Anda di halaman 1dari 1

Nama : Moch.

Arifudin NIM : 2018100320130

Pengertian, ruang lingkup, dan tujuan assesmen BK

Assesmen dalam dunia Bimbingan Konseling merupakan metode atau cara Konselor
melakukan analisis dan mengumpulkan data kondisi konseli. Dalam konteks bimbingan
konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan
konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung.
Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari
munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling,
yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah
dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang
dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam prakteknya, asesmen
dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat
digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah klien.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need
areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
1. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa
yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan
yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.
2. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi
yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Program
Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program
dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program
tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
3. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program,
yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b)
tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d)
informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
4. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of
Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan
makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk
memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi pemberi informasi
mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat klien mengenali dan menerima permasalahan
yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
2. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi klien maupun konselor dalam mengetahui
masalah yang dihadapi klien secara mendetil
3. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat
dilakukan oleh klien
4. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan
memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut
5. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi
beban masalah klien atau belum.

Anda mungkin juga menyukai