id
Oktober i2021, iVolume i5, iNomor i2
Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan hubungan antara lingkungan dengan pemanfaatan teknologi dan produksi,
mendeskripsikan pola tata perilaku pengeksploitasi kawasan berhubungan dengan teknologi dalam kebudayaan
dan mendeskripsikan hubungan tingkat pengaruh pola-pola sistem pemanfaatan lingkungan terhadap budaya..
Teori Julian H. Steward mengkaji ekologi budaya antropologi sastra. Metode dan Pendekatan adalah kualitatif.
Sumber data yaitu cerpen “Kayu Naga” karya Korrie. Data penelitian berupa tindakan dan dialog tokoh yang
digambarkan melalui penggalan-penggalan kata, frasa, klausa dan kalimat hingga wacana dalam cerpen “Kayu
Naga” karya Korrie. Teknik pengumpulan teknik baca dan catat Teknik. Analisis data deskriptif analisis. Hasil
penelitian 1) hubungan antara lingkungan dengan pemanfaatan teknologi dan produksi oleh perusahaan dan
masyarakat suku Dayak cara penebangan ilegal yang dilakukan oleh penguasa sebagai pengolahan. 2) Pola tata
perilaku pengeksploitasi kawasan berhubungan dengan teknologi dalam kebudayaan oleh suku Dayak dengan
cara bekerja berburu, menebang pohon dan membuat rumah diatas pohon. 3) Hubungan tingkat pengaruh pola-
pola sistem pemanfaatan lingkungan terhadap budaya masyarakat Dayak melalui mengerti dan melihat
lingkungan sekitar.
Kata Kunci: Ekologi Budaya, Julian H.Steward Steward, Masyakart Suku Dayak
Abstract
This study describes the relationship between the environment and the use of technology and production,
describes the behavior patterns of area exploiters related to technology in culture and describes the relationship
between the influence of patterns of environmental utilization systems on the. Julian H. Steward's theory
examines the ecology of cultural anthropology in literature. Methods and Approaches are qualitative. The data
source is the poem “Kayu Naga” by Korrie. The research data is in the form of actions and dialogues of characters
depicted through fragments of words, phrases, clauses and sentences to discourse in the short story "Kayu Naga"
by Korrie. Techniques for collecting reading and note-taking techniques. Descriptive analysis data analysis. The
results of the study 1) the relationship between the environment and the use of technology and production by
companies and the Dayak community, illegal planting methods carried out by the authorities as processing. 2)
The pattern of exploitation of the area is related to technology in culture by the Dayak tribe by hunting, cutting
trees and building houses on trees. 3) The influence of the patterns of environmental utilization systems on the
culture of the Dayak community through understanding and seeing the surrounding environment.
22
PENDAHULUAN termasuk manusia Menurut Julian
H. Steward (dalam Haviland, 1993:3)
Cerpen berjudul “Kayu Naga” karya
Korrie Layun Rampan merupakan kumpulan Menurut Encil Puspitoningrum
cerpen yang ditulis Korrie dan diterbitkan oleh (2019:133) Di era digital belakangan ini santer
Yayasan Obor Indonesia. Kumpulan cerpen ini terdengar istilah revolusi industri 4.0 dimana
berisi 10 cerpen dengan cerita yang kaya akan berita yang beredar adalah pekerjaan manusia
budaya lokal, konflik, serta permasalahan akan tergantikan oleh sebuah kecerdasan
ekologi. Korrie Layun Rampan merupakan buatan. Hal ini berlangsung sangat cepat
salah satu penulis yang membawakan warna selaras dengan perkembangan teknologi yang
kebudayaan lokal di Indonesia. Kebudayaan juga semakin cepat diciptakan. Menurut Julian
dan alam raya Kalimantan dijadikan sebagai H. Steward (dalam Haviland, 1993:11)
latar, serta dieksplorasi melalui media bahasa terdapat tiga prosedur dalam ekologi
menjadi karya sastra ekologi. Salah satu kebudayaan: 1 Hubungan antara teknologi
cerpen yang menggunakan eksploitasi alam suatu kebudayaan dengan lingkungannya
sekitar dalam sebuah karya sastra yaitu Korrie harus dianalisis. Sampai berapa jauh
Layun Rampan yang membahas alam sebagai efektivitasnya kebudayaan yang bersangkutan
topik utama. memanfaatkan sumber- sumber daya yang ada
untuk keperluan pangan dan perumahan
Teori yang digunakan dalam penelitian anggota- anggotanya; 2 Pola tata kelakuan
ini adalah teori ekologi budaya dari Julian H. yang berhubungan dengan teknologi dalam
Steward. Kerangka teori ekosistem itu kebudayaan harus dianalisis. Bagaimana
dikembangkan Geertz dengan meminjam anggota-anggota kebudayaan yang
model yang dikembangkan dalam ilmu biologi bersangkutan melakukan tugasnya yang harus
dan ekologi umum. Asumsi yang dikerjakan agar dapat bertahan hidup. 3
digunakannya dalam pendekatan ini adalah: Hubungan pola-pola tata kelakuan dengan
"ekosistem sebagai suatu sistem mengandung unsur-unsur lain dalam sistem budaya yang
variabel-variabel budaya, biologis, dan fisik bersangkutan.
tertentu yang dipilih saling berkaitan satu
dengan lainnya." Pendekatan yang Dengan saling ketergantungan kepada
dikernbangkan Geertz ini rnirip dengan makhluk lain, kehidupan bersama demi
pembedaan antor inti-budaya dan lingkungan kelangsungan yang serasi dan seimbang
yang relevan sebagaimana ditemukan di dalam ekologi menjadi ilmu yang kini mulai
teori ekologi budaya yang dikembnngkan oleh berkembang. Masalah lingkungan
Steward (Amri, 1997:68) memerlukan analisis budaya secara ilmiah
karena masalah tersebut merupakan hasil
Teori yang digunakan dalam penelitian interaksi antara pengetahuan ekologi dan
ini adalah teori adaptasi budaya dari adaptasi perubahan budayanya (Juliasih , 2012:87)
mengacu pada proses interaksi antara
perubahan yang ditimbulkan oleh organisme Berdasarkan uraian di atas menunjukkan
pada lingkungannya dan perubahan yang bahwa kumpulan cerpen Kayu Naga
ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme. menampilkan permasalahan ekologi yang erat
Penyesuaian dua arah seperti ini perlu agar kaitannya dengan budaya lokal yaitu suku
semua bentuk kehidupan dapat bertahan hidup Dayak. Diperlukan pemahaman lingkungan,
sosiologi budaya dan kajian sastra untuk
23
memahami kumpulan cerpen Kayu Naga. Pohon dapat dijadikan bahan ajar kelas VII
Maka dari itu, kumpulan cerpen yang berjudul semester II mengungkapkan tanggapan
Kayu Naga sebagai karya sastra yang terhadap pembacaan cerpen dan Menjelaskan
membawakan pesan dan tema manusia yang hubungan latar suatu cerpen dengan realitas
berjuang di tengah-tengah alam suku Dayak cerpen
serta permasalahan ekologi budaya Candra Rahma Wijaya Putra (2019).
menjadikan karya yang patut untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
Oleh sebab itu, peneliti menggunakan cerpen ekologi budaya yang terepresentasi dalam
tersebut sebagai obyek dengan ekologi budaya novel Lanang karya Yonathan Rahardjo.
menggunakan teori Julian H. Steward kajian Novel ini dipilih karena sarat dengan
antropologi sastra. representasi ekologi budaya di era milenial.
Berdasarkan latar belakang dan Pembahasan ekologi budaya tidak dapat
rumusan masalah di atas, maka tujuan dilepaskan dari hubungan antara budaya,
penelitian dalam penelitian ini sebagai manusia, dan lingkungan. Penelitian ini
berikut. menggunakan pendekatan ekologi budaya.
Data penelitian berupa satuan tekstual
1. Mendeskripsikan hubungan antara yang mengandung wacana ekologi budaya.
lingkungan dengan pemanfaatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
teknologi dan produksi dalam cerpen dinamika dalam ekologi budaya yang
“Kayu Naga” karya Korrie Layun digambarkan melalui tindakan manusia dalam
Rampan. memenuhi kebutuhannya, yaitu secara
2. Mendeskripsikan Pola tata perilaku tradisional dan modern. Pemilihan salah satu
pengeksploitasi kawasan cara tersebut akan melahirkan ketimpangan
berhubungan dengan teknologi terhadap lingkungan. Kedua cara tersebut
dalam kebudayaan dalam cerpen harus berjalan beriringan untuk mencapai
“Kayu Naga” karya Korrie Layun ekologi budaya yang ideal.
Rampan . Persamaan penelitian ini dengan
3. Mendeskripsikan hubungan tingkat penelitian sumber diatas adalah kajian ekologi
pengaruh pola-pola sistem budata dalam karya sastra, sedangkan
pemanfaatan lingkungan terhadap perbedaan penelitian di atas dengan penelitian
budaya “Kayu Naga” karya Korrie ini adalah teori penelitian, objek data, sumber
Layun Rampan . data dan hasil penelitian. Temuan baru dalam
temuan ini yaitu menggunakan teori Julian H.
Penelitian sebelumnya yang relevan. Steward ekologi budaya dalam karya sastra.
Ande Wina Widianti (2017). Metode Sumber dan objek terbaru dalam kajian
penelitian yang digunakan adalah penelitian tersebut adalah menggunakan cerpen “Kayu
kualitatif dengan desain penelitian deskriptif Naga” karya Korrie Layun Rampan.
analisis yaitu desain yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.Hasil
penelitian ini berimplikasi pada pembelajaran
di Sekolah yaitu Kumpulan Cerpen Pilihan
Kompas 2014 Di Tubuh Tarra Dalam Rahim
24
METODE Teknik Pengumpulan Data
25
1 Medeskripsikan data dalam cerpen Namun indahnya pohon kayu naga
“Kayu Naga” karya Korrie Layun dalam cerpen tersebut harus mengalami
Rampan dengan cara yang sudah pemanfaatan teknologi antara lingkungan dan
digaris bawahi dan digolongkan budaya dengan cara penebangan ilegal yang
sesuai dengan teori ekologi budaya dilakukan oleh penguasa sebagai komoditas
Julian H. Steward. pengolahan kayu oleh perusahaan pemegang
2 Medeskripsikan data dalam cerpen Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan
“Kayu Naga” karya Korrie Layun Tanaman Industri (HTI). Hal tersebut dapat
Rampan berupa kata, frasa, atau satu dijelaskan dalam data sebagai berikut:
kalimat.
3 Medeskripsikan data dalam cerpen “Meskipun demikian, para
“Kayu Naga” karya Korrie Layun penguasa HPH tak pernah mau
Rampan dengan cara memaknai, mengambil kayu itu sebagai
menyimpulkan, dan menganalisis. komoditas kayu olahan, karena
dianggap kurang bermutu.
Mungkin juga mereka tak
HASIL DAN PEMBAHASAN menyukainya, meskipun ada
diameternya yang mencapai
Berdasarkan hasil penelitian dan 60-70 senti, karena kulitnya
pembahasan yang sudah dilakukan dalam bermiang, dan kalau ditebang,
cerpen Kayu Naga karya Korrie Layun kayu ini tenggelam jika
Rampan. Hal tersebut dapat ditemukan dibuang ke dalam air. Tak
berbagai hubungan antara lingkungan hidup seperti kayu meranti yang
dengan kehidupan masyarakat dengan timbul hampir separo, dan
interaksi para tokoh terhadap alam dan budaya. mudah disusun untuk dijadikan
Dalam cerpen ini ditemukan data-data yang rakit. Terutama, mereka tak
berisi tentang alam dan budaya sesuai dengan mau mengambilnya,
teori ekologi budaya Julian H. Steward. disebabkan batang kayu naga
Hubungan antara lingkungan dan budaya ini selalu bengkok bahkan ada
dengan pemanfaatan teknologi yang gepeng, dan kadang
bercabang pada bagian
Dalam cerpen Kayu Naga karya Korrie tengahnya. (Rampan, 2007:2)
Layun Rampan dijelaskan bahwa ukuran
pohon baru berusia 5-10 tahun namun ukuran Berdasarkan data tersebut
pohon tersebut sudah besar seperti layaknya menunjukkan bahwa terdapat pemanfaatan
orang dewasa. Pohon kayu naga dalam cerpen teknologi antara lingkungan dan budaya
tersebut dijelaskan berbeda dengan jenis kayu dengan cara penebangan illegal. Perusahaan
lainya maka dari itu jenis kayu naga cepat pemegang hak perusahaan hutan (HPH) tidak
sekali bertumbuh. Masyarakat lingkungan mengambil semua jenis kayu yang ada namun
sekitar juga memanfaatkan tawon madu yang pohon kayu naga dinilai kurang bermanfaat
bersarang dalam pohon naga. Manfaat lainya karena membuat perusahaan tersebut merasa
sebagai kayu bangunan- bangunan dan tidak rugi pohon kayu naga berbentuk bengkok
kendang. dan gepeng.
26
“Sebagai pohon yang tumbuh di (HPH). Dapat dibuktikan oleh tokoh Bernama
dataran tinggi, kayu naga cukup Sunge. Terdapat Kawasan hutan yang
liat. Namun jarang warga didalamnya tak hanya tumbahan namun hewan
kampung mau mengambilnya liar juga. Akibar teknologi yang digunakan
sebagai material rumah tinggal. oleh HPH penebang secara liat. Merusak
Ada juga yang ekosistem sehingga pohon kayu naga yang
menggunakannya, khusus hidup dipohon tersebut karena pindah tempat.
untuk bangunan-bangunan
darurat, bivak-bivak, kendang
sapi atau kandang ayam. Tidak “Beberapa orang lelaki ikut
seperti kayu ayau yang sering mengantar tiga orang korban
digayat untuk dijadikan kasau, patukan ular bentung. Ketinting
regan, atau gelagar, kayu naga menderu ke arah hilir, tiga jam
lebih banyak dijadikan bahan kemudian motoris segera
bakar pengusir nyamuk, lalat, membelokkan ketinting untuk
dan segala serangga yang menuju jamban
mengganggu di dalam rumah.” kecamatan.Lebih dari lima
(Rampan, 2007:3). puluh tahun merdeka, tetapi di
Berdasarkan data tersebut kawasan kampungkampung
menunjukkan bahwa terdapat masyarakat pedalaman ini sama sekali
disana memanfaatkan lingkungan alam. Pohon belum merdeka, tampak
kayu naga dijadikan sebagai bahan bangunan. kemiskinan yang merajalela,
Sebagai daerah yang terpencil suku Dayak rumah-rumah kumuh, lebih
sering kali membuat bangunan secara darurat buruk dari kandang ayam,
atau terpaksa. Hal tersebut dilakukan untuk sarana transportasi yang hanya
memenuhi kebutuhsan sehari-hari mereka. menggunakan transportasi
tradisional lewat air. Tak
“Apakah ular tedung itu akan semester pun jalan akses darat
memakan burung lesio yang menuju kota. Jika saja ada jalan
terperangkap tongkop sehingga darat, jarak tiga jam
ia berada dalam perangkap itu, berketinting di jalur sungai,
entah memang sedang mungkin hanyasekitar 20 menit
memintas di situ untuk mencari ditempuh dengan mobil.”
mangsa dan terperangkap (Rampan, 2007:11).
sendiri. Namun rupanya di
kawasan hutan kayu naga Berdasarkan data tersebut
cukup banyak berdiam ular menunjukkan bahwa terdapat pemanfaatan
berbisa!” (Rampan, 2007:6) teknologi dilingkunagn sekitar masyarakat
suku Dayak. Namun pemanfaaran teknologi
Berdasarkan data tersebut itu hanya didapat oleh Perusahaan pemegang
menunjukkan bahwa terdapat pemanfaatan hak perusahaan hutan (HPH) tidak dengan
teknologi dilingkungann sekitar masyarakat suku Dayak. Alhasil teknologi itu tidak
suku Dayak yang hanya dirasakan oleh oleh didapatkan oleh orang penghuni asli hutan itu.
Perusahaan pemegang hak perusahaan hutan Hal itu dapat digambarkan melalui tokoh yang
27
bernama Sunge dari daerah terpencil di yaitu burung-burung. Tumbuhan pohon naga
Kalimantan. Kampung daerah terpencil di tidak ditebang oleh perusahaan HPH karena
Kalimantan sama saja ketika ia masih kecil. menurutnya banyak hewan lair yang cukup
Daerah itu tetap begitu saja tidak ada kemajuan menganggu. Untuk bertahan hidup mereka
meskipun sudah ada teknologi maju dari HPH. melakukan hal tersebut sudah menjadi tugas
sehari-hari.
29
alang akan mati sendiri oleh lingkungan sekitar dengan menjaga peranan
kerindangannya, dan kayu naga ekosistem di hutan.
kian besar menjulang ke
angkasa.” (Rampan, 2007:2). “Ngeri benar aku dengan
peristiwa Lawi itu. Namun aku
Berdasarkan data tersebut masih juga berhubungan
menunjukkan bahwa terdapat masyarakat yang dengan kayu naga karena
sudah memahami lingkungan sekitarnya. Suku kegemaranku memulut burung
Dayak yang sudah memahami tumbahan yaitu yang memakan buahan
pohon naga. Lingkungan sekitar yang sangat beringin. Pada pohon kayu naga
subur akan mati karena besarnya pohon naga yang tinggi, tumbuh beringin
sehingga mematikan tumbuhan yang lain. yang akarnya menjuntai sampai
Namun masyarakat disana sudah mengerti tanah. Beringin muda itu
bagaimana pohon naga tumbu semestinya. mungkin baru berbuah untuk
Adaptasi masyarakat memalaui alam dan pertama kalinya, dan burung-
budaya terjadi Ketika mengamati kayu jenis ini burung berebutan memetik
tak pernah ditemui di sekitar hutan primer. buahnya yang matang.”
Kayu jenis ini tumbuh di sekitar lahan bekas (Rampan, 2007:4)
ladang masyarakat.
Berdasarkan data tersebut
“Anehnya, sangat menunjukkan bahwa terdapat adaptasi
jarang lawon madu mau masyarakat dengan lingkingan yang
hinggap bersarang di dahan memahami ekosistem di sekitarnya terutama
pohon yang tumbuh di dataran kayu naga. Burung-burung sering menghingap
tinggi. Umumnya tawon madu di pohon naga untuk memakan buah. Jadi
yang dikenal dengan sebutan masyarakat disana juga memanfaatkan pohon
juwet atau jiwet itu akan naga untuk berburu sembari beradaptasi
membangun sarang di dahan- dengan lingkungan sekitar.
dahan pohon yang tumbuh di
kawasan yang terjangkau
banjir, di sekitar tumbuhan “Oleh karena pohonnya yang
hutan paya di mana terdapat jangkung, dan dahan-dahannya
lanaman rolan jahap atau rotan yang kukuh, kayu ini sering
jepung dan rotan pelas.” digunakan sebagai sarana ngati,
(Rampan, 2007:3) yaitu tempat memasang getah
Berdasarkan data tersebut pulut guna memikat burung-
menunjukkan bahwa terdapat masyarakat burung seperti beo, pergam,
disana khusunya suku Dayak memahami punai, maupun nuri.” (Rampan,
pohon Kayu Naga. Suku Dayak mengerti tidak 2007:3-4)
ada yang mau mengambil kayu pohon naga. Berdasarkan data tersebut
Beralasan pohon tersebut tidak tumbuh keatas menunjukkan bahwa terdapat adaptasi
dengan bagus dan menjadi sarang hewan masyarakat dengan lingkungan digambar
tawon. Masyarakat suku Dayak terlihat bahwa melalui tokoh Bernama Sunge. Sunge
mampu beradaptasi dan mengamati beradaptasi dengan cara memanfaatkan alam
30
sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga SIMPULAN
ia berkembang dan tumbuh sembari dekat
dengan alam terutama pohon kayu naga. Sunge Berdasarkan hasil dan pembahasan
berinteraksi sebagai suku daya yang diuraikan secara sesuai dengan rumusan
mengamati dan mengerti bagaimana pohon masalah pada cerpen Kayu Naga karya Korrie
kayu naga itu tumbuh dan dijadikan bangunan. Layun Rampan. Data-data dan analisis diatas
menerangkan bahwa cerpen Kayu Naga
bahwa: 1) hubungan antara lingkungan dengan
pemanfaatan teknologi dan produksi oleh
“Bersama Kelawet dan Buus perusahaan dan masyarakat suku Dayak di
kami panjat dari akar yang Kalimantan. Dengan cara memanfaatkan
menjuntai itu dan kami pasang teknologi lingkungan sekitar untuk cara
getah pulut di pagi subuh di penebangan ilegal yang dilakukan oleh
dahan-dahan beringin yang penguasa sebagai komoditas pengolahan kayu
berbuah matang itu. Pagi itu sebagai bahan bangunan. 2) Pola tata perilaku
kami dapat menangkap dua pengeksploitasi kawasan berhubungan dengan
puluh tujuh ekor burung punai teknologi dalam kebudayaan dalam cerpen
berikut burung pergam yang oleh suku Dayak dengan cara bekerja berburu,
gemuk. Ada juga seekor menebang pohon dan membuat rumah diatas
enggang dan burung tiung yang pohon untuk bertahan hidup. 3) Hubungan
ikut terkena getah. Seekor tingkat pengaruh pola-pola sistem
rangkong kecil yang lagi sial, pemanfaatan lingkungan terhadap budaya
menggelepar terikut kena getah masyarakat Dayak melalui mengerti dan
pulut kami. Burung-burung itu melihat lingkungan sekitar ketika ia sedang
kami jual ke ibu kota memalukan pekerjaan di hutan.
kecamatan, dan lumayan aku
mendapat uang saku untuk
beberapa minggu sekolah.”
(Rampan, 2007:4).
31
Society 5.0 di Universitas Nusantara
PGRI Kediri dalam jurnal Prosiding
SENASBASA Volume 3 Nomor 2
Tahun 2019
32