Anda di halaman 1dari 16

MANUSIA DAN LINGKUNGAN DALAM CERPEN INDONESIA

KONTEMPORER: ANALISIS EKOKRITIK CERPEN PILIHAN KOMPAS

Novita Dewi
Pascasarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
email: novitadewi@usd.ac.id

Abstrak
Penelitian bertujuan mendeskripsikan pilihan politis-ideologis yang ditampilkan
melalui hubungan manusia dan lingkungan dalam cerpen Indonesia kontemporer.
Tujuannya adalah untuk menakar apakah sastra Indonesia masa kini telah memperlihatkan
keberpihakan yang serius dalam upaya menghadang kehancuran bumi karena ulah
manusia. Sumber data penelitian adalah cerpen di surat kabar Kompas 2010 – 2015, yang
bertemakan lingkungan hidup. Melalui metode pembacaan kritis dan teori Ekokritik
ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, sejumlah cerpen mengambil lingkungan
hidup hanya sebagai latar tempat dan waktu. Kedua, cerpen-cerpen dengan tema
pencemaran air telah menyuarakan ikrar politis memerangi perusakan lingkungan. Ketiga,
sastra hijau, yakni sastra berperspektif Ekokritik, belum menjadi arus utama dalam sastra
Indonesia kontemporer.

Kata kunci: sastra hijau, Ekokritik, cerpen Indonesia kontemporer

PEOPLE AND ENVIRONMENTS IN CONTEMPORARY INDONESIAN SHORT


STORIES: AN ECOCRITICISM ANALYSIS OF SHORT STORIES SELECTED BY
KOMPAS

Abstract
This study aims to describe political-ideological choices manifested in the relationship
between people and environments in contemporary Indonesian short stories. The objective
is to assess whether or not the present Indonesian literature has shown serious alignment
in an attempt to prevent the destruction of the Earth because of human acts. The data
sources were short stories with environmental themes in Kompas newspaper issued in
2010 – 2015. Through critical reading and Ecocriticism theory, the findings are as follows.
First, a number of short stories use environments only as spatial and temporal settings.
Second, short stories with water pollution themes have expressed a political pledge to
prevent environmental destruction. Third, green literature, namely literature with the
ecocriticism perspective, has not been the main stream in the contemporary Indonesian
literature.

Keywords: green literature, Ecocriticism, contemporary Indonesian short stories

PENDAHULUAN menuju kerusakan ekologis yang berke-


Krisis ekologi dan dampak pencemar- panjangan sekaligus mengancam keber-
an lingkungan makin mencengkeram per- langsungan hidup manusia itu sendiri.
hatian dunia saat ini. Perilaku manusia Lebih-lebih jika diperhitungkan dimensi
terhadap alam dan eksploitasi besar-be- sosial-ekonomi dan konsekuensi psikolo-
saran terhadapnya telah mendorong dunia gis dari krisis lingkungan tersebut, tam-

376
377

pak nyata bahwa kaum miskinlah yang hadap persoalan lingkungan yang dinilai
paling dirugikan. Indonesia, misalnya komprehensif dan menggerakkan solida-
merupakan salah satu negara yang di- ritas. Menurut pemimpin tertinggi gereja
dera krisis ekologi akibat pembalakan Katolik ini, pemecahan masalah ekologis
hutan dan polusi air. Menurut catatan yang sejati selalu berupa pendekatan so-
Blacksmith Institute di New York, Sungai sial, yakni mengintegrasikan masalah
Citarum menjadi sungai dengan polusi keadilan dalam diskusi lingkungan hidup
tertinggi di dunia pada tahun 2013. Sungai guna mendengarkan jeritan bumi maupun
terpanjang dan terbesar di Jawa Barat ini, jeritan kaum miskin. Bumi adalah anuge-
seperti dilaporkan dalam National Geo- rah Sang Pencipta dan manusia sebagai
graphic Indonesia (April 2014), menjadi makhluk yang berakal budi haruslah me-
tidak bersahabat lagi bahkan cenderung meliharanya, bukan mengeksploitasi seke-
buas di musim hujan bagi puluhan juta hendak hati demi kepentingan bersama.
warga miskin yang tinggal dan menggan- Kesadaran dan tanggung jawab ekologis
tungkan hidup di wilayah sungai itu. Per- merupakan tanggung-jawab moral seka-
tambahan jumlah penduduk yang seakan ligus tanggung-jawab iman.
berlomba dengan bertumbuhnya industri Jelaslah di sini bahwa masalah ekolo-
di kawasan sekitarnya menjadikan Sungai gis tidak terlepas begitu saja dari masalah
Citarum pembuangan sampah terbesar di manusia yang bertindak atau berbuat, ka-
planet bumi. Ini hanya salah satu contoh rena hal ini menyangkut pemilihan nilai-
dari jutaan bencana dan ketidakadilan nilai atau “masalah etis” (Sastrapratedja,
terhadap masyarakat terpinggirkan yang 2013: 169). Pendapat ini bersetuju dengan
terjadi karena perlakuan semena-mena pandangan salah satu pakar lingkungan
manusia terhadap alam. hidup, Emil Salim, yang menyorot ketim-
Mirip dengan problem lingkungan pangan pembangunan yang tidak mem-
hidup di Malaysia (Mamat et al., 2011; perhatikan dampak sosial dan lingkungan.
Zainal, 2013) dan Pakistan (Salam, 2011), Dalam makalah yang ditulisnya untuk
misalnya, pembangunan besar-besaran, Sidang Tahunan Konferensi Wali-gereja
penebangan hutan, dan urbanisasi di Indonesia 2012 tentang Ekopastoral
Indonesia telah mempengaruhi lingku- dengan tema “Keterlibatan Gereja dalam
ngan secara umum, yakni polusi udara, Melestarikan Keutuhan Ciptaan” (2013),
pencemaran sungai, pencemaran limbah Salim mengharapkan semua pemimpin
industri dan pertanian, serta deforestasi. masyarakat beragama mengambil prakar-
Bahkan menurut laporan Direktorat Riset sa dalam tugas mulia mengelola sumber
dan Kajian Strategis IPB, Indonesia men- daya alam dan melestarikan keutuhan
jadi beban dunia dalam krisis global ka- ciptaan secara bertanggung-jawab. Maka
rena penggundulan hutan, penggunaan dapat dikatakan di sini bahwa masalah
produk rekayasa pertanian non-organik, lingkungan hidup tidak bisa ditempatkan
pencemaran lingkungan, dan dampak secara terbatas pada wilayah sains saja,
sosial-budaya lainnya (Hunga, 2013). karena hal ini menyangkut tanggung
Paus Fransiskus baru-baru ini mener- jawab moral, etis, dan kemanusiaan yang
bitkan Ensiklik ekologis Laudato Si (Ter- lebih besar.
pujilah Engkau) yang ditanggapi secara Mengingat bahwa pilihan moral dan
positif dari kalangan akademisi di berba- pembentukan karakter merupakan bagian
gai kawasan dunia termasuk para aktivis yang tak terpisahkan dari fenomena ba-
kemanusiaan dan lingkungan, serta para hasa dan sastra, penelitian tentang sejauh
pengambil kebijakan pada level interna- mana masalah lingkungan hidup ini di-
sional (PBB) karena pendekatannya ter- tanggapi oleh kajian sastra menjadi pen-

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


378

ting. Pada hakekatnya, membaca dan me- oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
nulis karya sastra adalah mengasah akal Suryaningsih (2013) membaca dominasi
budi dan perasaan manusia, dengan cara patriarki atas alam dan perempuan pada
memahami dan berempati pada berbagai cerpen ini. Penelitian Wiyatmi (2014) atas
pengalaman hidup manusia. Pe-ngalaman novel Amba karya Laksmi Pamuncak, mi-
ini secara kreatif dan imajinatif dihadirkan salnya, menunjukkan bahwa eksploitasi
oleh pengarang dalam bentuk puisi, cer- yang dilakukan rejim pemerintah (Orde
pen, novel, drama, dan lain sebagainya. Baru) tidak hanya berdimensi politis tetapi
Sayang sekali kajian sastra tentang juga ekonomis dan kapitalis, di mana ke-
lingkungan hidup di Indonesia masih ter- kayaan alam Pulau Buru seperti tambang
batas karena hal ini berkaitan dengan ter- minyak, pohon kayu putih dan yang lain-
batasnya pula karya sastra berperspektif nya menjadikan pulau tersebut surga bagi
ekologi. Terdapat pelbagai imajinasi alam para investor asing. Melalui pembacaan
di dalam karya sastra. Kritik lingkungan Eko Kritik, terlihat ada wilayah ekonomi-
hidup merupakan representasi yang pa- politik yang disembunyikan di balik peng-
ling radikal dibandingkan dengan pujian gambaran seram Pulau Buru yang sengaja
terhadap keindahan alam seperti dalam dikonstruksikan oleh penguasa. Pemba-
puisi atau novel beraliran romantisme caan berwawasan lingkungan semacam
ataupun hujatan atas kekejaman alam (ter- ini amat diperlukan untuk memperkaya
hadap manusia) yang tampak pada karya kajian sastra tanah air.
sastra bermazhab naturalistis-realis/deter Kajian sastra lingkungan hidup perlu
ministis (Clark, 2011). digalakkan mengingat sumbangannya ter-
Keindahan alam dan panorama tanah hadap urgensi penanganan krisis ekologi
air yang menakjubkan, misalnya, dapat di- dewasa ini. Karena itu, Seminar Nasional
jumpai pada puisi-puisi lama Muhammad yang digelar oleh Jurusan Pendidikan
Yamin dan dalam novel-novel sejak perio- Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Univer-
de sastra Balai Pustaka, Pujangga Baru, sitas Negeri Yogyakarta November 2014
hingga karya-karya kontemporer. Refleksi yang lalu, misalnya, merupakan pilihan
yang mendalam tentang dampak pence- moral-intelektual yang patut diapresiasi.
maran lingkungan dan bencana alam Penelitian ini merupakan pengembangan
tidak begitu terbaca karena pada umum- dari gagasan yang dibentang dalam ke-
nya pengarang lebih sering mengusung giatan tersebut, yakni perlunya sains
persoalan-persoalan sosial-politik (dan dan implikasi sosialnya seperti masalah
ekonomi) di Indonesia dari zaman ke lingkungan hidup diretas oleh sastra se-
zaman. hingga kajian sastra sungguh memberikan
Di antara langkanya kritik lingkungan kontribusi kepada masalah-masalah nyata
dalam sastra, novel karya Martin Aleida dalam masyarakat. Meskipun imajinasi
Jamangilak Tak Pernah Menangis (2002) me- pelestarian alam telah tercermin dalam
rupakan gugatan terhadap Sungai Asahan beberapa karya sastra tanah air, masih-
yang dianiaya oleh sebuah pabrik rayon perlu diteliti lebih lanjutsejauh manakah
multinasional. Perempuan yang menjadi karya-karya tersebut menyapa dan meng-
tokoh utama dalam novel ini berupaya gugah kesadaran manusia akan dampak
melawan pemerintah tapi usahanya diga- pengrusakan lingkungan hidup.
galkan oleh konspirasi politik dan kapital- Penelitian ini bertujuan melihat bagai-
isme (Bandel, 2008). Dalam cerita pendek mana masalah lingkungan hidup diima-
“Kering” karya Wa Ode Wulan Ratna jinasikan dalam karya sastra yang relatif
(2006), pembalakan hutan di Pekanbaru, mudah diakses oleh masyarakat luas,
Riau menjadi persoalan yang dihadapi yaitu melalui cerpen-cerpen yang terbit di

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


379

harian nasional. Menurut Bandel (2006: 53) 2010 – 2015. Selanjutnya, data sekunder
“sastra koran” merupakan bentuk karya berupa kajian-kajian terdahulu baik ten-
yang mutu sastrawinya masih diperdebat- tang sastra hijau maupun beberapa kajian
kan namun popularitas dan penerimaan- terkait untuk memperoleh gambaran yang
nya sangat besar di kalangan pembaca lebih lengkap mengenai pelbagai refleksi
Indonesia. Di dunia Barat pun jenis sas- atas persoalan lingkungan hidup.
tra semacam ini digemari dan, seperti Analisis data diawali dengan mem-
dilaporkan oleh Page (2002) dalamThe baca secara cepat semua cerpen yang
Bookseller, sastra koran yang dibukukan diunggah lewat situs https://lakonhidup.
menjadi salah satu buku laris (http://www. wordpress.com dan http://cerpen.print.
thebookseller.com/news/short-story- kompas.com dari tahun 2010 sampai den-
newspaper-hits-bookshops). Fenomena gan pertengahan 2015. Kemudian semua
yang sama ditunjukkan oleh terbitnya cerpen yang diterbitkan oleh Kompas yang
buku kumpulan cerpen Kompas sejak bertemakan lingkungan hidup ditandai
awal 2000-an. Inilah yang mendasari untuk dibaca lebih lanjut. Data cerpen
dipilihnyacerpen-cerpen terbitan Kompas pilihan Kompas juga diperoleh dari versi
dalam penelitian ini, dengan asumsi bah- cetak dalam berbagai volume buku Kum-
wa wacana naratif semacam ini barangkali pulan Cerpen Kompas dan beberapa cerpen
cukup mewakili suara hati bangsa Indone- yang terbit dalam harian Kompas edisi
sia yang didera oleh persoalan lingkungan Minggu hingga Juni 2015. Dari data yang
hidup. ada, terkumpul sejumlah 25 (dua puluh
Adapun masalah-masalah penelitian lima) cerpen untuk dibaca lebih lanjut
ini dirumuskan sebagai berikut. Pertama, sebagai sumber data terpilih.
bagaimanakah persoalan lingkungan Hasil pembacaan kemudian dikelom-
hidup ditampilkan dalam cerpen-cerpen pokkan dengan pertimbangan: (1) cerpen
yang dimuat di harian Kompas dari 2010 yang mengambil lingkungan hidup se-
hingga pertengahan 2015. Kedua, dalam bagai latar tempat dan waktu, (2) cerpen
pandangan Ekokritik, bagaimanakah bertemakan lingkungan hidup dengan
cerpen-cerpen tersebut menunjukkan simbol-simbol tertentu, yaitu pohon dan
keberpihakan pada masyarakat kecil yang air, (3) cerpen yang melibatkan tokoh
menjadi korban perusakan lingkungan. utama dalam konflik seputar lingkungan
Ketiga, bagaimanakah cerpen-cerpen hidup. Setelah itu, dengan menggunakan
tadi dipetakan dalam cerpen Indonesia prinsip dasar Ekokritik, cerpen-cerpen
kontemporer, jika dibandingkan dengan tersebut dibaca berulang-ulang untuk
cerpen lain yang tidak mengambil ling- mendapatkan pemahaman yang menda-
kungan hidup sebagai tema. lam. Teori Ekokritik didapat terutama dari
buah pikir Buell (2001) yang berpendapat
METODE bahwa Ekokritisisme harus dijalankan
Sastra sebagai produk anak zaman sejalan dengan komitmen dan praksis
menjadi landasan konseptual penelitian (bukan hanya teori) para pejuang ling-
ini. Oleh karena itu, perlu dicermati secara kungan hidup. Selain itu, dipakai pula
kualitatif dan kritis bagaimana jagad sas- sebagai acuan jurnal-jurnal mutakhir
tra dewasa ini menerjemahkan masalah- tentang sastra lingkungan hidup, antara
masalah nyata yang dihadapi masyarakat lain Journal of Ecocriticism. Dokumen pen-
seperti pengrusakan lingkungan hidup. ting lain untuk membaca keberpihakan
Penelitian ini memakai data primer beru- pemecahan masalah lingkungan pada
pa cerpen-cerpen bernuansa lingkungan masyarakat miskin didapat dari Ensiklik
yang terbit di harian Kompas pada kurun Paus Fransiskus Laodato si’ (2015).

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


380

Hasil interpretasi divalidasi dengan Selain itu, pohon juga kadang dihadir-
kutipan-kutipan dari teks yang diteliti. kan hanya untuk memperkuat latar sebuah
Pada sejumah cerpen yang pernah dite- cerita. Sebagai contoh, cerpen “Pohon
laah sebelumnya, temuan yang baru di- Hayat” karya Mashdar Zainal,”Menebang
perbandingkan dengan temuan lain yang Pohon Silsilah” karya Indra Tranggono
dilacak lewat pemberitaan di surat kabar, (17 Februari 2013) dan “Di Kaki Hariara
jurnal ilmiah, serta laporan penelitian Dua Puluh Tahun Kemudian” oleh Martin
yang memiliki kemiripan pada aspek- Aleida (Kompas, 23 Mei 2010) menampil-
aspek tertentu sebagai pendukung. Ha- kan pohon sebagai latar tempat, sehingga
sil pembacaan ini disimpulkan untuk isu ekologis tidak begitu diolah dalam
menjawab masalah penelitian (1) dan (2): ketiga cerpen ini. Satu daun artinya satu
kehadiran dan keberpihakan sastra ber- kehidupan kata nenek dalam “Pohon
temakan lingkungan hidup. Selanjutnya, Hayat”. Setiap penduduk di kotanya
cerpen-cerpen bernuansa ekologis lain- tersemat di tiap daun yang bertengger di
nya yang diterbitkan selama 2010 – 2015 cabang, ranting, dan tangkai pohon itu.
oleh Republika, Jawa Pos, Media Indonesia, Maka ketika ada satu daun yang jatuh,
Suara Merdeka, dan Koran Tempo dibaca pastilah seseorang di kota tersebut mati.
sekali lagi sebagai pembanding untuk Demikian pula dalam “Menebang
menjawab masalah penelitian (3): posisi Pohon Silsilah”, pohon dikisahkan se-
sastra lingkungan hidup dalam khasanah bagai penanda tempat dan waktu bagi
cerpen Indonesia kontemporer. pergumulan setiap tokoh dalam cerpen.
Sementara itu, dalam cerpen Martin
HASIL DAN PEMBAHASAN Aleida, pohon hariara menjadi saksi
Pada subbagian ini diuraikan hasil keteladanan seorang guru sekolah. Kar-
penelitian dan pembahasan tiga hal yang tika Suryani mendidik para siswa untuk
menjadi fokus penelitian, yakni imaji- berani jujur dan berkeadilan. Rupanya
nasi krisis lingkungan hidup, gambaran sejak guru bantu ini diberhentikan karena
bencana alam dan keberpihakan, dan konflik dengan pihak pimpinan sekolah,
perspektif ekologis dalam sastra Indone- anak-anak selalu mengubur surat-surat
sia. Ketiga hal tersebut disajikan dalam pribadi dan catatan refleksi mereka di kaki
sub-subab berikut. pohon. Maka ketika 20 tahun kemudian
mereka bersama-sama menggali tanah di
Imajinasi Krisis Lingkungan Hidup da- kaki hariara yang telah keriput dan harus
lam Sastra Indonesia ditebang untuk pengembangan gedung
Isu lingkungan hidup digarap oleh sekolah, nyatalah bahwa pembelajaran
para cerpenis dengan menunjuk secara tentang kejujuran dan kebebasan telah
langsung ke lingkungan yang tercederai, ditanamkan dan pohon hariara adalah
khususnya pohon/hutan dan air, ataupun saksinya. Meskipun ketiga cerpen ini
secara abstraksi dengan memakai simbol- menebarkan nilai-nilai kemanusiaan, da-
simbol yang imajinatif. Dari 25 cerpen lam pandangan Eko Kritik masih terasa
yang diteliti, terdapat 16 cerpen yang adanya getaran antroposentrisme karena
mengambil pohon sebagai tema (baik alam (pohon) hadir untuk pemenuhan ke-
pelestarian maupun pemusnahannya), 8 butuhan kultural manusia (Clark, 2011).
cerpen dengan tema air, dan 1 cerpen yang Ketika pohon dipakai sebagai simbol,
berbau mitologi, khususnya mitos kuda masalah lingkungan hidup justru menjadi
air. Ditunjukkan pula dalam penelitian lebih mengemuka. Dalam cerpen-cerpen
ini bahwa pohon lebih kerap difungsikan berikut ini, pohon ditampilkan sebagai
untuk memberi makna metaforik dari- metafora kehidupan: “Rongga” karya Novi-
pada fisik.

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


381

ana Kusumawardhani (29 Agustus 2010), ulat bulu. Hutan jati itu menjadi hutan
“Ketapang Kencana” karya Bre Redana hitam yang begitu mengerikan. Tak ada
(21 November 2010), “Pohon Jejawi” oleh pemandangan yang begitu hitam melebihi
Budi Darma (26 Desember 2010), “Ketika hitamnya hutan jati yang telah menjadi
begitu mengerikan oleh jutaan ulat bulu.
Pohon Itu Masih Mekar” tulisan Doni
Seakan-akan di tengah-tengah kehitaman
Jaya (13 Februari 2011), “Sebatang Pohon hutan jati itu hidup arwah-arwah penasa-
di Loftus Road” karya Sungging Raga ran yang haus mengisap darah siapa pun
(14 April 2013), dan cerpen pemenang yang berani memasukinya (http://cerpen.
anugerah Kompas “Di Tubuh Tarra, Da- print.kompas.com/2013/07/28/ulat-bulu-
lam Rahim Pohon” karya Faisal Oddang (4 syekh-daun-jati/)
Mei 2014). Lewat tokoh-tokoh yang peduli,
cerpen-cerpen tersebut menggam-barkan Hutan dalam cerpen “Tulisan Kelinci
bahwa manusia bertanggungjawab atas Merah” karya Afrizal Malna (11 Novem-
masalah lingkungan hidup, yakni hilang- ber 2012) memberi manusia moderen
nya keanekaragaman hayati, rontoknya pelajaran tentang kearifan lokal. Cerpen
nilai-nilai arkeologi lokal, kerusakan ini berlatar kehidupan Urang Kanekes,
lahan pertanian, degradasi kualitas ling- Baduy penganut agama Buhun yang
kungan, dan sebagainya. Pohon Cincau telah ada sebelum politheisme dan mono-
dalam cerpen Doni Jaya yang selalu dijaga theisme. Setiap tahun penduduk yang
kelestariannya oleh Mama akhirnya me- menyatu dengan alam ini mengadakan
ranggas dan mati setelah Mama terjatuh Upacara Seren di hutan yang dilindungi
dari pohon itu. Imajinasi alam yang mis- oleh pikukuh dan ketentuan adat yang tak
tis dan supranatural kadang diselipkan boleh dilanggar. Tanah merupakan harta
seperti pada “Pohon Jejawi” (Maimunah, penting yang tak boleh diusik – “Tanah
2014) dan “Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim tidak boleh digali, dipacul atau dibajak.
Pohon”. Pada “Wiro Seledri” (10 Juli 2011), Kontur tanah harus tetap terjaga dari
cerpen GM Sudarta ini tidak berbicara erosi. Tanah hanya boleh ditusuk dengan
soal pohon besar, tetapi tanaman perdu bambu yang ujungnya telah diruncingi
bernama seledri yang disuburkan oleh untuk kemudian ditanami.” Listrik,
kotoran manusia – suatu kiat dari penulis sabun, dan piranti peradaban modern
yang dipelajarinya sewaktu mendekam di lain tak boleh digunakan warga. Mereka
Pulau Buru. menyatu dengan alam:
Selain pohon tunggal, hutan juga se-
ring diangkat dalam beberapa cerpen ber- Pendeta Bumi menyatakan tiga syarat
nuansa ekologis. Hutan yang tercederai, untuk bisa membebaskan diri dari bumi:
misalnya hadir dalam cerpen “Ulat Bulu melanggar adat istiadat, menjadi gila atau
bunuh diri. Ketiga orang makhluk itu se-
& Syekh Daun Jati” oleh Agus Noor (28
perti terbakar men-dengar persyaratan itu.
Juli 2013). Ada nuansa mistis dan legenda Mereka sudah tidak tahan berada di bumi.
di sini yang memberi pelajaran moral bagi Tidak tahan berada bersama planet yang
pelanggar keseimbangan alam. tidak masuk akal ini, di mana kehidupan
dijalani hanya untuk menunggu datang-
Kampung seperti diselubungi cairan hi- nya kematian. Dan selama penungguan
tam karena seluruhnya tertutup ulat bulu. itu, orang menciptakan berbagai versi ke-
Seluruh batang pohon tertutup ulat bulu hidupan: berbuat jahat kepada orang lain
hitam hingga ke ujung cabang-cabangnya. atau berbuat baik. Membunuh orang lain
Atap-atap rumah dipenuhi ulat bulu. atau menyelamatkan orang lain. Mengua-
Segalanya menjadi tampak menghitam. sai atau membebaskan. Merampok orang
Juga hutan jati yang mengelilingi kam- lain atau menolong orang lain. Korupsi
pung itu. Tiap batang pohon jati tertutup atau hidup dari kerja keras yang dilaku-

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


382

kan sendiri. Bertemu atau berpisah. Me- sang ayah membawa peralatan melukis.
ngakui kepercayaannya sendiri, tetapi me- Bapak dan Emak Si Gadis mengizinkan
nyerang kepercayaan yang lain. (https:// Si Pelukis dan putranya memasang tenda
lakonhidup.wordpress.com/2012/11/11/ di tepi ladang. Perupa itu berniat melukis
tulisan-kelinci-merah/#more-3533) fauna dan flora di hutan sekitar itu. Dia
juga mau melukis peladang, pengail ikan
Dengan menjaga harmoni hutan, ter- di sekitar danau, mawar hutan, dan pe-
jaga pula harmoni kehidupan antar ma- mandangan alam. Di ujung tahun, Gindo
nusia: “Mereka mengikuti jalan air, bukan menyetir jip tua peninggalan ayahnya
menuju danau. Dia tercengang di depan
jalan api. Antiperang, melukai atau mem-
pagar besi tinggi berkawat duri. Dirasa-
bunuh. Kalau kamu mau hidup, yang lain kannya pagar yang menghadang itu sa-
juga boleh hidup”. ngat angkuh. Ladang dan hutan tak tam-
“Romansa Merah Jambu” karya K. pak lagi. Tanaman kelapa sawit muda
Usman (19 September 2010) bercerita setinggi lutut—terbentang di depannya
tentang raibnya sebuah hutan dengan seluas mata memandang. Danau makin
danau yang begitu indah di tepinya yang sunyi. Pemancing tua entah berada di
pernah menjadi sumber inspirasi seka- mana? Tak ada lagi pepohonan tinggi
ligus saksi cinta. Dulu seorang pelukis yang berdaun rimbun di sekitar danau
sering datang ke danau yang berair biru itu. Gindo tidak diizinkan masuk lokasi
perkebunan sawit oleh petugas keamanan
jernih itu bersama anak lelakinya. Gadis
berseragam hijau-loreng. Para petugas
kecil sebaya yang dulu menjadi teman keamanan itu tidak dapat menjawab per-
bermainnya kini telah beranjak dewasa, tanyaan Gindo, “Di mana Emak, Bapak,
dan dengan setia selalu menunggu sang dan Gadis, setelah hutan, dan ladang
kekasih sambil menyulam di tepi danau mereka digusur?” (https://lakonhidup.
seusai memanen padi di ladang bersama wordpress.com/2010/09/21/romansa-
Bapak dan Emak. Keindahan alam itu merah-jambu/#more-784)
dilukiskan demikian:
Seperti K. Usman, dalam cerpennya
Di keheningan tepi danau tercium oleh “Rongga”, Noviana Kusumawardhani
[Gadis] harum bunga mawar hutan. Dia mengkritisi penebangan hutan atas izin
dengar nyanyian burung dan hiruk pikuk kepala desa yang keponakan jenderal
kawanan kera. Dia melihat gelepar ekor itu. Pohon-pohon perlu ditebangi karena
ikan di permukaan danau. Air beriak akan dibangun taman moderen untuk
bagaikan tersibak. Di atas tebing, daun
melengkapi supermarket dan mal yang
pepohonan sangat rimbun—bercermin
di air danau yang bening. (https://la- sudah ada agar masyarakat menjadi lebih
konhidup.wordpress.com/2010/09/21/ bahagia. Adalah Kemplu jagoan desa
romansa-merah-jambu/#more-784) yang mati-matian mempertahankan po-
hon tua berongga tempat ia menyepi dan
Lalu pada paragraf berikutnya yang mencurahkan kesedihannya melihat desa
sekaligus merupakan paragraf pungkas- yang telah banyak berubah itu. Ternyata
an, pengarang menampilkan perubahan masyarakat menjadi berani bersuara
cepat yang terjadi atas alam dan manu- dan ikut mendukung upayanya sebelum
sianya. Kutipan di bawah ini memperjelas buldozer membabat habis semua pohon
hal tersebut. di sana.
Sekian tahun silam, menjelang petang, Hutan itu tetap berfungsi sebagai ruang
seorang pelukis tua berjanggut lebat, publik. Sekarang justru bernama Taman
dan putranya datang dari kota ke ladang Air Mata. Siapa pun bisa dan boleh me-
di tepi hutan itu. Pemuda tampan itu nangis sepuas-puasnya. Bahkan pengun-
menyetir mobil jip tua dan membantu jung taman yang sedang gembira dan

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


383

ingin merasakan bagaimana indahnya Menjelang magrib, hujan berhenti me-


kesedihan di taman itu bisa membeli obat nyisakan gerimis. Menerabas sisa-sisa
perangsang kesedihan yang ditawarkan genangan air di jalan, Maksun mencari
petugas penyobek tiket tanda masuk. Mbah Simbad yang dikaguminya. Dari
Setiap pengunjung sebelum pulang kejauhan ia melihat tubuh pawang pengu-
akan menyempatkan berfoto di pohon sir hujan itu di gubuknya. Seperti tengah
Kemplu, demikian mereka menyebut bersujud. Tanpa gerak. Maksun mengen-
satu-satunya pohon yang tidak di tebang dus bebauan daging terbakar. (https://
itu. Pohon yang merindang. https:// lakonhidup.wordpress.com/2013/08/04/
lakonhidup.wordpress.com/2010/08/31/ mbah-simbad-si-pawang-hujan/#more-
rongga/#more-706) 4347)

Selanjutnya, dalam penelitian ini di- Sebelumnya, Aba Mardjani telah me-
dapati pula bahwa alam kadang-kadang ngolah tema hujan dan banjir dalam “Ban-
ditampilkan secara ganas, terutama pada jir di Cibaresah” (28 Oktober 2012) yang
cerpen seputar hujan dan banjir. Misal- akan dibahas lebih terinci pada bagian
nya, hujan telah lama tak turun karena selanjutnya dari tulisan ini.
ditahan oleh seorang pawang desa dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa
“Mbah Simbad Si Pawang Hujan”. Cer- pada beberapa cerpen bertema bencana
pen Aba Mardjani (4 Agustus 2013) ini alam, seakan diabaikan kenyataan bahwa
menyoal pergulatan antara kepentingan masalah ekologi adalah akibat tragis dari
pribadi dan kepentingan umum. Kontrak- aktivitas manusia yang tak terkendali. Da-
tor yang tak ingin rugi meminta Embah lam pandangan Ekokritisisme, manusia
Simbad menahan hujan agar proyek jalan tidak melihat makna lain dari lingkungan
tolnya selesai tepat waktu, sementara pen- alam selain yang bermanfaat untuk segera
duduk telah berbulan-bulan mengalami dipakai dan dikonsumsi; sehingga ketika
kekeringan sumur dan tanaman mulai alam memberontak, manusialah yang
meranggas. Namun akhirnya Simbad merasa dirugikan.
menyerah. Hujan turun juga karena ada Dalam “Muslihat Hujan Panas” karya
pawang-pawang hebat lainnya yang di- Benny Arnas (11 Agustus 2013), misalnya,
sewa untuk menahan hujan bagi berbagai alam bukan sahabat bagi tokoh Maisarah
keperluan dari pesta perkawinan sampai yang telah merenggut nyawa kedua anak-
pemakaman seorang jenderal. Kejayaan nya. Kekesalannya bertambah karena
Embah Simbad pun tumbang disaksikan Samin bekas suaminya yang seorang ve-
oleh Maksun seorang pengagumnya: teran itu menemuinya lagi setelah sepuluh
tahun tak kembali dan berkeluh-kesah
Simbad tersenyum. “Bukan menyerah, tentang kondisi keuangannya.
Maksun. Tapi biarlah hujan turun dulu
supaya warga di sini juga senang. Kau Sungguh, ketakutan, kebencian, dan rasa
kan tahu, setelah terakhir hujan kulepas? trauma Maisarah pada hujan panas tak
Itu sekitar dua minggu lalu. Hampir dua lagi tertakar. Dua anaknya yang baru
puluh hari malah. Jadi, biarlah tanah menginjak remaja meninggal dunia kare-
mendapatkan haknya mendapatkan sira- nanya. Mursal ditemukan mengapung di
man hujan.” bantaran Sungai Kasie di kaki Bukit Sulap.
Setelah berkata begitu, Mbah Simbad Sekujur tubuhnya membiru, perutnya
melangkah pergi menerabas derasnya buncit oleh air. Ia memang sangat gemar
hujan, meninggalkan Maksun dan be- mandi di dekat lubuk di siang hari. Sudah
berapa orang lain yang masih merasa tak sering orang-orang mengingatkan tapi
puas dengan penjelasannya. Beberapa sesering itu pula ia mengabaikannya. Bah-
saat kemudian, tubuhnya hilang ditelan kan, seperti di siang naas itu, ketika hujan
derasnya hujan dan angin. panas pun, ia bersikeras menceburkan diri

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


384

di lubuk seorang diri. Sepandai apa pun ia demikian, imajinasi musibah yang lebih
berenang, ketika air pasang tak kepalang, apokaliptis tampak lebih terpapar dalam
hanya ada dua kemungkinan baginya: cerpen-cerpen bertema polusi air.
pusaran lubuk akan mengisapnya atau
arus pasang akan menyeretnya hingga
Gambaran Bencana Alam dan Keberpi-
tubuhnya mengapung.
Dua tahun berikutnya, Badri, adik Mur-
hakan
sal, menyusul. Di usia yang sama dengan Ramalan Rachel Carson lewat Silent
meninggalnya si kakak, Badri tewas jatuh Spring kerap menjadi pijakan teori Ekokri-
dari pohon kelapa dengan tubuh terbakar. tik yang akopaliptik,misalnya dari Buell
Ia disambar petir ketika sedang memetik (2001) dan Philips (2008). Penelitian ini
kelapa muda di perkebunan Haji Maulana memakai Ekokritisisme apokaliptik dan
di siang bedengkang. Memang tak ada dokumen Ekologi yang gayut dengannya
yang menyangka kalau awan berwarna dari Paus Fransiskus Laudato si’ (2015) se-
santan dapat menurunkan hujan dan bagai piranti analisis cerpen-cerpen yang
diterabas petir. (https://lakonhidup.word-
dikaji. Pada Ensiklik No. 25 disebutkan
press.com/2013/08/11/muslihat-hujan-
panas/#more-3960)
bahwa dalam beberapa dekade menda-
tang dampak terburuk perubahan ilkim
Bahwa alam bisa menjadi kawan atau dan pemanasan global akan dirasakan
pun lawan juga nampak dalam paragraf oleh negara-negara berkembang di mana
pembuka cerpen Anton Kurnia “Rumah kaum papa lah yang paling dirugikan
Air” (27 April 2014) berikut ini: karena penghidupan mereka sangat ter-
gantung pada cadangan alam dan jasa
JIKA hujan singgah, Mamah akan gelisah. ekosistem seperti pertanian, perikanan,
Hujan memang anugerah. Pohon-pohon dan kehutanan. Masyarakat miskin tidak
yang kekeringan, daun-daun yang kehau- memiliki sumber keuangan atau sumber
san, dan rumput-rumput yang ranggas daya lain yang memungkinkan mereka
akan senang menerima guyuran air segar untuk beradaptasi dengan perubahan
basah. Tapi hujan juga bisa jadi musibah. iklim atau menghadapi bencana alam.
Air yang melimpah-ruah tapi tak lancar Bahkan akses mereka memperoleh per-
mengalir bakal menjadi banjir. Rumah
lindungan dan pelayanan sosial juga ter-
kami yang mungil pun dipaksa menjadi
rumah air. (https://lakonhidup.wordpress.
batas. Imajinasi ketimpangan sosial dan
com/2014/04/27/rumah-air/#more-4813) ketidakadilan pembangunan mengemuka
dalam cerpen-cerpen berikut.
Sering tidak disadari bahwa kerusa- “Banjir di Cibaresah” karya Aba Mar-
kan alam juga disebabkan oleh intervensi jani menunjukkan keberpihakan pada
manusia. Ekokritisisme menggugat hal kaum miskin ketika pengusaha besar dan
ini karena alam yang merupakan bagian penguasa pemerintah mengeksploitasi
yang tak terpisahkan dari manusia itu alam. Dikisahkan sudah berhari-hari desa
keberadaannya bukan untuk dieksploitasi Cibaresah direndam air. Banjir seakan
saja, melainkan juga harus dilestarikan. menghukum warga desa Cibaresah kare-
Maka, kesimpulan sementara dapat di- na para petinggi pemerintah yang korup.
tarik di sini bahwa pada banyak cerpen Mereka bekerjasama dengan pengembang
yang dikaji, masalah lingkungan hidup bisnis properti yang merugikan masya-
belum menjadi agenda yang politis, tetapi rakat. Koruptor-koruptor itu dihadirkan
sekedar retorika ekologis (Buell, 2001). dengan simbol-simbol binatang yang
Lebih banyak cerpen yang menyuguh- dikenal sebagai musuh manusia seperti
kan ratapan atas masalah lingkungan tikus, ular, buaya, dan sebagainya.
hidup tanpa memberikan solusi. Namun

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


385

“Mungkin karena makin banyak vila Dengan memakai gaya nostalgia da-
berdiri, makin sedikit daerah resapan lam bercerita, Kurnia JR dalam cerpennya
air, dan sungai-sungai makin menyem- “Cikapundung” (9 Juni 2013) meratapi
pit,” Maksum menggumam. “Orang- keruhnya Sungai Cikapundung yang dulu
orang makin tak peduli pada ruang untuk
“cantik memikat, meliuk-liuk genit bagai
air.”
[…]
gadis remaja” tapi sekarang bak naga se-
Dari kejauhan, Maksum dan Kasdul tengah lumpuh yang”merayap seraya
melihat macan belang itu berjongkok meratap, sedang kota terus tumbuh, di-
di depan pintu rumah kepala desa. Di padati manusia”. Tak terlihat lagi di sana
jendela-jendela, serigala bertengger rumpun bambu, anak-anak, dan kaum
diam. Buaya-buaya besar berseliweran perempuan yang mandi atau mencuci
di sekeliling rumah besar itu bersama baju.
banyak sekali ular berkepala dua. Dind-
ing-dindingnya penuh kecoa dan cacing. Sehabis pukulan bertubi-tubi, kutengok
Sesekali terdengar lolong anjing dan dunia masa kecilku. Sungguh, aku tak
dengus babi. Tikus-tikus nampak asyik terkejut mendapati sungaiku merana.
bermain-main. Kupu-kupu beterbangan. Bukan hanya dia yang habis-habisan
Sebagian keluar masuk ke dalam rumah. diperkosa manusia. Ciliwung, Cisadane,
Sesekali, berkelebat warna hitam setan- Citarum, serta seribu sungai lain hanya
setan seolah mengancam siapa pun yang bisa melata lungkrah. Air jernih dibalas
berani mendekati rumah itu. (https:// dengan limbah.
lakonhidup.wordpress.com/2012/11/07/ […]
banjir-di-cibaresah/#more-3501) Di sini akan kuhabiskan sisa usia sebab
di sini ada sahabat setia yang kupercaya
Ketimpangan sosial juga ditampilkan untuk menitipkan cerita-cerita. Seperti
dalam “Protes” karya Putu Wijaya (23 juga aku, dia sudah tua, tidak segemi-
November 2013) dengan cerita tentang lang dulu. Tidak terdengar lagi gemercik
rumah hantu yang sengaja ditebar oleh arus yang riang spontan atau air yang
pemilik bisnis perumahan, dan “Ikan jernih. Limbah manusia telah menodai
kemurniannya yang naif. Cikapundung
Kaleng”oleh Eko Triono (15 Mei 2011).
sungai yang dirundung murung. (https://
Cerpen-cerpen ini menggugat retorika
lakonhidup.wordpress.com/2013/06/09/
pembangunan masyarakat pedalaman cikapundung/#more-4127)
yang tidak sepenuhnya menyejahterakan
mereka. Dalam “Ikan Kaleng”, misalnya, Sama seperti tangisan atas keruhnya
orang-orang suku Lat dikirim ke kota un- Sungai Cikapundung, melalui cerpen
tuk memperoleh pendidikan dan belajar “Bidadari Serayu” (6 April 2014), Sung-
menangkap ikan secara moderen sekaligus ging Raga berkisah tentang upaya pe-
mengawetkannya. Namun ketika suatu nyadaran masyarakat tentang polusi air
hari kepala suku Lat sendiri pergi ke Jaya- dan dampaknya bagi masyarakat kelas
pura untuk memasarkan ikan, terkejutlah bawah yang hidup di bantaran Sungai
ia ketika tahu bahwa harga sebuah ikan Serayu. Meski penuh kontroversi, cerita
kaleng ternyata sama dengan harga satu dihembuskan tentang bidadari pencabut
kilogram ikan mentah. Sejak itu, bertekad- nyawa karena terhitung telah 14 orang
lah ia mendatangi sekolah yang bisa me- didapati mati di sungai itu sejak 1886!
ngajarkan murid-muridnya membuat Bidadari khayangan enggan mandi di
ikan kaleng (https://lakonhidup.word- situ karena Serayu tak hijau lagi. Sejak
press.com/2011/05/15/ikan-kaleng/#more- cerita bergulir, tidak ada lagi warga yang
2054). berani membuang kotoran, sampah, dan
buang air besar di kali itu. Maka, meski

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


386

tak sehijau seperti semula dan tak lagi Selanjutnya, judul “Serpihan di Teras
menjadi tempat persinggahan bidadari, Rumah” pada cerpen Zaidinoor (3 Febru-
“sungai itu tak hendak mengutuk siapa ari 2012) menunjuk pada semburan debu
pun, ia membiarkan segala cerita hanyut hitam yang dibawa oleh roda-roda truk
bersama alirannya yang tetap tenang, yang melintas di depan rumah Ni Siti.
begitu tenang, sampai ke Pantai Sela- Janda Kai Rustam penyadap karet ini tak
tan….” (https://lakonhidup.wordpress. pernah lagi mendapati getah cair sejak
com/2014/04/06/bidadari-serayu/#more- dua tahun terakhir ini ketika perusahaan
4718). Meskipun masih samar, cerpen ini besar dengan mesin yang meraung-raung
mencoba memperlihatkan keprihatinan memasuki desa perkebunan karetnya.
terhadap isu pencemaran, dibandingkan Untuk memberi jalan bagi truk-truk
dengan cerpen Sungging Raga sebelum- besar, pohon rambutan yang dua puluh
nya yang hanya memakai sungai sebagai tahun yang lalu ditanam Kai Rustam di
latar tempat semisal “Serayu, Sepanjang halaman rumah beratap rumbia itu pun
Angin Akan Berembus…” (Kompas, 22 harus ditebang. Di situ diletakkan tong
Juli 2012). besar yang kata Pembakal (kepala desa)
Selain kritik atas sungai-sungai yang disumbangkan untuk menampung air
ternodai, protes terhadap ketidakadilan bersih yang mulai langka. Tong itu ter-
pembangunan juga menjadi inti “Men- lalu besar dan halaman Ni Siti yang tak
genang Kota Hilang” (Kompas, 13 Mei terlalu luas itu kini tidak lagi diramaikan
2012). Diilhami oleh sebait pusi karya oleh anak-anak yang bermain di bawah
Hasan Aspahani (2006): “Maka lumpur pohon rambutan. Alhasil, Ni Siti kehi-
pun datang membasuh wajah kota itu”, langan sesuatu yang bisa membuatnya
karya R. Giryadi ini mengambil tema merasa dekat dengan sang suami. Ni Siti
bencana lumpur panas di Sidoarjo. Lewat juga kehilangan pendapatan karena tidak
monolognya, tokoh Aku menyampaikan banyak getah yang bisa disadap dari po-
peringatan agar siapapun datang ke kota hon karet di kebunnya. Kritik terhadap
itu harus mengganti hatinya dengan ketidakadilan terhadap rakyat kecil demi
batu dan mengantongi”sekarung nyawa” korporasi besar dinyatakan dengan jelas
karena jalan yang dilewati adalah “jalan di akhir cerita sebagai berikut:
maut”, yakni rampok kecil dan pengemis
dadakan di sepanjang jalan. Kemiskinan Mungkin air dari berbagai tempat me-
akibat bencana alam telah membuat kota ngumpul di lubang-lubang bekas gali-
itu rawan kejahatan. an itu. Sehingga air di sebelah barat tak
lagi mengalir ke kebun karet Ni Siti.
Bila kau lolos di jalan maut, kau tak Sedang air dari kebun karetnya mengalir
perlu bergembira. Karena setelah itu kau menuju lubang. Karet-karet Ni Siti pun
akan menemukan jalan yang bercabang- kekurangan air. Dan sampai kapan hal
cabang, mirip labirin. Kau harus pandai ini berlangsung?… Wanita renta itu tak
memilih jalan yang tepat. Bila salah pilih, pernah tahu. Ni Siti hanya ingin pulang
jangan harap kau bisa kembali menjadi dan menyapu terasnya.
manusia. Kau pasti akan menjadi lin- (https://lakonhidup.wordpress.com/2013/
tah, atau semacam belut yang hidup di 02/03/serpihan-di-teras-rumah/#more-
rawa-rawa, yang kini dikuasai oleh mon- 3843)
ster-monster berwarna-warni. (https://
lakonhidup.wordpress.com/2012/05/21/ “Penjaga Kubur Nyai Laras” karya
mengenang-kota-hilang/#more-3076) S. Prasetyo Utomo (7 April 2011) juga
merupakan sebuah cerpen bernuansa
mistis yang bertemakan ketimpangan

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


387

pembangunan. Mandor Karso menentu- lakonhidup.wordpress.com/2014/06/22/


kan pepohonan yang boleh ditebang dan kuda-emas/#more-4986)
kayu-kayunya diangkut truk pembeli.
Batu-batu dipecah, bertumpuk-tumpuk, Dapat disimpulkan di sini bahwa-
dan Mandor Karso pula yang menjualnya. masalah lingkungan hidup ditampilkan
Dikisahkan dalam cerpen ini, tempat peri- di sejumlah cerpen disertai kritik ter-
stirahatan terakhir Nyai Laras menjadi hadap ketidakadilan bagi orang miskin.
saksi ketidakadilan itu di mana “binatang- Terutama dalam sejumlah “cerpen air”,
binatang liar penghuni bukit yang masih sungai menjadi tercemar karena pem-
tersisa, seperti luwak, berlari menghindar, buangan limbah beracun atau imbas gaya
mencari tanah berbukit dan belukar yang hidup perkotaan yang menyebabkan
tak terenggut tanganmanusia” (https:// lingkungan hidup terkontaminasi secara
lakon hidup.wordpress.com/2013/04/07/ fisik, kimiawi, dan sosial. Imajinasi ketim-
penjaga-kubur-nyai-laras/#more-3963). pangan global dan bencana akhir zaman
Selain sungai, hutan, dan pohon yang telah diguratkan dalam cerpen-cerpen
diberi makna harafiah dan simbolis, ada semacam ini.
pula cerpen yang memanfaatkan mitos
kuda emas. Sama halnya dengan pohon Perspektif Ekokritik dalam Sastra In-
bertuah dalam “Sebatang Pohon di Loftus donesia
Road” karya Sungging Raga (14 April Jika dalam waktu 5 tahun hanya ter-
2013), “Kuda Emas” karya Tawakal M dapat 25 cerpen yang berwawasan ling-
Iqbal (22 Juni 2014) berbicara tentang ke- kungan, penghitungan sederhana me-
serakahan manusia. Cerpen ini dipenuhi nyimpulkan bahwa harian Kompas tidak
dengan binatang yang bisa bicara, hewan memberikan prioritas utama bagi cerpen-
yang menyamar sebagai manusia. Ini cerpen berperspektif Ekologi. Hanya ter-
mengingatkan kita bahwa “kita bukanlah dapat rata-rata 5 cerpen pertahun atau
tuan dari alam – tetapi kita adalah bagian sepersepuluh jumlah cerpen yang terbit
dari itu”: setiap minggunya dalam setahun. Ba-
gaimanapun juga, pencapaian terbanyak
Sungguh tragis ketika tahu, membu- terjadi di tahun 2013 dengan 7 cerpen ling-
tuhkan waktu berjuta-juta tahun untuk kungan hidup. Setahun sebelumnya terbit
menelurkan emas sebanyak itu. Dan di Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-
tempat kuda emas bertelur telah diban- kunang di Langit Jakarta: 20 Tahun Cerpen
gun perusahaan tambang besar. Kau Kompas Pilihan, yang meskipun ilustrasi
tahu, sejak kejadian aku melihat kuda itu
sampul bukunya didominasi oleh warna
terbang dari Tanjoleat menuju Pongkor,
hijau, hanya memuat 2 dari 23 cerpen pi-
kuda itu tak pernah terlihat lagi. Kakek
bilang, kuda itu telah terbang dari Papua lihan Kompas 2011 yang beraroma ekolo-
ke Maluku, lalu ke Kalimantan, Sumatera gis, karena selebihnya dipenuhi cerita
sebelum akhirnya ke Tanjoleat, kam- yang surealistik dan supranatural.
pung kami. Aku khawatir kuda itu kini Selanjutnya, sampul depan Cerpen
telah terbang menuju negara lain untuk Kompas Pilihan 2014 juga nampak hijau
mencari sarang baru tempatnya bertelur. dari segi fisik. Bahkan cerpen pemenang
Sebab di tempat kami, perburuan emas yang dipilih menjadi judul dan tampil
selalu panas. Lagipula, pohon-pohon di sebagai cerpen pertama, yakni Di Tubuh
Tanjoleat sekarang telah habis. Banyak
Rara, dalam Rahim Pohon terdengar hijau.
kedapatan hewan-hewan liar masuk kam-
Cerpen Faisal Oddang ini berlatar bela-
pung kami. Sekawanan monyet jarang lagi
terlihat memanjat-manjat batuan cadas kang budaya Toraja. Seorang bayi dikubur
di Tanjoleat. Kini seringkali sepi. (https:// dalam pohon Tarra dan menjadi obyek

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


388

pariwisata; bahkan sang ayah sendiri di tengah kabut asap seperti itu. Dalam
menjual tulang-belulang bayi itu kepada campur aduk kekesalan, kegelisahan,
turis karena desakan masalah ekonomi. dan kekecewaan ratusan penumpang itu,
Meskipun kritik sosial dilontarkan den- Husni justru teringat sebuah siang di Ter-
nate. Ia sudah terlalu sering mengalami
gan apik oleh pengarang, cerpen ini tetap
suasana seperti itu. Pekerjaan sebagai
antroposentris sifatnya dan “tidak hijau”. konsultan penanganan limbah industri
Alam dirawat hanya untuk memenuhi membuat Husni harus terbang setidaknya
hasrat kutural dan ekonomi manusia. seminggu sekali ke berbagai wilayah.
Bagaimanapun juga, di tangan Faisal Langit Ternate pada siang itu tak pernah
Oddanglah lahir cerpen “Orang-orang bisa dilupakan Husni. Langit paling aneh
dari Selatan Harus Mati Malam Itu” yang yang pernah dilihatnya. Langit yang sep-
menjadi satu-satunya cerpen hingga Juni erti batu Kalimaya itu menyimpan warna
2015 yang memakai pencemaran ling- kuning, hijau, dan merah dalam nuansa
kungan sebagai latar tempat dan waktu. biru yang membalut semua warna men-
jadi satu ikatan. Jalin-menjalin sebagai
Cerpen ini berkisah tentang orang-orang
unsur-unsur bebas tapi sekaligus menjadi
yang dibantai dalam peristiwa 1965 dan komposisi yang utuh. Seperti ikatan ber-
mayat-mayat mereka diceburkan ke sun- bagai unsur kimia yang membentuk se-
gai sehingga menodai praktik agama asli nyawa-senyawa dengan berbagai partikel.
yang dipercayai penduduk setempat. Husni tak pernah melihat langit seperti
Jumlah cerpen bernuansa lingkungan itu sebelumnya, meski ia telah menjelajah
hidup yang diterbitkan di berbagai media ke hampir semua pelosok Nusantara. Ia
lain pada kurun waktu 2010 – 2015 juga kerap terpesona oleh langit di berbagai
kurang menggembirakan. Penelitian ini daerah yang memiliki keunikan berbeda-
membaca sekilas tanpa melakukan anali- beda, semacam karakter masing-masing
yang mungkin dibentuk oleh mineral,
sis mendalam atas cerpen-cerpen yang
kekayaan tambang, dan hutan-hutan
diterbitkan oleh media berikut beserta (https://lakonhidup.wordpress.
jumlahnya: Republika (13), Jawa Pos (5), com/2014/12/14/langit-kalimaya/#more-
Media Indonesia (4), Suara Merdeka (4), 5123)
dan Koran Tempo (2). Terdapat 28 cerpen
tentang lingkungan hidup yang terbit di SIMPULAN
kelima surat kabar pada 2010 – 2015. Jika Krisis ekologis menjadi sumber ins-
dihitung keseluruhan, maka terdapat 53 pirasi bagi sebagian kecil cerpenis Indone-
cerpen dalam 5 tahun atau kurang dari 11 sia. Pada umumnya, cerpen-cerpen yang
cerpen dalam setahun. Dari penghitungan diteliti mengambil lingkungan hidup
ini terlihat bahwa Sastra Hijau belumlah hanya sebagai latar tempat dan waktu.
hijau di salah satu negeri dengan krisis Namun demikian, beberapa pengarang
ekologi terbesar di dunia. telah mencoba melancarkan kritik ter-
Sebagai pelengkap bahasan, disajikan hadap pengrusakan lingkungan, terutama
nukilan cerpen karya FX Rudy Gunawan penebangan hutan dan polusi air. Polusi
“Langit Kalimaya” yang terbit di Media air sungai merupakan tema yang paling
Indonesia pada 14 Desember 2014 sebagai sering diangkat dalam cerpen bernuansa
refleksi bersama. lingkungan hidup. Cerpen-cerpen yang
dikaji mencoba untuk secara kritis meng-
BANDARA dipenuhi oleh ratusan pen-
garisbawahi keseragaman kepentingan
umpang. Penerbangan mereka tertahan
masyarakat kota yang mencoba membuat
karena asap tebal dari hutan-hutan bakau
yang dibakar, hingga memperpendek klaim untuk menguasai lingkungan atas
jarak pandang menjadi sekitar 4-5 meter. nama pembangunan dan pemberantasan
Hanya pilot teler yang berani lepas landas kemiskinan. Terdapat hubungan kekua-

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


389

saan antara segelintir kelompok elit versus kiprah masing-masing. Barangkali dari
rakyat kecil, budaya urban versus budaya sini kelak akan makin berkembang teori
tradisional. Di sini sungai memiliki arti pembacaan karya satra khususnya tentang
simbolis yang memisahkan para penguasa lingkungan hidup. Sebagai tambahan,
dan masyarakat yang terpinggirkan yang peninjauan kurikulum pembelajaran
hidup di pinggiran sungai. sastra dan bahasa perlu pula dilakukan se-
Jika dibandingkan dengan banyaknya cara teratur dan berkelanjutan; termasuk
cerpen yang terbit selama kurun waktu di dalamya pengembangan desain pem-
yang diteliti, cerpen-cerpen bernuansa belajaran sastra yang diperkaya dengan
lingkungan hidup belumlah memuaskan Sastra Hijau.
dalam segi jumlah. Banyaknya isu ling-
kungan hidup yang hanya dipakai sebagai UCAPAN TERIMA KASIH
latar tempat dan peristiwa menjadikan Artikel ini merupakan bagian dari
cerpen-cerpen ini retorika ekologi yang penelitian berjudul “Sastra Lingkungan
menggebu, bukan pertobatan ekologi Hidup sebagai Gerakan Sosial: Kajian
seperti digagas dalam Laodato si’ dan Teori Karya, Penulis, dan Komunitasnya” yang
Ekokritik. didanai oleh DP2M Dikti melalui Hibah
Akhirnya, seperti tersirat dalam cer- Penelitian Desentralisasi dengan Skim
pen-cerpen yang dikaji, bahaya pemana- Penelitian Fundamental 2015. Penulis
san global telah menghadang di depan mengucapkan terima kasih kepada Ketua
mata. Upaya manusia untuk mening- LPPM Universitas Sanata Dharma dan
katkan kehidupan di alam semesta telah staf, para reviewer, serta semua pihak atas
menjadi paradoks yang justru mengan- saran, masukan, dan dukungan yang amat
cam keberadaannya. Di sini meskipun berharga. Semua kekeliruan dan cacat
cerpen sebagai bentuk seni kreatif dan dalam tulisan ini merupakan tanggung
kritis mungkin tampak jauh dari laporan- jawab penulis sepenuhnya.
penelitian sains maupun kebijakan publik,
secara tidak langsung cerpen-cerpen ini DAFTAR PUSTAKA
telah menggugah kesadaran budaya yang Aleida, Martin 2004. Jamangilak Tak Pernah
cinta lingkungan. Ini berarti bahwa sastra Menangis. Jakarta: Gramedia.
bisa berperan sebagai barometer budaya Bandel, Katrin. 2006. “Sastra Koran di
dan agen perubahan. Indonesia” dalam Sastra, Perempuan,
Oleh karena itu, sebagai usulan dan Seks. Yogyakarat: Jalasutra, hlm. 45
saran, keberlangsungan atau ketersediaan – 55.
karya berwawasan lingkungan hidup Bandel, Katrin. 2008. “Perempuan Pe-
perlu ditingkatkan baik dalam jumlah sisir dalam Novel Gadis Pantai dan
maupun kualitas kepedulian apokaliptis Jamangilak Tak Pernah Menangis”,
yang diusungnya. Perlu dicermati secara boemipoetra, November-Desember,
kualitatif dan kritis bagaimana jagad sas- hlm. 3 – 4.
tra Indonesia menerjemahkan masalah- Buell, Lawrence. 2001.Writing for an En-
masalah nyata yang dihadapi masyarakat, dangered World: Literature, Culture, and
misalnya perihal pelestarian alam dan/ Environment in the U.S. and Beyond.
atau pencemaran lingkungan hidup. Cambridge: Harvard University Press,
Selain itu perlu dikaji pula keterlibatan 2001.
penulis dan komunitas sastra lingkungan Buell, Lawrence. 2009. The Future of En-
hidup (sastra sebagai praksis). Misalnya, vironmental Criticism: Environmental
melalui wawancara intensif dan pengama- Crisis and Literary Imagination. London:
tan yang berkesinambungan tentang John Wiley & Sons.

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir


390

Clark, Timothy. 2011. The Cambridge Budaya (ed.) Dewi Candraningrum,


Introduction to Literature and the En- Yogyakarta: Jalasutra, hlm. 31 – 42.
vironment. Cambridge: Cambridge Sastrapratedja, M., SJ. 2013.Pendidikan se-
University Press. bagai Humanisasi, Jakarta: Pusat Kajian
Hunga, Arianti Ina Restiani. 2013. “Eko- Filsafat dan Pancasila.
feminisme, Krisiss Ekologis, dan Pem- Wiyatmi. “Berziarah ke Pulau Buru
bangunan Berkelanjutan”. Dalam Eko- melalui Novel Amba Karya Laksmi
feminisme dalam Tafsir Agama, Pen- Pamuncak” Prosiding Seminar Bahasa
didikan, Ekonomi, dan Budaya (ed.) dan Sastra dalam Perspektif Ekologi dan
Dewi Candraningrum, Yogyakarta: Multikulturalisme. Yogyakarta: Jurusan
Jalasutra, hlm. x – xvi. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS,
Maimunah. “Perlawaanan Alam terhadap UNY, hlm. 301 – 310.
Kolonialisme dalam Novel Pohon Je- Zainal, Zainor Izat. 2014. “Malaysia’s De-
jawi [sic] karya Budi Darma” LITERA: velopment Success Story: Critical Re-
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan sponses in Contemporary Malaysian
Pengajarannya, Volume 13, Nomor 2, Novels in English” Asian Culture and
Oktober 2014, hlm. 326 – 337. History, Volume 6, Nomor 1,hlm. 31 –
Mamat, Maharam, Johari Talib, and Zulki- 42.
fli Mohamad. 2011.”Environmental Is- Cerpen Koran Minggu. https://lakonhidup.
sues in the Literary Works in Malaysia: wordpress.com(Diunduh 15 April
Preliminary Study of Sarawak Novel 2015)
Writers”World Review of Business Re- Kumpulan Cerpen Kompas. http://cerpen.
search, Volume 1, Nomor 4, September, print.kompas.com(Diunduh 30 Mei
hlm. 115-134. 2015)
Page, Benedicte. “Short story ‘newspaper’ National Geographic Indonesia, April 2014.
hits bookshops” The Bookseller. Pub-
lished January 16, 2012. Lampiran Daftar Cerpen sebagai Data
Paus Fransiskus. 2015. Laudato si’. Vatican Penelitian Kumpulan Cerpen Kompas.
City: Libreria Editrice Vaticana. Sumber Data: http://cerpen.print.kompas.
Phillips, Dana. 2003. The Truth of Ecol- com (Diunduh 30 Mei 2015)
ogy: Nature, Culture, and Literature in 1. “Di Kaki Hariara Dua Puluh Tahun
America. Oxford: Oxford University Kemudian” karya Martin Aleida (23
Press. Mei 2010)
Salam, Shazrah. 2011. Unveiling the Sacred: 2. “Rongga” karya Noviana Kusuma-
Reading the Gendered Female Body in wardhani (29 Agustus 2010)
Contemporary Pakistan Fiction. Unpub- 3. “Romansa Merah Jambu” karya K.
lished MA Thesis, Massey University, Usman (19 September 2010)
Manawatu, New Zealand. 4. “Ketapang Kencana” karya Bre Re-
Salim, Emil. 2013. “Refleksi: Keterlibatan dana (21 November 2010)
Gereja dalam Melestarikan Keutuhan 5. “Pohon Jejawi” karya Budi Darma (26
Ciptaan” Praedicamus, Volume 12, No- Desember 2010)
mor 41, Januari – Maret, hlm. 7 – 14. 6. “Ketika Pohon Itu Masih Mekar ”
Suryaningsih, Ervin. 2013. “Kendali Patri- karya Doni Jaya (13 Februari 2011)
arki atas Perempuan dan Alam dalam 7. “Penjaga Kubur Nyai Laras karya S
Cerpen Kering (2006) karya Wa Ode Prasetyo Utomo (7 April 2011)
Wulan Ratna: Sebuah Kajian Ekofemi- 8. “Ikan Kaleng” karya Eko Triono (15
nisme”. Dalam Ekofeminisme dalam Mei 2011)
Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi, dan

LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015


391

9. “Wiro Seledri” karya GM Sudarta (10 18. “Mbah Simbad Si Pawang Hujan”
Juli 2011) karya Aba Mardjani (4 Agustus 2013)
10. “Pohon Hayat” karya Mashdar Zainal 19. “Muslihat Hujan Panas” karya Benny
(29 Januari 2012) Arnas (11 Agustus 2013)
11. “Serpihan di Teras Rumah” karya 20. “Protes” karya Putu Wijaya (23 No-
Zaidinoor (3 Februari 2012) vember 2013)
12. “Banjir di Cibaresah” karya Aba Mard- 21. “Bidadari Serayu” karya Sungging
jani (28 Oktober 2012) Raga (6 April 2014)
13. “Tulisan Kelinci Merah” karya Afrizal 22. “Rumah Air” karya Anton Kurnia (27
Malna (11 November 2012) April 2014)
14. “Menebang Pohon Silsilah” karya 23. “Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Po-
Indra Tranggono (17 Februari 2013) hon” karya Faisal Oddang (Kompas,
15. “Sebatang Pohon di Loftus Road” 4 Mei 2014)
karya Sungging Raga (14 April 2013) 24. “Kuda Emas” karya Tawakal M Iqbal
16. “Cikapundung” karya Kurnia JR (9 (22 Juni 2014)
Juni 2013) 25. “Orang-orang dari Selatan itu Harus
17. “Ulat Bulu & Syekh Daun Jati” karya Mati” karya Faisal Oddang (28 Juni
Agus Noor (28 Juli 2013) 2015)

Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Mutakhir

Anda mungkin juga menyukai