Anda di halaman 1dari 42

PENANAMAN SIKAP TERPUJI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MIN 3 TULUNGAGUNG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

SITI ZULFATUL HAA IDAH

NIM : 12205183157

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
Agustus 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi dengan judul “Penanaman Sikap Terpuji dalam Membentuk Karakter
Siswa pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tulungagung” yang ditulis oleh
Siti Zulfatul Haa Idah NIM. 12205183157, telah disetujui oleh untuk dijadikan acuan
pelaksanaan penelitian dalam rangka menyusun skripsi.

Tulungagung, Agustus 2021


Pembimbing

……………………………….
PENANAMAN SIKAP TERPUJI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA
PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MIN 3 TULUNGAGUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Guna Menyusun Skripsi

OLEH:

SITI ZULFATUL HAA IDAH

NIM : 12205183157

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
Agustus 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan bangsa.
Melalui pendidikan yang bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih
baik. Pendidikan juga sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia,
baik menyangkut aspek ruhaniyah dan jasmaniyah.1 Pendidikan dapat dilakukan
dengan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2
Dalam konteks demikian sekolah merupakan lembaga paling penting dalam
mendukung tercapainya fungsi pendidikan tersebut. Sekolah dapat mengembangkan
segenap kemampuan siswa dan membentuk karakter mereka. Sekolah memiliki
tanggung jawab moral untuk mendidik anak dan berkarakter positif.
Karakter dan pendidikan dasar memiliki hubungan yang sangat erat. Menurut
Suyanto pendidikan dasar menjadi pondasi dalam menanamkan karakter kepada
peserta didik, yaitu pada usia dini dan sekolah dasar.3
Pendidikan sudah sejak zaman dahulu bertujuan untuk membentuk manusia
yang utuh dan lengkap dari berbagai aspek. Pendidikan tidak hanya berorientasi pada
aspek akademis semata dalam rangka penguasaan ilmu dan teknologi. Kemajuan
teknologi yang diharapkan akan menjadi daya saing sebagai ujung tombak tidak
menjamin hadirnya rasa bahagia di hati manusianya, tetapi dapat membawa pada
hilangnya jati diri dalam kehidupan peserta didik karena salah dalam memahami
kemajuan teknologi.
Kemrosotan moral yang melanda masyarakat saat ini, terutama di kalangan
generasi muda sangatlah memprihatinkan. Hal ini merupakan dampak dari

1
Ilahi, Muhammad Takdir, dan Rose Kusumaning Ratri, revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral,
(Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 25
2
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativiyas Anak Berbakat, (Jakarta:Departemen Pendidikan
& Kebudayaan ; Raneka Cipta, 2012), hal. 6
3
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Krakter: Konsepsi dan Implementasinya secara terpadu di
lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal
33
perkembangan zaman yang tidak diimbangi dengan kesiapan mental dalam
memanfaatkan teknologi modern serta kurang tertanamnya pendidikan agama yang
kuat. Secara garis besar penyebab utamanya adalah merebaknya teknologi modern di
masyarakat yang semakin sulit dikontrol penggunanya. Seharusnya kemajuan
teknologi diimbangi dengan iman dan taqwa yang lebih intensif, terutama para pelajar
sebagai penerus bangsa.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4
Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan hal-
hal yang bersifat kognitif atau kecerdasan, sedangkan hal-hal lain seperti pengendalian
diri, kepribadian, tanggung jawab dan akhlak mulia masih terpinggirkan. Hal tersebut
masih dianggap kurang penting dibanding dengan prestasi akademik para peserta
didik. Padahal hal ini merupakan karakter yang harus terbentuk dalam proses
pembelajaran.
Dalam pendidikan, pembentukan karakter merupakan salah satu faktor
penunjang suatu usaha yang membawa anak didik kearah pengalaman belajar sehingga
dapat menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada
waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Pembentukan karakter siswa sangat perlu
diterapkan dikalangan sekolah.
Pendidik atau guru adalah aktor penting kemajuan peradaban bangsa ini.
Dialah yang diharapkan mampu membentuk kepribadian, karakter, moralitas, dan
kapabilitas intelektual generasi muda bangsa ini. Inilah tugas besar yang diharapkan
dari seorang guru. Tugas peradaban yang sangat berpengaruh terhadap masa depan

4
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal 7
bangsa.5 Hakekatnya, berawal dari gurulah seorang murid mengenal ilmu, nilai, etika,
moral, semangat, dan dunia luar yang masih asing baginya.
Oleh karena itu, seorang guru tidak cukup jika hanya sekadar melakukan
transfer of knowledge (memindahkan ilmu pengetahuan) saja, tapi juga harus
melakukan transfer of value (memindahkan nilai) kepada anak didiknya. Karena
perpaduan antara pengetahuan dan nilai inilah yang akan mengokohkan bangunan
pengetahuan, moral, dan kepribadian murid dalam menyongsong masa depannya.
Karena tugas guru adalah mengajar sekaligus mendidik, maka keteladanan dari
seorang guru menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Keteladanan bagaikan
anak panah yang langsung mengenai sasaran.
Keteladanan menjadi senjata ampuh yang tidak bisa dilawan dengan
kebohongan, rekayasa, dan tipu daya. Sesungguhnya keteladanan guru memang
memberikan pengaruh yang lebih besar daripada sekedar omelan atau nasihat.
Menurut Awwad, posisi pendidik memiliki peran yang sangat penting. Sebab karakter
siswa dapat terbentuk setelah melihat secara langsung perilaku gurunya.6
Adapun kenakalan yang dilakukan peserta didik, pada umumnya berkaitan
dengan masalah moral atau sikap yang berdampak kepada perilaku yang menyimpang.
Untuk itu jika ada remaja atau peserta didik yang berbuat kenakalan yang berlebihan
maka sering mendapatkan julukan sebagai anak yang tidak bermoral atau tidak
memiliki budi pekerti.
Berbagai alternatif penyelesaian sudah sering menjadi tema yang termuat. Baik
di surat kabar, acara televisi, majalah yang dikemukakan oleh beberapa nara sumber
yang berbeda. Misalnya diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan
upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak
dikemukakan untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah budaya dan
karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena melalui pendidikan dapat membangun
generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif,
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam

5
Jamal Ma’mum Asmani, Tips Menjadi GURU Inspiratif, Kreatif dan inovatif, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2011) hal 77
6
Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam (edisi terjemahan), (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996), hal 13-14.
berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah
budaya dan karakter bangsa.
Berkaitan dengan pengembangan imtaq dan akhlak mulia serta sikap terpuji
maka yang perlu dikaji lebih lanjut adalah peran pendidikan agama, sebagaimana yang
dirumuskan dalam UU Sikdisnas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas pasal 30
yang berbunyi: “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan penanaman ajaran
agama dan atau menjadi ahli ilmu agama”.
Problematika yang dihadapai dalam masalah pendidikan agama khususnya
adalah bagaimana peserta didik dapat mengimplementasikannya sikap terpuji dalam
kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan tentang agama
akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa
dan berakhlak mulia. Dengan demikian, muatan akhlak bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian dan
karakter peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.
Berkaitan dengan pembelajaran akidah akhlak di madrasah memang bukanlah
satu-satunya yang menentukan sikap peserta didik. Akan tetapi secara substansional
mata pelajaran akidah akhlak memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap
penanaman sikap peserta didik. Karena guru sebagai pengganti orangtua ketika siswa
berada di lingkungan madrasah, maka seorang guru berkewajiban mendidik,
membimbimbing dan mengarahkan peserta didik agar tujuan pendidikan agama dapat
tercapai.
Karakter yang dibentuk dari penanaman sikap terpuji meliputi sikap sosial dan
sikap spiritual. Sikap sosial meliputi kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, ikhlas,
toleransi, saling menghormati, dan peduli lingkungan. Sedangkan sikap spiritual
meliputi perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
melaksanakan ibadah tepat waktu, membiasakan diri membaca Al-Qur’an, berdo’a
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, mengucapkan salam ketika bertemu dengan
teman atau guru. Karakter-karakter tersebut ditanamkan melalui intregasi mata
pelajaran.
Sementara itu, akidah akhlak pada zaman sekarang sangat berperan penting bagi
para generasi muda agar memiliki akhlak yang kuat untuk menyaring globalisasi yang
sedang merusak akhlak pada diri seseorang. Mata pelajaran akidah akhlak merupakan
pelajaran yang sangat penting dan perlu ditekankan. Karena berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari dan harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang
harmonis pada siswa, sebab mata pelajaran akidah akhlak bukan hanya berifat kognitif
semata melainkan harus senantiasa memberi tauladan dan contoh yang baik bagi
siswanya saat berada dilingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Dengan
demikian pembelajaran yang disampikan oleh guru dapat diterima semaksimal
mungkin oleh siswa sehingga tujuan yang diprogamkan dapat tercapai.
Pendidikan dalam membentuk karakter sangatlah penting untuk membekali anak
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang
telah diajarkan dan dicontohkan oleh guru dalam lingkungan sekolah maupun luar
sekolah. Melihat begitu pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik, serta
permasalahan yang terjadi pada praktik pendidikan karakter, maka diperlukan upaya
pembelajaran nilai-nilai karakter yang lebih baik dan mampu menyeimbangkan aspek
pikir dan dzikir pada diri peserta didik. Artinya dalam pembelajaran tidak selalu
mengedepankan aspek kognitifnya saja melainkan juga dengan menyeimbangkan
aspek afektifnya, karena dalam suatu kehidupan yang nyata tidak hanya mengandalkan
pikiran saja melainkan juga dengan perilaku dari seseorang tersebut dengan baik, maka
dalam mengambil suatu keputusan atau dalam kehidupan sehari-hari akan dilandasi
oleh rasa iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Pembelajaran akidah akhlak merupakan suatu pembelajaran yang sangat penting
dan perlu ditekankan. Karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan harus
direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang harmonis pada peserta
didik, sebab pelajaran akidah akhlak bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan
harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran akidah akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang
baik bagi peserta didik saat berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan demikian pembelajaran akidah akhlak yang disampaikan oleh guru dapat
diterima oleh peserta didik secara maksimal sehingga tujuan yang telah diprogramkan
dapat tercapai.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, bahwa penanaman sikap terpuji dalam
membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak merupakan hal yang
belum banyak diterapkan disekolah umum. Maka dari itu, agar dapat mengetahui
implementasi penanaman penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter siswa
pada mata pelajaran akidah akhlak, penulis melakukan penelitian tentang “Penanaman
Sikap Terpuji dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
di MIN 3 Tulungagung”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana penanaman sikap sosial dalam membentuk karakter siswa pada mata
pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung?
2. Bagaimana penanaman sikap spiritual dalam membentuk karakter siswa pada mata
pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung?
3. Bagaimana peran guru dalam penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter
siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan penanaman sikap sosial dalam membentuk karakter siswa
pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung.
2. Untuk mendiskripsikan penanaman sikap spiritual dalam membentuk karakter
siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung.
3. Untuk mendiskripsikan peran guru dalam penanaman sikap terpuji dalam
membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3
Tulungagung?
D. Manfaat Penelitian
Selanjutnya apabila penelitian ini berhasil dengan baik, diharapkan dapat
berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara teoritis maupun praktis.
Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau
sumbangan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter siswa Dapat memberi
kontribusi pemikiran terhadap penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter
siswa pada mata pelajaran akidaah akhlak.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas kepada guru
dalam pelaksanaan pembelajaran untuk tidak hanya menekankan aspek
kognitifnya saja melainkan juga aspek afektifnya dengan melakukan
pembiasaan-pembiasaan baik untuk meningkatkan penanaman sikap terpuji
dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai refleksi dan acuan sekolah
sebagai dasar penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter siswa.
c. Bagi Peneliti Lain/Pembaca
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat serta
menambah pengetahuan dan referensi bagi pembaca.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengalaman secara langsung dalam bidang
penelitian terutama dengan meneliti penanaman sikap terpuji dalam membentuk
karakter siswa pada mata pelajaran akidaah akhlak, dan menjadi pembelajaran
tersendiri bagi peneliti tentang bagaimana cara menanamkan sikap terpuji dalam
membentuk karakter siswa ketika menjadi guru kelak.
e. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung
Penelitian ini digunakan sebagai bahan koleksi dan referensi belajar
mahasiswa lainnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk memberikan kemudahan dalam pemahaman dan menghindari salah satu
interpretasi dari pembaca serta memberikan batasan yang terfokus pada kajian
penelitian yang diinginkan peneliti, maka perlu di identifikasikan masing-masing
istilah dalam judul penelitian yakni meliputi penegasan konseptual dan penegasan
operasional:
1. Penegasan Konseptual
a. Penanaman
Penanaman secara etimologis berasal dari kata tanam yang berarti
menabur benih, yang semakin jelas jika mendapat awalan pe dan akhiran an
menjadi “penanaman’ yang berarti proses, cara perbuatan menanam, menanami
atau menanamkan. (Depdiknas, 1134:2003).
Penanaman dapat diartikan sebagai internalisasi, dimana secara etimologis
internalisasi menunjukkan suatu proses. Jadi penanaman yang dimaksud disini
adalah suatu cara atau proses untuk menanamkan suatu perbuatan sehingga apa
yang diinginkan untuk ditanamkan akan tumbuh dalam diri seseorang.7
b. Sikap Terpuji
Sikap menurut Sarlito Wirawan merupakan kesiapan seseorang untuk
bertindak terhadap hal-hal tertentu. Sedangkan Allport menjelaskan bahwa sikap
merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Berdasarkan beberapa pendapat, sikap dapat diartikan sebagai kesadaran
individu untuk bertindak dalam menanggapi objek dan terbentuk berdasarkan
pengalaman. Sedangkan terpuji diartikan dengan sangat baik, terkenal
kebaikannya, perbuatannya.
c. Karakter
Menurut Imam Ghozali, karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan
pertimbangan pikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.8
Karakter sering dikenal dengan istilah kepribadian baik yang melakat pada
diri manusia. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari
kepribadian darin seseorang yang meliputi mentalitas, sikap dan perilaku.
kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari

7
Nasrullah, Penanaman Perilaku Terpuji Melalui kegiatan Keagamaan Siswa Di SMP Negeri 12
Palangka Raya, (Palangka Raya: Skripsi IAIN Palangka Raya, 2018), hal.18
8
Adi Suprayitno dan Wahid Wahyudi, Pendidikan Krakter Di Era Milineal, (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2020), hal. 34
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan.9 Maka dari itu, agar terwujud karakter yang baik diperlukan adanya
penanaman nilai karakter baik sejak dini. Nilai karakter merupakan suatu
keadaan yang perlu dihormati dan dihargai karena hal tersebut mencakup
kepribadian seseorang. Hal ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai
karakter merupakan kebijakan yang ditanamkan pendidik melalui internalisasi
atau memasukkan materi dan nilai yang mempunyai relevansi dalam
membangun sistem berpikir dan berperilaku peserta didik.
d. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran akidah akhlak adalah sub bab mata pelajaran pada jenjang
pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi akidah dan
akhlak. Mata pelajaran akidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada peserta didik agar
memahami, menghayati, menyakini kebenaran ajaran agama Islam serta
bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.10 Sedangkan kata akidah
berawal dari bahasa arab, ‘aqada-yaqidu-uqadatan wa ‘aqidatan, yang memiliki
arti perjanjian atau ikatan. Maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati
dan hati nurani terikat kepadanya.11 Adapun pengertian aqidah secara istilah
berarti perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati sehingga menjadi
suatu kenyataan yang teguh dan kokoh serta tidak ada keraguan dan
kebimbangan di dalamnya.
2. Penegasan Operasional
Pembelajaran akidah akhlak merupakan sebuah kegiatan guru dalam
membimbing atau mengajar siswa melalui mata pelajaran akidah akhlakberupa
perilaku baik yang dapat dicontoh dari guru maupun tokoh-tokoh terpuji lainnya
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran mata
pelajaran akidah akhlak dapat membentuk karakter siswa karena terdapat banyak
nilai-nilai positifnya. Karakter merupakan perwujudan dari kepribadian dan
membangun sistem bepikir dan berperilaku baik pada manusia dalam kehidupan

9
Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prasetyo, Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 47
10
Departemen Agama, Garis-garis Besar Progam Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah
Mata Pelajaran Akidah Akhlak , (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993), 1
11
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 13
sehari-hari.sikap terpuji terdiri dari sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap tersebut
harus dibiasakan sejak dini maka akan terbentuk kepribadian, karakter dan moral
peserta didik yang baik pula, yakni untuk mempersiapkan kehidupan sebagai
generasi penerus bangsa yang berkarakter/akhlakul karimah.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penjelasan mengenai pokok permasalahan yang akan
dikaji, maka peneliti menuliskan sistematika pembahasan agar lebih runtut dan mudah
dipahami. Penulisan proposal skripsi terdiri dari tiga bagian/bab yang masing-masing
terperinci menjadi sub-sub bab yang sistematis dan saling berkaitan yaitu sebagai
berikut:
1. Bab I : Pendahuluan
Bab I, berisi tentang Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
untuk mengemukakan penjelasan secara teoritik mengapa penelitian ini perlu
dilakukan dan apa yang melatarbelakanginya. Identifikasi masalah, menjelaskan
tentang kemungkinan-kemungkinan cakupan yang dapat muncul dalam penelitian.
Kemudian dilakukan fokus penelitian. Fokus penelitian adalah mempertegas
pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan
kegunaan penelitian yaitu untuk menguraikan pentingnya penelitian ini. Kemudian
penegasan istilah untuk menjelaskan baik secara konsep maupun operasional dari
variabel. Dan yang terakhir yaitu sistematika pembahasan untuk menjelaskan
urutan yang akan dibahas dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2. Bab II : Kajian Pustaka
Kajian pustaka memuat uraian tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks
yang berisi teori-teori besardan hasil dari penelitian terdahulu sebagai penjelasan
atau bahan pembahasan hasil penelitian dari lapangan dan berakhir pada konstruksi
teori baru yang dikemukakan oleh peneliti setelah menganalisis dan menyimpulkan.
3. Bab III : Metode Penelitian
Metode penelitian berisi tentang rancangan penelitian untuk menjelaskan
alasan mengapa peneliti memilih pendekatan kualitatif serta menjelaskan tentang
bagaimana orientasi teoritiknya. kehadiran peneliti untuk menjelaskan tentang
fungsi peneliti sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kemudian lokasi
penelitian untuk menjelaskan tentang identifikasi karakteristik, alasan memilih
lokasi, bagaimana peneliti memasuki wilayah lokasi tersebut. Setelah itu ada
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan
temuan dan tahap-tahap penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi teori
1. Penanaman
a. Pengertian Penanaman
Penanaman secara etimologis berasal dari kata tanam yang berarti
menabur benih, yang semakin jelas jika mendapatkan awalan pe dan akhiran
an menjadi “penanaman” yang berarti proses, cara perbuatan menanam,
menanami atau menanamkan. (Depdiknas, 1133:2003)
Penanaman juga dapat diartikan sebagai internalisasi. Dimana secara
etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa
Indonesia akhiran lisasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi
dapat di definisikan sebagi suatu proses. Dalam kamus bahasa Indonesia
internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penguasan secara mendalam yang
berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran dan
sebagainya. (Depdikbud, 1989: 336)
Jadi penananaman yang dimaksud peneliti adalah suatu cara atau proses
untuk menanamkan suatu perbuatan sehingga apa yang diinginkan untuk
ditanamkan akan tumbuh dalam diri seseorang.
2. Sikap terpuji
a. Pengertian Sikap Terpuji
Pengertian attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek
tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap
tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap
objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan
kesedihan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada
suatu hal, suatu objek, tidak ada attitude tanpa adanya objeknya.12
Sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 10 tokoh atau
bentuk tubuh; 2) cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk

12
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hal. 160-161
bertindak); 3) perbuatan dan sebaginya yang berdasarkan pada pendirian
(pendapat atau keyakinan).13
Secara historis, istilah “sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya statsus
mental seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam
bidang eksperimen mengenai stimulus yang datang tiba-tiba. Oleh Lange,
kesiapan (set) yang terdapat dalam diri individu untuk memberikan respon itu
disebu aufgabe atau task attitude. Jadi, menurut istilah Lange, sikap tidak
hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek
respons fisik.
Saelito Wirawan dalam Arifin mendefinisikan sikap sebagai kesiapan
pada seseorang untuk bertindak terhadap hal-hal tertentu. Sedangkan Mayor
Polak berpendapat bahwa sikap adalah tendensi atatu kecenderungan yang
stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi tertentu.
Menurut W.A. Gerungan, attitude lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan
kesedihan beraksi terhadap suatu hal.14
Alport dalam Sears menjelaskan bahwa sikap adalah keadaan mental dan
saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atatu terarah terhadap individu pada semua objek dan situasi
yang berkaitan dengannya.15
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sikap merupakan kesadaran
individu untuk bertindak dalam menanggapi objek dan terbentuk berdasarkan
pengalaman.
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-
buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian

13
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2009), hal 820
14
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hal. 124-125
15
David O. Sears Dkk, Psikologi Sosial, (PT. Gelora Aksara Pratama), hal. 137
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Breckler & Wiggins
dalam definisi mereka mengenai sikap mengatakan bahwa sikap yang
diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap
perilaku berikutnya.16
3. Karakter
a. Pengertian Karakter
Makna dan arti dari karakter Thomas Lickona mengutip pandangan
seorang filusuf Yunani bernama Aristoteles bahwa karakter yang baik
didefinisikan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan
dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles bahkan mengingatkan
kepada kita tentang apa yang cenderung dilupakan di masa sekarang ini:
kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri
sendiri (seperti kontrol diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan
kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya (seperti kemurahan hati dan balas
kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. Artinya kita perlu untuk
mengendalikan diri kita sendiri, keinginan kita, hasrat kita untuk melakukan
hal yang baik bagi orang lain.17
Thomas Lickona memaparkan bahwa karakter menurut pengamatan
seorang filsuf kontemporer bernama Michael Novak, merupakan “campuran
kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religious,
cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada
dalam sejarah.” Sebagaimana yang ditunjukkan Novak, tidak ada seorang pun
yang memiliki semua kebaikan itu, dan setiap orang memiliki beberapa
kelemahan. Orang-orang dengan karakter yang sering dipuji bisa jadi sangat
berbeda antara satu dengan lainnya. Berdasarkan pemahaman klasik ini,
Thomas Lickona bermaksud untuk memberikan suatu cara berpikir tentang
karakter yang tepat bagi pendidikan nilai: karakter terdiri dari nilai operatif,
nilai dalam tindakan. Menurut beliau karakter yang baik adalah terdiri dari
mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal

16
Saifuddin Anwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar
Manusia, 2016), hal. 15-18
17
Thomas Lickona, Caracter Matters; Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak
Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), hal. 80
yang baik- kebiasaaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan
dalam tindakan. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kebidupan
moral; ketiganya ini membentuk kedewasaan moral.18
Melengkapi pernyataan tersebut, Megawangi menyebutkan 9 pilar
karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter,
baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut: (a) cinta Allah
dan kebenaran; (b) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri; (c) amanah; (d)
hormat dan santun; (e) kasih sayang, peduli dan kerjasama; (f) percaya diri,
kreatif, dan pantang menyerah; (g) adil dan berjiwa kepemimpinan; (h) baik
dan rendah hati; (i) toleran dan cinta damai. Komponen tersebut sangatlah
dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan berkarakter. Hal tersebut
merupakan hal pokok yang harus ada dan berperan sangat penting dalam
pendidikan karakter tersebut. Sembilan pilar karakter yang telah disebutkan
oleh Megawangi juga merupakan hal pokok yang dijadikan acuan untuk
penerapan pendidikan karakter yang pada dasarnya pilar-pilar tersebut
merupakan sifat terpuji atau mulia yang tercermin pada kehidupan yang baik.
Dari kesembilan pilar tersebut maka karakter seseorang dapat diwujudkan atau
dibentuk setidaknya berdasarkan pilar tersebut.19
4. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
a. Pengertian akidah akhlak
Akidah ialah yakin di dalam hati, diucapkan secara verbal dan
dilangsungkan pada keshahihan. Yakin pada hati memiliki arti serta percaya
bahwa Allah itu wujud dan Esa. Dinyatakan secara lisan yakni dengan
melisankan dua kalimat syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Lambat laun nyata sesuai perbuatan amal
shaleh. Akidah memiliki arti bahwa terhadap insan beriman, tanpa rasa ragu-
ragu di hati atau ucapan di bibir serta tindakan. Tidak lain secara menyeluruh
melukiskan iman terhadap Allah, yaitu tanpa niat, ucapan serta perbuatan yang
dinyatakan dari individu yang beriman tersebut, terkecuali yang searah pada
kehendak Allah.

18
Ibid, hal 81-82
19
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 4
Secara etimologis akhlak berasal dari bahasa arab wujud jamak dari
khuluq dimana memiliki arti budi pekerti, tindakan atatu perbuatan. Berawal
dari kata khalaq yang diartikan menciptakan. Pada kata khaliq (pencipta), serta
insan (yang diciptakan). Secara istilah akhlak ialah sifat yang terkandung pada
jiwa yang terlahir oleh macam-macam tindakan negative ataupun positif, tidak
memerlukan gagasan serta penimbangan. Akhlak mencair serta muncul dengan
spoinitas tanpa membutuhkan gagasan dan kesiapan sempurna.20 Jadi akhlak
merupakan tindakan atas perilaku yang telah dibudayakan pada aktivitas
keseharian dan tindakan tersebut akan mengalami pengulangan dan berubah
menjadi suatu kebiasaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran
akidah akidah akhlak ialah suatu usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik agar mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah
SWT, kemudian melangsungkannya pada kehidupan sehari-hari melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan latihan serta keteladanan.
b. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Membimbing setiap insan atas prinsip kebenaran serta jalan Allah yang
bisa melahirkan kehagiaan dunia maupun akhirat merupakan bagian utama
dalam tujuan akidah akhlak. Secara pokok, mata pelajaran akidah akhlak
mempunyai kontribusi pada motivasi terhadap peserta didik guna mempelajari
serta mempraktekkan akidahnya pada bentuk pembiasaan guna melaksanakan
akhlak terpuji serta menjauhkan dari akhlak tercela di kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, mata pelajaran akidah akhlak bertujuan agar:
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan serta
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan dan
pengalaman siswa terkait akidah Islam hingga menjadi insan yang terus
mengalami keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah SWT.
2) Melahirkan insan yang berakhal mulian serta menjauhi akhlak tercela pada
aktivitas keseharian, baik pada kehidupan individual atau sosial sebagai
indikasi dari pemahaman serta nilai-nilai akidah akhlak.21

20
Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta, LPPI,2001), hlm 1-2.
21
Kementerian Agama, Aqidah Akhlak Buku Guru (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 2.
Berdasarkan pemaparan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa mata
pelajaran akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang dapat membantu siswa
dalam meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Allah Swt. dan dapat
memberikan pemahaman ilmu pada lingkup pendidikan agama Islam serta
dapat menumbuh kembangkan akhlak dan sikap terpuji siswa.
c. Ruang lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Ruang lingkup pembahasan mata pelajaran akidah akhlak terdapat dalam
kompetensi dasar yang diuraikan oleh kompetensi inti. Sedangkan menurut
Departemen Agama, pendidikan
Ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak adalah:
1) Aspek akidah (keimanan) meliputi:
a) Menyakini enam rukun iman, sifat wajib Allah Swt., sepuluh nama
malaikat Allah Swt. dan tugasnya, iman adanya surga dan neraka, iman
kepada kitab-kitab Allah Swt, iman kepada nabi dan rasul Allah Swt.,
iman kepada hari akhir, alam barzah atau alam kubur, iman kepada s
qada dan qadar Allah.
b) Kalimat tayyibah sebagai pembiasaan, meliputi dua kalimat syahadat,
basmallah, hamdalah, ta’awudz, subhanallah, masya Allah, Allahu
Akbar, Assalamu’alaikum, hauqalah (Laa haula walaa quwwata illa
billah hil’aliyyil adhiim), tarji’ (inna lillahi wainna ilaihi raji’un),
istighfar, dan tahlil (laa ilaaha illa Allah).
c) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat
tayyibah, asmaul husna: ar-Rahmaan, ar-Rahiim, al-Hafidz, al-waliy, al-
Aliim, al-Khabiir, ar-Razaaq dan al-Wahab, al-Khabiir, al-Adziim, al-
Malik, al-Aziiz, al-Quddus, as-Salaam, al-Mu’min, al-Qawiyy, al-
Qayyum, al-Muhyi, al-Mumith, al-Baai’ts, al-Ghaffar dan al-‘Afuww,
al-Wahid, al-Ahad, ash-Shamad.
2) Aspek akhlak terpuji meliputi:
a) Membiasakan akhlak terpuji hidup sehat dan bersih, hormat, kasih
saying, sopan santun terhadap orang tua dan guru, berkata baik, berkata
jujur, membudayakan antri, berterima kasih, rendah hati, menghargai
teman, gemar membaca, rajin, bersyukur, taat dan patuh terhadap Allah
Swt., rasul-Nya, kedua orang tua, dan guru, pantang menyerah,
pemberani, tolong menolong, amanah, disiplin, mandiri, pemaaf,
tanggung jawab, adil, bijaksana, akhlak yang baik terhadap binatang dan
tumbuhan, menghindari akhlak tercela: egois, berkata kasar, berbohong,
pemarah, fasik, munafik, dan pilih kasih.
b) Membiasakan adab ke kamar mandi, mandi berpakaian, belajar, bersin,
menguap, makan, minum, terhadap tetangga, dan lingkungan, berteman,
dan bertamu.
3) Aspek kisah teladan meliputi:
a) Meneladani akhlak nabi Muhammad Saw, nabi nuh a.s, nabi Musa a.s,
nabi Ismail a.s, tabah dan sabar menghadapi cobaanmelalui kisan Bilal
bin Rabbah, teguh pendirian, dermawan, dan tawakkal melalui kisah nabi
Ayyub a.s, menjauhi sikap durhaka kepada orang tua melalui kisah
Ka’nan, sifat kikir dan kufur nikmat melalui kisah Tsa’labah, serakah dan
kikir melalui kisah Qarun.
Materi kisah-kisah teladan dan ibrah ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak. Mata pelajaran akidah akhlak
tentu saja menjadi mata pelajaran yang utama dalam pembelajaran akidah dan
akhlak di MI. Dimulai dari kelas 1 sampai 6 , materi mengenai akidah dan
akhlak ini dibagi menjadi enam tahun pembelajaran di MI agar siswa secara
bertahhap mampu memahami dan mengamalkan akidah dan akhlak yang
diajarkan.22
d. Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia merupakan
sumber ajaran Islam. Dengan demikian sumber ajaran Islam merupakan
dasar segi religius dalam pelaksanaan pendidikan akhlak. Adapun Nabi
Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik dalam pendidikan
akhlak. Berikut adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar
pelaksanaan pendidikan akhlak:
ٰ ْ ‫سنَةٌ ِلِّ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا اللّٰهَ َو ْاليَ ْو َم‬
)١٢( ‫اْل ِخ َر َوذَك ََر اللّٰهَ َكثِي ًْرا‬ َ ‫س ْو ِل اللّٰ ِه اُس َْوة ٌ َح‬
ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬

22
Rahmat solihin, Akidah Akhlak Dalam Perspektif Pembelajaran Di Madrasah IBtidaiyah,
(Jawa Barat: CV. Adanu Abimata, 2021), hal 25-26
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS.
Azhab:21)23
e. Prosedur Pembelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran akidah juga termasuk mata pelajaran PAI, pengembangan
kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan pada fitrah manusia yang
terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh Ketiga dimensi tersebut
haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan
keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam menentukan pendekatan,
metode dan teknik.24 Berikut adalah penjelasannya:
1) Pendekatan
Konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam meliputi:
a) Keimanan, mengembangkan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan.
b) Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktekkan pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas
dan masalah kehidupan.
c) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membiasakan perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan ajaran
Islam dan budaya bangsa.
d) Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) peserta didik dalam
memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standard materi
dan kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk.
e) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
f) Fungsional, menyajikan bentuk standard semua materi dari segi
manfaatnya bagi peserta didik dalam arti luas sesuai dengan tingkat
perkembangannya dalam kehidupan sehari-hari.

23
Abdul Majid & Dian Andyani, Pendidikan karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2012), hal 169
24
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standard Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), hal 132
g) Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non agama serta
petugas lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai cermin manusia
berkepribadian agama.25
2) Metode
Berikut adalah metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
akidah akhlak antara lain:
a) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan ilmu pengetahuan
secara lisan. Hendaknya ceramah mudah diterima, mudah dipahami dan
mampu menstimulasi pendengar (anak didik) untuk melaksanakan hal
yang baik dari isi ceramah yang telah didengar.26 Adapun menurut
Suryono, metode ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara
lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu
mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-
muridnya.27
Dalam pelaksanaan metode ceramah, guru bisa menggunakan alat-
alat pembantu seperti gambar-gambar dan lain sebagainya untuk
menjelaskan urainnya. Dalam pelaksanaan metode ceramah, peranan
murid adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok
penting tentang apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam metode ceramah terdapat kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan metode ceramah antara lain: membuat siswa pasif, mengandung
unsur paksaan kepada siswa, mengandung daya kritis, kegiatan
pembeljaran lebih verbalisme, bila terlalu lama membosankan, suka
mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik. Dedankan
kelemahan metode ceramah antara lain: guru mudah menguasai kelas,
guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar, dapat diikuti
anak didik dalam jumlah besar, dan mudah dilaksankan.
b) Metode Tanya Jawab

25
Ibid, hal 135.
26
Ibid, hal 137.
27
Suyono, dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Cet I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal 99
Metode tanya jawab merupakan proses pengajuan pertanyaan guru
terhadap murid. Dalam metode tanya jawab, guru pada umumnya berusaha
menanyakan apakah siswa telah mengetahui dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh
siswa.
c) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik sebagai upaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih dimana
masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya. Menurut Nana Sudjana, diskusi pada dasarnya ialah tukar
menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapat pengertian
bersama tentang sesuatu yang lebih jelas dan lebih teliti. Adapun tujuan
metode diskusi menurut Mulyani Sumantri antara lain: melatih dan
mengembangkan keterampilan peserta didik dalam bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasa, melatih dan
membentuk kestabilan sosio-emosional, mengembangkan kemampuan
berpikir sendiri dalam memecahkan masalah, mengembangkan
keberhasilan peserta didik dalam menentukan pendapat, mengembangkan
sikap terhadap isu-isu kontroversial, melatih peserta didik agar berani
dalam berpendapat tentang suatu masalah
d) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah atau problem solving merupakan cara
memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk berpikir
dan memperhatikan tentang suatu masalah dan menganalisis masalah
tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pemecahan masalah
atau problem solving:
i. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah tersebut harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
ii.Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya dengan membaca buku-buku, bertanya,
berdiskusi dan lain sebagainya.
iii.Menetapkan jawaban sementara dari jawaban tersebut dengan didasarkan
kepada data yang diperoleh.
iv.Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin dengan
jawaban tersebut.
v.Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir mengenai masalah tersebut.28
e) Metode Suri Tauladan
Adapun konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah
mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi panutan dan suri
tauladan yang baik bagi umat manusia. Dengan adanya metode suri
tauladan ini, akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk menirunya.
Dengan adanya contoh baik berupa ucapan, perbuatan dan tingkah laku
akan memberikan kesan yang baik bagi pendidikan anak serta memberikan
kesan yang baik pula dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.
Demikian beberapa metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode-metode tersebut dapat memberikan
kesan yang baik dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa
memahami materi yang disampaikan oleh guru.29

B. PENELITIAN TERDAHULU
Berdasarkan penulusuran peneliti tentang fokus penelitian yang akan
dilakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang masih memiliki keterkaitan
dengan penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter siswa pada mata
pelajaran akidah akhlak antara lain sebagai berikut:
1. Peneliti yang dilakukan oleh Rizqi Fatkhu Rokman pada tahun 2020 berjudul
“Pembentukan Sikap Terpuji Peserta didik Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak
Di Kelas VIII MTsN Malang”30
Fokus penelitian:

28
Ibid, hal 143
29
Ibid, hal 150.
30
Rizqi Fatkhu Rokman, “Pembentukan Sikap Terpuji Peserta didik Melalui Pembelajaran Akidah
Akhlak Di Kelas VIII MTsN Malang”, SKRIPSI, (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2020).
a. Bagaimana strategi pembentukan sikap terpuji peserta didik melalui
pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang.
b. Bagaimana proses pelaksanaan pembentukan sikap terpuji peserta didik
melalui pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang.
c. Bagaimana dampak pembentukan sikap terpuji peserta didik melalui
pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang.
Hasil penelitian:
a. Strategi yang dilakukan oleh guru guna membentuk sikap terpuji peserta didik
melalui pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang yaitu: a)
Keteladanan, dan b) Pembiasaan.
b. Proses pelakasanaan pembentukan sikap terpuji peserta didik melalui
pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang, sebagai berikut: a)
menggunakan silabus, dan b) menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
c. Dampak dari pembentukan sikap terpuji peserta didik melalui pembelajaran
akidah akhlak di kelas VIII MTsN 3 Malang, sebagai berikut: a) Husnudzan,
menjadikan peserta didik untuk berpikir positif serta lebih baik dalam bertutur
kata terhadap guru, orangtua maupun sesamanya. b) tawadhu, menjadikan
peserta didik untuk peduli serta empati dengan orang-oarang disekitar sebagai
makhluk sosial. Sehingga ia mampu menjadi manusia yang bersyukur. d)
tasamuh, menjadikan peserta didik untuk menghargai, ,emghormati orang lain
dalam hal apapun. Sehingga akan terjadi sebuah kerukunan dan perdamaian.
2. Peneliti yang dilakukan oleh Lailatul Fadhilah pada tahun 2018 berjudul
“Penanaman Sikap Sosial Pada Mata Pembelajaran IPS Kelas IV MIS Bina
Keluarga”31
Fokus Penelitian:
a. Bagaimanakah menanamkan sikap sosial terhadap siswa pada mata
pelajaran IPS
b. Apa faktor pendukung penanaman sikap sosial pada siswa.
c. Apa faktor penghambat penanaman sikap sosial pada siswa.

31
Lailatul Fadhilah, “Penanaman Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MIS Bina
Keluarga”, SKRIPSI, (Universitas Islam Negeri Sumatrautara, 2018).
Hasil Penelitian:
a. Penanaman sikap sosial harus ditanamkan sejak dini. Menanamkan sikap
sosial melalui pembelajaran IPS sangat baik guru lakukan untuk
menumbuhkan sikap sosial apalagi di dalam pembelajaran IPS banyak
terdapat materi-materi yang cocok untuk guru dalam menanamkan sikap
sosial. Sikap sosial dapat ditanamakan melalui pembiasaan, figur yang
baik, yang dapat siswa lihat melalui guru, orang tua dan teman sebayanya.
Pembelajaran IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam menanamkan
sikap sosialnya dan menjadikan siswa pribadi yang disiplin, tegas, tolong
menolong, saling menghargai, ramah kepada siapapun.
b. Guru dan orang tua merupakan faktor pendukung dan contoh yang dapat
ditiru oleh siswa dalam membentuk sikapnya, oleh sebab itu guru dan
orang tua juga harus menjaga setiap perilakunya agar apa yang ditiru oleh
siswa merupakan hal-hal yang baik yang dapat mengubah dirinya menjadi
baik. Dan untuk hasil yang maksimal hendaknya guru dan orang tua bekerja
sama dalam menanamkan sikap sosial anak.
c. Selain faktor pendukung orang tua dan guru juga dapat menjadi
penghambat dalam menanamkan sikap sosial pada siswa, karena jika guru dan
orang tua tidak dapat memberikan contoh yang baik kepada siswa maka siswa
juga akan mencontoh perbuatan yang tidak baik tersebut, karena orang dewasa
merupakan duplikat bagi siswanya. Bukan hanya itu, di era modern saat ini
gadget juga merupakan penghambat bagi siswa dalam berinteraksi kepada
sekitarnya dan itu merupakan penghambat untuk kita dalam menanamkan
sikap sosial kepada siswa, karena gadget dapat membuat siswa menjadi
seorang yang individualis dan tidak mau bergaul kepada teman-teman
sebayanya. Oleh sebab itu pengawasan orang tua juga harus lebih ekstra dalam
perkembangan siswa tersebut.
3. Peneliti yang dilakukan oleh Aisyah Dwi Pertiwi pada tahun 2020 berjudul
“Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak Di Kelas
Rendah MI Al Huda Rejowinangon Trenggalek”32

32
Aisyah Dwi Pertiwi, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak Di
Kelas Rendah MI Al Huda Rejowinangon Trenggalekk ”, SKRIPSI, (Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, 2020).
Fokus Penelitian:
a. Bagaimana penanaman kebiasaan dalam cara berpikir melalui pembelajaran
Akidah Akhlak pada siswa kelas rendah MI Al Huda Rejowinangun
Trenggalek.
b. Bagaimana penanaman kebiasaan dalam hati melalui pembelajaran Akidah
Akhlak pada siswa kelas rendah MI Al Huda Rejowinangun Trenggalek.
c. Bagaimana penanaman kebiasaan dalam tindakan melalui pembelajaran
Akidah Akhlak pada siswa kelas rendah MI Al Huda Rejowinangun
Trenggalek.
Hasil penelitian:
a. Penanaman kebiasaan dalam cara berpikir melalui pembelajaran Akidah
Akhlak pada siswa kelas rendah di MI Al Huda Rejowinangun Trenggalek
adalah melalui proses pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar
kelas. Dengan penyusunan strategi dan metode pembelajaran yang tertera
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat memudahkan guru
dan peserta didik dalam menyampaikan dan menerima materi pelajaran.
Sehingga tujuan pembelajararan tercapai dengan maksimal. Melalui
penyusunan strategi dan model pembelajaran dapat mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik dengan cara pada evaluasi pembelajaran
peserta didik membuat resume tentang materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Peserta didik dapat mengembangkan gagasan dan ide-ide yang
didasarkan kepada pengalaman peserta didik untuk mendiskripsikan hasil dari
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta yang diperoleh pada pengalaman
tersebut. Sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya
b. Penanaman kebiasaan dalam hati melalui pembelajaran Akidah Akhlak
pada siswa kelas rendah di MI Al Huda Rejowinangun Trenggalek adalah
melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan peningkatan akademik. Melalui
kegiatan pembelajaran yakni seberapa tingkat kemampuan peserta didik untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan kegiatan peningkatan
akademik seperti baca tulis Al-Qur’an/taman pendidikan AlQur’an, hafalan
surat pendek/do’a sehari-hari dan Tahfidz yang rutin dilakukan pada saat
sebelum mulai pelajaran. Dari kegiatan tersebut penanaman kebiasaan
kesabaran dan ketabahan dalam belajar dapat terlaksana. Sehingga peserta
didik dapat melatih dalam merencanakan halhal yang realistis, memiliki
kepercayaan diri, memiliki kemampuan untuk mengelola perasaan dalam
menghadapi peristiwa dan situasi yang penuh dengan emosi-emosi negatif.
c. Penanaman kebiasaan dalam tindakan melalui pembelajaran Akidah Akhlak
pada siswa kelas rendah di MI Al Huda Rejowinangun Trenggalek adalah
melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan pembiasaan yang ada di sekolah.
Pada kegiatan pembelajaran peserta didik dapat mengaplikasikan materi
pelajaran dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk kegiatan pembiasaan
dilakukan setiap hari di lingkungan sekolah, kegiatan tersebut bertujuan untuk
menanamkan nilai karakter pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat
mengetahui tindakan yang baik dan yang tidak untuk dijadikan sebagai
kebiasaan dalam tindakan dikehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai
karakter.
C. PARADIGMA PENELITIAN
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi
(perilaku didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Menurut Harmon
Paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, befikir, menilai dan melakukan
yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus dengan revisi realitas.33
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang penanaman sikap
terpuji dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
Penanaman sikap terpuji sangat ditentukan melalui kegiatan pembiasaan sikap sosial
dan spiritual maupun kegiatan keagamaan lainnya yang telah dilaksanakan oleh guru
dan siswa di sekolah tersebut. Selain melalui kegiatan pembiasaan dan keagamaan,
proses penanaman sikap juga dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas
melalui mata pelajaran akidah akhlak dan mengadakan kegiatan di luar kelas berupa
ekstrakurikuler dengan tujuan untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter
dan berakhlakul karimah.

33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 49
Penanaman nilai-nilai karakter di lembaga pendidikan pada dasarnya
bertujuan untuk membentuk kualitas peserta didik secara menyeluruh. Penanaman
sikap terpuji menjadi salah satu solusi dalam membentuk karakter siswa dan sebagai
alternatif bagi upaya pemecahan masalah perilaku penyimpangan moral dalam dunia
pendidikan. Lingkungan lembaga pendidikan merupakan faktor pembentuk perilaku
seseorang. Penanaman sikap terpuji dalam membentuk karakter siswa pada dunia
pendidikan mempunyai identitas tingkah laku, mengerti dan merubah tingkah
lakunya dari yang kurang baik menjadi lebih baik serta menyeimbangkan antara
afektif dan psikomotoriknya. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang
mendukung terciptanya perwujudan sikap yang baik dalam kehidupan. Sikap tersebut
tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.34 Desain penelitian merupakan usaha
untuk mendapatkan hasil penelitian yang terpercaya dan meyakinkan, sehingga
membutuhkan perencanaan untuk mendapatkan sumber-sumber yang terpercaya dan
meyakinkan.35
Dimana dalam penenlitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan. Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statisik atau dengan cara kualitatif
lainnya. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan
apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Menurut definisi ini penelitian
kualitatif menghasilkan data deskriptif sehingga merupakan rinci dari suatu fenomena
yang diteliti.36
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur
penelitian yang bermaksud agar memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian (misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain).
Secara holistic, serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.37 Peneliti menerapkan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa
pertimbangan: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

34
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 2
35
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT
Grafindo Persada, 1999), hal. 103
36
M. Askari Zakariah, dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Action Research,
Research And Development (R n D), (Kolaka: Yayasan Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah,
2020), hal 27
37
Andi Prastowo, Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hal 23-24
hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.38
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. 39 Penelitian
deskriptif kualitatif menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai
dengan apa adanya.40
Berdasarkan dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian dan penelitian yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan
sehingga peneliti dapat memilah-milah sesuai dengan fokus penelitian yang telah
disusun, sehingga peneliti mendapatkan realita data yang jelas. Peneliti juga dapat
berkomunikasi secara langsung dan dapat mengenal lebih dekat serta menjalin
hubungan baik dengan subjek (responden). Peneliti berusaha memahami keadaan
subjek dan senantiasa berhati-hati dalam menggali informasi kepada subjek sehingga
subjek tidak merasa terbebani.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengkaji, menganalisis, dan
mendeskripsikan data dan fakta sehingga diperoleh gambaran tentang “Penanaman
Sikap Terpuji Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Di MIN 3 Tulungagung”. Pendekatan kualitatif digunakan karena dapat
mengungkap data secara mendalam mengenai: (1) Penanaman sikap sosial dalam
membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung
(2) Penanaman sikap spiritual dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran
akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung, dan (4) Peran guru dalam penanaman sikap
terpuji dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3
Tulungagung.

38
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, …, hal 9-10
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 310
40
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hal. 157
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci dalam
menangkap makna dan sekaligus pengumpulan data. Dengan demikian, peneliti
memiliki keunggulan dalam prosedur dan etika penelitian, personalitas, intelektualitas,
maupun cara-cara mempresentasikan komunikasinya dalam pergaulan lapangan.41
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak diperlukan
karena peneliti berfungsi sebagai instrument kunci dan sekaligus sebagai pengumpulan
data utama. Menurut Lexy J. Moloeng menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pengumpulan data, analisis penafsiran
data dan pada akhirnya menjadi pelopor atas hasil penelitian yang dilaksanakan.42
Untuk mendukung pengumpulan data dari sumber yang ada di lapangan, peneliti
juga memanfaatkan alat tulis menulis seperti buku tulis, paper, pensil dan bolpoin
untuk mencatat data yang diperoleh. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sebagai
tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti dan dapat menunjang
keabsahan data sehingga data yang di dapat memenuhi orisinalitas. Dengan demikian,
keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data
lainnya sangatlah mutlak diperlukan, sehingga peneliti selalu menyempatkan waktu
untuk mengadakan observasi langsung ke lokasi tempat penelitian dengan intensitas
yang sesuai.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian merupakan tempat yang menjadi wadah dalam melaksanakan
penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini dilaksanakan
di MIN 3 Tulungagung yang terletak di Desa Pandansari Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung. Letak sekolah ini cukup strategis, dan mudah dijangkau
dengan kendaraan umum. Sekolah ini sangat maju dan banyak diminati dan dipercaya
oleh masyarakat sekitar Ngunut dan Sumbergempol untuk memberikan pendidikan
kepada anaknya karena merupakan salah satu madrasah Ibtidaiah yang sudah Negeri
yang ada di Tulungagung. Pemilihan lokasi ini dilakukan berbai pertimbangan antara
lain: Pertama, mudahnya akses jalan menuju ke sekolah dan situasi sosialnya mudah
diamati sehingga memperlancar proses penelitian. Kedua, keramahan para guru dalam

41
Deddy Mulyana, Metodologi Penenlitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.62
42
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, …, hal.12
menerima peneliti dan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) bagi seluruh
warga sekolah serta dibudayakannya nilai kejujuran, kedisiplinan, tolong-menolong
dan lain sebagainya yang dijadikan obyek utama. Ketiga, Mengingat penelitian ini
adalah tugas yang memiliki batas waktu, maka peneliti mempertimbangkan waktu,
jarak, tenaga, dan sumber daya peneliti. Letak peelitian yang sangat setrategis dan
mudah dijangkau sangat mendukung dalam proses pelaksanaan penelitian dari
berbagai segi waktu, jarak, tenaga, dan sumber daya peneliti.
D. Sumber Data
Dalam penelitian kualiatif, data yang dikumpulkan berhubungan dengan fokus
penelitian. Menurut Arikunto sumber data adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunkan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.43 Informasi atau data berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Data Primer, data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya. data primer merupakan data yang berbentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
subyek terpercaya. Data ini digali dari guru mata peelajaran akidah akhlak MIN 3
Tulungagung.
2. Data Skunder, data data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi
lainnya.44 Dalam penelitian ini data didapatkan melalui dua sumber yaitu sumber
tertulis maupun sumber tidak tertulis. Data yang diperoleh melalui sumber
tertulis berupa dokumen-dokumen resmi maupun pribadi yang ada disekolah
tersebut. Dari dokumen tersebut didapatkan data-data mengenai informasi-
informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data yang tidak tertulis diperoleh
melalui wawancara dan tanya jawab. Dari wawancara dan tanya jawab tersebut
dapat memperoleh informasi yang belum ada didalam sumber tertulis sesuai dengan

43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal. 3
44
Marzuki, Metodologi riset.( Yogyakarta : PT Prasetia Widia Pratama, 2000) hal. 55-56
kebutuhan penelitian. Data sekunder dari penelitian ini adalah keterangan dari
kepala sekolah, guru dan perwakilan siswa di MIN 3 Tulungagung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu tahap yang terpenting dalam proses penelitian adalah tahap
pengumpulan data, karena data merupakan faktor yang terpenting dalam suatu
penelitian. Tanpa adanya data yang terkumpul, maka tidak mungkin suatu penelitian
berhasil. Terdapat berbagai jenis teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
disesuaikan dengan sifat penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku
objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasian
(observer) dan pihak yang di observasi disebut terobservasi (observee). Dalam
teknik observasi peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif. Observasi
partisipatif merupakan jenis observasi yang melibatkan diri peneliti dalam
mengamati subyek atau orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. atau
berinteraksi pada kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian dalam
lingkungannya, selain itu juga mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk
catatan lapangan.
Observasi ini dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, tempat, benda, serta rekaman dan gambar. Dalam hal ini peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari dengan yang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut serta melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
demikian, data yang diperoleh peneliti akan lebih lengkap, tajam dan dapat
mengetahui tingkat makna pada subyek penelitian.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui informasi tentang kegiatan
yang diteliti secara lebih mendalam dan jelas. Wawancara adalah kegiatan menggali
informasi kepada informan, yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
terkait informasi yang ingin diketahui. Wawancara merupakan bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu”.45 Wawancara bertujuan untuk mengetahui dari responden hal- hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi.
Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi
tersetruktur (Semi terstruktured Interview). Jenis wawancara ini sudah termasuk
dalam kategori in-dept interview, “Pada teknik wawancara ini, berarti peneliti
menggunakan pedoman wawancara, tetapi dalam pelaksanaanya peneliti juga
mengemukakan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diwawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya”46
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang disampaikan informan. Selain membawa pedoman wawancara,
peneliti juga perlu membawa alat bantu untuk memudahkan wawancara seperti,
buku catatan, alat tulis, dan alat bantu lainnya. Pada penelitian ini, pihak yang
diwawancarai antara lain kepala sekolah, guru mata pelajaran akidah akhlak, dan
perwakilan siswa MIN 3 Tulungagung. Metode wawancara digunakan dalam
mengumpulkan data-data melalaui percakapan untuk memperoleh data mengenai
penanaman sikap terpuji dalam mebentuk karakter siswa pada mata pelajaran
akidah akhlak di MIN 3 Tulungagung.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan bukti-bukti dan keterangan. Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan strategi
yang diterapkan oleh guru maupun dokumen yang berbentuk gambarnya. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil data berupa catatan, transkip, buku, agenda, dan
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk lebih menyakinkan akan kebenaran obyek yang
akan diteliti.
Peneliti akan melakukan pencatatan dengan lengkap, cepat, dan apa adanya
setelah data terkumpul, sehingga terhindar dari adanya kemungkinan hilangnya
data dan ketidak validan data. oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara

45
Deddy Mulyana, Metodologi Penenlitian Kualitatif, …, hal.180
46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 15
terus-menerus dan akan berakhir apabila tidak ditemukannya data baru dalam
penelitian. Dengan demikian dianggap telah diperoleh pemahaman yang mendalam
terhadap kajian ini.
Semua metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga
peneliti menggunakan ketiga metode, yaitu: wawancara semi tersetruktur, observasi
partisipatif, dan dokumentasi agar saling melengkapi antara satu sama lainnya. Hal ini
bermaksud agar data yang diperoleh menghasilkan temuan yang valid dan reliable.
Dengan adanya dokumentasi, peneliti mampu menunjukkan fakta yang sebenarnya
terjadi kepada pembaca mengenai MIN 3 Tulungagung.
F. Analisis Data
Bodgan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyususn
secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta memuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.
Ketika peneliti mulai memasuki kegiatan lapangan untuk mengumpulkan data,
peneliti melakukan analisis data. Misalnya, ketika peneliti melakukan wawancara,
analisis dilakukan terhadap informasi hasil wawancara. Apabila jawaban yang
diperoleh peneliti dirasakan belum memuaskan, peneliti dapat melanjutkan wawancara
dengan mengajukan pertanyaan lanjutan sampai diperoleh data yang memuaskan.
Mille dan Huberman mengemukakan bahwa dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam
analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data menunjuk kepada proses peilihan, pemokusan,
penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data “mentah” yang terlihat
dalam catatan tertulis lapangan. Oleh karena itu reduksi data berlangsung selama
kegiatan penelitian dilaksanakan.
Reduksi data adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari analisis data.
reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan data dalam satu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasikan.
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilah hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya atau dengan teks yang bersifat
naratif.47 Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification).
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi data.
verivikasi data merupakan proses untuk mendapatkan bukti-bukti yang
mendukung.48 Tahap pengumpulan data kesimpulan awal yang telah dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.49

47
Robert K. Yin, Case Study Research: Design and Methods, (Beverly Hills: Sage Publication,
1987), Hal. 114-115
48
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif…, hal.45
49
Ibid, hal. 246-252
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan teknik yang digunakan agar penelitian
kualitatif dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Keabsahan data yang dimaksud
adalah untuk menjamin bahwa semua data yang telah diamati dan diteliti oleh peneliti
sesuai dan relevan dengan data yang sesungguhnya ada dan memang benar-benar
terjadi. Hal ini dilakukan peneliti untuk memelihara dan menjamin bahwa data itu
benar, baik bagi pembaca maupun subjek yang diteliti.
Adapun teknik yang digunakan peneliti adalah teknik triangulasi
yakni pemeriksaan melalui sumber lainnya, yaitu membandingkan dan
mengecek balik derajat kepeercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu guna untuk
mendapatkan data yang memiliki keakuratan yang tinggi. Triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti melakukan pengumpulan
data sekaligus menguji. kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.50
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik, yaitu triangulasi
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi menghasilkan data yang berbeda-beda,
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau kepada yang lain, untuk memastikan data mana yang diangggap paling benar atau
mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda.

50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hal.330
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak, Bandung: Pustaka Setia.


Arifin, Bambang Syamsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Menjadi GURU Inspiratif, kreatif dan inovatif
Jogjakarta: DIVA Press.
Awwad, Jaudah Muhammad. 1996. Mendidik Anak Secara Islam (edisi terjemahan),
Jakarta: Gema Insani Press.
Azwar, Saifuddin. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar Manusia.
Departemen Agama. 1993. Garis-garis Besar Progam Pengajaran (GBPP) Madrasah
Tsanawiyah Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fatkhu Rokman, Rizqi. 2020. “Pembentukan Sikap Terpuji Peserta didik Melalui
Pembelajaran Akidah Akhlak Di Kelas VIII MTsN Malang”. SKRIPSI
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Hadjar, Ibnu. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
Ilahi, Muhammad Takdir dan Rose Kusumaning Ratri. 2012 revitalisasi Pendidikan
Berbasis Moral. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ilyas, Yuhanar. 2001. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP Press.
J. Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kementerian Agama. 2014. Aqidah Akhlak Buku Guru (Jakarta: Kementerian Agama.
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Krakter: Konsepsi dan Implementasinya secara
terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
K. Yin, Robert. 1987. Case Study Research: Design and Methods, Beverly Hills: Sage
Publication.
Lailatul Fadhilah. 2018. “Penanaman Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV
MIS Bina Keluarga”, SKRIPSI, (Universitas Islam Negeri Sumatrautara.
Lickon, Thomas. 2015. Caracter Matters: Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu
Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting
Lainnya, Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul dan Dian Andyani. 2012. Pendidikan karakter Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standard
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Marzuki. 2000. Metodologi riset. Yogyakarta : PT Prasetia Widia Pratama.
Mulyana, Deddy 2004. Metodologi Penenlitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativiyas Anak Berbakat, Jakarta:
Departemen Pendidikan & Kebudayaan ; Raneka Cipta.
Nana Syaodih, Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasrullah, 2018. Penanaman Perilaku Terpuji Melalui kegiatan Keagamaan Siswa Di
SMP Negeri 12 Palangka Raya. Palangka Raya: Skripsi IAIN Palangka Raya.
O, David dan Sears Dkk. 1985. Psikologi Sosial. PT. Gelora Aksara Pratama.
Pertiwi, Aisyah Dwi . 2020.“Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran
Akidah Akhlak Di Kelas Rendah MI Al Huda Rejowinangon Trenggalekk ”,
SKRIPSI, (Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
Prastowo, Andi. 2011. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Salim dan Syahrum. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka
Media.
Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prasetyo. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis
Pendidikan Karakter. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Solihin, Rahmat. 2021. Akidah Akhlak Dalam Perspektif Pembelajaran Di Madrasah
IBtidaiyah. Jawa Barat: CV Adanu Abimata.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hal.330
Sukardi, 2005. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suprayitno, Adi dan Wahid Wahyudi. 2020. Pendidikan Krakter Di Era Milineal’
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Suyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Cet I. Jakarta: Rineka Cipta.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 tahun 2003). 2009. Jakarta: Sinar Grafika.
Zakariah, M. Askari, dkk. 2020. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Action
Research, Research And Development (R n D). Kolaka: Yayasan Pondok
Pesantren Al Mawaddah Warrahmah.

Anda mungkin juga menyukai