Anda di halaman 1dari 13

KEARIFAN LINGKUNGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

PILANGGUR SALUSIN KISDAP BANJAR KARYA HATMIATI


MASY’UD (KAJIAN EKOKRITIK)
(Environmental Wisdom in the Collection of Short Stories Pilanggur Salusin
Kisdap Banjar By Hatmiati Masy’ud (Ecocritical Study))

Nurhidayati Kurniasih
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
Jalan Ahmad Yani Km. 32, Loktabat, Banjarbaru
baeasih@gmail.com

Diterima 9 Oktober 2020 Direvisi 1 November 2020 Disetujui 3 November 2020


https://doi.org/10.26499/und.v16i2.2761

Abstrak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kearifan lingkungan dalam kumpulan cerpen
Pilanggur Salusin Kisdap Banjar karya Hatmiati Masy’ud yang diwakili oleh Palak (Asap),
Tambun (Hantu Banyu), dan Tulak Bala (Tolak Bencana). Teori ekokritik dan teori sosiologi
digunakan dalam penelitian ini sebagai alat untuk menganalisis karya sastra dari sudut
pandang lingkungan dan menghubungkannya dengan fakta sosial yang diacunya. Metode
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif sedang teknik pengumpulan datanya
menggunakan teknik simak, teknik catat, dan teknik kepustakaan. Prosedurnya membaca
secara cermat; meneliti masalah kearifan lingkungan; mengklasifikasikan dan mengalisis
permasalahan lingkungan berdasarkan pendekatan sosiologi karya sastra dalam teori sosiologi
sastra dan teori ekokritik kemudian menyimpulkan kearifan lingkungan dalam cerpen pilihan
tersebut adalah (1) penghargaan alam; (2) masalah lingkungan alam; dan (3) kearifan lokal
dalam mengatasinya.
Kata kunci: kearifan lingkungan, cerpen, ekokritik sastra, sosiologi karya sastra

Abstract. This study aims to describe environmental wisdom in the collection of short stories Pilanggur
Salusin Kisdap Banjar by Hatmiati Masy'ud, represented by Palak (Asap), Tambun (Hantu Banyu), and
Tulak Bala (Tolak Bencana). Ecocritical Theory and sociological theory are used in this study as a tool to
analyze literary works from an environmental perspective and relate them to the social facts they refer to.
This research method is a qualitative descriptive method while the data technique uses observation
techniques, note-taking techniques, and literary techniques. The procedure is read carefully; studying
environmental wisdom problems; classifying and analyzing environmental problems based on the
sociological approach of literary works in the sociological theory of literature and ecocritical theory, then
concluding that environmental wisdom in the short stories is (1) respect for nature; (2) natural
environmental problems; and (3) local wisdom in overcoming it.
Keywords: enviromental wisdom, short stories, literary ecocritic, sociology of literary works

1. PENDAHULUAN menjadi inspirasi dalam berkarya


Kehadiran alam dalam karya sastra sekaligus menyisipkan pesan-pesan
menjadi jalinan keterikatan manusia untuk tidak abai dengan lingkungan.
dengan alam dalam karyanya. Kemampuan sastrawan dalam meramu
Perubahan alam pun akan menjadi kata menghadirkan cerita fiksi sekaligus
warna dalam karya sastra manusia, realitas tentang kondisi sekitar. Hal ini
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

seperti yang disampaikan Fuad (2019, tetapi didominasi oleh emosionalitas


hlm. 84) bahwa fenomena alam dengan (Ratna, 2013, hlm. 2)
lingkungan dan masyarakatnya tidak Dalam sastra, pengarang adalah
bisa lepas dari sebuah karya sastra. sosok utama yang mengangkat persoalan
Kemunculan ekokritik tidak lepas dari yang hendak ditonjolkan. Kritik sosial
fenomena lingkungan dan kritik-sosial dalam sastra pun identik dengan
tidak terlepas dari dinamika masyarakat persoalan sosial yang ada dalam
yang terus berubah. Keduanya masyarakat (Sarjono, 2001, hlm. 93).
merupakan kacamata untuk melihat Sebagai anggota masyarakat, pengarang
karya sastra yang berbasis pada menjadi bagian dari masyarakat yang
kenyataan lingkungan dan masyarakat. akan mengajarkan buah renungannya
Pengungkapan sebuah tema dalam tentang suatu isu dalam masyarakat
karya sastra sarat akan nilai-nilai yang melalui karyanya. Hal inilah yang
ingin disampaikan pengarangnya. Pesan menyebabkan karya sastra menjadi
yang dihadirkan dalam cerita cermin kehidupan dan bisa diambil
bergantung pada keyakinan, keinginan, pelajaran tentang ajaran moral atau
dan perhatian pengarang. Selanjutnya, dikdaktisnya, estetika, dan lain
ragam pesan tersebut dikategorikan sebagainya (Kosasih, 2012, hlm. 2).
dalam 3 persoalan hidup dan kehidupan Salah satu bentuk karya sastra yang
manusia yang terhubung dengan dirinya penuh nilai-nilai kehidupan adalah
sendiri, dengan manusia lain termasuk cerpen. Cerpen tersusun atas berbagai
hubungannya dengan lingkungan alam, macam tingkatan yang menggugah
serta dengan Tuhannya (Nurgiantoro, kepekaan realis pembaca,
2012, hlm. 232). pemahamannya, emosinya, dan
Kearifan ekologi dalam cerpen kepekaan moralnya secara simultan.
tidak terlepas dari fungsi karya sastra Stanton (2012) menyatakan bahwa
dalam mengedukasi pembacanya untuk cerpen memiliki efek mikrokopis karena
sadar lingkungan. Sejalan yang mampu mengungkap satu makna yang
diungkapkan Endraswara (2016) bahwa besar melalui sepotong kejadian saja.
ekologi sastra adalah cara pandang Rekaan cerpenis yang dituangkan dalam
memahami persoalan lingkungan hidup cerpen dalam menghadirkan masalah
dalam perpektif sastra (hlm. 17) dan menyuguhkan solusinya seolah
Perbedaan antara sosiologi dan menjadi asupan bagi otak membacanya
sastra secara hakikat seperti dalam hal untuk ikut merenungkan atas isu yang
rekaan dan kenyataan, fiksi dan nyata diangkat sang pengarang (hlm. 88).
namun secara institusional obyek Cerpen sering mengangkat tema
sosiologi dan sastra adalah manusia kehidupan manusia dengan
dalam masyarakat. Meskipun hal yang lingkungannya. Lingkungan alam sudah
dibahasnya berbeda. Sosiologi menjadi bagian dari inspirasi pengarang
menjelaskan kehidupan manusia dan untuk mengekspresikan ide dan gagasan
masyarakat dengan analisis ilmiah dan pengarang. Salah satu karya sastra yang
objektif sedangkan sastrawan memanfaatkan lingkungan sebagai objek
mengungkapkannya melalui emosi, penceritaannya adalah kumpulan cerpen
secara subyektif dan evaluatif. Sastra Pilanggur Salusin Kisdap Banjar karya
memanfaatkan pikiran, intelektualitas Hatmiati Masy’ud (2017).

298
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

Penelitian yang mengaitkan sastra yang bersifat lokalitas dalam kumpulan


dan lingkungan telah banyak diungkap, cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar
diantaranya “Persoalan Pemeliharaan karya Hatmiati Masy’ud (2017)
Lingkungan Hidup yang Bersih dan khususnya dalam Palak, Tambun, dan
Sehat dalam Puisi Indonesia Modern”. Tulak Bala. Dua cerpen pertama
Penelitian ini dihasilkan oleh Santosa, membawa ide tentang asap dan
Sayekti, & Djamari, (2012) membahas kerusakan lingkungan sungai sedang
tentang makna dan pesan utama puisi yang terakhir memaparkan isu
Indonesia modern, konteks sosial kerusakan lingkungan sosial yang
masyarakat pembacanya dengan ditenggarai menjadi sebab terjadinya
masalah lingkungan hidup, bencana lingkungan berupa kebakaran.
keberterimaannya serta harapannya Berdasar latar belakang di atas,
terhadap lingkungan hidup. Hasil berikut hal-hal yang ingin dijawab dalam
penelitian tersebut merekomendasikan penelitian ini adalah kearifan lingkungan
agar masyarakat memiliki kesadaran yang dilakukan oleh para tokoh yang
untuk memelihara lingkungan hidupnya tergambar dalam cerpen khususnya yang
yang bersih dan sehat, bebas dari terkait dengan penanggulangan
sampah dan limbah yang berserakan, kerusakan alam semesta (sungai dan
sungai dan drainase airnya tetap jernih hutan) dan kerusakan lingkungan sosial
dan dapat lancar mengalir, berusaha yang berdasarkan kearifan para tokoh
mencegah terjadinya polusi udara, dan hal tersebut disebabkan juga karena
masyarakat gemar menanam dan ketidakpedulian manusia terhadap
memelihara pepohonan demi persoalan sosial disekelilingnya.
keseimbangan ekosistem.
Penelitian yang relevan juga 2. KERANGKA TEORI
pernah dilakukan Fanani (2018) berjudul Ekologi adalah ilmu yang
“Nilai-Nilai Kearifan Lingkungan dalam mempelajari pola hubungan tumbuhan,
Novel Serial Anak-Anak Mamak Karya hewan, dan manusia beserta
Tere Liye (Kajian Ecocriticism)”. Hasil lingkungannya. Sedangkan ekologi
penelitiannya menunjukkan bahwa sastra ditafsirkan sebagai ilmu yang
dalam novel serial Anak-Anak Mamak mengkaitkan sastra dengan lingkungan.
Karya Tere Liye terdapat nilai-nilai (Endraswara, 2016, hlm. 5). Ekologi
kearifan lingkungan berupa rasa hormat mempunyai beragam pengertian, salah
terhadap alam, rasa kepemilikan satunya diartikan dalam konteks ekologi
bersama masyarakat untuk menjaga alam. Ekologi alam diartikan bahwa
sumber daya alam, sistem pengetahuan kajian ekologi adalah kajian yang
masyarakat setempat untuk menekankan alam sebagai inspirasi
memecahkan masalah, teknologi tepat karya sastra dan sekaligus
guna dan hemat sesuai dengan kondisi menitikberatkan pada pembelaan
setempat, sistem penegakan aturan- terhadap alam atas kerusakan yang
aturan adat masyarakat, dan mekanisme dilakukan oleh manusia. Selanjutnya,
pemerataan hasil panen. ekologi yang dimaknai dalam pengertian
Penelitian ini berbeda dengan ekologi budaya yang dibedakan pada
penelitian sebelumnya karena pola hidup dan karakteristiknya.
memfokuskan pada kearifan lingkungan (Endraswara 2016, hlm. 13).

299
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

Penelitian ini selain menyorot cerpen menggeser kebudayaan dan peradaban


yang dipilih dengan sudut pandang yang telah mapan (established) sejak
ekologi sastra juga mencoba untuk nenek moyang. Contohnya: kaum tani
membedahnya dengan pendekatan yang dipaksa untuk merelakan lahan
sosiologi karya sastra yang mengkaji mata pencahariannya (sawah) atas nama
karya sastra dengan mengkaji beragam kemajuan yang apabila dirunut lebih
gejala sosial dalam masyarakat yang lanjut adalah untuk keperluan kaum
diacunya dalam hal ini masyarakat pemodal semata. Kehidupan pertanian
Banjar (Suryanata, 2016, hlm. 89). terpaksa ditinggal dan berganti profesi
Representasi alam dalam suatu karya menjadi buruh di industri. Sementara di
sastra; peran latar fisik (lingkungan) belahan bumi yang lebih pelosok lagi
dalam alur karya; nilai-nilai yang hutan yang semestinya menjadi daerah
terungkap dalam suatu karya sastra dan tadah hujan beralih fungsi menjadi areal
kekonsistensiannya terhadap kearifan pertanian atau bahkan menjadi areal
ekologis (ecological wisdom); metaphor tambang. Petani yang sebelumnya hidup
tentang daratan mempengaruhi perilaku berdampingan dengan alam mengalami
manusia terhadap bumi; karakterisasi transformasi kehidupan yang jauh dari
suatu genre karya sastra dalam alam sehingga alam tiada lagi yang
menuliskan alam; posisi ras, kelas dan menjaganya.
gender dalam kategori kritis baru; cara
apa dan efek kritis lingkungan yang 3. METODE PENELITIAN
seperti apa dalam memasuki sastra Penelitian ini menggunakan
kontemporer dan sastra popular adalah metode deskriptif kualitatif. Ratna
pertanyaan yang digunakan dalam (2013) mengatakan bahwa metode
menimbang hubungan sastra sengan kualitatif memanfaatkan cara-cara
alam (Glotfelty & Fromm, 1996 dalam penafsiran dengan menyajikan data
(Endraswara 2016, hlm. 39). dalam bentuk deskripsi (hlm. 46). Lebih
Selanjutnya Endraswara lanjut dijelaskan Ratna (2011) bahwa
mendifinisikan (2016) bahwa ekokritik metode analisis deskriptif adalah metode
bertujuan menunjukkan kepedulian yang menganalisis dan menguraikan
penulis terhadap lingkungan dengan data untuk mengambarkan objek yang
menunjukkan solusi dari persoalan diteliti. Dengan demikian, penelitian ini
lingkungan yang ada (hlm. 53). akan mendeskripsikan kearifan
Ketidakseimbangan hubungan lingkungan yang terdapat dalam cerpen
manusia terhadap alam yang cenderung dan menganalisisnya dengan
mengeksploitasinya menjadi titik tolak mengkaitkan fenomena lingkungan yang
sastrawan untuk menyuarakan ada (hlm. 39).
kegelisahan hatinya. Tersingkirnya Kerusakan lingkungan khususnya di
manusia secara fisik dan budaya akibat Kalimantan sudah pada tingkat yang
teknologi dan modernisasi menjadi memprihatinkan. Data dari Walhi
pijakan untuk menyeru kembali manusia menyebutkan bahwa lebih dari 300 Km
pada alam. sungai di Kalimantan selatan telah
Industralisasi mendorong munculnya berubah menjadi lubang tambang. Selain
kapitalisme. Dunia industri yang itu, 41 persen hutan Meratus dan hutan
dipelopori kaum kapitalis itu mampu lainnya di Kalimantan Selatan didapati

300
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

menjadi daerah yang diberi izin untuk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


ditambang. Cahyono menyatakan hal 4.1 Kearifan Lingkungan
tersebut menjadikan percemaran air Kearifan lingkungan adalah
sungai (Hidayat, 2018, np.). seperangkat pengetahuan yang
Penelitian ini mendata kalimat- dikembangkan oleh suatu kelompok
kalimat yang mengandung nilai masyarakat dalam pengalaman panjang
lingkungan yang terdapat dalam buku bersama alam untuk keuntungan
kumpulan cerpen Pilanggur (2017), bersama (alam dan manusia) (Sari,
antara lain berjudul: (1) Palak (Asap), (2) Fauzah, N. Anwari, Nurlaila, & Yulianti,
Tambun (Hantu Banyu), dan (3) Tulak 2017). Pengetahuan itu bersifat penting
Bala. Dari 10 cerpen yang ada di atau berguna bagi kemanusiaan.
Pilanggur Salusin Kisdap Banjar, peneliti Kehidupan manusia tidak bisa
mengambil tiga cerpen tersebut karena dilepaskan dari lingkungannya.
mengangkat isu dan tema tentang Lingkungan alami maupun lingkungan
lingkungan. buatan mempengaruhi perkembangan
Penelitian ini menggunakan teknik kehidupan manusia langsung dan tidak
simak, teknik catat, dan teknik langsung. Pengaruh lingkungan bersifat
kepustakaan dalam pengumpulan data. pasif sedangkan pengaruh manusia
Penyimakan dilakukan dengan terhadap lingkungan bersifat aktif.
menyimak kalimat-kalimat yang Kepasifan lingkungan dalam
mengandung tema dan konflik tentang mempengaruhi kehidupan manusia
kearifan lingkungan dalam kumpulan sangat dirasakan apabila sifat aktif
cerpen Pilanggur. Setelah melakukan manusia dalam mengeksploitasi
penyimakan, teknik yang digunakan lingkungan tidak dikendalikan. Namun
selanjutnya adalah teknik catat. sebaliknya, bila manusia menjaga
Selanjutnya, teknik kepustakaan keseimbangan alam, maka alam
dilakukan dengan pencarian referensi menjamin kelangsungan hidup lebih
untuk mendukung teori penelitian ini. nyaman.
Analisis data dilakukan dengan Keberlangsungan kehidupan perlu
tahapan prosedur sebagai berikut: (1) keseimbangan. Namun, kerakusan
membaca secara cermat buku kumpulan manusia menjadikan keseimbangan yang
cerpen Pilanggur, terutama cerpen harusnya tetap dipelihara menjadi
berjudul Palak (Asap), cerpen Tambun terusik dan berbuah pada persoalan
(Hantu Banyu), dan cerpen Tulak Bala; kehidupan. Secara sederhana,
(2) meneliti masalah yang ada; (3) “persoalan-persoalan dalam kehidupan
mengklasifikasikan nilai-nilai ini dapat digolongkan dalam tiga hal: (a)
lingkungan; (4) menganalisis masalah persoalan manusia secara personal, (b)
nilai-nilai lingkungan yang ada persoalan antar manusia yang satu
berdasarkan pendekatan teori karya dengan yang lainnya, termasuk dengan
sastra dan teori ekologi; dan (5) alam sekitarnya, dan (c) persoalan
menyimpulkan nilai-nilai lingkungan manusia dengan Tuhan” (Nurgiantoro,
serta solusi yang ditawarkan 2012, hlm. 323).
didalamnya. Persoalan hidup personal,
antarpersonal (personal maupun
lingkungan), dan persoalan hidup

301
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

dengan pencipta-Nya dalam karya serta (mungkin) tawaran


cerpen diungkapkan secara ilmiah dan penyelesaiannya. Sebagai suatu produk
secara fiksi. Dua cara pengungkapan ini ciptaan seorang sastrawan didalam
memiliki kaidah atau konvensi masing- sebuah karya sastra ada yang ingin
masing, yang tentu saja, berbeda antara disampaikan kepada pembacanya. Ide,
satu dengan yang lainnya. Dalam karya gagasan, dan solusi dirancang agar
cerpen diramu sedemikian sehingga pembaca menjadi tergugah dengan
karya dipaparkan secara lebih enak semua itu dan disanalah fungsi karya
untuk dicerna dan diikuti sastra dalam kehidupan dan kebudayaan
penyelesaiannya. Hal ini disebabkan masyarakat. Dahulu alam dipakai
hakikat karya sastra adalah respon menjadi inspirasi untuk dijadikan latar
seseorang (dalam hal ini pengarang pada dalam karya sastra, sekarang dalam era
situasi dalam masyarakatnya. Hal ini kesadaran lingkungan, sastra diperlukan
karena karya sastra merupakan alam untuk mengkonservasinya.
gambaran kehidupan dalam masyarakat
yang ditulis ulang menurut sudut 4.2 Masalah dan Sebab
pandang pengarangnya dengan bumbu Ketiga cerpen ini dipilih karena
dan respon terhadap masalah dan solusi memang mempunyai latar masalah yang
yang dipaparkan. berujung pada kerusakan lingkungan
Keberadaan karya sastra tentunya meskipun masing-masing dikemas
ada hal yang ingin disampaikan lewat dengan konflik yang berbeda-beda.
ide yang tertulis, konflik yang dibangun,

Judul Masalah dan Sebab


Palak Polusi asap berkepanjangan
Sebab: Membuka ladang/sawah/ Perkebunan Sawit dengan
membakar
Tambun Sungai kotor dan tercemar
Sebab: Sampah dan limbah batubara
Tulak Kebakaran kampung
Bala Sebab: Hantu api
Tabel 1. Sebab dan masalah

Palak yang berarti asap menjadi isu Perubahan itu banyak dipengaruhi oleh
tahunan ketika musim kemarau panjang. ulah manusia juga. Pembakaran ladang
Letak geografis Kalimantan Selatan yang dan perubahan lahan gambut yang
mempunyai lahan gambut dan lereng seharusnya menjadi daerah resapan
gunung di wilayah hulunya menjadikan tanah menjadi area pemukiman
wilayah Kalimantan Selatan rawan penduduk dan juga penambahan area
dengan bencana asap sebagaimana perkebunan sawit. Cerpen Palak
daerah Kalimantan Tengah dan sebagian menghadirkan persoalan yang harus
Sumatera. Lahan gambut menjadi sangat dihadapi oleh masyarakat di kawasan
rawan untuk terbakar setelah terjadi yang terdampak kabut asap. Secara
perubahan kadar air didalam tanahnya. massif memang area perkebunan sawit

302
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

mempunyai andil dalam tragedi tahunan awal mengalirnya air dengan terjadikan
kabut asap pada saat musim kemarau. pembalakan hutan secara besar-besaran
Namun, masyarakat perlu juga dan limbahnya kembali dibuang di
diedukasi untuk sadar lingkungan. sungai.
Dalam cerpen Tambun, konflik Cerpen Tulak Bala mengangkat
diawali dengan tenggelamnya Imah di masalah cara menjaga hubungan antar
sungai ketika bermain dengan teman- manusia dengan penciptanya yaitu
temannya. Selanjutnya, melalui dengan menjaga alam beserta isinya dan
perantara seseorang yang bisa bagaimana bersikap diatasnya. Cerpen
berkomunikasi dengan “hantu banyu”, ini terkait dengan api tapi bukan
alam dalam hal ini sungai menceritakan asapnya melainkan bencana kebakaran
keluh kesahnya seputar perilaku yang terjadi bertubi-tubi sehingga
manusia saat ini di sungai. Masyarakat masyarakat menenggarai bahwa hal
yang tak lagi mengindahkan sungai tersebut terjadi karena adanya hantu api
sebagai hal yang harus dijaga. yang berulah. Hantu api berulah
Masyarakat umum yang tak disebabkan oleh ulah manusia juga.
menghiraukan lagi fungsi sungai sebagai Lingkungan sosial yang tidak sesuai
penopang kehidupan yang semestinya dengan norma agama (Islam)
dijaga kebersihannya malah dijadikan menjadikan alam bereaksi yang diwakili
tong sampah. oleh elemen api yang tidak rela terjadi
Demikian juga perilaku manusia kemungkaran di bumi.
yang tidak menjaga sumber mata airnya 4.3 Solusi
sehingga kerusakan tidak hanya terjadi Dibawah ini daftar solusi yang
di hilir saja dengan banyaknya sampah dipaparkan Hatmiati Masy’ud melalui
yang dibuang oleh masyarakat tapi juga cerpen-cerpennya.
masyarakat tidak lagi mengindahkan
sumber-sumber mata air yang menjadi

Judul Solusi
Palak  Sholat Istiqo
 Tameng api
 Berdoa
 Mengurangi perjalanan tidak perlu.
 Bertaubat
Tambun  Sesaji untuk Hantu Banyu.
 Demo masyarakat di perusahaan Batubara

Tulak Bala  Selamatan dengan bubur merah dan putih.


 Sembahyang Hajat.
 Mengarak Kitab.
 Perbaikan kondisi lingkungan sosial

Tabel 2. solusi

303
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

Hatmiati dalam cerpen Palak yang digunakan berkait dengan istilah-


menawarkan solusi dari dua sisi. Dari istilah alam untuk lingkungan seperti air,
sisi spiritual, ada memperbanyak doa api, dan asap. Unsur alam ini
dan bertobat serta puncak melaksanakan diserupakan sebagai makhluk hidup
sholat istiqo (sholat meminta hujan). yang mampu berinteraksi dan sekaligus
Sedang dari sisi tindakan yaitu menyampaikan keluh kesahnya kepada
pembuatan tameng api, mengurangi manusia.
jalan-jalan dan aktivitas diluar ruang. Dalam cerpen Tambun, diserupakan
Dalam cerpen Tambun, penyadaran dengan sosok penjaga sungai yang
masyarakat akan kebersihan lingkungan marah dengan apa yang telah diperbuat
sungai dipaparkan dengan menyatakan warga desa terhadap sungai yaitu tidak
bahwa keberadaan sungai perlu dijaga lagi menghormatinya dengan
dengan tidak membuang sampah dan membuang sampah sembarangan.
merusak sumber mata air yang ada di ….urang kampung kada apikan.
hulu. Banyu dirigati, matan di hulu bilang kada
Selanjutnya, dalam cerpen Tulak bala, sakira rigatnya. Banyu alahan pada tih.
lingkungan sosial yang sehat perlu Ngitu nah, buangan batubara, bubuhan siapa
nang ampun gawi mun kada buhanmu jua.
dijaga dengan cara: menyadarkan
Iwak matian, kumpai pinggir banyu layuan,
pentingnya kepedulian lingkungan pada bilang kada sakira puricinya buhanmu ngitu.
masyarakat dengan mengadakan ritual Kamanang lagi kami badiam…. (Masy’ud,
untuk keselamatan bersama yaitu 2017, hlm. 30)
dengan upacara yang menggunakan “…orang kampung tidak berlaku
bubur merah dan putih, sembahyang baik. Sungai dicemari, dari hulu tidak
hajat, mengarak kitab dan perbaikan terkira kotornya. Air sungai melebihi air
kondisi lingkungan sosial. teh. Itu juga, buangan batubara, siapalagi
yang melakukannya kalau bukan kalian
4.4 Alam dan Pesannya juga. Ikan mati, rumput pinggir sungai
Berikut deskripsi cerpen berdasarkan layu, tidak terkira perbuatan kotor
paparan teori ekokritik: kalian. Kemana lagi kami tinggal…”
a. Representasi alam dalam cerpen (Masy’ud, 2017, hlm. 30)
pilihan karya Hatmiati Masy’ud.
Kesadaran untuk kembali ke alam Pada cerpen Tulak bala, Sosok hantu
atau back to nature merambah lini api yang marah dengan warga yang
kehidupan dan tidak terkecuali di ranah tidak lagi mengindahkan norma agama
sastra. Cerpen yang ditulis oleh Hatmiati dimunculkan. Kemarahannya yang
Masy’ud mengajak pembacanya untuk menjadikan bencana kebakaran terjadi
memahami alam sebagai hal yang harus bertubi-tubi.
diperhatikan dan dijaga. Alam dijadikan Kamandahan di kampung kita ngini
alat untuk menyampaikan gagasannya taguran Allah Ta‟ala hagan kita barataan.
kepada pembaca atau lawan tuturnya. Pungkalanya iya kalakuan saurang jua
Alam dipersonakan meskipun melalui nang katuju maniniwah. 11
sosok hantu yang dapat berkomunikasi “Kemalangan di kampung kita ini
dengan paranormal (orang pintar atau adalah teguran dari Allah Ta‟ala untuk kita
semua. Ujungnya ya kelakuan kita sendiri
orang yang dianggap bisa juga yang suka berbuat tidak benar.”
berkomunikasi dengan hantu itu). Diksi (Masy’ud, 2017, hlm. 118)

304
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

Cerpen karya Hatmiati yang pernapasan) menjadi langganan


berjudul Palak, secara khusus lingkungan masyarakat yang terdampak kabut asap.
yang diwakili oleh api menyampaikan Secara ekokritik, Hatmiati
protesnya terhadap apa yang telah menyadarkan pembacanya bahwa
dilakukan manusia terhadap bumi. lingkungan alam, khususnya sungai dan
Polusi berkepanjangan akibat dari tindak hutan banyak mengalami kerusakan. Hal
pembakaran ladang ditambah dengan ini terjadi karena ulah manusia itu
kemarau yang panjang adalah sebab dari sendiri yang abai dengan kelestarian
musibah kabut asap yang terjadi. Namun alamnya.
ternyata ada hal lain yang menjadi
penyebabnya. b. Peranan Latar Fisik (Lingkungan)
“Urang bahuma ngitu matan bahari, Alam dalam cerpen karya Hatmiati
uma-abahmu, pakaianmu, lacit ka datu- dihadirkan sebagai pribadi yang harus
ninimu, bahuma kada suwah tatamu palak dihormati keberadaannya agar
nang kaya damia. Urang bahari imbah keberlangsungan hidup menjadi
manyalukut dihumai, hampai wayahini
harmonis. Adanya kabut asap yang
damintu haja. Matan di mana palaknya,
urang sahibar menyalukut hagan bahuma terjadi disebabkan faktor lain, yakni
ha? Nangini berbulan-bulan urang masyarakat bertahun-tahun melakukan
kapalakan, kadada akal mun sahibar bahuma pembakaran lahan untuk digunakan di
haja. Musti nang lain nang maulah palak lading. Namun, asapnya tidak seperti
ngini kada sing ampihan.” (Masy’ud, yang terjadi dalam latar cerpen Palak.
2017, hlm. 8) “Kita ngini sabujurannya katampiasan
“Orang bersawah sejak dulu, ibu palaknya haja. Napang mun sakuliling urang
bapakmu, sampai ke kakek-nenekmu, bajual tanah bahiktar-hiktar hampai ka
bersawah tapi tidak pernah bertemu palang padu. Kampung kita ni gin cakanya
kabut asap seperti ini. Dahulu orang kawa ditukarinya wan urang-urangnya. Ujar
selesai membakar di sawah begitu saja. habar pacangan maulah kabun sawit.
Dari mana asapnya, tidak masuk akal Nangitu nang kasalukutan mun hudah
kalau dari bersawah saja. Pasti hal lain kumarau nangini. Batah kada malalar api.
yang membuat kabut asap ini.” Nangapa haja dimakannya tu pang.‟ Julak
(Masy’ud, 2017, hlm. 8) Ibad umpat barucau.”(Masy’ud, 2017,
hlm. 8).
Dalam Palak dan Tulak Bala “Kita ini sebenarnya kena imbasnya
saja dari kabut asap ini. Kenapa
kerusakan alam yang menjadi latar dari
sekeliling orang yang menjual berhektar-
cerpen tersebut seputar penjagaan alam hektar tanahnya hingga ke dekat dapur
baik lingkungan alam (rusak karena rumahnya. Kampung kita ini jika bisa
perluasan perkebunan sawit) maupun dibelinya juga beserta orang-orangnya.
lingkungan sosial (kerusakan moral). Hal Kata kabar akan dibuat kebun sawit.
ini menunjukkan bahwa cerpen yang ada Yang seperti itu yang terbakar apabila
merefleksikan banyaknya kerusakan sudah kemarau seperti ini. Pasti menjalar
alam yang disebabkan oleh kerakusan apinya. Apa yang ada pasti dilahapnya”.
manusia. Secara faktual, kerusakan alam (Masy’ud, 2017, hlm. 8).
terjadi di mana-mana. Pembabatan hutan
secara membabi buta. Kebakaran hutan Begitu juga dengan latar sungai yang
yang hampir selalu terjadi di musim digambarkan lain dari biasanya menjadi
kemarau. Penyakit ISPA (infeksi saluran

305
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

pertanda akan terjadinya bencana dalam c. Nilai-Nilai Kearifan lingkungan


cerpen Tambun. (lokalitas)
“Banyu sasain badalam, karuh tumatan Secara eksplisit, Hatmiati
di hulu, kampar bajurut laluan, banyu menghadirkan kearifan lokal para tokoh
mangidam.” (Masy’ud, 2017, hlm. 23). yang mewakili masyarakat Banjar dalam
“Air semakin dalam, keruh mulai dari menghadapi konflik yang terkait dengan
hulu, Ikan Kampar berderet, sungai meminta
lingkungan yang ada di Kalimantan.
kurban ” (Masy’ud, 2017, hlm. 23).
Sosok tokoh-tokoh itu yang
menyadarkan masyarakat akan
Pemaparan konflik yang ada dan
pentingnya menjaga lingkungan alam
solusi yang ditawarkan adalah
dan lingkungan sosial. Dalam cerpen
penyadaran akan pentingnya menjalin
Tambun, Palak, dan Tulak Bala, Hatmiati
keharmonisan hubungan manusia
memanfaatkan situasi lingkungan alam
dengan makhluk hidup dan alam raya
dan sosial masyarakat Banjar sebagai
sert manusia dengan penciptanya. Hal
obyek penceritaannya dan sarana untuk
ini perlu dilakukan agar manusia sadar
mendidik masyarakat lewat alur cerita
dalam mengelola alam dan sadar akan
yang familiar terjadi di tanah Banjar
jatidirinya sebagai makhluk yang harus
seperti orang tenggelam, kabut asap dan
beribadah kepada penciptanya.
kebakaran.
Situasi yang terjadi di alam menjadi
Dalam solusi yang ditawarkan atas
sumber inspirasi bagi sastrawan yang
masalah yang ada dalam cerpennya,
sebagai manusia sadar akan pentingnya
Hatmiati menyodorkan kearifan lokal
keseimbangan alam. Keprihatinan
yang lazim dilakukan yaitu
seorang Hatmiati Masy’ud ditunjukkan
melaksanakan salat Istisqo (Salat
lewat tulisannya seperti yang ada dalam
meminta hujan), memperbanyak doa dan
cerpen Palak berikut:
taubat, dan melaksanakan hal-hal yang
“…Solusinya „Kita bausaha jua badu‟a
wan dikukurangi bajalanan kada manantu.
lebih bermanfaat.
Babanyak batubat kaluku tasalah atawa “Isuk kita bakumpulan di lapangan bal.
tahilap” (Masy’ud, 2017, hlm. 9). Kita sumbahyang istisqa, meminta hujan
wan Allah Ta „ala. Ngini kada kawa kita
“…Solusinya Kita berusaha juga
maampihi amun kada maminta wan nang
berdoa dan mengurangi keluar berjalan
ampun dunia. Pamarintah hudah jua
tidak tentu. Perbanyak bertaubat kalau
bausaha, tantara umpat jua maulah bidingan
saja banyak khilaf”. (Masy’ ud, 2017,
hagan mamagat api di tanah gambut, tatap
hlm. 9).
haja kukus wan palak-palaknya. Kita bausaha
jua badu‟a wan dikukurangi bajalanan kada
Keberadaan alam disadarkan manantu. Babanyak batubat kaluku tasalah
kembali oleh pengarang untuk atawa tahilap.” Guru Ihin salajur bapapadah
menjaganya sehingga keseimbangan (Masy’ud, 2017, hlm. 9).
alam tetap terjaga. Persahabatan dengan “Besok kita berkumpul di lapangan
alam dan kepedulian pengarang bola. Kita salat Istisqa, meminta hujan
terhadap lingkungannya telah pada Allah Ta ’ala. Hal ini tidak bisa kita
menempatkan alam dan lingkungan akhiri kalau tidak meminta berhenti pada
yang mempunyai dunia. Pemerintah
sebagai sumber ilham yang tiada pernah
telah berusaha, Tentara ikut juga
ada habisnya.
membuat halangan untuk memutus api
di tanah gambut, tetap saja api dan asap-

306
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

asapnya. Kita berusaha juga berdoa dan alam yaitu dengan cara memberinya
mengurangi perjalanan tak tentu. sesaji. Meskipun hal ini sudah tidak
Perbanyak taubat kalau salah dan relevan lagi namun hal ini perlu untuk
khilaf.” Guru Ihin menerangkan. menjadi pembelajaran bagi semua
(Masy’ud, 2017, hlm. 9) tentang penghormatan atas lingkungan
disekitar kita.
Selanjutnya di cerpen Tulak Bala “Ikam bawaakan lakatan, bubur habang,
dipaparkan bagaimana usaha bubur putih, hintalu, kupi manis, kupi pahit,
masyarakat terkait menghindari bencana wan pisang amas. Tagar, ingatakan ha mun
yaitu dengan acara selamatan mengarak buhanmu tatap marigati batang banyu,
kitab sekaligus menyertainya dengan tunggal ikungan kaina buhanmu garingan.”
perilaku yang lebih baik. (Masy’ud, 2017, hlm. 31)
“Basalamatan tatap haja kita gawi, “Kamu bawakan ketan, bubur
sumbahyang hajat wan maarak kitab ngitu merah, bubur putih, telur, kopi manis,
kita gawi jua. Tagal, kasiam ingatakan kopi pahit, dan pisang emas. Lalu,
papadahku hintadi. Disasadangikalakuan. Ingatlah jika kalian tetap mengotori
Mun gawian nang kada sampuraka ngitu sungai, satu persatu dari kalian akan
muku digawi, maulah panyakit diri wan sakit.”(Masy’ud, 2017, hlm. 31).
maulah bala hagan urang banarai”. (Masy’ … Sabuting pulang, batang banyu
ud, 2017, hlm. 122) kasiam jangan dirigati, bujur-bujur
“Berselamatan tetap saja kita diharagu…. (Masy’ud, 2017, hlm. 32).
kerjakan, salat hajat dan mengarak kitab …Satu lagi, sungai jangan dikotori,
itu juga kita kerjakan. Namun, ingatlah benar-benar dijaga (Masy’ud, 2017,
perkataanku tadi. Dicukupkan perilaku. hlm. 32).
Jika pekerjaan tidak baik dikerjakan,
membuat penyakit untuk diri sendiri dan
d. Metafor Daratan (Bumi) dan
membuat bala bagi orang lain juga”.
Penyikapannya
(Masy’ud, 2017, hlm. 9)
Benda-benda alam (air/sungai dan
api/kabut asap) mampu mengajarkan
Lingkungan alam yang terusik oleh
kepada manusia dalam menjaga
penebangan hutan dan lingkungan sosial
keseimbangan alam, dan selain manusia
yang digerus dekandensi moral atas
dapat mengambil manfaatnya baik
nama kemajuan dan modernisasi yang
secara langsung maupun tak langsung.
kebablasan menjadi latar untuk
Panas yang dihasilkan oleh alam
menanamkan nilai-nilai kearifan lokal
menyadarkan manusia untuk menjaga
dalam berinteraksi dengan alam yaitu
kesejukkan bumi melalui penjagaan
menghormatinya dengan tidak
terhadap sumber karbon yaitu pohon
mengotorinya, tidak merusaknya dan
dan sejenisnya. Alam yang dirusak oleh
tidak berbuat kerusakan moral diatasnya
manusia, sengaja ataupun tidak atas
yang terjadi karena arus modernitas
nama pembangunan ataupun
yang kebablasan. Kemalangan dalam
kerakusannya menjadikan ekosistem
cerpen Tambun menjadikan warga
berubah dan menjadikan keseimbangan
masyarakat didasarkan akan perilakunya
ekologis menjadi terganggu.
selama ini yang tidak lagi menghormati
Terganggunya lingkungan menjadikan
keberadaan sungai. Karenanya perlu
peristiwa banjir, kebakaran, kemarau
usaha untuk mengembalikan kesakralan
panjang, dan seterusnya akan terjadi
sungai dalam menjaga keseimbangan

307
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 297-310

sebagai cara alam untuk mengembalikan lingkungan, berakibat terjadinya banjir.


keseimbangannya. Pembabatan pepohonan untuk
Manusia sebagai bagian dari alam keperluan perkebunan atau pertanian
menjadi subyek yang sangat berperan juga berakibat rusak ekosistem lahan
dalam menjaga keseimbangannya. Alam (hutan).
memerlukan manusia untuk
memakmurkannya dan manusiapun 5. PENUTUP
memerlukan alam untuk bertahan hidup. Simpulan
Alam memberi pengaruh yang luar biasa Banyak penelitian yang mengkaitan
bagi manusia dan makhluk hidup yang karya sastra dengan alam namun ada
hidup diatasnya. saja hal yang menarik untuk dikaji
Air adalah sumber kehidupan yang tentang keseriusan pengarang dalam
sempurna. Seluruh kehidupan mengemas isu lingkungan agar bisa
bergantung pada air. Meski begitu ketika diterima selaras dengan fungsi sastra
manusia tidak lagi bersahabat yang mengedukasi pembaca sekaligus
dengannya, tidak lagi menghiraukan menghiburnya. Beragam tema yang
sumber mata airnya, maka yang terjadi menjadikan lingkungan sebagai pokok
adalah sebaliknya kecelakaanlah yang persoalan atau sekedar tempelan.
didapat. Hal tersebut dapat kita peroleh Hadirnya Pilanggur, Salusin Kisdap
dari asal terjadinya musibah dalam Banjar yang mengangkat tentang
cerpen Tambun. kerusakan lingkungan baik alam
Demikian juga dengan keberadaan maupun sosial menjadi pengingat kita
api yang memang mempunyai sifat kecil akan keperluan menjaga keseimbangan
bermanfaat (kawan) dan besar menjadi hubungan antara alam manusia dan
lawan. Dalam cerpen Palak dan Tolak penciptanya. Masalah kabut asap dan
Bala, masing-masing mengangkat api kerusakan sungai dan musibah
sebagai sebab kemalangan dengan kebakaran adalah persoalan yang selalu
variasi masalah. Namun pelanggaran dihadapi oleh masyarakat khususnya di
aturan yang telah diberikan pencipta Kalimantan Selatan.
dalam menjalani kehidupan menjadikan Berdasarkan hasil analisis terhadap
manusia harus siap menerima beragam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin
kemalangan sebagai teguran atas Kisdap Banjar karya Hatmiati Masy’ud
kelalaiannya. Namun yang terjadi pada ditemukan tiga cerpen yang mengangkat
masa sekarang adalah manusia tidak tema nilai lingkungan beserta konflik
sepenuhnya mengikuti azas dan solusi yang ditawarkan, yakni
keseimbangan sehingga dampak- cerpen Palak (Asap), cerpen Tambun
dampak negatif tentu menimpa pada (Hantu Banyu), dan cerpen Tulak Bala.
manusia, khususnya mereka yang Dalam cerpen Palak, konflik yang
berada di sekitarnya. Sebagaimana dimunculkan pengarang adalah polusi
tercermin dalam ketiga cerpen itu, asap yang berkepanjangan. Adapun,
kerusakan ekosistem hutan telah terjadi. solusi yang ditawarkan dari sisi spiritual
Ekosistem hutan menjadi rusak akibat dengan memperbanyak doa dan bertobat
olah manusia di sana. Adanya serta puncak melaksanakan sholat istiqo
penambangan isi perut bumi tanpa (sholat meminta hujan). Sedangkan sisi
memperhatikan keseimbangan tindakan yaitu pembuatan tameng api,

308
Kearifan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Pilanggur Salusin Kisdap Banjar Karya Hatmiati
Masy‟ud (Kajian Ekokritik) (Nurhidayati Kurniasih)

mengurangi jalan-jalan dan aktivitas di from


luar ruang yang tidak berguna. https://www.wartaekonomi.co.id/
Pada cerpen Tambun, sungai yang kotor read174453/walhi-darurat-
dan tercemar diatasi dengan menjaga kerusakan-alam-di-kalsel
keberadaan sungai yaitu dengan tidak
Kosasih, E. (2012). Dasar-Dasar
membuang sampah dan merusak
Ketrampilan Bersastra. Bandung:
sumber mata air yang ada di hulu.
Yrama Widya.
Terakhir dalam cerpen Tulak Bala
ditawarkan solusi kearifan lokal terkait Masy’ud, H. (2017). Pilanggur, Salusin
kebakaran kampung yaitu dengan Kisdap Banjar. Banjarmasin: Artikata.
penyadaran kepedulian lingkungan Nurgiantoro, B. (2012). Teori Pengkajian
dengan mengadakan ritual bersama, Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
seperti upacara yang menggunakan University Press.
bubur merah dan putih, sembahyang
hajat, mengarak kitab, serta perbaikan Ratna, N. K. (2011). Paradigma sosiologi
kondisi lingkungan sosial. sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hal-hal yang ditawarkan sebagai Offset.
solusi dalam cerpen pilihan tersebut Ratna, N. K. (2013). Teori, metode, dan
adalah upaya pengarang untuk teknik penelitian sastra. Yogyakarta:
menunjukkan kearifan lingkungan yang Pustaka Pelajar.
ada dalam masyarakat dalam mengatasi
persoalan lingkungan, baik lingkungan Santosa, P., Sayekti, S., & Djamari. (2012).
alam maupun lingkungan sosial. Persoalan pemeliharaan lingkungan
hidup yang bersih dan sehat dalam
puisi Indonesia Modern. Kandai,
8(2), 171–184.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, M., Fauzah, R., N.Anwari, A.,
Endraswara, S. (2016). Metodologi Nurlaila, & Yulianti, I. (2017).
penelitian ekologi sastra: Konsep, Kearifan lingkungan. Retrieved
langkah, dan penerapan. Yogyakarta: from 9 September 2017 website:
Buku Seru. http://mayrikalnurisatir9h.blogspo
t.com/2017/09/kearifan-
Fanani, A. N. (2018). Nilai-Nilai Kearifan
lingkungan.html
Lingkungan dalam Novel Serial
Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye Sarjono, A. R. (2001). Sastra dalam empat
(Kajian Ecocriticism). Edu-Kata, 5(1), orba. Yogyakarta: Bentang.
27–36. Retrieved from http://e- Stanton, R. (2012). Teori fiksi Robert
jurnal.unisda.ac.id/index.php/kata Stanton. Yogyakarta: Pustaka
/article/view/1790 Pelajar.
Fuad, K. (2019). “Fakta Sejarah dalam Suryanata, J. D. (2016). Teori penelitian
Cerpen Indahnya Persatuan Karya sastra. Banjarbaru: Scripta Cendikia.
Odhy’s.” Tuah Talino, 13(1), 84–95.
Hidayat, F. (2018). Walhi: Darurat
Kerusakan Alam di Kalsel. Retrieved

309

Anda mungkin juga menyukai