Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PTS

UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KARAKTER ISLAMI


PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 6 SATAP SOJOL
TAHUN AJARAN 2023-2024

Oleh :
ANDIAH REGITA CAHYANI (201010110)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2023
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh merosotnya karakter siswa akibat dari majunya
teknologi, seperti kurangnya sikap religius, kedisiplinan serta kepedulian terhadap lingkungan
sekitar. Kemajuan teknologi ini merupaka sebuah pisau yang bermata dua, artinya bisa
digunakan dalam hal postif maupun hal negatif. Untuk menimalisir dampak dari majunya
teknologi yang berkembang saat ini maka perlu diajarkan mengenai pendidikan karakter. SMPN
6 Satap Sojol merupakan lembaga hanya menciptakan insan yang berprestasi, tetapi juga
berkarakter Islami, intinya antara IPTEK dan IMTAQ diupayakan saling bersinergi.

Pengupayan pembentukan karakter merupakan tugas seluruh warga sekolah termasuk


guru pendidikan agama Islam yang berperan dalam pembentukan karakter melalui proses belajar
mengajar serta kegiatan di sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus penelitian
ini diantaranya, (1) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
religius di era digital, (2) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk
karakter disiplin di era digital, (3) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter peduli lingkungan di era digital?

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis


penelitian naratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara tak
terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan teori
Miles, Huberman. Terakhir untuk membuktikan keabsahan data menggunakan teknis triangulasi
sumber dan teknik. Hasil penelitian ini adalah

a. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius pada era digital
yaitu guru membudayakan atau mebiasakan pembacaan asmaul husna, berdoa sebelum
dan sesudah memulai pelajaran. Membawa dan membaca kitab suci al-Qur’an,
pelaksanaan sholat berjamaah, penerapan penggunaan busana sesuai syariat Islam yang
dilaksanakan melalui integrasi materi pendidikan agama Islam dan juga pemberian
tauladan dalam sikap toleransi terhadap orang yang berbeda keyakinan.
b. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin pada era digital
yaitu guru sebagai teladan yang baik dalam penanaman karakter disiplin dikombinasikan
dengan cara pengawasan dan penyadaran akan pentingnya sikap disiplin serta pemberian
sangsi terhadap peserta didik yang tidak disiplin.
c. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada
era digital yaitu guru sebagai tauladan baik dalam penanaman pendidikan lingkungan
yang dilaksanakan melalui integrasi materi pendidikan agama Islam dengan KD terkait
dan juga dilaksanakan melalui kegiatan pramuka lingkungan hidup melalui kegiatan
ecopreneur.
KATA PENGANTAR

‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَعاَلِم يَن‬ ‫ِبْس ِم ِهّللا الَّرْح َمِن الَّرِحْيِم‬

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi muhammad Saw.
yang senantiasa diharapkan syafaatnya kelak di akhirat nanti. Penelitian yang berjudul, “Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Karakter Islami Didik Melalui
Pembelajaran PAI di SMPN 6 Satap Sojol Tahun ajaran 2023-2024” merupakan upaya yang
dilakukan penulis dalam rangka menyelesaikan studi Universitas Islam Negeri Datokarama Palu.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari semua pihak, baik
langsung maupun tidak langsung.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shalih
yang diterima Allah SWT. Penulis mengakui skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, baik yang terdapat dalam pembahasan maupun tulisan.

Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan terhadap skripsi ini Akhirnya
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Aamiin yaa Robbal Alamin.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya seorang guru dalam dunia pendidikan di era digital perlu diperhatikan dan ditinjau
kembali. Upaya yang dimaknai dengan usaha sadar untuk mencapai suatu tujuan, akhir-akhir
ini begitu penting untuk ditingkatkan. Dikatakan penting karena upaya seorang guru
merupakan modal utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, guru diibaratkan
sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan siswasiswanya dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, upaya seorang guru begitu diperlukan karena upaya guru akan memberikan
warna, corak dan bekas terhadapat siswa selama perjalanan pembelajaran berlangsung.

Upaya seorang guru di era digital ini perlu dititik beratkan terhadap pembentukan
karakter. Hal ini karena melihat realita pesatnya kemajuan teknologi yang telah merasuki
jiwa-jiwa penggunanya, dan menggrogoti karakter penggunanya, terlebih lagi karakter pada
diri siswa. Upaya seorang guru dalam membentuk karakter bukanlah sebuah pekerjaan yang
mudah dan dapat dilakukan secara simultan, tetapi sebuah pekerjaan yang membutuhkan
proses serta upaya-upaya tertentu yang harus dilakukan. Salah satu upaya guru dalam
membentuk karakter ialah melalui kegiatan pendidikan.

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadian
yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu pendidikan
dalam terminologi agama kita disebut dengan tarbiyah, yang mengandung arti dasar sebagai
pertumbuhan, peningkatan, atau membuat sesuatu menjadi lebih tinggi. Karena makna
dasarnya pertumbuhan atau peningkatan, maka hal ini mengandung asumsi bahwa dalam
setiap diri manusia sudah terdapat bibit-bibit kebaikan. Adalah tugas para pendidik untuk
mengembangkan bibit-bibit positif anakanak didik mereka dengan sebaik-baiknya. Dengan
demikian, pendidikan merupakan sebuah proses meningkatkan potensi-potensi positif yang
bersemayam dalam jiwa setiap anak hingga mencapai kualitas yang setinggi-tingginya, dan
1
proses pendidikan itu tidak pernah berakhir selama hayat masih dikandung badan.

Perlu diperhatikan bahwasanya dipilihnya upaya seorang guru pada penelitian ini, bukan
peran seorang guru, media pembelajaran dll. Karena upaya seorang guru merupakan hal
mendasara yang akan dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan untuk
bisa mencapai tujuan tesebut guru pastinya akan berupaya yang terbaik, guru berupaya
menjadi peran terbaik, guru berupaya menggunakan media berkualitas, artinya upaya seorang
guru merupakan lingkaran yang melingkarai tindak tanduk seorang guru untuk menjapai
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Undang-undang.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendiidkan Nasional


memberikan dasar hukum untuk membangun Pendidikan nasional dengan menerapkan
prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjungjung tinggi hak asasi
manusia. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang sistem
Pendidikan nasional no 20 tahun 2003 Bab 3 pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi
membangun kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, serta bertanggung jawab.2

Membicarakan tentang karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.
Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perubahan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama,
budaya dan adat istiadat.3

Namun kita berkaca pada masa kini bahwa kerakter anak bangsa telah mengalami krisis
yang begitu mendalam seperti merosotnya etika dan moral. Dalam membentuk nilai-nilai
agama pada diri anak sehingga mampu tercermin pada perilaku mereka, maka diperlukan
suatu cara menangani pengaruh buruk dari pesatnya teknologi serta diperlukannya tindakan
1
Zaprulkhan,Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), 293-294
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peratiran Pemerintaha RI Tahun
2005 (Bandung: Citra Umbara, 2017), 6.
3
Achmad Syaifudin, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Budaya Bangsa (Jakarta: INDOCAMP, 2019), 14.
penggiringan karakter siswa menuju karakter yang baik sesuai tuntunan agama. Untuk itu
kondisi dan fakta kemorosotan karakter dan moral, menegaskan bahwa para guru yang
mengajar dalam mata pelajaran apa pun terlebih lagi guru pendidikan agama Islam atau yang
disebut dengan istilah guru PAI harus memiliki perhatian dan menekankan pendidikan
karakter pada para siswanya.

Guru pendidikan agama Islam harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan


kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan dan pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan zaman dengan mengembangkan keterampilan agar siswa memiliki
sikap kepribadian akhlak yang baik. Guru pendidikan agama Islam merupakan sebuah figur
utama dalam mencetak karakter yang sesuai dengan ketentuan Islam. Guru Pendidikan
Agama Islam dituntut untuk mampu menjalankan tugasnya sebagai guru pendidikan agama
Islam yaitu bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik, tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik
memiliki karakter yang baik.4

Rasulullah SAW. bersabda tentang pentingnya karakter (akhlak) di dalam hadist yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari berikut ini :

Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia sempurna yang pernah hidup di muka bumi
telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah karakter bangsa dan
mempengaruhi dunia. Sebagimana menurut Michael H. Hart penulis buku 100 tokoh yang
berpengaruh di dunia yang dikutip oleh Faramarz bin Muhammad Rahbar, bahwa Nabi
Muhammad SAW. sebagai manusia paling berpengaruh di sepanjang sejarah kemanusiaan,
karena mampu mengubah wajah karakter masyarakat dari realitas masyarakat yang sangat
tidak beradab5 . Selain itu, juga ditegaskan dalam firman Allah SWT. dalam Surah Al-Ahzab
ayat 21 yang berbunyi:

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخَر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًر ۗا‬

Artinya:“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)

4
Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 24.
5
Faramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkungan Tidak Islami (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1998), 60.
Peneliti memilih SMPN 6 Satap Sojol sebagai lokasi penelitian karena di SMPN 6
Satap Sojol merupakan sakah satu sekolah disiplin karena apabila terlambat masuk
sekolah siswa menerima teguran ataupun hukuman, dan sebagaimana dijelaskan bahwa
SMPN 6 Satap Sojol memiliki program penertiban dan membentuk karakter islamic pada
siswa juga merupakan alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai lokasi penelitian.
Selain itu dipilihnya tiga karakter utama dalam penelitian ini, selain agar penelitian tidak
melebar semakin jauh, tiga karakter tersebut merupakan karakter yang sering dilanggar
oleh kebanyakan siswa, khususnya siswa di SMPN 6 Satap Sojol.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang sejauh mana upaya
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter siswa, dengan judul
“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa pada
pembelajran PAI di SMPN 6 Satap Sojol”.

B. Identifikasi Masalah
1. Masih banyak siswa yang bertutur kata tidak sopan baik kepada orang tua, guru,teman
sebaya dan yang masih dibawah usia
2. Siswa belum memahami dengan benar tata cara berperilaku yang baik dan benar saat
berhadapan dengan guru

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi upaya meningkatkan displin dalam membentuk
karakteristik islami terhadap peserta didik melalui pembelajaran PAI.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius
siswa di SMPN 6 Satap Sojol?
2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin
siswa di SMPN 6 Satap Sojol ?
3. Bagaiman upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli
lingkungan di SMPN 6 Satap Sojol ?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
religius siswa di SMPN 6 Satap Sojol.
2. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
disiplin siswa di SMPN 6 Satap Sojol.
3. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
peduli lingkungan di SMPN 6 Satap Sojol.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru Untuk megetahui sejauh mana guru berupaya membentuk karakter religius,
disiplin dan cinta lingkungan pada siswa sehingga dapat dievaluasi dan dikembangkan.
2. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik dan sangat
berguna sebagai bahan evaluasi demi keberhasilan di masa mendatang. Selain itu, Dapat
juga berguna dalam kemajuan dan peningkatan prestasi serta peningkatan kualitas
sekolah

G. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik
perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman
terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti. Berikut akan dijelaskan
beberapa kata kunci yang terdapat dalam judul tersebut.

a. Pengertian Upaya guru pendidikan agama Islam


Istilah upaya dapat dipahami sebagai usaha, atau ikhtiar untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan dan mencari jalan keluar. Sedangkan guru
pendidikan agama Islam adalah seorang guru yang mengajarkan ajaran Islam di
lingkungan pendidikan dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan
serta kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Dari sini bisa dimaknai bahwa upaya
guru pendidikan agama Islam adalah usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam untuk mencapai suatu tujuan.
b. Karakteristik siwa
Karakter siswa ialah suatu sifat atau watak yang ditanamkan oleh pihak sekolah
melalui pendidikan karakter yang meliputi rasa hormat dan santu, kemandirian dan
tanggung jawab, keadilan dan kejujuran. Namun dalam penelitian ini karakter yang
harus dimiliki oleh setiap siswa ialah karakter religius, disiplin dan peduli
lingkungan.
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Sekolah

SMPN 6 Satap Sojol adalah merupakan salah satu dari SMP yang berada di kec sojol kab
Donggala. Yang berada di desa Bukit Harapan yang dimana sekolah tersebut masih sangat
kental dengan budaya budaya yang ada didesa tersebut. Dimana sekolah tersebut masih
berada dipedalaman dengan terbatasnya wawasan peserta didik, terkendala dengan jaringan
serta sumber sumber informasi yang amsih terbatas. Sehingga, guru dituntut untuk menjadi
kreatif dan harus aktif dalam mengolah kelas.

B. Kajian Teori
1. Pengertian Upaya Guru PAI

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha kegiatan
yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha,
akal, ihtiar utuk mencapai suatu tujuan.6 Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan
Nasional “Upaya adalah usaha sadar, akal atau ihtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Sedangkan menurut Dimyati
dan Mudjiono upaya adalah usaha mendidik dan mengembangkan cita-cita
belajar.7Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari
peranan atau usaha yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya guru pendidikan agama
Islam (PAI) adalah bagian dari peranan atau usaha yang harus dilakukan oleh seseorang guru
PAI untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan dari pembelajaran agama Islam tersebut.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam


6
https://kbbi.web.id/upaya diakses pada tanggal 26 juni 2023
7
Dimyati dan Mudjiono, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2001), 8
Sebelum mengenal lebih jauh guru pendidikan agama Islam, alangkah lebih
baiknya kalau mengetahui pengertian guru itu sendiri. Guru adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan
tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, makhluk sosial dan individu
yang sanggung berdiri sendiri.8 Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Umar
Tirtarahardja guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para
orang tua.9
Pengertian guru pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pengertian guru pada umunya. Dapat diartikan bahwa guru pendidikan agama Islam
adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan
bumi, makhluk sosial dan individu yang sanggung berdiri sendiri. Senada dengan
pengertian tersebut, guru pendidikan agama Islam secara sederhana dapat diartikan
sebagai pendidik yang mengajar tentang pendidikan agama Islam.
3. Upaya Guru PAI Membentuk Karakteristik Siswa
Siswa atau yang disebut sebagai anak didik merupakan setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.10 Sedangkan dalam arti sempit siswa ialah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik atau guru.
Siswa sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada gurunya,
siswa merasa memiliki kekurangan dan keterbatasan tertentu, siswa menyadari bahwa
kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan gurunya.
Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan gurunya dalam situasi
pendidikan. Dalam situasi ini pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan
kebelumdewasaan.

8
Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter Sinergitas Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai
Pendidikan Karakter di Era Milenial (Jawa Barat: CV Adanu Abimata, 2020), 1.
9
Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rireka Cipta, 2001), 54.
10
Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 111
Seorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali
kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang
belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perkembangan bagian-
bagian lainnya. Sementara itu, dari aspek rohaniah siswa mempunyai bakat-bakat yang
masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum
matang.11
Siswa yang masuk dalam kategori seseorang yang masih belum dewasa, dan
masih memiliki banyak kemungkinan. Diperlukan upayaupaya tertentu yang harus
dilakukan oleh seorang guru terurtama guru pendidikan agama Islam dalam membimbing
dan membentuk karakter. Terlebih lagi di era digital ini, yang mana kemajuan teknologi
telah berperan aktif menggrogoti nilai dari karkater siswa.
Seorang guru dalam membentuk karakter siswa terutama guru pendidikan agama
Islam memiliki cara, metode dan teknik-teknik tertentu yang beragam serta berbeda guru
satu dengan guru lainnya. Membentuk karakter pada diri siswa secara umum dapat
diupayakan dengan melalui.12
a. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses yang membuat seseorang menjadi terbiasa akan
sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan terjadi begitu saja tanpa melalui
perencanaan dan pemikiran lagi. Pembiasaan adalah bagian penting dari proses
penanaman karakter pada siswa. Siswa dibiasakan melakukan sesuatu dengan baik,
tertib, dan teratur maka akan terbangun karakter kedisiplinan siswa. Demikian halnya
dengan dibiasakan diberi tugas kepada siswa maka akan tertanam kemandirian
sekaligus kerja keras pada diri siswa. Pembiasaan merupakan proses yang membuat
seseorang menjadi terbiasa akan sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan
terjadi begitu saja tanpa melalui perencanaan dan pemikiran lagi.

b. Memberi tauladan dan contoh

11
Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 113
12
Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2002), 69-70
Dengan memberikan tauladan yang baik kepada siswa, maka siswa akan
mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru itu sebagai panutan murid maka
dari itu guru harus memebrikan contoh yang baik pada siswa.
c. Pengawasan dan kontrol
Kepatuhan siswa terhadap peraturan atau tata tertib bisa dikatakan naik turun,
dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang mempengaruhi
terhadap siswa, adanya anak yang melanggar atau tidak mematuhi peraturan mak
perlu adanya pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi yang tidak
diinginkan akibatnya akan merugikan keseluruhan.

Dari beberapa teori upaya yang secara umum dilakukan oleh seorang guru seperti
melalui upaya pembiasaan, tauladan dan pengawasan atau kontrol peneliti disini ingin
membuktikan apakah di SMPN 6 Satap Sojol upaya tersebut dilakukan dalam
pembentukan karakter islami siswa.

4. Membentuk Karakter Siswa


Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani (greek), yaitu charassein
yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” dapat diterjemahkan mengukir, melukis,
memahami, memahatkan, atau menggoreskan. Sedangkan kata karekter dalam bahasa
inggris (caracter) berarti watak, karakter, atau sifat.13
Doni Koesoma A. Mengemukakan bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau gaya ciri khas
seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. Orang berkarakter berarti
orang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.14
Achmad syaifuddin, mengatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebagsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma agama, hukum dan tata krama, budaya, dan adat istiadat.15

13
Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 115
14
Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta: Grasindo, 2007) 80
15
Achmad Syaifuddin, Pendidikan karakter Berbasis keaifan Lokal Budaya Bangsa (Jakarta: INDOCAMP, 2019), 14
Sedangkan ki Hadjar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Selamet Yahya
memandang karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya, budi pekerti
adalah menyatunya antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang
kemudian menimbulkan tenaga. Setiap orang menurut Ki Hadjar Dewantara memiliki
karakter yang berbeda-beda, sebagaimana mereka memiliki roman muka yang bereda
beda pula. Manusia satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan karakternya,
sebagaimana perbedaan guratan tangan dan sidik jari mereka. Karena sifatnya yang
konsisten, dan tetap maka karakter itu kemudian menjadi penanda seseorang.16
Anas Salahudin dan Irwanto juga berpendapat bahwa karakter merupakan cara
pikir dan prilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
bertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.33 Karakter dapat pula
diartikan sebagai konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku, konsisten tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.17
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah pola
prilaku yang menjadi ciri khas individu dan bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap bertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia
buat.
Karakter tanpa identifikasi nilai-nilai karakter, hanya akan menjadi sebuah
perjalanan tanpa akhir, diibaratkan sebagai petualangan tanpa sebuah peta. Pusat
Kurikulum telah mengidentifikasi 18 nilainilai karakter yang bersumber dari agama,
pancasila, budaya serta tujuan pendidikan nasional.
Nilai-nilai karakter yang berjumlah 18 macam, peneliti hanya berfokus dan
membahasa 3 nilai karakter, yaitu:
a. Religius
Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

16
M Selamet Yahya, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah (Yogyakarta: Lontar Mediatama 2018) 25
17
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 44.
dengan pemeluk agama lain.18 Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran secara
menyeluruh. Sebagaimana Allah berfirman di dalam AlQur’an Surah Al-Baqarah ayat
208 yang berbunyi:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنوا اۡد ُخ ُلۡو ا ِفى الِّس ۡل ِم َک ٓاَّفًةۖ َو اَل َتَّتِبُع ۡو ا ُخ ُطٰو ِت الَّشۡي ٰط ِنؕ‌ ِاَّنٗه َلـُک ۡم َع ُد ٌّو ُّم ِبۡي ٌن‬

Artinya : wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam islam secara


keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang
nyata bagimu.

Maksud ayat tersebut, dapat dipahami bahwa setiap muslim baik dalam berpikir,
bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas
ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun, muslim diperintahkan untuk melakukannya
dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Adapun istilah lain dari agama, antara lain
religi, religion (Inggris), religie (Belanda), dan dien (Arab). Kata religion (Inggris) dan
religie (Belanda) adalah berasal dari induk kedua bahasa yaitu bahasa latin “religio” dari
akar kata “relegare” yang berarti mengikat.19

Dari istilah agama inilah muncul yang dinamakan religiusitas. Menurut Glock dan
Stark yang dikutip oleh Asmaun Sahlan, merumuskan religiusitas sebagai komitmen
religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat
melalui aktifitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan
iman yang dianut. Religiusitas sering diidentikkan dengan keberagaman. Religiusitas
seorang mencapai tingkatan yang optimal, maka ia memperoleh berbagai pengalaman
dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan akhlak tingkat tinggi. Selain
keempat tingkat diatas ada lagi hal penting yang harus diketahui dalam religiusitas Islam
yakni pengetahuan agama seseorang. Karena itu keberagaman seseorang meliputi sebagai
macam sisi atau dimensi.

Menurut Nurgiansah20 ada beberapa indikator-indikator karakter religius


diantaranya:

18
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 54
19
Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 531.
20
T Heru Nurgiansah, “Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Religius.” Jurnal Basicedu 6, no 4
(2022), 7314.
1) Patuh menjalan ajaran agama seperti mengucapkan salah, berdoa sebelum dan sesudah
belajar, membaca kitab suci alQur’an dan sholat berjamaah.

2) Toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain

3) Hidup rukun dengan pemeluk agama lain Jadi karakter religius bisa dimaknai sebagai
sebuah watak atau pola prilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dan
bersangkutan dengan keyakinan atau iman yang dianut.

Selain dengan pembiasaan, keteladanan dan pengawasan juga bisa diupayakan


dengan:

1) Penanaman persepsi penggunaan busana sesuai syariat Islam. Islam sudah memberikan
rambu-rambu dan batas-batas aurat umatnya. Untuk laki-laki dari pusar sampai lutut
sedangkan bagi seorang perempuan ialah seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah.
Berbusana muslim bukan hanya menutup badan akan tetapi juga harus menghilangkan
rasa yang menimbulkan syahwat kepada orang lain. 21Dan berbusana merupakan
perwujudan dari dasar manusia yang mempunyai keimanan dan rasa malu.

2) Berfokus kepada KD atau materi pembelajaran dan menggunakan metode


pembelajaran yang sesuai. Abdullah Syahid mengatakan bahwa pendidikan agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik
untuk memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, pelatihan dan penugasan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.22

b. Displin
Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuandan peraturan. Tanpa disiplin yang baik, maka usaha yang
dilakukan oleh seseorang juga sulit mencapai keberhasilan. 23 Peraturan ini dibuat agar
seseorang dapat dan bertindak secara baik agar berhasil dengan baik untuk meraih hal
yang diharapkan.

21
Fuad Moch. Fachrudin, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991), 33
22
Abdullah Syahid, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang
Islami”, Jurnal Pendidikan, 2, no. 1 (2018): 85.
23
Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 33
Menurut Amiroeddin Sjarif, mengatakan bahwa disiplin pada hakikatnya
merupakan suatu ketaatan yang sunggguh sungguh didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya, menurut aturan-
aturan atau tata kelakuan yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi realisasinya
terlibat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yakni perbuatan
tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.24
Sikap disiplin sering kali dikaitkan dengan hidup ala militer, perlu diketahui
bahwa tidak hanya militer saja yang harus hidup disiplin. Setiap individu harus disiplin
dan patuh terhadap perturan. Mulai dari hal kecil misalnya, mengatur waktu dan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas, juga dapat disebut
dengan disiplin diri.
Menurut Marzuki, ada beberapa indikator-indikator kedisiplinan yang dicirikan
sebagai berikut:
1) Disiplin waktu yang artinya datang tepat waktu
2) Disiplin kelas maksudnya taat pada aturan-aturan kelas
3) Disiplin pada peraturan sekolah

Disiplin merupakan karakter yang sangat penting dan perlu tetap melekat di
dalam diri individu. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk
karakter disiplin selain dari pembiasaan, keteladanan dan pengawasan ialah dengan
pemberian sangsi. Menurut Aim Abdulkarim sangsi adalah tindakan terakhir yang
dilakukan jika teguran dan peringatan belum mampu mencegah siswa untuk tidak
melakukan pelanggaran.25

c. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

24
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 45
25
Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara yang Demokratis untuk Kelas VII
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Bandung: Grapindo Media Pratama. 2007), 24
kerusakan alam yang sudah terjadi.26 Permasalah lingkungan hidup di Indonesia semakin
hari semakin parah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam kehidupan
manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan rasio bencana alam. Sejumlah data
kerusakan lingkung lingkungan di Indonesia, terutama akibat perbuatan manusia seperti
laju deforestasi mencapai 2,8 juta hektar per tahun yang mengakibatkan 21 % dari 133
juta hektar hutan Indonesia hilang, 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia
mengalami kerusakan, pencemaran laut termasuk pencemaran di pantai-pantai
menyebabkan sekitar 5,6 juta nelayan Indonesia terancam kehidupannya, pencemaran
udara paling parah di indonesia ditimbulkan oleh asap kebakaran hutan dan lahan gambut
serta ratusan hewan langkah terancam punah.27
Permasalahan lingkungan yang selama ini terjadi harus segera ditanggulangi.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yaitu melalui pembentukan
karakter peduli lingkungan. Pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menjaga
kelestarian kualitas lingkungan sangat baik apabila mulai diterapkan melalui pendidikan.
Pendidikan di jenjang SMA merupakan salah satu lembaga yang nantinya melahirkan
generasi penerus yang langsung terjun pada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Menurut Taufiq28 dkk ada beberapa indikator tentang karakter peduli lingkungan
diantanaya:
1) Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar
2) Membuang sampah pada tempat sampah dan tidak mencoretcoret tembok dsb.
3) Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan

Pembentukan karakter peduli lingkungan merupakan suatu hal yang yang sangat
urgent terlebih lagi berkaca terhadap fenomena alam yang sudah terjadi belakangan ini.
Adapun pembentukan karakter peduli lingkungan selain dengan pembiasaan, keteladanan
dan pengawasan oleh guru juga dapat dilakukan dengan mengupayakan.

26
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 55.
27
Ratna Wildyaningrum, “Pembentukan karakter Peduli Lingkungan Siswa Sekolah Dasar Melalui Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan.” Jurnal Ilmiah Widya Wacana, Vol. 11 No. 1 (Maret 2016), 112.
28
M. Taufiq dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Ipa Terpadu Berkarakter Peduli Lingkungan Tema Konservasi
Berpendekatan Science-Edutainment,” Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 3, no 2 (Oktober 2014), 141.
1. Mengkaitkan KD atau materi yang bersifat umum dengan materi peduli lingkungan.
Syukri Hamza mengatakan bahwa materi pendidikan lingkungan memiliki keeratan
dengan beberapa disiplin ilmu yang lain secara signifikan. Pembelajaran pendidikan
lingkungan yang dilaksanakan dibanyak negara juga dilaksanakan secara terintegritas
dengan beberapa disiplin ilmu lain yang relevan.
2. Melalui program adiwiyata atau ekstakulikuler. Pendidikan lingkungan menurut
Daryanto ialah program peduli lingkungan hidup ditunjukkan pada aspek tingkah laku
manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan dan kemampuan
memecahkan masalah lingkungan.29

BAB III

METODE PENELITIAN
29
Daryanto, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Gava Media, 2013), 12
A. Pentahapan Penelitian Tindakan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan sekolah
(PTS). Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk melakukan sebuah pengkajian yang
lebih mendalam, maka pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan
penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif ialah peneliti menggunakan data yang cenderung analisis
dan disesuaikan dengan teori-teori yang diperoleh. Penelitian kualitatif berusaha
menemukan teori baik yang bersifat subtantif atau formal yang keseluruhan berasal dari
data.30 Pendekatan penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti ingin mengungkapkan
realitas sesuai dengan kondisi di lapangan yaitu berkenaan dengan upaya guru pendidikan
agama Islam dalam membentuk karakter islami siswa di SMPN 6 satap Sojol.
Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi

Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah dapat menggambarkan seperti


gambar dibawah ini :

Perencanaan

Refleksi pelaksanaan
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2017), 7
SIKLUS I

Pengamatan dan
Evaluasi

perencanaan

SIKLUS II
refleksi Pelaksanaan

Pengmatan dan
Evaluasi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian : SMPN 6 SATAP SOJOL, KAB. DONGGALA
2. Waktu Penelitian : 05 Mei 2023 s.d. 30 Mei 2023

C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru guru di SMPN 6 SATAP
SOJOL, kab Donggala, sejumlah 10 guru.

D. Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan
punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam
proses pembelajaran oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan pemberian reward dan
punishment yang diberikan oleh kepala sekolah akan terjadi perubahan atau peningkatan
kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam proses pembelajaran. Karena
keterbatasan waktu, penelitian tindakan sekolah ini hanya dilaksanakan sebanyak dua
siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan selama satu minggu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data
kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara.
1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung.
Dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka.
2. Pengumpulan data sekunder
Teknik ini digunakan untuk mengumpul data sekunder melalui dokumen-
dokumen tertulis yang diyakini integritasnya karena mengambil dari berbagai sumber
yang relevan dengan penelitian. Pengambilan sumber yang bersifat sekunder ini dapat
diperoleh dari hasil dialog bersama kolaborator, data base sekolah, dan lain-lain.
3. Observasi atau pengamatan
Observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan
dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati
impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam kehadiran
dikelas pada kegiatan belajar mengajar.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara
lain adalah :
a) Skala Penilaian
b) Lembar Pengamatan
c) Angket

G. Teknik Analisis Data


Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif
yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat
diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas melalui
pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan
sekolah ini.

BAB IV
SIKLUS TINDAKAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis
anggap cukup untuk meningkatkan karakteristik islami pada siswa melalui proses
pembalajaran PAI.
A. Siklus I
Siklus I terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.

1. perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai
tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakn oleh penulis yang akan
melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut :
a) merumuskan masalah yang akan dicari solusinya. Dalam penelitian ini masalah
yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya siswa yang kurang baik dan
guru harus dapat menumbuhkan sikap karakteristik silami terhadap siswa
b) Merumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan
melakukan inovasi/tindakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil rencana
untuk melakukan tindakan memberikan Reward dan Punishment kepada guru-gur
untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang baik.
c) Merumusan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam
meningkatkan karakteristi islamic siswa dalam pembelajaran PAI. Indikator
keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 75%, artinya
tindakan ini dinyatakan berhasil bila 75% siswa dapat meningkatkan karakteristik
islamic dalam pembelajaran PAI
d) Merumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan
menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan.
Langkah-langkah yang diambil penulis dalam melakukan tindakan antara
lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang
akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang
dilakukan oleh penulis.
.
e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat
dalam penyelesaian masalah/menghadapi tantangan/melakukan tindakan. Penulis
melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam penelitian ini. Pihak-
pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru PAI dan siswa.
f) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan.
Metode pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data kualitatif
melalui observasi, pengamatan serta wawancara kepada siswa
g) Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi.
Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar
observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan kepada siswa,
h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan.
Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kertas
(lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam dinding yang ada
disetiap kelas
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan, antara lain :
i. Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau
Sekretaris
ii. kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan
belajar di SMN 6 Satap Sojol. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat
daftar siswa yang ada disetiap kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat
pada lampiran.
iii. Berkoordinasi dengan guru untuk melihat para siswa yang sudah memiliki
karakteristik islami.
iv. Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil
pengamatan, dari guru PAI
v. Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama
satu minggu (satu siklus).
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar
observasi selama satu minggu (satu siklus), Selama pengamatan peneliti dibantu
atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(a) pembelajaran di dalam kelas
(b) melihat keseharian siswa pada tingkat keberhasilan peserta didik untuk
meningkatkan karakteristik islamic siswa

Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan
kepada pengurus kelas untuk mengamati peserta didik.
Dari hasil pengamatan serta rekap dapat dari hasil upaya guru dilihat pada tabel
berikut :

Anda mungkin juga menyukai