Anda di halaman 1dari 4

SISITEM KETATANEGARAAN MASA KHULAFA AR-RASYIDIN

Khulafaur Rasyidin atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah sebutan bagi empat orang khalifah
(pemimpin) pertama agama Islam setelah nabi Muhammad wafat, yang mendapat kepercayaan
oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat. Dan keempat
orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling setia dalam
memperjuangkan agama islam serta paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat
masa kerasulan Muhammad. Bukan hanya karena hal tersebut mereka dipilih sebagai khalifah
melainkan berdasarkan consensus dan dedikasinya terhadap umat Islam. Keempat orang tersebut
adalah Sebagai berikut:

Utsman Bin Affan

Ustman Bin Affan adalah khalifah ketiga sesudah Umar bin Khatab, beliau lahir di Taif,
Saudi Arabia sekitar tahun 574-656 dhulhijjah pada 35 H. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu
Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu
sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-
Awwalin, yaitu orang-orang terdahulu Islam dan beriman. Pengangkatan Utsman bin Affan
menjadi Khalifah Di waktu Umar kena tikam,
Sistem Pemerintahan pada Masa Khalifah Utsman
Sistem pemerintahan pada masa Khalifah Utsman bin Affan dilakukan dengan
memberikan otonomi penuh kepada daerah, hal ini berbeda dengan masa khalifah Abu Bakar dan
Umar, wilayah hanya dibedakan menjadi dua, yaitu wilayah yang pemimpinannya memiliki
otonomi penuh dan pemimpinnya disebut amir, dan wilayah yang tidak memiliki otonomi daerah
penuh dan pemimpinnya disebut wali, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan terjadi perubahan
sistem pemerintahan, sehingga semua wilayah memilkiki otonomi penuh, oleh karena itu semua
pemimpin wilayah jabatan setingkat gubernur yang berjumalah sepuluh wilayah bergelar amir,
pemagian wilayah otonomi dan amirnya.
Isu nepotisme masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa Khalifah Utsman Bin Affan banyak sekali pemberontakan yang terjadi karena
Khalifah Utsman lebih banyak memasukkan anggota keluarga untuk menjadi anggota
pemerintahan. Dari peristiwa inilah akhirnya muncul Isu Nepotisme dalam pemerintahan Utsman.
Karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya, Salah satu
bukti penguat Isu Nepotisme yang digulirkan adalah diangkatnya Marwan bin Hakam sepupu
sekaligus ipar Utsman, sebagai Sekertaris Negara namun tuduhan ini pada dasarnya hanya sekedar
iupan gejolak emosional dan alasan yang dicari-cari. Selain itu tuduhan penggelapan uang negara
dan nepotisme dalam pemberian dana al khumus yang diperoleh dari kemenangan perang di laut
tengah kepada Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarah, saudara sepersusuan Utsman (sumber lain
saudara angkat) dapat dibuktikan telah sesuai dengan koridor yang seharusnya dan diindikasi tidak
ditemukan penyelewangan apapun. Kemudian Khalifah Utsman juga diisukan telah menyerahkan
masing-masing 100.000 dirham dari Baitul Mal kepada Al-Harist bin Al Hakkam dan Marwan Bin
Al Hakkam. Desas-desus tersebut pada dasarnya merupakan fitnah belaka. Duduk persoalan
sebenranya adalah Khalifah Utsman mengawinkan seorang puteranya dengan puteri Al Harits bin
Al Hakkam dengan menyerahkan 100.000 dirham yang berasal dari harta pribadinya sebagai
bantuan. Demikian juga Khalifah Utsman telah menikahkan puterinya yang bernama Ummu Ibban
dengan putera Marwan Bin al Hakkam disertai bantuan dari harta miliknya sejumlah 100.000
dirham.
Dengan demikian terbukti bahwa Khalifah Utsman bin Affan tidak melakukan Nepotisme
dan praktek Korupsi selama masa kepemimpinannya. Hal ini sesuai dengan pengakuan khalifah
Utsman sendiri dalam salah satu khotbanya yang menyatakan, “mereka menuduhku terlalu
mencintai keluargaku. Tetapi kecintaanku tidak membuatku berbuat sewenang-sewenang. Bahkan
aku mengambil tindakan tindakan (kepada keluargaku) jikalau perlu. Aku tidak mengambil sedikit
pun dari harta yang merupakan hak kaum muslimin. Bahkan pada masa Nabi Muhammad pun aku
memberikan sumbangan-sumbangan yang besar, begitu pula pada masa khalifah Abu Bakar dan
pada masa Khalifah Umar.
Munculnya kebijakan kontroversial
pada masa Utsman Kebijakan-kebijakan kontroversial Utsman bin Affan muncul dari
beberapa sebab, sebab paling utama dari munculnya kebijakan kontroversial ini merupakan akibat
dari kelemahan Utsman bin Affan dalam menghadapi sikap keluarganya. Lemahnya sikap Utsman
diakibatkan umur yang sudah tua dan latar belakang kehidupannya sebagai seorang pedagang yang
tidak berwatak keras akan tetapi fleksibel.
Hal ini kemudian diperparah dengan sikap keluarganya (bani umayyah) yang ambisi
terhadap kekuasaan pemerintahan dari sejak sebelum masa Rasulullah, beberapa kebijakan
Ekonomi yang dinilai Kontroversial adalah:
1. Menjual harta dan tanah rampasan perang, tapi menurut Ali hal ini tidak benar.
2. Mengganti kepala pengurus Bait Mal yaitu Zaid bin Arqom yang diganikan oleh Zaid
bin Harits. Penggantian ini dinilai politik karena sebabnya adalah kritik ibn Arqom
terhadap Utsman yang ia tuduh korupsi Bait Maal, tapi menurut riwayat lain adalah
karena ia sudah tua dan tidak seteliti waktu ia muda.
3. Membagi rampasan perang yang dinilai tidak adil, karena yang diberikan kepada
tentara sangatlah kecil jumlahnya.
4. Memberi pinjaman dari Bait Mal, seperti kepada Abdullah bin Khalid dan tentu saja ia
dianggap korupsi oleh orang yang tidak tahu.

Ali Bin Abi Thalib


Ali Abi Thalib Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali ibn Abi Thalib ibn Abdul
Muththalib al-Hasyimi al-Qurasyi. Ali dalam Kepemimpinan Setelah terbunuhnya Utsman, kaum
muslimin meminta kesediaan Ali untuk dibaiat menjadi khalifah. Mereka beranggapan bahwa
kecuali Ali, tidak ada lagi orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman.
Dengan terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan Usman bin Affan,
sebagian orang yang masih terpaut keluarga Usman mulai beranggapan bahwa kepemimpinan Ali
bin Abi Thalib akan mengurangi kesenangan mereka apalagi untuk memperoleh kekayaan yang
dapat mereka lakukan sebelumnya. Ali Terpilih menjadi khalifah sebenarnya menimbulkan
pertentangan dari pihak yang ingin menjadi khalifah dan dituduh sebagai orang yang bertanggung
jawab atas terbunuhnya khalifah Usman bin Affan. Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, maka
cara-cara pemerintahan Umar yang keras dan disiplin akan kembali dan akan mengancam
kesenangan dan kenikmatan hidup dimasa pemerintahan Usman bin Affan yang mudah dan lunak
menjadi keadaan yang serba teliti, dan serba diperhitungkan, hingga banyak yang tidak menyukai
Ali. bagi kaum Umaiyah sebagai kaum elit dan kelas atas dan khawatir atas kekayaan dan
kesenangan mereka akan lenyap karena keadilan yang akan dijalankan Ali.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan Ali ibn Abi Thalib senantiasa memberi nasehat
agar beliau bersikap tegas terhadap kaum kerabatnya yang melakukan penyelewengan yang
mengatas namakan dirinya, namun nasehat-nasehat tersebut tidak ditanggapi. Akibatnya, orang-
orang yang tidak setuju kepadanya melancarkan protes dan huru-hara.
Utsman bin Affan memimpin kekhalifahan selama 12 tahun namun para sejarawan
mencatat bahwa tidak seluruh masa kepemimpinannya meraih kesuksesan. Enam tahun pertama
merupakan masa pemerintahan yang baik enam tahun berikutnya masa pemerintahan yang buruk.
Paruh terakhir kepemimpinan khalifah Utsman menghadapi banyak pemberontakan dan oposisi
sebagai bentuk protes ummat islam atas kebijakan pemerintahannya yang cenderung terlalu
mengakomodir kepentingan-kepentingan Bani Umayyah. Ketidak puasan yang membara itu
meledak dalam bentuk pemberontakan pada tahun 35 H./656 M., ketika rombongan pemberontak
dari Bashrah dan Mesir bergerak ke Madinah di bawah kepemimpinan para Qurra(oposisi kaum
shaleh). Dalam keadaan terdesak, Utsman meminta bantuan kepada Ali.Ketika itu Ali berupaya
memadamkan kekacauan sekuat mungkin, tetapi keadaan sangat sulit.Ketika rumah Utsman
dikepung oleh kaum pemberontak, Ali memerintahkan kedua putranya, Hasan dan Husein untuk
bersiaga di rumah Utsman dan melindunginya dari kerumunan orang. Akan tetapi karena
pemberontak berjumlah besar dan sudah kalap, mereka didesak dan didorong ke samping oleh
massa, sehingga nyawa khalifah Utsman tidak dapat diselamatkan
Segera setelah dibai’at, khalifah Ali mengambil langkah-langkah politik yaitu:
1. Memecat para pejabat yang diangkat oleh Utsman, termasuk didalamnya beberapa
gubernur lalu menunjuk penggantinya.
2. Mengambil tanah yang telah dibagikan Utsman kepada keluarga dan kaum kerabatnya.
3. Memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari bait al-mal, seperti
yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar, pemberian dilakukan secara merata, tanpa
membedakan sahabat yang lebih dulu memeluk agama Islam atau yang belakangan.
4. Meninggalkan kota Madinah dan menjadikan kota Kufah sebagai pusat pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai