Anda di halaman 1dari 8

WASKITA:

Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter Vol.4 No.2 P-ISSN 2580-7005
https://doi.org/10.21776/ub.waskita.2020.004.02.3 E-ISSN 2655-8769

NILAI-NILAI EKOLOGI DALAM “PEGASUS JATUH” DAN


PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

Titik Dwi Ramthi Hakim, Nifa Kurnia Fahmi, dan Wakhidatul Ilmia
IAIN Tulungagung
Email: titik.hakim23@gmail.com

Informasi Artikel:
Dikirim: (5 Agustus 2020); Direvisi: (25 September 2020); Diterima: (15 Oktober 2020)
Publish: (31 Oktober 2020)

Abstrak: Nilai-Nilai Ekologi dalam “Pegasus Jatuh” dan Penggunaannya dalam


Pembelajaran Sastra. Tujuan dalam penelitian ini, pertama, menganalisis unsur ekokritik yang
direfleksikan pengarang melalui cerpen “Pegasus Jatuh”. Kedua, mengintegrasikan nilai-nilai
ekologi dalam pembelajaran sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pendekatan yang digunakan adalah ekokritik Garrard. Sumber data didapatkan dari perilaku tokoh
dalam cerpen. Analisis data dimulai dengan menandai kata, frasa, klausa, dan kalimat yang
memiliki fokus eksploitasi lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan dalam cerita pendek Pegasus
Jatuh, pengarang merefleksikan fenomena lingkungan yang meliputi pembalakan liar, jual-beli
satwa yang dilindungi, dan eksploitasi tambang emas. Analisis tersebut kemudian diaplikasikan
dalam pembelajaran sastra yang memiliki peran penting dalam pendidikan karakter. Sastra dalam
pendidikan berperan untuk mengembangkan bahasa, aspek kognitif, afektif, psikomotorik,
kepribadian, dan pribadi sosial siswa.

Kata Kunci: Cerita Pendek, Ekologi, dan Pembelajaran Sastra.

Abstract: Ecological Values in “Pegasus Jatuh” and The Use It In Teaching Literature. The
purpose of this study, first, is to analyze the echocritical element reflected by the author through
the short story Pegasus Jatuh. Second, integrate ecological values in literature teaching. This
study used descriptive qualitative method. The approach used is Garrard's eco-criticism. Sources
of data obtained from the behavior of characters in the short story. Data analysis begins by
marking words, phrases, clauses, and sentences that have a focus on environmental exploitation.
The results show in the short story “Pegasus Jatuh”, the author reflects environmental phenomena
that include illegal logging, buying and selling protected animals, and exploitation of gold. The
analysis applied in literature learning which has an important role in character education.
Literature in education has a role to develop the language, cognitive, affective, psychomotoric,
personality, and social aspects of students.

Keywords: Ecology’s Values, Echocritical, and Literary Learning.


Titik Dwi Ramthi Hakim, Nifa Kurnia Fahmi, dan Wakhidatul Ilmia - Nilai-Nilai Ekologi dalam “Pegasus
Jatuh” dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Sastra
PENDAHULUAN yang menunjukkan bahwa sejarah manusia
Kajian terhadap teks sastra yang diimplikasikan dalam sejarah alam; (2)
berbasis kepada lingkungan hidup memang kepentingan manusia tidak dipahami
belum begitu berkembang. Sebagai teori sebagai satu-satunya kepentingan yang
kajian sastra yang mutakhir, kajian sah; (3) akuntabilitas manusia terhadap
ekokritik sastra baru berkembang pada lingkungan merupakan bagian dari
tahun 1990-an. Padahal praktik sastra orientasi etis teks, dan (4) beberapa
sebagai alat untuk membicarakan pengertian lingkungan adalah sebagai
lingkungan sudah jauh berkembang suatu proses bukan sebagai pengertian
sebelumnya. Glotfelty (1996:xix) yang konstan atau suatu pemberian yang
menyatakan bahwa ekokritik sastra adalah paling tidak tersirat dalam teks (Buell,
studi tentang hubungan karya sastra dan 1995: 7-8).
lingkungan secara fisik. Padangan yang Salah satu aspek yang berpengaruh
lebih luas disampaikan oleh Gerrard terhadap proses perkembangan manusia
(2004:4) yang menyatakan bahwa dan proses belajar adalah komponen-
ekokritik bisa membantu menentukan, komponen ekologis. Brofenbrenner
mengeksplorasi, dan bahkan menekankan pada latar sosial di mana
menyelesaikan permasalahan ekologi pembelajaran itu terjadi. Teori
dalam pengertian yang lebih luas. pembelajaran ini memberi kemungkinan
Mengingat bahwa sastra tumbuh dari untuk menganalisis proses perkembangan
lingkungan masyarakat dan lingkungan yang kompleks dan dinamis (Miftahul
alam (ekologi), dalam fungsinya sebagai Huda, 2013: 49). Kemudian metode proses
media representasi, pandangan, refleksi ekologis didefinisikan sebagai suatu yang
atas kenyataan hidup, sastra memiliki progresif, suatu timbal balik antara
peranan penting dalam perubahan tata nilai perkembangan individu dan lingkungan
kemasyarakatan, tata nilai hidup bersama, yang mengitarinya. Sehingga proses
dan tata nilai kearifan lokal. perkembangan seseorang dalam suatu
Kerridge (1998) mengungkapkan pembelajaran dipengaruhi oleh relasi sosial
bahwa ekokritik ingin melacak ide/gagasan yang muncul di antara latar yang berbeda,
tentang lingkungan dan representasinya. di mana ia berpatisipasi di dalamnya.
Lawrence Buell menyebutkan sejumlah Transisi merupakan komponen penting
kriteria sastra untuk disebutkan sebagai dalam teori ekologis yang terjadi "Kapan
kajian ekokritik, yaitu (1) lingkungan pun ketika posisi seseorang dalam
bukan-manusia hadir tidak hanya sebagai lingkungan ekologis dianggap sebagai
sebuah bingkai tetapi sebagai kehadiran

114
WASKITA Vol. 4 No. 2 2020

hasil dari perubahan peran, latar, maupun oleh pelaku-pelaku tertentu pemeranan,
keduanya”. latar serta tahapan dan rangkaian cerita
Penelitian mengenai cerpen dengan tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
kajian ekokritik telah dilakukan oleh pengarang sehingga terjalin suatu cerita.
berbagai ahli antara lain: Dwivedi Amitabh Cerpen sebagai salah satu bentuk karya
V; Karmakar, Shri Krishan Rai, Sanjukta sastra juga memiliki tokoh sebagai pelaku
Banerjee (2017); Kunhil and Zeenath dan latar yang berpengaruh terhadap waktu
Mohamed Kunhi, (2017); Ates (2017); dan tempat selama cerita berlangsung.
Pattnaik and Itishri Sarangi (2017); Smith Sebuah karya fiksi menawarkan
(2018); Marías C., Alcalde Peñalver E., sebuah dunia yang berisi model kehidupan
Portela Lopa A. (2019). Namun, semua yang diidealkan, dunia imajinatif yang
penelitian yang penulis telaah dari dibangun lewat berbagai unsur
berbagai pakar tersebut belum ada yang intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh,
menyoroti cerpen dari segi nilai-nilai latar, sudut pandang yang bersifat
ekologis dalam pembelajaran sastra. Oleh imajinatif (Nurgiyantoro, 2000:4). Kajian
karena itu, dalam penelitian ini peneliti pustaka yang akan dikemukakan pada
memfokuskan pada eksplorasi nilai-nilai bagian ini merupakan dasar teori yang
ekologis dalam pembelajaran sastra untuk akan digunakan untuk meneliti dan
siswa SMA dengan kajian ekokritik. membahas subjek penelitian. Kajian teori
yang dipakai dalam penelitian ini adalah
METODE ekokritik, penokohan, dan latar sosial
Penelitian ini menggunakan metode budaya dalam karya sastra.
deskriptif kualitatif. Pendekatan yang
digunakan adalah ekokritik Garrard. Yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan mengaplikasikan konsep ekologi Glotfelty dan Harol Fromm (1996)
ke dalam karya sastra, dalam hal ini karya memaparkan gagasan tentang ecocriticism
cerpen “Pengasus Jatuh”. Sumber data atau ekokritik dengan mengaplikasikan
didapatkan dari perilaku tokoh dalam konsep ekologi ke dalam karya sastra.
cerpen. Analisis data dimulai dengan Pendekatan ini dilakukan dengan
menandai kata, frasa, klausa, dan kalimat menjadikan alam sebagai pusat kajiannya.
yang memiliki fokus eksploitasi Menurut Syahrul (Juliasih, 2012), ekokritik
lingkungan. meliputi studi tentang hubungan antara
Aminudin (1995:65) manusia dan nonmanusia, sejarah manusia,
mengemukakan pengertian prosa adalah dan budaya yang berkaitan dengan analisis
kisahan dalam cerita yang diembankan kritis tentang manusia dan lingkungannya.

115
Titik Dwi Ramthi Hakim, Nifa Kurnia Fahmi, dan Wakhidatul Ilmia - Nilai-Nilai Ekologi dalam “Pegasus
Jatuh” dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Sastra
Pandangan yang lebih luas tentang bagaimana kita membayangkan dan
ekokrtik (Garrard, 2004) bahwa ekokritik menggambarkan hubungan antara manusia
bisa membantu menentukan, dan lingkungan dalam segala bidang hasil
mengeksplorasi, dan bahkan budaya. Ekokritik sastra merupakan cara
menyelasaikan permasalahan ekologi memahami sastra yang menekankan
dalam pengertian yang lebih luas. refleksi sastra terhadap lingkungannya.
Jika ditinjau dari pembentukan Ekokritik diilhami oleh (juga sebagai sikap
kata, ekologi berasal dari kata oikos. Oikos kritis dari) gerakan-gerakan lingkungan
dalam bahasa Yunani berarti rumah atau modern. Greg Garrard menelusuri
tempat tinggal. Ekologi mempelajari perkembangan gerakan tersebut dan
hubungan antarmanusia dan lingkungan mengeksplorasi konsep-konsep yang
hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan terkait tentang ekokritik, diantaranya
ilmu alam. Ekologi sastra merupakan salah sebagai berikut: (a) pencemaran
satu ilmu interdisipliner (Sudikan, 2016). (pollution), hutan belantara (wilderness),
Ekologi sastra dapat diartikan sebagai bencana (apocalypse), perumahan/tempat
kajian ilmiah yang membahas pola tinggal (dwelling), binatang (animals), dan
hubungan antara tumbuh-tumbuhan, bumi (earth).
hewan-hewan, dan manusia. Ekologi
memandang manusia bukan hanya sebagai Analisis Cerpen “Pegasus Jatuh”
makhluk sosial melainkan memandang dengan Pendekatan Ekokritik
manusia sebagai makhluk biologis dalam Cerpen “Pegasus Jatuh” merupakan
sebuah ekosistem tertentu. Hubungan salah satu cerpen karya Dewi Ria Utari
manusia dengan alam tidak dipandang yang dimuat di Harian Kompas pada 22
sebagai ontologi yang terpisah. Oleh sebab September 2019. Cerpen ini menceritakan
itu, manusia memiliki tanggung jawab tokoh Aku (Bapak) yang menemukan
untuk berkehidupan yang sesuai dengan “Pegasus” di waktu hutan mulai gelap.
ketentuan, tuntutan, dan kehendak alam. “Pegasus” tersebut merupakan anak
Sastra memiliki peranan penting orangutan yang masih berumur lima tahun.
dalam perubahan tata nilai ekokritik, Berlatarkan hutan di Kalimantan, cerpen
apalagi mengingat bahwa sastra tumbuh ini banyak menyinggung fenomena-
dari lingkungan masyarakat dan fenomena lingkungan yang kerap kali
lingkungan alam. Karya sastra bermuatan menjadi masalah krusial, seperti
ekologi merupakan media representasi, pembalakan liar, jual-beli satwa yang
pandangan, refleksi atas kenyataan hidup dilindungi, dan tambang emas ilegal.
mengeksplorasi cara-cara mengenai Perilaku manusia yang dibahas oleh

116
WASKITA Vol. 4 No. 2 2020

peneliti adalah perilaku tokoh dalam Sementara di Penajam Paser Utara terdapat
cerpen Pegasus Jatuh karya Dewi Ria 1 kasus pembalakan liar dan 3 kasus
Utari. Cerpen ini menyuguhkan cerita pertambangan ilegal. Sejalan dengan hal
dalam bentuk narasi. Narasi bisa diamati tersebut, dalam cerpen “Pegasus Jatuh”
melalui pangamatan terkait: (a) narasi yang tokoh Aku memiliki pekerjaan gelap yaitu
mengandung kisahan tentang dunia yang melakukan pembalakan pohon secara liar
berubah; (b) upaya tokoh dalam mencegah di hutan Kalimantan. Hal tersebut
akhir dunia akibat kerusakan alam dibuktikan dengan adanya narasi sebagai
semesta; (c) kesadaran manusia yang berikut.
merupakan bagian dari alam sehingga, Cukup sudah risiko yang
mampu mengakui bahawa alam sudah kutanggung dengan membawa kayu-kayu
memberikan apa yang kita butuhkan dalam gelap dari hutan, yang biasanya
kehidupan; dan (d) narasi yang kuhanyutkan ke sungai saat malam hari.
mengandung penolakan pemaksaan Tak mau aku menambahnya dengan
kehendak alam (Sukmawan, 2014). kemungkinan ditangkap polisi hutan saat
Cerpen “Pegasus Jatuh” membawa binatang.
mengangkat fenomena lingkungan berupa Setelah melakukan pemotongan
pembalakan liar atau biasa disebut illegal pohon di hutan, tanpa sengaja tokoh
logging. Pembalakan liar menjadi tersebut menemukan orangutan yang
permasalah nasional sejak dahulu. Badan tergeletak tak berdaya di samping
Pusat Statistik (BPS) per tahun 2019 induknya. Setelah berpikir panjang,
mencatat bahwa Kutai Timur menjadi akhirnya ia memutuskan untuk
daerah yang memiliki kejahatan memasukkan orangutan ke dalam
pembalakan liar dan pertambangan ilegal keranjang, ditutupi daun nipah, dan lari
di Kalimantan Timur sejak tahun 2018 bergegas pulang untuk menunjukkan
hingga 2019. Terdapat 46 kasus kejahatan orangtua itu pada Mina, anaknya.
yang terkait dengan pembalakan liar Begitu tiba di rumah, Mian
(illegal logging) dan pertambangan ilegal bengong sesaat melihat bayi orangutan
yang dilaporkan ke Polres setempat. Secara yang besarnya hampir sebesar dirinya
rinci, pembalakan liar mencapai 33 kasus yang terhitung tak terlalu tinggi untuk
dan pertambangan ilegal sebanyak 13 anak usia lima tahun sebayanya. Mungkin
kasus. Di Kutai Kartanegara, terdapat 6 karena aku tak bisa membelikannya susu
kasus kejahatan terkait pertambangan sering-sering sehingga pertumbuhan
ilegal. Ini merupakan angka tertinggi di badan Mian begitu lambat. Istriku sempat
seluruh kabupaten/kota Kalimantan Timur. protes melihat keberadaan Pegasus. Tapi

117
Titik Dwi Ramthi Hakim, Nifa Kurnia Fahmi, dan Wakhidatul Ilmia - Nilai-Nilai Ekologi dalam “Pegasus
Jatuh” dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Sastra
ia dengan cepat diam dan menahan Iming-iming dari Jamal langsung
senyum begitu melihat Mian melonjak- teringat ketika aku menemukan Pegasus.
lonjak kegirangan dan memeluk Pegasus Dia tergeletak lemah di sebelah induknya
dengan gemas. yang sekarat karena terkena perangkap
Cerpen ini juga menyinggung pemburu. Aku duga ini pasti ulah Karman,
fenomena lingkungan berupa jual-beli yang memang dikenal gemar berkoar-koar
satwa yang dilindungi. Dari hasil jual-beli di kampung, berburu ini-itu bahkan sering
tersebut pelaku dapat meraup untung kali menenteng hasil tembakannya terang-
jutaan rupiah dan biasanya satwa tersebut terangan di jalanan kampung. Anak-anak
dipasarkan melalui media sosial. Memang biasanya langsung mengekornya, karena
benar bahwa setiap orang dilarang penasaran melihat bangkai binatang.
menangkap hewan/satwa yang dilindungi Lain daripada itu, cerpen ini juga
dan bagi siapa yang melanggarnya, maka berbicara tentang aktivitas penambangan
merupakan suatu tindak pidana. Pasal 1 emas. Semula tokoh “Aku” menjaga dan
ayat 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun merahasiakan lokasi penambangan emas.
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Namun sebab adanya ancaman dari pihak
Alam Hayati dan Ekosistemnya “UU lain yang menuduh tokoh “Aku”
5/1990” memberikan definisi satwa, yakni menangkap satwa yang dilindungi, ia pun
semua jenis sumber daya alam hewani terpaksa memberitahukan lokasi emas.
yang hidup di darat dan/atau di air, Dampak dari aktivitas tambang ini
dan/atau di udara. Bagi setiap orang yang berakhir pada pencemaran sungai dan
melanggar hal tersebut akan dikenai pidana kerusakan lingkungan sekitar.
dan denda sesuai tindak kejahatan yang Sebagaimana yang terdapat pada akhir
mereka lakukan. Hal tersebut dibuktikan cerpen sebagai berikut.
dengan adanya narasi sebagai berikut. Aku sendiri tak bisa banyak
Waktu menemukan Pegasus, berbuat karena setiap hari mengantar
sebenarnya aku melihat peluang Karman dan rombongannya ke lokasi
mendapatkan uang. Aku dengar dari penggalian. Ternyata mereka menemukan
Jamal, salah satu manajer di kebun sawit emas di sana. Alhasil, semakin hari
tempatnya bekerja, suka memelihara rombongan mereka bertambah. Air sungai
binatang liar. ”Sudah lama dia nyari pun pelan-pelan mulai berwarna coklat.
orangutan. Kalau kamu temukan binatang Selain nilai-nilai ekologi yang
aneh-aneh selagi motong kayu, ambil aja, terdapat dalam cerpen “Pegasus Jatuh”,
dia pasti mau beli,” kata Jamal suatu kali terdapat banyak nilai-nilai yang dapat
di sebuah warung kopi. dirfleksikan guru kepada siswa dalam

118
WASKITA Vol. 4 No. 2 2020

pembelajaran sastra. Seperti halnya adalah apresiasi sastra, salah satunya
menjaga kelestarian hutan, reboisasi, apresiasi nilai-nilai ekologi sastra.
pemeliharaan satwa langka, membuang Guna mencapai tujuan ideal
sampah pada tempatnya, memeliharaan pembelajaran sastra tersebut, maka
pohon bakau di tepi pantai dan menjaga penyajian pembelajaran sastra
keseimbangan ekosistem. Selain dari berperspektif ekologi pada cerpen
penerapan nilai-nilai ekologi yang bersifat “Pegasus Jatuh” dapat dijadikan acuan
menjaga, juga perlu adanya pengenalan bahan pembelajaran oleh guru. Sebab pada
mitigasi dan perlu adanya aturan dan hal ini sastra ekologi lebih menekankan
regulasi yang ditetapkan. bagaimana proses penanaman karakter
berbasis lingkungan dapat di. Perilaku
Pembelajaran Sastra SMA masyarakat yang menyimpang dalam
Pembelajaran sastra dalam cerpen tersebut menegaskan bahwa kondisi
Kurikulum 2013 berbasis teks memiliki alam akan semakin terpuruk yang akan
tempat tersendiri dan dipisahkan dari berdampak pada kerusakan lingkungan dan
pembelajaran bahasa. Proses pembelajaran punahnya hewan, khususnya orang utan.
dalam Kurikulum 2013 mencakup lima Dengan siswa membaca cerpen
pengalaman belajar pokok yaitu maka dapat meningkatkan daya imajinasi,
mengamati, menanya, mengumpulkan emosional, intelektual, rasa sosial, rasa etis
informasi, mengasosiasi, dan religius serta peka lingkungan.
mengomunikasikan dan mencipta. Pendidikan formal diharapkan memiliki
Pembelajaran tersebut tertuang dengan sikap positif yang diwujudkan dalam
rinci di dalam Kurikulum 2013 melalui bentuk perilaku yang religius, cekatan,
penjabaran KD pada KI 3 dan KI 4. KD 3 terampil, dapat membedakan mana yang
sebagai bentuk penjabaran KI 3 meliputi: baik atau buruk, mana yang salah atau
(1) memahami struktur dan kaidah teks, (2) benar, menghargai semua hal yang menjadi
membandingkan teks. (3) menganalisis bagian kehidupan di alam (Juanda,
teks, dan (4) mengevaluasi teks. KD 4 2010:9). Interaksi para tokoh dengan
sebagai bentuk penjabaran dari KI 4 lingkungan dalam cerpen memberikan
meliputi: (1) menginterpretasi makna teks, pemahaman kepada pembaca mengenai
(2) memproduksi teks. (3) menyunting keseimbangan alam agar bumi dan isinya
teks, (4) mengabstraksi teks dan (5) lestari guna keberlanjutan hidup manusia.
mengonversi teks. Tujuan ideal Pemanfaatan lingkungan untuk kehidupan
pembelajaran sastra di sekolah tidak lain sehari-hari menjadikan pengelolaan alam
dilaksanakan secara seimbang.

119
Titik Dwi Ramthi Hakim, Nifa Kurnia Fahmi, dan Wakhidatul Ilmia - Nilai-Nilai Ekologi dalam “Pegasus
Jatuh” dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Sastra
PENUTUP Pend. Bahasa dan Sastra
Indonesia, UNY, volume 6,
Pembelajaran sastra pada umumnya
nomor 4.
dan cerpen khusunya, dimaksudkan untuk Endraswara, Suwardi. 2016. Ekokritik
menongkatkan kemampuan siswa dalam Sastra. Jogjakarta: Morfolingua.
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan Harsanti, Arni Gemilang. 2017.
Pendidikan Karakter melalui
mengapresiasi karya sastra berperspektif Pembelajaran Sastra, Jurnal UNJ.
ekologi berkaitan erat dengan latihan Martono. 2018. Cerpen Sebagai Media
mempertajam perasaan, penalaran, dan Pembentukan Karakter Siswa,
Jurnal Edukasi Khatulistiwa,
kepekaan terhadap lingkungan hidup. UNTAN, volume 1, nomor 1.
Siswa diharapkan mampu mampu Mubarok, Zaky. 2017. Kajian Ekokritik
menikmati, memahami, dan Pada Naskah Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Karya
merepresentasikan karya sastra untuk Rendra, Jurnal Sasindo UNPAM,
mengembangkan kepribadian, memperluas volume 5 nomor 2.

wawasan lingkungan, serta meningkatkan Juanda, Juanda. 2018. Eksplorasi Nilai


Pendidikan Lingkungan Cerpen
pengetahuan dan keterampilan berbahasa. Daring Republika: Kajian
Keterkaitan sastra ekologi dalam Ekokritik, Jurnal Sosial
Humaniora Universitas Negeri
pembelajaran siswa SMA berupa Makassar, Volume 11.
penanaman nilai-nilai ekologi dalam cerita . 2010. Peranan Pendidikan
pendek. Hal inilah kemudian diharapkan Formal Dalam Proses
Pembudayaan. Lentera
mampu menguatkan karakter peserta didik Pendidikan, Jurnal Keguruan dan
melalui kepekaan terhadap lingkungan Ilmu Pendidikan, volume 13
nomor 1.
alam baik dalam arti fisik maupun psikis
Sugiarti. 2017. Ekologi Budaya dalam
yang bertumpu pada realitas kehidupan. Sastra sebagai Pembentuk
Karakter Peserta Didik. Prosiding
Nilai-nilai positif yang diperoleh melalui
SENASBASA, volume 1.
membaca karya sastra serta pembiasaan di
Utari, Dewi Ria. 22 September 2019.
sekolah menjadi sumber penting dalam Cerpen Pegasus Jatuh, dalam
Kompas, Jakarta.
penanaman karakter peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Dharma, Yohanes Wahyu Eddie. 2017.
Teori Sastra dalam Pembelajaran
Sastra Kurikulum 2013 Tingkat
SMA dan Implementasinya di
SMA Negeri 2 Yogyakarta. Jurnal

120

Anda mungkin juga menyukai