontrak perilaku. Kemudian, siswa menetapkan jenis penguatan yang telah
ditentukan yaitu “jika saya mampu mengurangi perilaku penggunaan media sosial
secara berlebihan maka saya tidak akan kecanduan lagi dan saya mampu
memanajemen diri dari berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat serta saya
mampu bertanggung jawab terhadap tugas dan diri saya”. Siswa memberikan
pujian kepada dirinya bahwa dia berhasil mengurangi kecanduan media sosial
dengan usahanya sendiri.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Self management atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi
pengubahan perilaku yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku seseorang
dengan suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik. Pada dasarnya, manajemen
diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu perilaku dan mengendalikan
terjadinya perilaku lain dikemudian waktunya . Menurut Skinner manajemen diri
melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang terkendali. Dalam
perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri dimana
anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif yang akan
dimodifikasi.
Setiap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar dalam
merespon berbagai stimulus dari lingkungannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fajriani, Jannah, N., & Loviana, D. (2016). Self management untuk meningkatkan
kedisplinan belajar siswa : studi kasus di SMA Negeri 5 Banda Aceh, Vol.
10, No. 2.
Halimatus, S. (2016). Penerapan teknik self management untuk mereduksi
agresifitas remaja, Vol. 6, No.2.
Imran, N. A. (2020). Penerapan Teknik Self – Management untuk Mengurangi
Kecanduan Media Sosial pada Siswa di SMA Negeri 1 Sinjai .
Jawwad, M. A. (2004). Manajemen Waktu. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Prijosaksono, A., & Mardianto, M. (2001). 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta:
Elex Media Computindo.
Salmiati, & Astuti, N. (2018). Penerapan teknik self - management dalam
mengurangi tingkat perilaku agresif siswa Vol.2 No.1. Jurnal Konseling
Andi Matappa.
Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku : Penerapan sehari - hari dan penerapan
profesional. Yogyakarta: Liberty.
Sukayasa, M., Suranta, & K, K. D. (2014). Penerapan Teori Konseling Behavioral
Dengan Teknik Self – Management Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas XI C AP SMK Negeri 1 Singaraja, Vol.2 No.1.
Taufik, & faoqotul, I. (2015). Strategi self management untuk meningkatkan
kedisiplinan belajar, Vol. 16, No. 2.
Ulfa, D. M., & P, D. (2019). Efektivitas Program Modifikasi Perilaku dengan
Teknik Shaping untuk Meningkatkan Durasi Perilaku On-task pada Tugas
Akademik. Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1.

15

Anda mungkin juga menyukai