Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI

ANAMNESA DIRI SENDIRI

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Psikologi Forensik

Disusun oleh

Afifah Hanan Siswanto 198600227

Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Risydah Fadilah.,M.Psi,Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
I. I D E N T I T A S

Nama :H
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Jambi, 11 September 2001
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMU
Pekerjaan terakhir :-
Alamat : Pr. PA, Kel. TB, Kec. PM Kota J

Nama Ayah :M
Usia Ayah : 58
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : PNS (Kepala Sekolah)
Alamat : Pr. PA, Kel. TB, Kec. PM Kota J

Nama Ibu :R
Usia Ibu : 56
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : PNS (Guru)
Alamat : Pr. PA, Kel. TB, Kec. PM Kota J

II. ANAMNESA
A. Posisi Dalam Keluarga
Urutan Jenis Keterangan
Kelamin
1 P/30 Psikolog/S2
2 P/25 Mahasiswa/S1
3 L/23 Mahasiswa/SMU
4 P/20 Mahasiswa/SMU
H adalah Perempuan usia 20 tahun, H anak ke 4 dari 4 bersaudara.
B. Latar Belakang Keluarga
Ayah
Ayah digambarkan sebagai sosok yang sangat baik tapi tidak begitu dekat dengan H. Ayah
sosok yang sangat dihormati baik dirumah ataupun diluar rumah. Ayah memiliki watak yang
keras dan juga suara yang lantang, terkadang saat berbicara santai dengan keluargnya sering
dikira kalau ia sedang marah. Ayah memiliki penyakit asma. Ayah sering banyak mengajarkan
tentang kehidupan kepada H maupun saudara-saudara H. Ayah bekerja sebagai PNS dengan
jabatan Kepala Sekolah di SMP Swasta.
Kelebihan ayah adalah kepintarannya, ayah merupakan lulusan jurusan kesenian dan juga
jurusan sejarah indonesia di universitas ternama di indonesia. Ayah juga memliki sifat yang

1
sangat sabar dan baik hati. Sedangkan kekurangan ayah adalah karena kebaikan hati dan sifat
terlalu sabarnya tersebut, ayah sering kena tipu oleh orang-orang yang mengaku untuk
mengajak bekerja sama untuk membangun suatu usaha, tetapi setelah diberikan uang untuk
usaha tersebut orang tersebut kabur.
Ibu
Ibu digambarkan sebagai sosok yang cerewet dan sangat protective dalam hal melakukan
ibadah shalat dan memperhatikan anaknya belajar sehingga ibu selalu marah-marah jika H tidak
shalat ataupun malas belajar waktu kecil. Kekurangan ibu menurut H adalah ibu sering marah-
marah di rumah dan jarang memperhatikan keinginan H, jika H menginginkan sesuatu H harus
melakukan sesuatu terlebih dahulu, ibu juga merupakan pribadi yang kurang sabaran dalam
berbagai hal. Sedangkan kelebihannya adalah ibu sangat pintar dalam mengatur keuangan
rumah tangga hingga bisa menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang lebih tinggi lagi,
semua itu karna koordinasi keuangan yang ibu lakukan. Ibu bekerja sebagai guru fisika di
sekolah H dulu. Saat disekolah ibu tidak begitu berbeda saat dirumah. Ibu mengajar murid-
muridnya dengan ramah, namun ibu akan marah jika murid-muridnya tidak kunjung mengerti
apa yang telah ibu jelaskan.
C. Relasi Antara Ayah dan Ibu
Menurut H hubungan ayah dan ibu tidak begitu buruk maupun begitu baik. Ibu dan ayah
sering bertengkar karna masalah keuangan. Saat bertengkar ayah dan ibu biasa pisah kamar, dan
ibu tidak mau untuk melihat ayah saat bertengkar, ibu hanya akan diam dikamar, dan ayah akan
banyak menghabiskan waktunya di sekolahnya. Ibu dominan saat mengambil keputusan dalam
keluarga.
D. Relasi Antara Anggota Keluarga
Menurut H masa-masa kecilnya biasa saja, tidak ada yang begitu berkesan, saat H masih
kecil tidak ada begitu banyak masalah atau pertengkaran dalam keluarga. Ayah dan ibu sama
dominannya dalam mengajarkan suatu hal kepada H. Tidak ada aturan khusus dirumah H, hanya
saja ayah dan ibu selalu mengajarkan H dan saudara-saudaranya untuk selalu bersikap jujur dan
patuh. Jika H atau saudara-saudaranya ketahuan berbohong kepada ayah dan ibu, akan
dinasehati dan juga sedikit dimarahi.
Ayah dan ibu membebaskan H untuk berteman dengan siapa saja, hanya saja ibu terkadang
mengingatkan H untuk selalu memilih teman yang baik dan juga pintar. Ayah dan ibu
memberikan kebutuhan sesuai dengan yang dibutuhkan tidak kurang maupun lebih, yakni cukup
sebagai kewajibannya dalam mengurus anak. Ayah dan ibu tidak menuntut prestasi yang tinggi
pada H dan saudaranya. Tapi jika H atau saudaranya mendapatkan prestasi yang tinggi, ayah
dan ibu akan memberikan hadiah atas prestasi yang telah diraih. Ibu adalah orang yang paling
khawatir jika anaknya sedang sakit.
H merasa paling dekat dengan ibu, karena sering bercerita berbagai hal dengan ibu. Ayah
dan ibu sangat menutut anak-anaknya untuk selalu tepat waktu dalam menjalani ibadah shalat

2
lima waktu, dan juga dalam hal mengaji al-qur’an. Ayah dan ibu membebaskan anaknya dalam
berpacaran, tetapi selalu mengingatkan akan batas-batasan yang seharusnya dilakukan seorang
muslim dengan yang bukan mahramnya.
H merasa bahwa dirinya paling bodoh diantara saudaranya. Karena saat sekolah H tidak
pernah masuk kelas unggul sedangkan kakak-kakaknya selalu masuk kelas unggulan. Tetapi H
juga merasa bahwa ia adalah anak yang paling rajin dan juga patuh diantar kakak-kakaknya. H
tidak begitu dekat dengan kakak-kakaknya, kakak-kakaknya pun tidak begitu saling dekat,
karena H dan saudara-saudaranya lebih suka bergaul dengan orang lain dari pada antar keluarga.
E. Riwayat Pendidikan
H memulai pendidikan di bangku TK yang berada didekat rumah. Saat TK H adalah anak
yang pemalu dan pendiam, H memiliki sedikit teman saat di TK. Sejak kecil H sudah mandiri
untuk mengurus diri sendiri. H selalu menyiapkan pakaian dan bekal sekolahnya sendiri.
Berlanjut ke bangku Sekolah Dasar (SD), H masih menjadi pribadi yang pemalu dan
pendiam, dan masih susah untuk berteman, H hanya memiliki sedikit teman yang dikenal, hanya
saja H termasuk anak yang terkenal saat SD dikarenakan selalu menjadi petugas pelaksana
upacara pada hari senin. H memilik prestasi yang bagus saat SD, walaupun tidak mendapati
peringkat 3 besar.
Saat SMP, H sudah mulai mengikuti organisasi yaitu DrumBand dan juga Pramuka. H juga
sudah mulai berteman dengan teman sekelas maupun satu organisasinya. Hanya saja saat SMP
H mulai suka membolos sekolah, dengan alasan sakit ke ayah dan ibu. Beberapa kali H
dipanggil oleh wali kelasnya karena absensinya yang kurang dari seharusnya. Prestasi H tidak
begitu bagus maupun tidak begitu buruk.
Saat SMU, H mengikuti organisasi Olimpiade Fisika saat SMU karena disuruh oleh ibu
yang juga mengajar sebagai Guru Fisika di sekolah H. Prestasi H sangat bagus di SMU,H selalu
memasuki peringkat 10 besar atau 5 besar saat pembagian raport. Saat SMU H sangat menyukai
pelajaran Matematika, hingga bercita-cita menjadi Matematikawan.
Ketika sudah lulus SMU, H dibebaskan memilih kampus dan juga jurusan apa oleh ayah dan
ibu. H mendaftar ke PTN melalui jalur SNMPTN, H mengambil jurusan Matematika Murni,
Fisika Murni, dan juga Psikologi di kampus bergengsi di Indonesia, namun H tidak lolos. Lalu
mencoba lagi dengan UTBK di tahap 1 maupun 2 namun tidak juga lulus juga. Ayah
menyarankan H untuk mengambil jalur mandiri di salah satu PTN di kota M, dengan masih
berharap untuk menjadi Matematikawan, H memilih untuk mengambil Matematika Murni dan
juga Psikologi, namun kembali lagi H tidak lolos di PTN tersebut. Kakak–kakak H pun
menyarankan untuk masuk ke PTS tempat mereka berkuliah, H pun menerima saran tersebut,
dan mendaftar di PTS tersebut dengan jurusan Psikologi sama seperti ketiga kakaknya.
F. Kehidupan Emosi
H tidak pernah merasa memiliki masalah berat dan H berusaha sebisanya untuk
menyelesaikannya sendiri, jika H tidak dapat menyelesaikannya H lebih memilih diam dan tidur

3
untuk menenangkan diri. H merasa tidak pernah memiliki masalah dengan teman atau saudara-
saudarnya. Saat usia sekarang H merasa berbeda dengan waktu H masih muda dahulu H tidak
pintar dalam mengekspresikan perasaannya, H bahkan mengaku bingung dengan dirinya yang
dulu. Namun kini H sudah terbiasa untuk mengungkapkan emosi yang ia rasakan.
Ibu yang memiliki sifat cerewet sering membanding-bandingkan H dengan kakak-kakaknya
ataupun dengan anak teman ibu. H akan sangat jengkel jika dibandingkan dengan orang lain,.
Karena saat dibandingkan dengan orang lain H merasa bahwa dirinya sangat buruk dalam segala
hal H akan membandingkan ibu dengan ibu teman H jika ibu membandingan H dengan orang
lain.
Dalam mengerjakan tugas H sangat teliti. H akan merasa kesal jika tugas yang dibuat tidak
sesuai dengan yang di harapankannya. Saat merasa kesal atau marah H biasanya menenangkan
diri dengan mendengarkan musik atau dengan menonton film. H lebih suka mengerjakan tugas
individu dibandingkan tugas kelompok, karena H tidak ingin tugas nya dicampuri tangan orang
lain, H sangat terobsesi akan kesempurnaan dalam tugasnya tersebut.
G. Aspek Dorongan
Saat SMU H bercita-cita menjadi Matematikawan, karena H merasa sangat pintar dalam
pelajaran Matematika Wajib maupun Perminatan. H memilih Matematika Murni untuk jurusan
kuliahnya, H sudah mengikuti SNMPTN, UTBK, bahkan ujian Mandiri untuk masuk di jurusan
tersebut, namun H harus mengubur mimpinya tersebut karena tidak lolos disatupun PTN yang
memiliki jurusan Matematika Murni. Yang akhirnya membawa H ke jurusan Psikologi disalah
satu PTS di kota M.
Saat SMP H mengikuti organisasi DrumBand dan juga Pramuka, namun H terlalu lelah
mengikuti kedua organisasi tersebut, dan memutuskan untuk keluar organisasi saat kelas VIII.
Saat SMU H memilih mengikuti olimpiade fisika, namun keluar saat kelas XI karena
disibukkan akan tugas sekolah dan juga belajar untuk ujian akhir sekolah yang diadakan kelas
XII.
Saat memiliki waktu luang H biasanya menonton film atau tidur. H sangat jarang belajar,
H merasa pusing saat lama-lama membaca buku ataupun membaca materi kuliah atau sekolah.
H. Relasi Sosial
H yang dulu dan sekarang sangat berbeda, H yang dulunya pendiam dan pemalu juga sanbat
sedikit memiliki teman, H yang sekarang memiliki pribadi yang periang dan memilik banyak
teman baik laki-laki maupun perempuan, kebanyakan perempuan, mulai dari teman SMP hingga
Kuliah, ada juga teman-teman dari online maupun yang berkenalan melalui perkumpulan
organisasi yang diikuti saat SMU. Untuk sahabat H memiliki 4 orang, 1 perempuan (C) dan 3
laki-laki (A, V, N). C adalah teman kuliah H, H dan C mulai berteman saat bertemu di
sosialisasi di kampus, dan mulai bersahabat saat itu, sedangkan A, V, dan juga N H kenal
melalui media sosial. A, V, dan N sudah berteman dengan H sejak 2 tahun lalu, dan
memutuskan untuk bersahabat karna memiliki banyak kecocokan dalam berpikir. Ke-4 sahabat

4
H memiliki umur yang sama dengan H. H merasa bahwa V lebih nyaman diajak bercerita
berbagai hal., karena H dan V memiliki banyak kesamaan, walau terkadang sering berselisih
paham.
Prinsip H dalam berteman adalah jangan sampai menyakiti hati sahabat dan jangan
membuat mereka kecewa, walaupun terkadang H dibuat kecewa oleh sahabatnya, H akan tetap
menerima mereka jikalau mereka membutuhkan bantuan H, karena H tidak bisa untuk
meninggalkan seseorang. Saat bersama teman H hanya membahas tugas atau hal-hal penting
lainnya, sedangkan saat bersama sahabat H akan membahas hal-hal privat yang hanya diketahui
H dan sahabatnya tersebut. Dengan keluarga atau kerabat H akan sangat tertutup.
Saat ada tugas presentasi kelompok H akan merasa gugup awalnya, namun saat
melangsungkan presentasi H akan menjadi pribadi yang sangat tenang baik saat menjelaskan
maupun menjawab pertanyaan kelompok lain. Orang-orang terdekat H sering mengatakan
bahwa H akan sangat fokus dengan apa yang dikerjakannya.
H mengaku bahwa ia suka berfantasi sesuatu yang bahkan H tau bahwa itu tidak mungkin
terjadi, namun H lebih menyukai hubungan fantasinya tersebut dibandingkan hubungan nyata
yang membuat H tidak pernah memiliki hubungan intim (berpacarang) dengan siapa pun.

III. KESIMPULAN SEMENTARA


Berdasarkan hasil Observasi dan Interview diketahui bahwa H dibesarkan dalam keluarga
dimana kedua orang tuanya sangat peduli dengan H. Ayah dan ibu yang sangat memperhatikan
pendidikan H, tidak terlalu menuntuk untuk prestasi yang tinggi, namun selalu mengajarkan H
agar menjadi pribadi yang lebih baik. H sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri sejak kecil,
yang membuat H tidak begitu membutuhkan bantuan orang lain. Kesimpulan sementara yang
dapat diambil adalah H memiliki kecenderungan tipe gangguan kepribadian Detached Passive
(Skizoid).

IV. LANDASAN TEORITIK


A. Kepribadian Detached Passive
Individu dengan kepribadian schizoid menunjukkan polarisasi yang sangat lemah untuk
memperoleh kesenangan maupun menghindari kesakitan. Mereka menunjukkan kapasitas energi
yang lemah, sedikit berbicara, apatis, kebutuhan afeksi yang lemah, tidak bergairah, di dalam
relasi sosial pasif, dan cenderung menjaga jarak. Individu dengan kepribadian schizoid
menunjukkan kecenderungan yang sangat kuat ke arah a-sosial, tidak memiliki minat terhadap
kesenangan pribadi ataupun kepuasan sosial. Serta menunjukkan ketidaksesuaian dengan
lingkungan sosial.
Individu dengan kepribadian schizoid kemungkinan ada hubungannya dengan pengaruh
konstitusi untuk mencari perhatian dan ketidakmampuannya untuk membedakan kejadian yang
menyenangkan atau menyakitkan. Kemungkinan kedua, diakibatkan sebagai konsekuensi dari

5
kehilangan stimulasi makanan yang diperlukan pada masa sebelumnya, sehingga menghambat
kematangan motivasi atau kapasitas emosionalnya.
• Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukkan kedekatan
diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama
anggota keluarga.
• Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang vitalitas, plegmatis,
lamban, tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya, ekspresi motorik
berlangsung secara spontan.
• Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain ; terlihat bersikap acuh tak acuh terhadap
orang lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan diri dari orang lain; jarang menampilkan
respons atau perasaannya terhadap orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim;
rendah diri, hanya sedikit memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga
maupun di lingkungan kerja relasi sangat dangkal.
• Kognitif style : miskin secara kognitif ; terjadinya penurunan kemampuan di bidang kognisi;
dalam arti memiliki kemampuan rendah yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang
samar-samar (ambigue). Proses berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah.
Komunikasi mudah tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap
persoalan yang mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.
• Mekanisme regulasi : intelektualisasi ; yaitu relasi interpersonal dan pengalaman afektif
sangat sederhana, ambigue, dan bersifat impersonal atau pemaknaan lebih mekanis;
perhatiannya lebih terarah pada peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan
obyektif.
• Self image : complacement ; kesadaran diri dan kemampuan introspeksi minimal, secara
emosional tidak mampu untuk mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan
sosial sehari-harinya.
• Gambaran tentang objek : undifferented ; memiliki sedikit kemampuan artikulasi, tidak
memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pengamatan dan ingatan secara
dinamik di dalam mengatasi dorongan maupun konflik-konflik sebagaimana halnya pada
individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.
• Morphologic : meager ; menggambarkan kondisi internal yang lemah, dengan dorongan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai kemampuan untuk mengatasi
konflik-konflik internal lemah, demikian pula lemah di dalam mengatasi tuntutan eksternal,
dengan kemampuan koordinasi dan usaha yang terbatas.
• Mood / temperamen : flat ; emosi hambar, dingin, dengan kualitas perasaan yang miskin;
afek lemah, jarang menunjukkan kehangatan, disertai ketidakmampuan untuk mengalami
kesenangan, atau kesedihan, dan kemarahan yang mendalam.

6
B. Dinamika Kepribadian
Berdasarkan anamnesa dan interpretasi, H dibesarkan dengan pola asuh orang tua yang
demokratis. Ayah dan ibu yang tidak begitu dekat dengan H, memberikan H kebebasan dalam
memilih hidup, namun ayah dan ibu tetap membimbing H dengan pilihan yang telah H buat.
Relasi antar saudara H tidak begitu dekat, sangat dingin, namun saling mengerti antar saudara.
Relasi antar keluarga tersebut menjadikan H pribadi yang asosial, menarik diri dan
menghindar dari interaksi sosial apapun, menjadi kurang peduli pada orang lain, dan terkadang
bersikap kasar.

SKEMA KEPRIBADIAN DETACHED PASSIVE

Subjek Ibu
Ayah Cerewet, protective
Baik dan namun tidak Dingin, jarang menunjukkan
kehangatan, menghindari berinteraksi dalam agama, tidak
begitu dekat dengan H
begitu dekat dengan H

Subjek menjadi individu yang


introvert

Rendah diri, memiliki sedikit relasi dengan


orang lain, sulit mengekspresikan emosi,
kemampuan mengatasi konflik terbatas

Detached Passive = Schizoid

Introjection = Melamun/berfantasi

Medan, 10 Oktober 2021

Pemeriksa

Anda mungkin juga menyukai