Anda di halaman 1dari 12

“PENGKONDISIAN PELARIAN DAN PENGHINDARAN

( ESCAPE AND AVOIDANCE CONDITIONING)”

KELOMPOK 5
1. Alexander Audrey Gultom 198600229
2. Antila Satsyabila 198600270
3. Hendri frans manurung 198600417
4. Indy Frederica Sugito 198600245
5. Muhamad Riza Rafi Basari 198600414
6. Riani Dewi A 188600483

Dosen Pengampuh : Eva Yulina S.Psi,


M.Psi
A .Pengertian Escape Conditioning dan Avoidance
Conditioning

EscapeConditioningadalahbeberapastimulusataukejadianyangbilamanadihentikanataudihilangkanakan
meningkatkanataumemeliharakekuatanrespon.EscapeConditioningmerupakanbentukpenguatannegatifkarena
sesuatuyangnegatifdihilangkan.

Avoidance Conditioning adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana


ditunda atau dihindarkan akan meningkatkan kekuatan respon. Penguatan negatif
avoidance akan mengakibatkan munculnya perilaku avoidance (menghindar). Dengan
kata lain pengondisian ini terjadi dengan cara menghindar dari sesuatu yang negatif.
Pada kondisi ini orang akan cenderung berperilaku untuk mencegah munculnya
stimulus aversif atau kondisi yang menjengkelkan. Dengan demikian, orang akan
belajar berperilaku yang sesuai untuk menghindari penguatan negatif yang akan
diberikan.
B. PedomanPengaplikasianEscapeConditioningdanAvoidanceConditioning

1. Jika diberikan pilihan antara membentuk perilaku yang sesuai dengan pengondisian pelolosan ataupun
penghindaran, alangkah baiknya untuk memilih poin ke dua yakni penghindaran. Ada alasan terkait aturan
ini.Yaitu jika menggunakan pelolosan penguatan negatif harus disajikan sebelum respon yang diinginkan
terjadi, sedangkan jika dengan penghindaran penguatan negative ada jika respon yang kita inginkan gagal
dilakukan.

2. Perilaku target mestinya terbentuk lebih dulu dengan pengondisian pelolosan sebelum diterapkannya
pengondisian penghindaran.

3. Selama melakukan pengondisian penghindaran, mestinya harus ada sebuah peringatan


akandatangnya sebuah stimulus aversif nantinya.
5. Pemberian pengutan positif terhadap perilaku
yang diinginkan mestinya digunakan untuk
melengkapi pengondisian pelolosan dan
penghindaran. Hal ini selain bertujuan untuk
menguatkan perilaku target, juga mampu
4. Kedua pengondisian yang melibatkan
mengatasi efek-efek samping yang telah
hukuman, harus digunakan secara hati-hati.
disebutkan di poin 4.
Sebab jika tidak dilakukan secara hati-hati, akan
menghasilkan efek-efek samping berbahaya
6. Individu yang dituju harus diberi informasi
seperti agresif, rasa takut berlebih, dan
terlebih dahulu akan prosedur dan konsekuensi
cenderung meloloskan diri akibat prosedur yang
yang diterimanya nanti. Hal ini untuk memberi
kurang tepat.
kejelasan kepada klien atau orang yang dituju agar
mendapat manfaat yang maksimal dari program
ini.
C. Membangun Perilaku yang Diinginkan dengan Menggunakan Escape dan
Avoidance Conditioning

- Escape Conditioning

Escape conditioning sama dengan hukuman aversive yang keduanya sama-sama menggunakan hukuman.
Walaupun sama, tetapi keduanya memiliki prosedur dan konsekuensi perilaku yang berbeda. Sebelum
menjalankan escape conditioning, harus dikenalkan dulu stimulus yang akan ditimbulkan dan hukuman yang
akan diterima. Berkaitan dengan konsekuensi, dalam escape conditioning stimulus harus segera dihapus
mengikuti respon yang ditunjukkan.
- Avoidance Conditioning

Escape conditioning memiliki kelemahan yaitu stimulus aversive harus ada untuk respon yang diinginkan
terjadi. Dalam prosedur escape yang digunakan dalam kasus Jason, suara keras sudah menyala sebelum Jason
menunjukkan postur tubuh yang baik. Oleh
karena itu, escape conditioning biasanya bukan kemungkinan akhir untuk menjaga perilaku, melainkan
persiapan latihan untuk avoidance conditioning. Jadi Jason dipengaruhi oleh avoidance conditioning setelah
dia menunjukkan perilaku melepaskan diri.
Prinsip dari avoidance conditioning adalah perilaku akan meningkat jika mencegah stimulus aversive terjadi.
Selama prosedur pengelakkan yang digunakan oleh Jason, postur tubuh yang baik akan mencegah suara
terjadi.
D. Kekurangan Escape dan
Avoidance Conditioning

Kekurangan dari escape dan avoidance conditioning adalah pembentukan yang disengaja dari
pengkondisian stimulus aversive, untuk individu yang kemudian merespon dengan cara melarikan diri atau
menghindarinya.
Sebagai contoh, jika pelatih berteriak, megkritik, dan mengejek atlet, atlet mungkin akan menunjukkan
peningkatan kemampuan untuk menghindar atau melarikan diri dari kemarahan pelatih, tapi mereka
kemungkinan juga menghindar dari pelatih, berhenti dari bidang atletik. Dan jika taktik pelatihan menjadi
sangat aversive, beberapa anggota tim mungkin keluar dari olahraga seutuhnya. Contoh lainnya, beberapa
guru, dengan hukuman mereka yang berlebihan, merubah diri mereka, ruang kelas mereka dan alat-alat
pembelajaran yang mereka gunakan ke dalam stimulus aversive. Situasi ini membuat siswa menghindari
guru, sekolah dan buku sehingga gagal dalam memajukan akademis. Jelas ini konsekuensi yang disayangkan
dari escape dan avoidace conditioning.
E. Keberhasilan Penggunaan dari Escape dan
Avoidance Conditionig, Peraturan berikut
dapat diamati oleh siapa saja yang
menggunakan escape dan avoidance
conditioning :
1. Memberikan pilihan antara mempertahankan
perilaku pada escape atau prosedur avoidance,
yang mana yang lebih disukai.

2. Target perilaku sebaiknya ditentukan


oleh escape conditioning sebelum dipakai
dalam prosedur avoidance.

3. Selama kondisi menghindar,


stimulus peringatan harus merupakan
sinyal stimulus aversive yang akan datang.
4. Escape dan avoidance
5. Penguatan positif untuk target
conditioning, seperti hukuman,
respon sebaiknya digunakan dalam
sebaiknya digunakan dengan hati-
mengkombinasikan dengan escape
hati. Karena prosedur ini
dan avoidance conditioning. Tidak
melibatkan stimulus aversive,
hanya akan membantu memperkuat
mereka dapat menghasilkan efek
perilaku yang diinginkan, tetapi juga
yang berbahaya, seperti
cenderung untuk menetralkan efek
penyerangan, ketakutan dan
samping yang tidak diinginkan yang
kecenderungan untuk menghindar
telah disebutkan.
atau melarikan diri dari setiap orang
atau benda yang berhubungan
dengan prosedur tersebut.
6. Seperti dengan semua prosedur
yang dijelaskan dalam teks ini,
individu yang bersangkutan harus
diberi tahu apa yang terbaik untuk
pemahamannya tentang kemungkinan
efek. Sekali lagi, seperti dengan
semua prosedur ini, bagaimanapun,
petunjuk tidak diperlukan untuk
escape dan avoidance conditioning
bekerja.
Contoh Kasus Escape
Conditioning:
Seorang anak yang dikurung di dalam kamar selama satu jam
akan menangis sejadi-jadinya kemudian orang tua yang tidak
tega membiarkannya keluar dari kamarnya. Dalam kasus ini,
telah terjadi penguatan negatif dimana anak akan terbiasa
melakukan hal tersebut jika di kurung di dalam kamar.

Contoh Kasus Bila seseorang takut dengan anjing, padahal setiap hari ia
harus melewati rute dimana ada anjing di situ, maka ia
Avoidance berusaha mencari rute lain yang tidak ada anjingnya dan
Conditioning: melewati rute baru untuk menghindarkan kejadian negatif
yaitu bertemu anjing. Contoh lain, seorang siswa dapat
menghindar dari teguran orang tuanya dengan cara tidak
memberitahu hasil hasil ulangan hariannya kepada orang
tuanya
Kesimpulan

Escape Conditioning dan Avoidance Conditioning Escape Conditioning adalah beberapa


stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan atau dihilangkan akan meningkatkan atau
memelihara kekuatan respon. Dengan demikian, orang akan belajar berperilaku yang sesuai
untuk menghindari penguatan negatif yang akan diberikan. Sebagai contoh, bila seseorang
takut dengan anjing, padahal setiap hari ia harus melewati rute dimana ada anjing di situ,
maka ia berusaha mencari rute lain yang tidak ada anjingnya dan melewati rute baru untuk
menghindarkan kejadian negatif, yaitu bertemu anjing.
Kekurangan Escape dan Avoidance Conditioning Ada banyak cara dimana orang-orang
tidak mengetahui cara mengaplikasikan escape dan avoidance conditioning dengan hasil
perilaku yang tidak diinginkan diperkuat. Kekurangan kedua dari escape dan avoidance
conditioning adalah pembentukan yang disengaja dari pengkondisian stimulus aversive,
untuk individu yang kemudian merespon dengan cara melarikan diri atau menghindarinya.
Contoh lainnya, beberapa guru, dengan hukuman mereka yang berlebihan, merubah diri
mereka, ruang kelas mereka, dan alat-alat pembelajaran yang mereka gunakan ke dalam
stimulus aversive.
Thank
You!
Do you have any questions for me before we go?

Anda mungkin juga menyukai