Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020 - 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjat-kan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Maksud dan tujuan kami menyelesaikan tugas makalah ini ialah tak lain
untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Modifikasi
Perilaku serta merupakan tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, dimana kami sadar
bahwasannya kami-pun hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘Azza Wa Jalla,
sehingga dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti guna evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
pembuatan tugas makalah ini ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca maupun bagi seluruh mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Gresik.
i
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................ii
Bab I : Pendahuluan...............................................................................................1
Bab II : Pembahasan..............................................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................14
Daftar pustaka........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perilaku yang ingin di capai dengan prosedur yang akan di berikan konselor,
Mappiare (2006) mengatakan self management merupakan suatu teknik yang
termasuk dalam konseling behavioral yang di gunakan untuk menolong individu
untuk mengendalikan periakunya secara mandiri sehingga menjadi pribadi yang
lebih baik dan efektif. “Self management adalah salah satu teknik yang terdapat
dalam konseling cognitive behavior. Self management merupakan teknik yang
efektif diberikan kepada konseli yang sedang belajar untuk melatih keterampilan
baru, sehingga dapat mengatur diri, mengurangi ketergantungan pada pihak luar
dan mengajar konseli menjadi manager bagi dirinya sendiri. ( Diana : 2020).
Vijay ‘Krisna’ dalam bukunya mengatakan ;
“Self – management means managing self in such a way that you are
capable of meeting demands and expectations of your self as well as of others
effortlessly and effectively. In the drama of a live, it’s an episode of double roles.
Here you are manager and person managed”
yang artinya manajemen diri berarti mengelola diri sendiri sedemikian rupa
sehingga mampu mengahadapi tuntutan dan harapan dalam diri sendiri juga orang
lain dengan mudah dan efektif. Menghadapi kehidupan dengan peran ganda.
Disini seseorang akan menjadi menejer bagi diri sendiri dan juga orang lain.
(Vijay ; 2018). Berdasarkan masalah yang di jelaskan di latar belakang diatas,
maka peneliti ingin mengusung tema “self – management” dalam pemaparan
materi kali ini.
1.3 TUJUAN
a) Untuk mengetahui apa dan bagaimana self – management dapat diterapkan
b) Untuk emmenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku
1.4 MANFAAT
2
a) Agar dapat mengedukasi penulis juga pembaca tentang “self –
management”
BAB II
PEMBAHASAN
Self management merupakan salah satu model dalam cognitive behavior therapy.
Self management melibatkan pemantauan diri, reinforcement yang positif, kontrak atu
perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan terhadap rangsangan. Self management
atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi pengubahan perilaku yang bertujuan untuk
mengarahkan perilaku seseorang dengan suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik.
Self management merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior, yang
mempelajari tingkah laku (individu manusia) yang bertujuan merubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Self management adalah suatu prosedur dimana individu
mengatur perilakunya sendiri. Dalam penerapan teknik self management tanggung jawab
keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus
gagasan, fasilitator yang membantu merancang program serta motivator bagi konseli
(Sukadji dalam Komalasari, dkk., 2011: 181).
Self management merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior, yang
mempelajari tingkah laku (individu manusia) yang bertujuan merubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Self management adalah suatu prosedur dimana individu
mengatur perilakunya sendiri. Dalam penerapan teknik self management tanggung jawab
keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus
gagasan, fasilitator yang membantu merancang program serta motivator bagi konseli
(Sukadji dalam Komalasari, dkk., 2011: 181).
3
Merriam& Caffarella (Martin, 1996) menyatakan bahwa pengarahan diri
merupakan upaya individu untuk melakukan perencanaan, pemusatan perhatian, dan
evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis
yang memberi arah pada individu untuk mengambil keputusan dan menentukan
pilihannya serta menetapkan cara-cara yang efektif dalam mencapai tujuannya.
Pada dasarnya, manajemen diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu
perilaku dan mengendalikan terjadinya perilaku lain (perilaku sasaran) dikemudian
waktunya (Watson & Tharp, 1993; Yates, 1986). Menurut Skinner (dalam Raymond,
2012 ) manajemen diri melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang
terkendali. Dalam perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri
dimana anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif yang akan
dimodifikasi.
Anggapan dasar Self management merupakan teknik kognitif behavioral adalah bahwa
setiap manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif. Setiap
perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar (pengalaman) dalam merespon
berbagai stimulus dari lingkungannya. Namun self management juga menolak pandangan
behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungannya.
4
Atas dasar semua itu pula, maka strategi self-management justru memberikan posisi
terhormat terhadap proses kognitif dan self -regulated behavior
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi self-management sebagai strategi
pengubahan dan pengembangan perilaku dalam konseling yaitu:
5
Goal-setting dilaksanakan paling sering dalam hubungannya dengan
pengendalian diri. Dengan pengendalian diri, anda merekam setiap contoh dari target
perilaku seperti apa perilaku itu terjadi. Hal ini memungkinkan anda untuk
mengevaluasi kemajuan ke arah tujuan. Selain itu, pengendalian diri seringkali reaktif;
itu adalah tindakan pengendalian diri menguntungkan yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam target perilaku.
a) Manipulasi Anteseden
Merupakan manipulasi yg sering digunakan oleh orang-orang dalam
program manajemen diri untuk mempengaruhi perilaku mereka sendiri.
Ingatlah bahwa dalam awal manipulasi, Anda mengubah lingkungan dalam
beberapa cara sebelum perilaku sasaran terjadi untuk mempengaruhi
terjadinya masa depan perilaku sasaran (Epstein, 1996). Enam jenis
manipulasi pendahuluan untuk meningkatkan kemungkinan perilaku target:
1. Menyajikan stimulus diskriminatif (SD) atau isyarat untuk target yang
diinginkan dari tingkah laku. ·
2. Menghapus SD atau isyarat untuk perilaku yang tidak diinginkan. ·
3. Mengatur program untuk membangun perilaku target yang diinginkan. ·
4. Menyajikan operasi untuk menghapuskan perilaku yang tidak
diinginkan. ·
5. Mengurangi upaya respon untuk perilaku target yang diinginkan. ·
6. Meningkatkan upaya respon untuk perilaku bersaing.
b) Perilaku yang disetujui Sebuah kontrak
Perilaku adalah dokumen tertulis di mana Anda mengidentifikasi target
perilaku dan mengatur target konsekuensi perilaku dalam jangka waktu
tertentu. Meskipun orang lain (manajer kontrak) menerapkan konsekuensi,
kontrak perilaku yang dianggap sebagai jenis strategi manajemen diri karena
perilaku yang masuk ke dalam kontrak adalah mengendalikan perilaku yang
dirancang untuk mempengaruhi terjadinya masa depan target perilaku.
Dalam kontrak perilaku, Anda mengidentifikasi dan menentukan perilaku
target yang harus diubah, membentuk metode pengumpulan data,
menentukan tingkat kriteria sasaran perilaku yang akan dicapai dalam jangka
waktu kontrak, dan mengatur kontinjensi dan orang untuk melaksanakan
kontinjensi untuk mempengaruhi perilaku target.
2. Mengatur reinforcers dan punishers
6
Sebuah strategi manajemen diri yang sama melibatkan kontinjensi mengatur
penguatan atau hukuman tanpa menuliskan ke dalam kontrak. Anda mungkin
mengatur penguatan atau hukuman dengan diri sendiri.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial terjadi ketika orang lain yang signifikan dalam kehidupan
seseorang memberikan kontribusi untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.
4. Instruksi terhadap Diri dan Pujian untuk Diri
Anda dapat mempengaruhi perilaku Anda sendiri dengan berbicara kepada diri
sendiri dengan cara tertentu (Malott, 1989).
Soekadji (Halimatus, dkk: 2016), ada empat tahap untuk menerapkan teknik self
management ini, yaitu: (a). Tahap monitor atau observasi diri, pada tahap ini subjek atau
siswa dengan sengaja mengamati perilakunya sendiri dan mencatat jenis, waktu, durasi
perilaku yang ada pada diri subjek yang akan dimodifikasi. (b) Mengatur lingkungan,
pada tahap ini lingkungan perlu diatur, sehingga dapat mengurangi atau meniadakan
perilaku-perilaku yang memungkinkan mendapatkan pengukuhan segera. (c)Tahap
evaluasi diri, pada tahap ini subjek membandingkan apa yang tercatat sebagai kenyataan
dengan apa yang seharusnya dilakukan. Catatan data observasi perilaku yang teratur
sangat penting untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas program. Bila evaluasi data
menunjukkan bahwa program tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali. (d) Tahap
pemberian pengukuhan, penghapusan atau hukuman. Pada tahap ini diperlukan kemauan
diri yang kuat untuk menentukan dan memilih pengukuhan apa yang perlu segera
dihadirkan atau perilaku mana yang segera dihapus dan bahkan hukuman diri sendiri apa
yang harus segera diterapkan. Melalui teknik self management dengan empat tahap itulah
perilaku agresif siswa diharapkan berubah.
7
e) Melihat perkembangan yang terjadi.
f) Self monitoring dan self evaluation.
Filda selalu berlari-lari dalam jarak 3-5 mil sebanyak lima hari dalam
seminggu selama beberapa tahun belakangan ini. Latihan ini membantunya
menjaga berat badan dan tekanan darah rendah serta membuatnya merasa lebih
sehat dan segar. Filda berencana untuk tetap menjalankan kebiasaannya ini
sepanjang hidupnya supaya dia bisa tetap sehat. Setelah lulus dari perguruan
tinggi, Filda mulai bekerja penuh waktu, yang membuatnya mulai kehilangan
banyak waktu, sehingga dia pun menjadi jarang lari setiap harinya. Ketika dia
pulang kerja, dia merasa lelah dan lapar, kemudian biasanya dia hanya duduk di
depan TV dan makan makanan ringan. Hanya itu yang dikerjakannya. Filda jadi
lebih sering tidak berlari setiap harinya. Dengan adanya hal ini, Filda
memutuskan untuk membuat beberapa perubahan dalam hidupnya. Dia teringat
pada beberapa prosedur pengelolaan diri dari kelas modifikasi perilaku yang
diikutinya dan memutuskan sudah saatnya untuk menerapkannya dalam
kehidupan nyata.
8
untuk makan makanan ringan tiap jam istirahat di tempat kerjanya. Dengan
demikian, sepulang bekerja, Filda tidak akan terlalu lapar sebagaimana yang
selama ini dirasakannya. Dengan kondisi tubuh yang tidak lapar, Filda memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk bisa berlatih berlari, daripada jika dia berada
dalam kondisi lapar. Rencana lain yang dilakukan Filda adalah, untuk
menghindari kebosanan, Filda mengikuti klub lari, sehingga dia menemukan
teman-teman baru di sana. Filda tidak harus menjalankan latihan larinya
sendirian, tapi ada banyak teman yang mendukungnya dan menemaninya,
sehingga dia lebih bersemangat lagi latihan lari.
ANALISIS :
9
dilakukan oleh individu, karena begitu perilaku ini terjadi, dia akan langsung
mendapatkan penguatan. Tujuan dari self management untuk masalah ini adalah
untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan seperti
ini, sehingga tidak ada hal-hal negatif yang akan terjadi di masa depan.
10
6) jika subjek merasa lelah, subjek boleh beristirahat selama maksimal 30
detik,
7) peneliti menghitung rata-rata durasi on-task dari keseluruhan trial,
8) mengenai pemberian reinforcement, peneliti memberikan stiker sebagai
token economy setiap kali subjek mampu menampilkan perilaku on-task
sesuai target pertahapan dimana stiker yang diterima subjek akan
ditempelkan pada reward chart,
9) peneliti akan memberikan penambahan stiker jika subjek mampu
memperoleh nilai tertentu saat latihan soal dimana stiker bonus dapat
ditempelkan pada papan reward chart,
10) subjek juga mendapatkan 1 stiker bonus jika pencapaiannya mampu
melebihi target,
11) pada akhir pekan dalam setiap minggunya, orangtua dapat memberikan
hadiah pada subjek sesuai jumlah stiker yang telah subjek kumpulkan
dalam lima hari. Subjek diperbolehkan untuk pindah ke tahap selanjutnya
jika berhasil mencapai target sebanyak 60% (tiga sesi) dari keseluruhan
sesi dalam satu tahap. Hal ini bertujuan agar target perilaku subjek dapat
tercapai secara konsisten. Jika subjek belum mencapai target sebanyak
60% dalam satu tahap, peneliti akan memberikan sesi tambahan sampai
subjek mencapai target sebanyak 60% dalam satu tahap. Pada setiap sesi,
subjek juga menjalankan tugas-tugas sebagai berikut:
- subjek diminta untuk menyiapkan minum sebelum kegiatan belajar
dimulai (antecedent control),
- subjek menampilkan perilaku on-task pada tugas akademik sesuai
waktu yang telah ditentukan,
- pada akhir pekan dalam setiap minggunya, subjek dapat menukarkan
stiker yang telah dikumpulkan dengan suatu hadiah yang telah
disepakati bersama dengan orangtua.
11
Pada kegiatan pertama yaitu Tahap Self monitoring, Kegiatan inti pada
pertemuan ini adalah pelaksanaan tahap pertama yaitu self monitoring. pertama-
tama konselor menjelaskan tujuan dan mekanisme kegiatan. Kemudian siswa
diminta untuk membuka lembar kerja peserta didik yang berkode 1.2 dan
kemudian konselor menjelaskan terlebih dahulu isi dari lembar kerja peserta didik
tersebut sebelum siswa mengisi lembar kerja tersebut. Stelah siswa mengisi
lembar kerja tersebut masingmasing siswa diminta untuk memaparkan hasil dari
pengisian lembar kerja peserta didik yang berkode 1.2 dan setelah itu siswa
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan mengenai hasil pemaparan ke siswa
lainnya. Selanjutnya konselor mengajak siswa mengenali penyebab perilaku siswa
yang menyimpang yaitu kecanduan media sosial tersebut dan kemudian siswa
mengenali dirinya bahwa ia termasuk mengalami kecanduan media sosial.
Pada kegiatan kedua yaitu tahap self contracting kegiatan ini pada
pertemuan ini konselor melanjutkan dengan meminta siswa untuk membuka
lembar kontrak perilaku yang berkode 1.3, sebelum mengisi lembar kerja peserta
didik tersebut siswa diminta untuk mengemukakan hal-hal yang mereka senangi
untuk dijadikan sebuah hadiah ketika perilaku sasaran telah tercapai dan
menentukan hal – hal yang mereka tidak senangi untuk menjadi hukuman jika
perilaku sasaran tersebut tidak berhasil dicapai. Lalu siswa diminta untuk mengisi
lembar kontrak perilaku lalu menandatangani lembar kontrak perilaku tersebut.
Lembar kontrak perilaku yang diisi siswa berlaku selama 18 hari atau sampai pada
tahap selanjutnya (self control) untuk melakukan solusi yang dipilih yaitu
mengatur waktu dengan membuat skedul kegiatan untuk mengurangi kecanduan
media sosial.
Pada kegiatan ketiga yaitu tahap self control, Kegiatan inti pada pertemuan
ini adalah konselor memberikan contoh perilaku yang dapat dicontoh dan ditiru
oleh siswa untuk mengurangi kecanduan media sosial yaitu perilaku mengatur
waktu sebaikbaiknya, dengan mengutamakan kegiatankegiatan yang produktif
untuk menghindari penggunaan media sosial yang berlebihan. Konselor
memperlihatkan model atau contoh seorang interpreneur yang dapat mengatur
waktunya dengan baik antara kegiatan kuliahnya dan kegiatan bisnisnya sehingga
tidak ada waktu yang terbuang siasia dan tidak ada peluang atau waktu untuk
12
melakukan hal yang berlebihan yang percuma. Konselor meminta siswa untuk
membuka lembar kerja peserta didik yang berkode 1.5. Sebelum siswa mengisi
lembar kerja tersebut konselor menjelaskan untuk mengisi kendala-kendala apa
saja yang didapatkan selama melakukan treatment untuk mengurangi kecanduan
media sosial dengan mengikuti skedul kegiatan yang telah dibuat dan langkah apa
yang siswa lakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Setelah itu siswa
menuliskan keberhasilan-keberhasilan yang telah didapatkan selama melakukan
treatment dalam mengurangi kecanduan media sosia dan apa yang akan siswa
lakukan untuk mempertahankan keberhasilan tersebut.
Pada kegiatan keempat yaitu tahap self reward, Pada tahapan kegiatan ini
yaitu siswa diajarkan untuk memberikan reward kepada dirinya sendiri dengan
memberikan contoh perilaku yaitu dimana siswa menghadirkan situasi yang
kurang menyenangkan lalu setelah itu menghadirkan situasi yang menyenangkan
misal dimana siswa terlebih dahulu mengerjakan tugas sekolahnya sampai selesai
lalu memberikan reward ke diri siswa dengan menghadirkan situasi yang
menyenangkan yaitu bermain media sosial. Setelah itu siswa dan konselor
menetukan penguatan atau hukuman yang telah menjadi kesepakatan pada lembar
kontrak perilaku. Kemudian, siswa menetapkan jenis penguatan yang telah
ditentukan yaitu “jika saya mampu mengurangi perilaku penggunaan media sosial
secara berlebihan maka saya tidak akan kecanduan lagi dan saya mampu
memanajemen diri dari berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat serta saya
mampu bertanggung jawab terhadap tugas dan diri saya”. Siswa memberikan
pujian kepada dirinya bahwa dia berhasil mengurangi kecanduan media sosial
dengan usahanya sendiri.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Self management atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi
pengubahan perilaku yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku seseorang
dengan suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik. Pada dasarnya, manajemen
diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu perilaku dan mengendalikan
terjadinya perilaku lain dikemudian waktunya . Menurut Skinner manajemen diri
melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang terkendali. Dalam
perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri dimana
anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif yang akan
dimodifikasi.
Setiap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar dalam
merespon berbagai stimulus dari lingkungannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fajriani, Jannah, N., & Loviana, D. (2016). Self management untuk meningkatkan
kedisplinan belajar siswa : studi kasus di SMA Negeri 5 Banda Aceh, Vol.
10, No. 2.
Halimatus, S. (2016). Penerapan teknik self management untuk mereduksi
agresifitas remaja, Vol. 6, No.2.
Imran, N. A. (2020). Penerapan Teknik Self – Management untuk Mengurangi
Kecanduan Media Sosial pada Siswa di SMA Negeri 1 Sinjai .
Jawwad, M. A. (2004). Manajemen Waktu. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Prijosaksono, A., & Mardianto, M. (2001). 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta:
Elex Media Computindo.
Salmiati, & Astuti, N. (2018). Penerapan teknik self - management dalam
mengurangi tingkat perilaku agresif siswa Vol.2 No.1. Jurnal Konseling
Andi Matappa.
Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku : Penerapan sehari - hari dan penerapan
profesional. Yogyakarta: Liberty.
Sukayasa, M., Suranta, & K, K. D. (2014). Penerapan Teori Konseling Behavioral
Dengan Teknik Self – Management Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas XI C AP SMK Negeri 1 Singaraja, Vol.2 No.1.
Taufik, & faoqotul, I. (2015). Strategi self management untuk meningkatkan
kedisiplinan belajar, Vol. 16, No. 2.
Ulfa, D. M., & P, D. (2019). Efektivitas Program Modifikasi Perilaku dengan
Teknik Shaping untuk Meningkatkan Durasi Perilaku On-task pada Tugas
Akademik. Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1.
15