Anda di halaman 1dari 23

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS RELIGIUS DI SEKOLAH

DASAR : STUDI KASUS DI MI AT-TARAQQIE MALANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata 1

Oleh :

FIKI NURUL MAHFUZDOH

NPM. 21901013050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Karakter adalah sebuah metode yang diajarkan dan dipraktekkan terhadap
para siswa melalui kegiatan yang positif yang memiliki tujuan untuk membentuk budi pekerti
yang berkarakter dan unggul.Pendidikan karakter memiliki peran untuk membentuk siswa
agar berkepribadian tanggung jawab dan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan. Pendidikan
karakter sangat penting untuk diterapkan dan diajarkan dilingkungan sekolah agar mampu
menjadikan peserta didik yang tak hanya berkualitas dari segi Intelektual namun kualitas
karakter pun akan unggul melalui berbagai implementasi pembiasaan religius yang
dilakukan. Melalui peran pendidikan karakterlah dapat membentuk manusia-manusia yang
berkualitas dalam mendukung tercapai dan terwujudnyanya suatu cita-cita Bangsa serta
hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang sangat dibutuhkan pada saat ini adalah
pendidikan yang dapat mengintegrasikan dan menitikberatkan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak baik itu secara
kognitif, fisik, sosial-emosional, kreativitas, dan spiritual. Sehingga dengan pembiasaan yang
dijalani akan membentuk suatu karakter yang kuat melalui pembiasan religius yang dilakukan
(Safitri 2020).

Rumusan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara
tegas menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam konteks demikian menyebutkan bahwa sebuah Lembaga
bertanggung jawab penuh untuk memberikan pengajaran dan implementasi yang optimal
terhadap peserta didik dalam upaya membentuk sebuah karakter yang unggul dan baik
sebagai fungsinya dalam dunia pendidikan. Pendidikan dan karakter memiliki keterkaitan
yang erat dalam membentuk suatu pribadi dalam peserta didik,dengan pendidikan yang baik
maka akan terjalin dan tercipta karakter yang baik dalam diri siswa, pembiasaan mungkin
memerlukan pengenalan agar seorang siswa mampu memahami fungsi pembiasaan dalam
membentuk karakter.Pendidikan juga sebagai pondasi bagi segenap siswa untuk memperoleh
pengajaran yang diarahkan saat kegiatan pembelajaran di lembaga sekolah untuk
dipraktekkan (Wati and Arif 2017).
Sesuai rumusan Pasal 1 ayat 7 Perpres Indonesia no.87 tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter mengemukakan bahwa : “Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran
untuk pemenuhan beban belajar dalam kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”(Peraturan Presiden 2017). Menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
dapat terpupuk dengan terjalinnya kegiatan Intrakulikuler yang terdapat di setiap lembaga
yang sesuai dengan strukttur dan program yang ditentukan. Kegiatan intrakuler yang
melibatkan siswa akan mampu mengintegrasikan bahwa pembiasaan yang dilakukan
memiliki tujuan dalam membentuk karakter yang terpelajar dan unggul. Kegiatan
Intrakulikuler tak hanya berpacu pada kegiatan umum namun ada beberapa lembaga yang
memiliki ciri khas untuk membentuk kegiatan Intrakulikuler religius yang memiliki kegiatan
berbasis ajaran agama yang dipraktekkan untuk membentuk peserta didik yang berkarakter
spiritual yang unggul melalui kegiatan yang di terapkan. Dengan mengimplementasikan
pendidikan karakter secara tidak langsung mengajarkan para siswa untuk memiliki jiwa
bertanggung jawab,peduli,memahami,dan melakukan kegiatan dengan baik secara
atuuran,norma yang berlaku untuk mendukung perkembangan pengetahun,sosial,dan
emosional siswa karena karakter akan muncul melalui pembiasaan yang dilakukan.

Karakter merupakan suatu watak yang dimiliki seseorang sebagai dasar pemikiran yang
melekat pada dirinya . Karakter juga menjadi tolak ukur tindakan seseorang terhadap Tuhan,
sesame,dan lingkungan sekitar,apabila seseorang memiliki karakter budi luhur yang baik kan
senantiasa menerapkan hal-hal positif namun apabila memiliki karakter yang kurang baik ,
seseorang akan kesulitan dan bingung dalam menanggapi perbuatan yang akan dilakukan.
Pada masa kini banyak penurunan terkait karakter siswa dalam dunia pendidikan yang
terkadang menjadi krisis sehingga banyak dipertanyakan oleh masyarakat apabila ada
peserta didik yang melakukan perbuatan dak sesuai karakter sebagai seorang yang terpelajar,
dan peran lembaga pendidikan dipertanyakan terkait pengajaran nilai karakter pada peserta
didik saat melakukan kesalahan. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang memuat
pengajaran nilai karakter terhadap peserta didik melalui pembiasaan,kegiatan belajar dann
penyampaian terbuka terhadap para peserta didik , terutama lembaga yang berlandaskan
religius akan menjadi poin tambahan dalam kacamata masyarakat dalam menilai dan melihat
penerapan karakter peserta didik apakah sudah benar atau belum. Penguatan pendidikan
karakter didasari dengan kegiatan yang dikenalkan, dibiasakan dan diajarkan terhadap peserta
didik.
Kemrosotan nilai karakter pada peserta didik terkadang disebabkan kurangnya
penanaman karakter dan pengarahan dari guru. Oleh karena itu hal tersebut sangat penting
dan perlu untuk memperhatikan dan menumbuhkan penanaman karakter sejak dini pada
peserta didik dalam segi lingkungan keluarga ,lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar
atau dalam masyarakat , terutama dalam jenjang Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
penanaman karaktter merupakan hal penting,karena dalam usia tersebut siswa mampu untuk
menerapkan dan mudah untuk diarahkan dalam melakukan suatu tindakan yang akan
dilakukan,sehingga implementasi dari perkenalan dan pembiasaan terhadap peserta didik
tetap dalam pantauan guru . Sekolah merupakan tempat yang strategis dan ideal dalam
pengenlan dan pembentukan karakter terhadap pesert didik. Hal tersebut yang menjadi dasar
bahwa sebuah Lembaga pendidikan memiliki peran penting karena sebagian dari waktu
peserta banyak diluangkan dalam lingkungan sekolah. Pembentukan karakter terjadi melalui
berbagai pembiasaan yang dilakukan di sekolah salah satunya pada pembiasaan
intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, yang mampu mengasah minat bakat peserta didik
serta membentuk karakter peserta didik dengan kegiatan yang positif.

Lembaga Pendidikan Islam Madrasah Ibtidaiyah At-Taraqqie - Kota Malang , yang


merupakan lembaga pendidikan jenjang SD/MI yang memisahkan pengelompokan antara
siswa laki-laki dan siswi perempuan, hal tersebut dilakukan untuk menjunjung tinggi batasan
pergaulan dalam ketetentuan agama islam. Lembaga tersebut menerapkan beberapa
pendidikan karakter berbasis religius yang terdiri dari beberapa kegiatan yang telah
ditetapkan dan diterapkan sehingga menjadikan lembaga pendidikan tersebut mempunyai ciri
khas tersendiri untuk menjadi dukungan dalam membentuk karakter siswi .

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah (05/04/2023) menyatakan


bahwa madrasah ini sudah melakukan praktik pendidikan karakter melalui berbagai program
budaya sekolah yang diterapkan. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara guru
ekstrakurikuler Bu.Lusi selaku guru yang memberikan informasi terkait pelaksanaan budaya
dan beberapa ekstrakurikuler di MI At-Taraqqie. Membaca aqidatul awam disaat baris pagi
sebelum memasuki kelas,membaca juz ‘amma, membaca asmaul husna, melaksanakan solat
dhuha, dan ekstakurikkuler diantaranya: tahfidzul qur’an, dakwah, al-banjari, bil-qolam, Oleh
karena itu pihak sekolah menerapkan berbagai budaya sekolah yang perlu diterapkan untuk
menjadi kebiasaan, tak hanya didukung oleh budaya sekolah,namun didukung dengan
ekstrakurikuler berbasis religius. Agar para siswa dapat menyalurkan dan mengembangkan
bakat yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan di madrasah pada tanggal (05/04/2023),
penguatan pendidikan karakter religius dimadrasah ini sangat efektif dan maksimal terhadap
siswa, semua siswa mengikuti program pembiasaan yang dilakukan dan sebagian siswa
mengikuti kegiatan pengembangan bakat religius untuk mengembangkan minat bakat yang
dimiliki.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan beberapa faktor yang melatarbelakangi tersebut maka masalah pokok dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perencanaan penguatan karakter religius di MI At-Taraqqie?

2. Bagaimana implementasi penguatan karakter religius di MI At-Taraqqie?

3. Bagaimana evaluasi praktik penguatan karakter religius di MI At-Taraqqie ?

C.Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perencanaan penguatan karakter religius di MI At-Taraqqie serta nilai


pentingnya pengenalan dan pembentukan karakter melalui program kegiatan religius yang
diterapkan di MI At-Taraqqie

b. Untuk mengetahui strategi dalam pembentukan karakter di MI At-Taraqqie

c. Untuk mengetahui bagaimana bentuk implementasi siswa di lingkungan siswa

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Secara Teoritis
Penelitian yang dilakukan dapat menjadi kontribusi dari segi informasi dan
referensi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terkait kondisi di bidang
pendidikan , terutama untuk menghargai serta menghormati pihak sekolah . Dan juga
memberi manfaat bagi para peneliti lain yang memfokuskan penelitiannya dalam
bidang pendidikan. Penelitian ini mengulas bagaimana peran penguatan pendidikan
yang berbasis religius dalam membentuk karakter peserta didik .
2. Secara Praktis
a. Bagi Lembaga
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai peran pentingnya penguatan
pendidikan karakter berbasis religius dalam dalam dunia pendidikan untuk
membentuk dan mendukung karakter siswa.
b. Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat berfungsi sebagai bentuk referensi tentang
penguatan pendidikan karakter berbasis religius bahwa tanggung jawab
pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama.
c. Bagi Orangtua
Penelitian ini mengulas tentang pendidikan karakter yang memuat dari aspek
pengenalan serta penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan pembiasaan
yang dilakukan disekolah agar para orangtua mengetahui bahwa peserta didik
mampu memiliki kualitas karakter yang baik dan benar melalui kegiatan
pendiidkan berbasis religius.
d. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini memberikan wawasan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian yang relevan dengan penguatan pendidikan karakter berbasis religius
sebagai bekal dan acuan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang pendidikan.

E. Definisi Operasional

a. Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter merupakan pendidikan moral untuk membentuk karakter
agar mampu mengimplementasikan moral yang baik di lingkunngan sekitarnya.
Pendidikan karakter perlu dipupuk dari kecil untuk mendidik anak agar mampu
mempunyai kepribadian yang baik untuk mengambil keputusan. Pendidikan
karakter sangat membantu untuk membentuk karakter yang bijak kepada anak
sejak dini melalui berbagai kegiatan dan pengarahan dari segala lingkungan, salah
satunya dari lingkungan sekolah yang mampu mendukung perkembangan karakter
anak melalui kegiatan atau budaya sekolah untuk memiliki karakter yang unggul.

b. Karakter Religius
Karakter religius merupakan pendidikan karakter yang berdasarkan nilai-nilai
ajaran agama yang diterapkan. Pendidikan karakter religius juga penting untuk
mendukung karakter anak agar tak hanya cerdas dalam segi intelektual,namun sisi
karakter religius juga harus maksimal, apabila seseorang memiliki karakter
religius yang baik maka karakter atau kepribadiannya pun akan memberikan
dampak yang baik bagi diri sendiri dan sekitarnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pendidikan Karakter
a. Pengertian Karakter

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat


penjelasan mengenai pengertian dari kata karakter yaitu : suatu
perilaku,tabiat, watak, atau perbuatan yang selalu dilakukan untuk
membedakan dirinya dengan orang lain. Istilah karakter yang dipahami
oleh Winnie memiliki dua definsi tentang karakter. Pertama, ia
menunjukkan bagaimana orang itu bertingkah laku, apabila seseorang
berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus , tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk, sebaliknya apabila seseorang
berperilaku jujur, suka menolong,tentulah orang itu memanifestasikan
karakter baik dan mulia disekitarnya. Kedua, istilah karakter kaitannnya
dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang berkarakter (a
person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral
dan aturan yang sesuai (Amanabella 2019).
Karakter merupakan ciri khas yang melekat pada diri setiap manusia
sehingga karakter ini mampu mencerminkan kepribadian yang sangat
penting bagi identitas seorang individu. Karakter sangat berkaitan
dengan moral setiap individu , apabila ia memiliki karakter yang baik
maka moral yang tercermin akan baik pula , begitupun sebaliknya apabila
karakter buruk maka moral yang tercermin akan buruk juga. Karakter
mampu terbentuk dari beberapa kegiatan yang dilakukan secara konsisten ,
sikap saat mengatasi masalah yang terjadi, serta tata cara saat berbicara
dengan orang lain disekitar, sehingga tanpa disadari menjadi kepribadian
yang melekat dan identik dalam diri seseorang.

Manusia yang memiliki karakter baik adalah orang yang mampu


melakukan hal terbaik yang diterapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya sendiri, antar sesama, lingkungan sekitar, bangsa dan negara sampai
internasional untuk dapat mengoptimalkan potensi dirinya dengan adanya
kesadaran, emosional, dan perasaan. Dengan mengimplementasikan karakter
yang baik akan memudahkan seseorang untuk membangun relasi disekitarnya.
Kemendiknas merancang 4 nilai karakter yang menjadi pilar dalam
implementasi karakter pada peserta didik aitu meliputi kejujuran, pemikiran,
ketangguhan, dan kepedulian (Setiawan et al. 2021). Masing-masing dari
nilai karakter yang menjadi pilar adalah dasar pembentukan karakter untuk
pengarahan siswa agar mampu mengimplementasikan di lingkungan
sekitarnya dengan baik. Karakter yang baik dimulai dari pembiasaan yang
baik , karakter baik mampu menjadi kepribadian yang membentuk suatu
individu berdasarkan keterlibatan pembiasaan kegiatan yang dilakukan
secara konsisten.

b. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan guna membangunkan
potensi yang ada di dalam diri manusia (Hasmori, Sarju, and Norihan
2011). Pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka memperoleh ilmu untuk kemudian dijadikan sebagai dasar
acuan untuk bersikap dan berprilaku dalam segala aspek. Pendidikan
memuat arahan yang memberikan pengajaran dalam cara bersikap dan
bertindak yang benar agar memiliki kepribadian yang baik. Maka tak
heran apabila pendidikan dan karakter saling berkaitan karena kedua hal
tersebut memberikan pengaruh terhadap kepribadian.
Pendidikan Karakter pun sangat penting untuk diterapkan di berbagai
jenjang pendidikan , terutama di jenjang pendidikan SD/MI karena dimasa
jenjang pendidikan tersebut pengarahan dan pengajaran dari guru yang
disampaikan akan mudah diserap dan dicermati oleh para siswa. Dengan
berbagai pengajaran dalam kegiatan yang dilakukan para siswa mampu
mencermati nilai pendidikan karakter bahwa setiap kegiatan yang
dilakukan terdapat nilai-nilai postif kebajikan yang kemudian di
implementasikan oleh para siswa sehingga membantu untuk membentuk
suatu kepribadian dalam diri masing-masing siswa..
Pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai di sekolah
melalui pencanangan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pendidikan
yang membantu siswa untuk mengenal dan mengetahui kegiatan yang
dapat mengembangkan kepribadian untuk menjadi menjadi lebih baik..
Penguatan Pendidikan karakter ini adalah program yang berbasis
menciptakan nilai- nilai penting dari PPK yang jadi prioritas penting
satuan pendidikan untuk di tanamkan dalam diri siswa, adaptasi ini hendak
diintegrasikan melalui aktivitas budaya pada area sekolah yang
mendukung (Annisa, Martati, and Putra 2023) .Nilai-nilai utama dalam
program PPK yaitu :
1. Religius
2. Nasionalis
3. Mandiri
4. Gotong royong
5. Integritas
Lembaga merupakan tempat yang tepat dan strategis untuk membina
pendidikan karakter pada siswa , karena di lingkungan sekolah didukung
dengn adanya pengajar yang memberikan edukasi dan teladan agar mampu
dipahami oleh siswa. Penguatan pendidikan karakter juga harus terlaksana
melalui kegiatan budaya sekolah , intrakurikuler,ekstrakurikuler yang di
adakan di sekolah, salah satu hal yang mampu menguatkan dan membina
karakter para siswa sebagai suatu upaya pendidikan karakter adalah
melalui pembiasaan atau budaya sekolah yang dilakukan secara rutin.
Karena hal rutin yang dilakukan setiap hari akan tertanam dan berpengaruh
dalam kepribadian perkembangan karakter setiap siswa (Suryanti, Eny
Wahyu and Widayanti 2018).
Pendidikan Karakter juga merupakan salah satu metode penanaman
karakter untuk membentuk dan meminimalisir adanya karakter buruk pada
siswa yang dapat diatasi dengan pembiasaan karakter baik. Itulah mengapa
pendidikan karakter adalah hal penting yang harus diterapkan dalam setiap
lembaga pendidikan dilingkungan sekolah. Karakter tanpa pendidikan
hanyalah akan muncul ketidakjelasan yang mengakibatkan terkikisnya
karakter siswa. Maka pendidikan karakter adalah pembelajarann untuk
membentuk dan mendukung karakter pada siswa melalui kegiatan positif
yang dilakukan. Pendidikan karakter juga termasuk usaha mendidik agar
para siswa mampu memiliki kepribadian yang bertanggung jawab dan
mampu mengambil keputusan dengan bijak dan benar agar mampu
dipraktekkan dalam lingkungan sekitar dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter suatu ilmu yang
memuat tentang pemahaman etika,moral,aturan untuk diimplementasikan
dalam tindakan kehidupan yang dilakukan.

c. Pendidikan Karakter Berbasis Religius


Pendidikan karakter adalah suatu pendidikan penerapan budi pekerti
untuk menunjang terbentuknya karakter siswa di sekolah melalui kegiatan
yang dilakukan, dengan tujuan pengembangan yang dilakukan pada watak
serta kebiasaan siswa dengan upaya mendalami nilai-nilai serta
kepercayaan pada masyarakat yang menjadikan kekuatan akhlak yang baik
(Setiawan et al. 2021). Religius adalah suatu hal yang menyangkut tentang
poin-poin agama didalamnya sesuai dengan hokum islam yang bersumber
dari AlQuran dan Hadits. Oleh karena itu Pendidikan karakter berbasis
religius adalah suatu pengajaran tentang budi pekerti,sifat, yang didasarkan
pada nilai-nilai agama untuk dikembangkan dalam kepribadian seseorang
untuk membentuk kepribadian yang berkarakter islami dalam kehidupan
(Antika 2020).
Menurut Ibnu Sina tujuan pendidikan islam harus diarahkan pada
perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia kepada
perkembangan yang sempurna, seperti perkembangan fisik, budi pekerti
dan intelektual (Rahman and Wahyuningtyas 2023). Hubungann
pendidikan dan karakter saling berkaitan karena sama-sama memiliki
tujuan untuk membina karakter. Pendidikan karakter berbasis religius
diintregasikan untuk mendorong siswa agar aktif dan turut serta mampu
mengimplementasikan dan memahami kegiatan berbasis religius yang
didalamnya terdapat pembelajaran untuk membentuk karakter secara
islami. Berbagai kegiatan diterapkan guna mendukung program dalam
membentuk kepribadian siswa yang berkarakter. Karakter religius sendiri
termasuk dalam 18 karakter bangsa yang direncanangkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional. Kemendiknas yang dapat diartikan
bahwa karakter religius adalah sebuah sikap dan perilaku seseorang yang
patuh dalam melaksanakan ibadah yang dianut , serta mampu menerapkan
hidup rukun dan bertoleransi dengan agama lain. Pendidikan karakter
berbasis religius mengoptimalkan agar para siswa mampu aktif dan saling
berinteraksi terhadap sesama. Peran lembaga sekolah dalam penanaman
karakter religius dapat dikembangkan melalui tiga model strategi
pendidikan karakter yaitu: terintegrasi dalam mata pelajaran dikelas,
pembudayaan sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Salah satu karakter yang terpenting untuk ditanamkan pada siswa yaitu
karakter religius. Karena karakter religius merupakan karakter yang
menjadi pondasi atau dasar dari pendidikan karakter yang lain. Atau dalam
arti kata lain jika seorang anak memiliki pemahaman pendidikan karakter
berbasis religius yang bagus dan kuat maka akan memiliki akhlak mulia
dalam kehidupannya. Penguatan pendidikan karakter berbasis religius di
MI At-Taraqqie Kota Malang tidak hanya menjadi tugas peran kepala
sekolah, para dewan guru, dan guru ekstrakurikuler yang bersangkutan .
Tetapi semua jajaran guru, karyawan serta orang tua/wali para siswa
memiliki peran penting dalam penguatan pendidikan karakter berbasis
religius pada anak. Sehingga semua aspek kegiatan pembiasaan yang
dilaksanakan disekolah selalu menyisipkan pendidikan karakter yang dapat
dicermati didalamnya. Itu merupakan salah cara yang dilakukan oleh MI
At-Taraqqie dalam menanamkan pendidikan karakter berbasis religius
pada diri peserta didik. Penguatan pendidikan karakter pertama yang
diajarkan di madrasah ini adalah pendidikan karakter berbasis religius
melalui berbagai kegiatan pembiasaan yang dilakukan. Sekolah ini
mempunyai beberapa program unggulan dalam menanamkan karakter
relius pada peserta didik. Budaya sekolah merupakan kegiatan yang
melibatkan pengamalan psikologis para siswa untuk di didik baik bersifat
sosial, emosional maupun intelektual yang diserap oleh mereka selama
berada di lingkungan sekolah.

d. Metode penerapan pendidikan karakter religius


Penerapan pendidikan karakter tentu membutuhkan beberapa metode
dalam proses implementasi terhadap para siswa. Sebenarnya karakter seorang
siswa adalah hasil dari proses seseorang melaksanakan ajaran, maka dari itu
pembinaan dalam penguatan pendidikan karakter tak hanya sebatas teori harus degan
implementasi agar mudah dipahami dan diterapkan oleh para siswa (Hidayati 2013).
Metode penerapan merupakan strategi yang digunakan sebagai cara dalam
menyalurkan inti dari suatu proses pembelajaran yang akan diberikan terhadap
siswa dengan variasi penyampaian tertentu. Ada beberapa metode penerapan
efektif yang dapat digunakan dalam proses penguatan pendidikan karakter
berbasis religius :
1. Metode teladan (uswatunn hasanah)
Metode teladan adalah metode yang digunakan oleh guru untuk
memberikan contoh yang baik dalam pembinaan akhlak agar mampu di
contoh oleh para siswa.

2. Metode ceramah ( mauidoh hasanah)


Metode ceramah berupa penyampaian edukasi terhadap siswa berupa
arahan dan perintah untuk melaksanakan beberapa kegiatan sebagai
upaya penguatan pendidikan karakter berbasis religius dengan baik dan
sesuai.

3. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah melakukann suatu kegiatan yang positif
secara rutin dan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kepibadian
dalam diri siswa.

e. Tujuan penguatan pendidikan karakter berbasis religius


Pendidikan karakter religius pada umumnya memiliki tujuan yang
sama, namun pendidikan karakter religius lebih spesifik untuk fokus
terhadap nilai karakter,kepribadian dan sifat para siswa yang sesuai dengan
agama.Tak lepas dari hal tersebut pendidikan karakter pada dasarnya
dilaksanakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik kepada para
siswa agar karakter religius yang dimiliki memiliki penguatan melalui
berbagai kegiatan ataupun budaya sekolah dengan pembiasaan yang
dilakukan secara rutin maupun sesuai jadwal. Berbagai pembiasaan yang
telah dirancang oleh pihak sekolah mempunyai sisi target untuk
tercapainya tujuan yang direncanakan. Berbagai pembiasaan maupun
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus diharapkan para siswa untuk
memiliki rasa kesadaran,peduli,empati,tanggung jawab,serta karakter
religiusyang baik sebagaimana yang telah di tuturkan dalam ketentuan
agama(Wati and Arif 2017) .
Dalam dunia pendidikan penanaman nilai-nilai karakter religius ini
terdapat dalam program pemerintah yang termasuk dalam program
penguatan pendidikan karakter (PPK) (Julianto 2021). Itulah mengapa
penguatan pendidikan karakter berbasis religius memiliki peran penting
yang tak lepas dari dunia pendidikan. Adapun beberapa tujuan penguatan
pendidikan religius sebagai berikut :
1. Memberikan edukasi wawasan terkait implementasi beberapa
kegiatan karakter di lingkungan sekolah
2. Menumbuhkan rasa kesadaran,tanggung jawab,peduli dalam diri
setiap siswa serta toleransi terhadap lingkungan dan teman
disekitar
3. Mendukung para siswa untuk aktif dan semangat dalam mengikuti
kegiatan
4. Mencegah dan meminimalisir kerusakan karakter para siswa sejak
dini dengan pendidikan karakter yang baik dan optimal
5. Mampu mempelajari dan mengintegrasikan perilaku yang baik
sesuai tuntunan dan ajaran agama islam
f. Faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter berbasis religius
Pendidikan karakter religius yag maksimal dan optimal didasarkan
dengan kerjasama dan arahan. Adapun pendiidkan karakter religius
memiliki beberapa faktor yang meliputi :
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor alamiah yang berasal dari diri
sendiri. Adapun beberapa yang meliputi faktor internal antara lain :
a. Motivasi
Motivasi adalah sebuah kemauan,tekad yang kuat dari dalam diri
seseorang untuk mampu mendapatkan hal yang ingin dicapai.
Keterkaitan faktordengan pendidikan karakter, apabila seorang
anak ingin mendapat sebuah prestasi,apresiasi, tentunya memiliki
karakter yang baik sebagai contoh teladan untuk teman sebaya
yang lain.
b. Muhasabah diri
Muhasabah diri merupakan perenungan, atau kesadaran dari dalam
diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Memperbaiki
kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan dan belajar
mengimplementasikan hal-hal baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah fakor dari luar yang mempengaruhi terhadap
pendidikan karakter,antara lain:
a. Lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga sangat mempengaruhi terutama bentuk
pola asuh dan komunikasi dari orangtua terhadap siswa. Orangtua
memiliki peranan penting dalam proses pengembangan karakter
karena orangtua merupakan pendidik pertama dan utama dalam
lingkungan keluarga (Desmila and Yaswinda 2022). Secara tidak
langsung anak akan mencontoh dan meniru dari karakter orangtua.
Oleh karena itu lingkungan keluarga sangat penting untuk
mengarahkan dan mendidik agar siswa mampu memiliki karakter
yang baik dan benar.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah berperan penting untuk memberikan didikan
dan arahan terhadap seluruh siswa melalui pembiasaan dan
kegiatan yang mampu meningkatkan dan membentuk karakter
religius yang benar dan baik agar siswa mampu
mengimplementasikan dengan benar.
c. Pengaruh teman
Pengaruh teman juga akan mempengaruhi karakter satu sama lain.
Karena ketika berteman akan menimbulkan suatu kebiasaan yang
condong terhadap hal baik/buruk. Oleh karena itu para siswa
diajarkan agar mampu bergaul dengan baik serta saling
mengingatkan dan mengajak kepada hal-hal yang baik dan positif.
Untuk melihat karakter siswa mampu terlihat dari kumpulan teman
karib , apabila berteman dengan siswa yang berkarakter baik,maka
baik pula akhlaknya , namun jika berteman dengan teman yang
berakhlak buruh, maka buruk jugalah akhlaknya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
studi kasus, dimana pengertian penelitian studi kasus yaitu sebuah metode
penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer (obyek
sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak
dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan) yang
terdapat dalam konteks kehidupan nyata, dengan menggunakan berbagai
sumber data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang memuat dan menggambarkan hasil objek dengan kalimat serta
kata-kata yang dikembangkan untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan
keterangan lisan dan perilaku dilapangan. Sedangkan jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yang memiliki tujuan utama untuk mendapatkan
informasi dan wawasan tentang topik yang sedang diteliti.
Berdasarkan karakteristik diatas peneliti dapat berkomunikasi secara
langsung dengan subyek yang diteliti,serta melihat proses kegiatan sesuai
dengan objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan
penguatan pendidikan karakter berbasis religius di MI At-Taraqqie Malang

B. Kehadiran peneliti
Dalam proses penelitian kualitatif kehadiran peneliti merupakan opsi
penting untuk mendapatkan informasi terkait penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini peneliti bersifat pengamat penuh partisipan terhadap hal-
hal tertentu yang memungkinkan untuk diulas dan dikaji lebih mendalam.
Kehadiran peneliti juga sangat penting untuk mendapatkan data informasi
yang dibutuhkan serta melakukan wawancara terhadap informan,melakukan
pengamatan terhadap objek secara langsung sehingga mendapatkan berbagai
informasi,pengalaman,juga pengumpulan berbagai data dan lain-lain.

C. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI At-Taraqqie ,stusi kasus yang dilakukan
tentang penguatan pendidikan karakter berbasis religius di salah satu madrasah
swasta yang terakreditasi A, yaitu di MI At-Taraqqie Kota Malang yang
bertempat di Jl.Ade Irma Suryani 50 , kode pos : 65119 , Kasin Kecamatan
Klojen Kota Malang
Peneliti melakukan penelitian di MI At-Taraqqie dikarenakan
pengalaman Praktek Pengalaman Lapangan Kerja (PPLK) yang dilaksanakan
oleh Universitas Islam Malang yang ditempatkan di MI At-Taraqqie yang
merupakan lembaga madrasah ibtidaiyah swasta yang menerapkan beberapa
budaya sekolah dan kegiatan yang mendukung penguatan pendidikan karakter
berbasis religius.

D. Sumber data

Sumber data adalah data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua
informasi atau bahan yang disediakan alam (dalam arti luas) yang harus dicari dan
diperoleh,lalu dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Sumber data bisa terdapat
pada segala sesuatu apa pun yang mampu menjadi bidang dan sasaran penelitian .
Yang dimaksud sumber data adalah dimana sumber data itu diperoleh.
Berkaitan dengan hal tersebut maka sumber data dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data langsung yang diperoleh
melalui wawancara terhadap informan lapangan yang bersangkutan.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui
kata dan tindakan yang diperoleh peneliti dengan melakukan
pengamatan, dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait yang
meliputi guru dan peserta didik di MI At-Taraqqie.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber data
tambahan dan pelengkap. Sumber data sekunder merupakan sumber
yang diambil tidak secara langsung di lapangan, melainkan berasal dari
sumber yang sudah dibuat orang lain, misalnya: buku, dokumen, foto, dan
statistik (Nugrahani 2014). Untuk data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari hasil dokumentasi di MI At-Taraqqie Kota Malang yang
terkait dengan penguatan pendidikan karakter berbasis religius
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif pada dasarnya
penggunaannya di tentukan oleh konteks penelitian dan gambaran sebuah data
yang diperoleh. Setiap proses pengumpulan data penelitian tentang penguatan
pendidika karakter berbasis religius di MI At-Taraqqie Kota Malang , maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode observasi
Dalam kegiatan proses pengumpulan data, observasi akan memberikan
opsi yang sangat penting dalam penelitian deskriptif, jenis informasi yang
beragam dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung saat di
lapangan. Dalam penelitian ini hal yang diamati adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mendukung penguatan pendidikan karakter religius yang
meliputi apa saja yang diterapkan di lapangan. Oleh karena itu teknik
observasi ini dapat lebih dipercaya saat peneliti turut hadir memantau dan
melihat berbagai kegiatan yang dilakukan secara langsung. Adapun yang
menjadi obyek dalam penelitian adalah tentang penguatan pendidikan
karakter yang berbasis religius.
Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan teknik observasi terbuka,
yaitu hadirnya peneliti secara terbuka yang diketahui oleh subyek secara
sukarela memberikan kesempatan dalam proses kepada peneliti untuk
mengamati beberapa kegiatan dilapangan sesuai dengan obyek yang diteliti.
b. Metode Wawancara
Dalam proses kegiatan penelitian , peneliti menggunakan metode
wawancara untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan dan
diperoleh terkait dengan obyek penelitian yang dilakukan. Dengan
menggunakan metode wawancara peneliti mampu merangsang responden
untuk memaparkan informasi dan soal-soal penting. Adapun wawancara ini
bertujuan untuk mengetahui proses perencaan,implementasi serta evalusi
pendidikan karakter yang berbasis religius di lembaga MI At-Taraqqie Kota
Malang.
c. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2013:201) menyatakan bahwa dokumentasi barang-
barang yang memuat tentang variabel penelitian yang dapat berupa
catatan,buku agenda,notulen rapat dan lain sebagainya. Metode dokumentasi
merupakan metode pelengkap dari bukti hasil lapangan yang telah
dilakukan, dari sini peneliti mendapatkan dokumen-dokumen yang
diperlukan sesuai dengan obyek penelitian. Adapun dalam penelitian ini
peeliti menggunakan metode dokuemntasi untuk mendapatkan data tentang
profil lembaga MI At-Taraqqie , visi-misi sekolah dan kegiatan yang
bersangkutan dengan penguatan pendidikan karakter berbasis religius di MI
Attaraqqie Kota Malang.

F. Teknik analisis data


Analisis data penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data
interaktif (interactive model) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu : (1) reduksi data (data redusction), (2) penyajian data
(data display), (3) penarikan kesimpulan/verifikasi ( conclusion drawing).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data maka peneliti mengumpulkan data dokumentasi
mengenai sejarah berdirinya lembaga, visi dan misi, susunan organisasi,
jadwal kegiatan, dan lain-lain.
b. Reduksi data adalah merangkum, memfokuskan pada hal-hal penting,
memilih hal-hal pokok, kemudian dicari pola dan temanya. Reduksi data
juga diartikan sebagai suatu proses pemilihan pemutusan perhatian pada
penyederhanaan, mentransformasikan data-data kasar yang muncul dari
catatan tertulis yang berada di lapangan. Reduksi data terus menerus
berlangsung selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa reduksi data akan terus berlangsung
selama proses penelitian.
Adapun kegiatannya antara lain sebagai berikut :
1. Memilih dan memilah berbagai data yang telah dihasilkan selama
observasi, hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang
baru diperoleh dari lapangan secara terus-menerus selama pengumpulan
data berlangsung.
2. Mereduksi kembali data-data observasi, catatan lapangan, dan
dibandingkan dengan hasil wawancara dan dokuemntasi.
3. Mereduksi kembali data-data observasi, catatan lapangan dan
dicocokkan dengan hasil wawancara dan dokuemntasi.
c. Penyajian data (data display)
Setelah data selesai direduksi, kemudian data diuraikan dengan uraian
singkat. Penyajian data berbentuk teks yang bersifat naratif. Sehingga akan
memudahkan untuk memahami penelitian dan mengetahui langkah yang
akan diambil selanjutnya. Penyajian data juga sebagai penyajian yang
berupa sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan
dengan mengidentifikasi,mendeksripsikan,serta menganalisis data yang
telah diperoleh yang berupa hasil observasi,wawancara,dokumentasi dari
lapangan dan catatan lapangan.
d. Verivikasi data
Dalam tahap ini, peneliti menarik kesimpulan sementara dari hasil data yang
sudah direduksi, memaknai atau menafsirkan data hasil observasi dari lokasi
penelitian terhadap data-data yang sudah diperoleh saat penelitian dilakukan.
Kemudian peneliti menarik kesimpulan sehingga dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang dirumuskan pada fokus penelitian. Verivikasi data
merupakan tahap akhir dari ringkasan inti informasi yang di peroleh saat
penelitian dilaksanakan.

G. Pengecekan keabsahan temuan

Untuk tahap uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan
pada uji validitas (kebenaran) dan pada reliabilitas (keandalan) menurut versi
yang lebih benar dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan,kriteria,dan
paradigma sendiri (Baba 2017). Kriteria yang dimaksud peneliti terdiri dari
derajat kepercayaan (kredibilitas) kebergantungan,keteralihan dan kepastian.
Pada derajat kepercayaan (kredibilitas), pemeriksaan datanya dilakukan
dengan :
1. Wawancara secara mendalam untuk mengumpulkan informasi data yang
sedang diteliti
2. Ketekunan dalam proses penelitian secara berkesinambungan dan lebih
cermat. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
yang diperoleh akan tersusun secara sistematis dan pasti
3. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai
metode pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik,
dan waktu (Baba 2017). Adapun penjabaran definisi triangulasi sebagai
berikut :
a. Triangulasi sumber , menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber , data
yang diperoleh kemudian di deskripsikan dan di bagi sesuai dengan
apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut.
b. Triangulasi teknik , pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik (cara) yang berbeda,
misalnya dengan melakukan observasi,wawancara dan dokumentasi.
Apabila terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan
konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang
dianggap benar.
c. Triangulasi waktu, informan yang ditemui yang ditemui pada saat
pertemuan awal berbeda dengan pertemuan selanjutnya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-ulang agar dapat
ditentukan kreadibilitas data yang telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Amanabella, Maulina. 2019. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.


“Pendidikan Karakter Dalam Meningkatkan Perilaku Peserta Didik Kelas IV Di MIN 9
Bandar Lampung.”

Annisa, Firdah, Badruli Martati, and Deni Adi Putra. 2023. “Penerapan Karakter Religius,
Nasionalis, Dan Integritas Dalam Budaya Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Glasser
7(1): 124. http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/glasser/article/view/2267.

Antika, Rindi Nur. 2020. “Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Kelas Vii a Di Smp Negeri 2 Colomadu, Karanganyar.”
http://eprints.ums.ac.id.

Baba, Mastang Ambo. 2017. Penerbit Erlangga, Jakarta Analisis Data Penelitian Kuantitatif.

Desmila, and Yaswinda. 2022. “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Dukungan


Orangtua.” PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5(02): 1.

Hasmori, Akhmal Annas, Hussin Sarju, and Ismail Sabri Norihan. 2011. “Pendidikan ,
Kurikulum Dan Masyarakat : Satu Integrasi.” Journal of Edupres 1(September): 350–56.

Hidayati, Abna. 2013. “Strategi Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sd Oleh Guru
Agama Islam.” Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan 13(1): 100.

Julianto. 2021. IAIN Ponorogo “Konsep Pendidikan Karakter Religius Dalam Kitab.”

Nugrahani, Farida. 2014. 1 cakra books METODE PENELITIAN KUALITATIF Dalam


Penelitian Pendidikan Bahasa. Surakarta. http://e-journal.usd.ac.id/index.php/LLT
%0Ahttp://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/11345/10753%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.758%0Awww.iosrjournals.org.

Peraturan Presiden. 2017. Journal of Chemical Information and Modeling Peraturan


Presiden No 87 Tahun 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER.

Rahman, F, and A Wahyuningtyas. 2023. “Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam Menurut
Ibnu Sina Dalam Membangun Karakter Siswa Di Era Digitalisasi.” Journal on
Education 05(02): 2353–68.

Safitri, Khanifatul. 2020. “PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA


SEKOLAH DASAR DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI.” Jurnal
Pendidikan Tambusai 4: 264–71.

Setiawan, Farid et al. 2021. “Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan
Agama Islam.” Al-Mudarris (Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam) 4(1): 7.

Suryanti, Eny Wahyu and Widayanti, Febi Dwi. 2018. “Penguatan Pendidikan Karakter
Berbasis Religius.” Conference On Innovation and Application Of Science and
Technology (CIASTECH 2018) (September): 256.

Wati, Dian Chrisna, and Dikdik Baehaqi Arif. 2017. “Penanaman Nilai-Nilai Religius Di
Sekolah Dasar Untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa.” Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III (November): 62.

Anda mungkin juga menyukai