Anda di halaman 1dari 3

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN

NAMA : ADE WIRA RIYANTIKA PUTRA


NIM : P03 2222 014
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Ir. Eymal Bashar Demmallino, M.Si
MATA KULIAH : TEORI EKOLOGI UMUM DAN MANUSIA
TUGAS : TEORI AKBAR EKOLOGI MANUSIA (PEMBANGUNAN)

Ada beberapa teori besar dalam lingkungan sehingga Ada 3 alasan utama yang paling
mendasari pentingnya perspekif ekologi manusia.
1. Environmental Possibilism (Kementakan Lingkungan)
Merupakan suatu pendekatan dimana mengagap lingkungan dan perilaku menusia
memiliki pengaruh satu sama lain. Lingkungan fisik memberikan peluang dan kendala bagi
manusia tetapi tidak menentukan perkembangan dan karakteristik budaya mereka. Sudut
pandang dari pendekatan ini yaitu manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dan mengelola lingkungan agar sesuai dengan kebutuhannya bukan semata-mata
dibentuk olehnya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah konsep adaptasi dan penyesuaian
diri dengan lingkungan. Dalam contoh pembangunan berkelanjutan dimana kesadaran
penting dalam dimensi kemanusiaan bahwa menusialah yang mendominasi dan
membentuk lingkungan dengan demikian sangat jelas bahwa keberhasilan pembangunan
berkelanjutan hanya bisa di capai bila ada kejelasan, batas pengelolaan yang dilakukan
oleh manusia, apakah mereka memelihara atau sebaliknya merusak lingkungan. Dalam
teori kementakan lingkungan ini ada hubungan interaktif antara kebudayaan/manusia
dengan lingkungan dan lingkungan sendiri hanya pembatas dan bukan penentu, sehingga
dapat berubah.
Referensi:
Dictionary of Human Geography 3rd edition, 1994. http: //faculty. washington. edu/ krumme/
450/johnston.html
Lewis (1986). Classical Possibilism and Lewisian Possibilism. http: //plato. stanford. edu/
entries/actualism/possibilism.html
Neeraj V (2006). Culture, Climate and the Environment: Local Knowledge and Perception of
Climate Change among Apple Growers in Northwestern India Journal of
Ecological Anthropology Vol.10. http: //scholarcommons.usf.edu/ cgi/ viewcontent.
cgi?article = 1045&con text=jea
Roy E (1982). Possibilism And Limiting Factors. Environment, Subsistence and System The
Ecology of Small-Scale Social Formations Cambridge University Press Print
Publication Year: 1982 Online Publication Date: June 2012. pp.21-51.
http://ebooks.cambridge.org/chapter.jsf?bid=CBO9780511607738&ci
d=CBO9780511607738A016
2. Environmental Determinisme (Determinasi Lingkungan)
Penentuan utama perilaku manusia dan perkembangan masyarakat. Menurut
pandangan ini, budaya dan karakteristik manusia pada dasarnya dibentuk oleh lingkungan
alam tempat mereka tinggali. Penentu lingkungan percaya bahwa berbagai aspek
lingkungan fisik seperti iklim, topografi dan sumber daya secara langsung mempengaruhi
sifat manusia termasuk kecerdasan, temperamen, dan praktik budaya. Mereka
berpendapat bahwa masyarakat dilingkungan yang berbeda pasti akan mengembangkan
karakteristik dan tingkat kemajuan yang berbeda. Sebagai contoh mislanya Pada
umumnya masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan memiliki kehidupan yang sangat
tergantung pada sumberdaya alam, mereka menilai seperti hutan, air, tanah, tumbuhan &
hewan sebagai sumber daya yang harus digunakan utuk memenuhi kebutuhan mereka
secara proposional.
Referensi:
Andrew S (2003). "Neo - Environmental Determinism, Intellectual Damage Control, and
Nature / Society Science", 35 (5): 813 – 817. http: //www. academia. edu/ 173638/
Neo Environmental _ Determinism _ Intellectual _ Damage _ Control _ and _
Nature _ Society _ Science _ 2003 _
Hartshorne R (1939). The Nature of Geography. Lancaster, Penn.: Association of American
Geographers. Reprinted with permission.
Neeraj V (2006). Culture, Climate and the Environment: Local Knowledge and Perception of
Climate Change among Apple Growers in Northwestern India Journal of
Ecological Anthropology Vol.10. http: //scholarcommons.usf.edu/ cgi/ viewcontent.
cgi?article = 1045&con text=jea
3. Environmental Culture (Ekologi Budaya)
Mengacu pada keyakinan bersama, nilai-nilai, sikap dan perilaku masyarakat atau
komunitas terhadap lingkungan alam. Ini mencangkup cara-cara di mana sekelompok
orang memandang, berinteraksi dan memahami lingkungan tempat mereka tinggali.
Ekologi budaya dapat sangat bervariasi diberbagai wilayah, masyarakat, dan kelompok
budaya. Sehingga dua ide besar dalam sudut pandang ekologis tidak dapat dipisahkan
dalam konsep hubungan timbal balik yaitu lingkungan dan budaya. Dalam teori ini
kebudayaan manusia dan lingkungannya merupakan 2 sisi yang tidak terpisahkan dan
beberapa tokoh percaya bahwa sektor budaya memiliki hubungan kuat dengan lingkungan.
Dalam teori ini juga mereka menolak determinasi lingkungan yang menganggap
lingkungan menentukan kebudayaan. Disisi lain mereka menganggap bahwa manusia
ditentukan oleh inti kebudayaan (inovasi dan teknologi).
Referensi:
Frenkel S (1992). Geography, Empire, and Environmental Determinism Geographical Review
82(2):143-153.
Kong L (1990). "Geography and religion: trends and prospects". Progress in Human
Geography 14 (3): 355– 371. doi:10.1177/030913259001400302
Neeraj V (2006). Culture, Climate and the Environment: Local Knowledge and Perception of
Climate Change among Apple Growers in Northwestern India Journal of
Ecological Anthropology Vol.10. http: //scholarcommons.usf.edu/ cgi/ viewcontent.
cgi?article = 1045&con text=jea

Anda mungkin juga menyukai