Anda di halaman 1dari 12

Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No.

1 - Juni 2012 Konservasi Nilai dan warisan Budaya - Maman Rachman

EKOFEMINISME DAN PERAN PEREMPUAN


DALAM LINGKUNGAN

Tri Marhaeni Pudji Astuti


Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Email: arsya_2004@yahoo.com

ABSTRACT

Ecofeminism is a move emerges among women all over the world from various professions as the result
of the unfairness towards women who are always being a myth of nature. This paper suggests a variety of
examples of women's role in the environment in various countries. Discussion about the environment as
well as the implications associated with ecofeminism high feminist consciousness among women scien-
tists in universities in the world. The feminist awareness upon exploitations to the nature brings them to
the action of saving the environment to create an eco-friendly and women-friendly way of living. The key
of this case is involving and giving empathy to women for their role in the environment. Therefore it is
urgent to understand the local wisdom as a reference by using the deconstruction of local wisdom to cre-
ate the reconstruction of a new environmentally friendly local wisdom.

Keywords: Ecofeminism, local wisdom, women’s role in the environment, deconstruction, reconstruc-
tion.

ABSTRAK

Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan yang muncul di kalangan perempuan di berbagai belahan
dunia dari berbagai profesi sebagai akibat adanya ketidak adilan terhadap perempuan yang selalu dimitos-
kan dengan alam. Tulisan ini mengemukakan berbagai contoh peran perempuan dalam lingkungan hidup
di berbagai Negara. Pembahasan tentang lingkungan juga terkait dengan ekofeminisme sebagai implikasi
kesadaran feminis yang tinggi di kalangan ilmuwan perempuan di perguruan tinggi di berbgagai belahan
dunia. Kesadaran para perempuan feminis terhadap eksploitasi alam membuat mereka bangkit berperan
dalam penyelamatan lingkungan hidup sehingga tercipta kehidupan yang eco-friendly dan Women-
friendly. Kunci dari hal itu adalah melibatkan dan empati terhadap perempuan dalam perannya dalam
lingkungan hidup. Oleh karenanya perlu memahami kearifan lokal sebagai sebuah acuan dengan dekon-
struksi kearifan lokal agar muncul rekonstruksi kearifan lokal baru yang ramah lingkungan.

Kata Kunci: Ekofeminisme, Kearifan Lokal, Peran Perempuan dalam Lingkungan, Dekonstruksi, Rekon-
struksi.

Indonesian Journal of Conservation


Vol. 1 No. 1 - Juni 2012 [ISSN: 2252-9195]
Hlm. 49—60
48 49
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

PENDAHULUAN saan terkena polusi udara di ruangan karena


pembakaran bahan bakar tradisional. Lapo-
Di akhir abad ke-21, timbul berbagai ran UNDP ini menjadi lebih mengerikan
gerakan kesadaran masyarakat yang mena- ketika juga dilaporkan bahwa ditemukan 2
ruh perhatian terhadap keadaan lingkungan. juta anak pertahun meninggal akibat air yang
Ini berkaitan dengan kesadaran untuk men- kotor.
jaga bumi tempat tinggal manusia menjadi Di sisi lain perempuan selalu terkait
bersih, sehat, dan hijau. berbagai organisasi erat dengan lingkungan dan pengelolaan ling-
lingkungan hidup bermunculan serta barang- kungan. Perempuan selalu bergaul akarab
barang konsumtif recycled bermunculan men- dengan produk-produk yang berdampak pada
jadi kecenderungan gaya hidup orang-orang limbah dan pencemaran lingkungan. Misal-
kota. Bahkan dalam kegiatan liburan seka- nya limbah rumah tangga, dampak pemakain
lipun ada sebutan ekoturisme yang mengacu kosmetik dan limbahnya, pemakaian obat
pada wisata alam. Anak-anak sejak dini dia- kimiawi baik makanan maupun kesehatan,
jari dan diberi pendidikan lingkungan hidup, pemakaian produk fashion, termasuk suple-
mereka diajari menyayangi binatang dan men untuk body language pembentukan tubuh
lingkungannya, dan memberi perhatian ter- yang langsing, obat-abatan diet dan lain-lain.
hadap binatang dan tumbuhan langka. Dengan demikian perempuan mempunyai
Sejak kecenderungan peduli lingkung- peran sntral dan strategis dalam pengelolaan
an ini merebak bukan saja di kalangan LSM lingkungan.
(Lembaga Swadaya Masyarakat) akan tetapi Tulisan ini mengemukakan berbagai
juga di kalangan pemerintah baik daerah contoh peran perempuan dalam lingkungan
maupun pusat, bahkan di kalangan hidup di berbagai Negara. Pembahasan ten-
akademisi di perguruan tinggi, tidak banyak tang lingkungan juga terkait dengan ekofem-
yang menyadari bahwa isu lingkungan ber- inisme sebagai implikasi kesadaran feminis
kaitan erat dengan isu perempuan. Padahal yng tinggi di kalangan ilmuwan perempun di
menurut mitos-motos yang ada di masyara- perguruan tinggi di berbgagai belahan dunia.
kat, perempuan sering diasosiasikan dengan Trernyata sangat erat kaitan antara eko dan
alam. Sebut saja misalnya perempuan dian- feminisme. Bagian akhir tulisan ini memba-
daikan dengan bumi, bunga ayam, malam, has immplementasi dan kenyataan peran per-
bulan, dan padi. Kadang mitos-mitos tersebut empuan dalam lingkungan sekitar pada tata-
bukanlah mitos-mitos yang mempunyai ran lokal terdekat, untuk memberikan gam-
makna positif tapi justru negatif. Bahasa bran dengan harapan dapat dijadikan ruju-
metafora untuk perempuan ini terkadang kan.
menimbulkan penafsiran yang melemahkan
perempuan. Perempuan identik dengan alam
yang dikuasai manusia. Dari analogi itu alam EKOFEMINISME
adalah benda barang lahan yang dikuasai dan
dieksplorasi manusia, bahkan dieksploitasi. Kata “eko” dalam ekologi berasal dari
Dengan demikian implikasi dari analogi per- bahasa Yunani Oikos, yang berarti rumah
empuan dengan alam maka perempuan juga tempat tinggal; tempat tinggal semua perem-
“menjadi yang dikuasai” oleh manusia lain puan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air,
(manusia masyarakat laki-laki). tanah, udara, dan matahari (Isshiki, 2000).
Menurut laporan United Nation and De- Ekologi mempelajari hubungan antara manu-
velopment (UNDP) tahun 1998, sebanyak 2,7 sia dan lingkungan hidup; mengkaitkan
juta orang tiap tahun meninggal akibat antara ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan
pencemaran lingkungan lewat polusi udara secara interdispliner. Kesadaran ekologi hen-
karena emisi-emisi industri, gas buang kenda- dak melihat kenyataan dunia ini secara inte-
raan bermotor dan bahan bakar fosil yang gral holistik, bahwa dunia yang satu itu ter-
dibakar di rumah-rumah. Karenanya, manu- nyata mengandung banyak keanekaragaman
sia menderita kerusakan pernafasan, penyakit (Buntaran, 1996). Ekologi sekaligus meru-
jantung paru-paru serta kanker. Sebanyak 2,2 pakan reaksi kritis atas pandangan umum
juta manusia yang meninggal berada di pede- terhadap dunia yang dualistis-dikotomis.

50 50
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 Ekofeminisme dan Peran Perempuan dalam Lingkungan - Tri Marhaeni Pudji Astuti
No. 1 - Juni 2012

Usaha pelestarian lingkungan dimengerti se- Griffin menyatakan bahwa envoronmental-


bagai kesediaan manusia mengakui keterba- isme ekologis atau yang ilmiah menekankan
tasannya, bahwa ia tidak pernah dapat me- pada arti pentingnya mempertahankan ling-
mahami sepenuhnya kerja dunia dan semua kungan biologis atau fisik; dan bahwa ling-
unsurnya. Maka manusia mau bekerjasama kungan humanistik menekankan ketidakco-
dengan alam lingkungan untuk mengarahkan cokan ilmu modern dan perkembangan
hidup ini secara bersama-sama kepada kese- teknologis dengan prinsip-prinsip kemanu-
jahteraan seluruh anggota komunitas dunia, siaan (Griffin, 1978). Sementara itu, kalang-
itu berarti mengakui dan menghargai hak an feminis radikal sendiri sangat memberikan
hidup setiap makhluk sebagai subyek yang respek kepada alam yang non-manusia, seba-
mandiri dan bermartabat dalam dunia yang gaimana yang terlihat dalam karya Firestone,
konkret integral (Darmawati, 2002). ‘The Dialectic of Sex’ (1970) yang mengkaitkan
Feminisme muncul untuk menanggapi antara feminisme dengan ekologi. Kalangan
masalah ketimpangan antar jenis kelamin, feminis radikal lainnya mengkaitkan antara
diskriminasi, penindasan, dan kekerasan ter- ekologi dengan komunitas spiritual perem-
hadap perempuan. Gerakan feminisme dan puan bersama dengan alam yang non-
ekologis mempunyai tujuan yang saling manusia (Humm, 2002).
memperkuat, keduanya hendak membangun Ekofeminisme adalah sebuah istilah
pandangan terhadap dunia prakteknya yang baru untuk gagasan lama yang tumbuh dari
tidak berdasarkan model-model yang pa- berbagai gerakan sosial yakni gerakan femi-
triarkhis dan dominasi-dominasi. Ada kaitan nis, perdamaian dan ekologi pada tahun 1970
yang sangat penting antara dominasi terha- -an dan awal 1980-an. Namun baru menjadi
dap perempuan dan dominasi terhadap alam. popular dalam kaitannya berbagai proses dan
Kehancuran ekologi saat ini akibat pandang- aktivitas menentang perusakan lingkungan
an dan praktek yang andosentris. Kaitan hidup, yang semula dipicu oleh bencana eko-
antara feminisme dan lingkungan hidup logis yang terjadi secara berulang-ulang.
adalah historis kausal. Para filsuf ekofem- Ekofeminisme merupakan suatu keterkaitan
inisme berpendapat konsep dasar dari domi- dan keseluruhan dari teori dan praktek. Hal
nasi kembar terhadap alam dan perempuan ini menuntut kekuatan khusus dan integritas
adalah dualisme nilai dan hirarki nilai. Maka dari setiap unsur hidup.
peran etika feminisme dan lingkungan hidup Bila kita berbicara tentang ekofem-
adalah mengekspos dan membongkar dual- inisme maka kita berbicara tentang adanya
isme ini serta menyusun kembali gagasan ketidakadilan di dalam masyarakat terhadap
filosofis yang mendasarinya (Darmawati, perempuan. Ketidakadilan terhadap perem-
2002). puan dalam lingkungan ini berangkat per-
Ekologi merupakan kajian yang mena- tama-tama dari pengertian adanya keti-
ruh perhatian kepada keterkaitan antara ke- dakadilan yang dilakukan oleh manusia ter-
hidupan manusia dan lingkungannya. Ellen hadap non-manusia atau alam. Karena per-
Swallow (1842-1911) adalah penemu ilmu empuan selalu dihubungkan dengan alam
lingkungan. Teori-teori feminis mengenai maka secara konseptual, simbolik dan ling-
lingkungan dan perilaku memberikan bukti uistik ada keterkaitan antara isu feminis dan
kuat mengenai biaya yang dibebankan ekologis.. Menurut seorang ekofeminis,
kepada perempuan yang tinggal di lingkung- Karen J Warren (dalam Arivia, 2002) menga-
an terutama di kota-kota yang tidak siap takan bahwa keterkaitan tersebut tidak
mengakomodasi partisipasi perempuan mengherankan mengingat bahwa masyarakat
dalam angkatan kerja atau perubahan pola kita dibentuk oleh nilai, kepercayaan, pen-
keluarga. Sebuah paradigma besar yang didikan, tingkah laku yang memakai ker-
menuntun untuk riset feminis dan keadilan angka kerja patriarkhi, dimana ada justifikasi
lingkungan adalah konsep mengenai akses hubungan dominasi dan subordinasi, penin-
yang setara atas rumah, transportasi dan dasan terhadap perempuan oleh laki-laki.
layanan publik bagi perempuan. menurutnya, kerangka kerja tersebut berjalan
Ekofeminisme biasanya dianggap seba- sebagai berikut: (1) cara berpikir dengan nilai
gai bagian dari feminism kultural. Susan hirarkhis, misalnya, “atas-bawah”, cara ber-

51
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

pikir yang menempatkan nilai, prestise, status belenggu dan merugikan inilah yang amat
sebagai yang “atas” dan yang lainnya berbahaya karena bermain diantara
“bawah”; (2) nilai dualisme, misalnya bersi- “menyanjung” dan “menindas” perempuan.
kap oposisional (bukan saling melengkapi), Para ekofeminisme tidak ingin mengem-
ekslusif (bukan inklusif), status dan prestise balikan perempuan pada argumentasi mitos,
menjadi dasar dualisme ini, dualisme yang stereotop dan domistikasi, akan tetapi ingin
memberikan nilai pada “akal”, “rasio”, “laki- melihatnya sebagai argumentasi berdasarkan
laki” dan bukan pada “tubuh”, “emosi”, dan kesadaran feminis, yakni, melihat adanya
“perempuan”; dan (3) penekanan pada logika relasi yang harus imbang di dalam masyara-
dan dominasi, misalnya, struktur argumen- kat, demikian pula relasi di dalam wacana
tasi yang membenarkan subordinasi (Warren, lingkungan.
1996). Wawasan yang disumbangkan oleh
Warren sangat yakin bahwa cara ber- ekofeminisme pada dunia sosiopolitik adalah
pikir hirarkhis, dualistik, dan menindas kebutuhan penting untuk berbagi dalam
adalah cara berpikir maskulin yang telah masa kita. Dalam berbagi, kita perlu mengen-
mengancam keselamatan perempuan dan dalikan diri untuk memberikan kesempatan
alam. Kenyataannya memang perempuan bagi yang lain. Ekofeminisme juga sangat
selalu di “alam-kan” atau di “feminin-kan”. menekankan perlunya mengakhiri permainan
Di “alam-kan” bila diasosiasikan dengan bi- kekuatan, dan mulai berbagi serta memban-
natang misalnya, ayam, kucing, ular. Semen- gun solidaritas antar penghuni Oikos, se-
tara itu perempuan di “feminin-kan” berkai- hingga setiap penghuni dapat tinggal dengan
tan dengan aktivitas seperti diperkosa, aman dan damai bersama-sama. Semangat
dipenetrasi, digarap, dikesploitasi, dan lain- untuk berbagi sungguh menjadi dasar untuk
nya yang sejenis. Perhatikan bahwa kata-kata bertahan hidup dan membangun segalanya
tersebut adalah kata-kata yang dipakai dalam diperlukan hubungan cinta kasih dan keadil-
menunjukkan aktivitas yang berhubungan an, yang kesemuanya dipanggil untuk mem-
dengan alam. Misalnya tanah yang digarap, bangun kebudayaan dengan gaya hidup yang
bumi yang dikuasai, dan hutan yang diper- eco-friendly serta women-friendly.
kosa, tambang yang dieksploitasi. Jadi tidak
mengada-ada jika perempuan dan alam
mempunyai kesamaan semacam simbolik PERAN PEREMPUAN DALAM PENYE-
karena sama-sama ditindas oleh manusia LAMATAN LINGKUNGAN DI BERBA-
yang berciri maskulin. GAI BELAHAN DUNIA
Atas dasar pemikiran tersebut maka
para feminis harus menyadari keterkaitan Menurut Strong (1995) kunci untuk
antara perempuan dengan alam. Hal yang memperbaiki bumi terletak pada penghorma-
lebih penting dan perlu digarisbawahi di sini tan terhadap hukum alam yang dipahami
adalah menyadari adanya hubungan kekua- oleh masyarakat asli tradisional. Masyarakat
saan yang tidak adil, adanya model relasi ini berbicara dengan kumpulan instruksi yang
dominasi di dalam wacana lingkungan hidup asli yang diberikan kepada mereka oleh Sang
yang sama persis dengan wacana perempuan. Pencipta. Mereka mengetahuinya dan meng-
Langkah selanjutnya, adalah juga, untuk ti- hidupi hukum ini, yang menuntun relasi
dak menginterpretasikan karakteristik perem- manusia dengan empat elemen pemberi ke-
puan dengan alam yang melemahkan perem- hidupan, yakni, tanah, air, udara, dan api
puan, misalnya dengan menarik kesimpulan (energi); serta mengajarkan penghormatan
bahwa “dengan demikian perempuan karena se- kepada kesatuan dan kesinambungan dari
cara karakteristik sama dengan alam, maka, ia seluruh kehidupan. “Tidak ada jalan lain un-
bersifat sebagai perawat, penjaga dan pelestari tuk perdamaian kecuali semua orang harus
alam” . Itu artinya tugas tersebut didefinisi- meninggalkan gerbang istana persepsi yang
kan bukan karena keasadaran tapi karena relatif, turun ke padang rumput, dan kembali
konstruksi sosial. Pemikiran yang ingin ke jantung alam yang non-aktif. Marilah kita
mengembalikan perempuan kepada ranah katakana bahwa kunci perdamaian terletak
domestik dengan stereotip yang mem- dekat di bumi”.

52
48 52
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 Ekofeminisme dan Peran Perempuan dalam Lingkungan - Tri Marhaeni Pudji Astuti
No. 1 - Juni 2012

Di manapun, di belahan bumi ini se- kan tak akan pernah dapat menggantikan
benarnya semua manusia menentang kehan- kerusakan generatif dan lingkungan yang di
curan dan perusakan alam, hanya saja gerak- derita oleh rakyat (Shiva dan Maria Mies,
an perempuan terutama perempuan pedesaan 2005)
atau pinggiran lebih nyata terlihat pembe- Kasus di Jerman agak berbeda, tentang
laannya terhdap kerusakan lingkungan. Hal didirikannya pembangkit tenaga listrik nuklir
ini dapat dipahami karena biasanya kerusak- sesungguhnya bukanlah bangkit dari kaum
an lingkungan dimulai adanya perambahan perempuan feminis, akan tetapi bangkit dan
dan penebangan hutan, pencemaran sungai menjadi kekuatan pendorong adalah kaum
besar dengan pembuangan limbah yang tentu perempuan biasa yang sadar dan setia serta
saja mencari tempat yang jauh di pedalaman, memahami dengan jelas kaitan antara
juga kebocoran reaktor nuklir yang sudah teknologi, perang melawan alam, terhadap
tersembunyi tempatnya jauh di pinggiran perempuan dan generasi mendatang. Para
kota. Sementara itu di sisi lain kehidupan di perempuan ini adalah para petani yang se-
tempat-tempat seperti tersebut di atas di- cara aktif memprotes usulan pembangunan
dominasi oleh kaum perempuan dan anak. pembangkit tenaga listrik nuklir di Whyl-
Perempuan dan anak menjadi penghuni tetap Jerman Barat Daya yang hanya menguntung-
lingkungan yang tercemari dan dirambah kan industri dan eksploitasi dunia ketiga.
tersebut, sementara para laki-laki pergi men- Hubungan ini sangat jelas disuarakan oleh
cari nafkah ke kota. Dengan asumsi seorang perempuan Rusia setelah terjadinya
demikian maka sangat wajar jika gerakan bencana Chernobyl pada tahun 1986. Kaum
perempuan dalam penyelematan lingkungan perempuan di Jerman dan Rusia juga di bela-
hidup menjadi sangat nyata dan penting, han lain yang tergabung dalam organisasi
bahkan menbjadi pioneer ketika para laki-laki ekofeminisme menyerukan: “Kaum laki-laki
justru tidak peduli dan bersekutu dengan ke- tidak pernah memikirkan kehidupan, yang
pentingan kapitalis dan industrialis. Berbgai mereka pikirkan hanyalah ingin menakluk-
contoh peran perempuan dalam penyelama- kan alam dan musuhnya”. (Shiva dan Maria
tan lingkungan di berbagai negara dapat dili- Mies, 2005).
hat seperti berikut: Perkembangan-perkembangan baru
Kebocoran di Three Mile Island telah dalam bioteknologi, rekayasa genetika, dan
menggerakan sejumlah perempuan di teknologi reproduktif telah menjadikan kaum
Amerika serikat berkumpul dalam konferensi perempuan teramat sadar akan bias gender
kaum ekofeminisme yang pertama yang ber- dari sains dan teknologi. Bahwa seluruh para-
langsung pada bulan maret 1980, di Amherst. digma sains adalah karakteristik patriarkhal,
Dalam konferensi ini dibahas mengenai kai- anti alam dan kolonial, serta bertujuan untuk
tan-kaitan antara feminisme, militerisasi, pe- menjauhkan kaum perempuan dari daya ge-
mulihan dan ekologi. neratif mereka seperti halnya daya produktif
Pada malam hari tanggal 2-3 Desember alam. Pendirian Jaringan Perlawanan Inter-
1984, 40 ton gas beracun dilepaskan dari nasional terhadap Rekayasa Genetika dan
pabrik pestisida Union Carbide di Bhopal, Reproduktif (FINNRAGE) pada tahun 1984,
India. Lebih dari 3000 orang meninggal kemudian diikuti dengan sejumlah kongres
dunia selama bencana tersebut. Lebih dari penting pada tahun 1985 di Swedia dan di
400.000 yang lain terkena dampaknya, Bonn, tahun 1988 di Bangladesh, dan tahun
mungkin meninggal setelah itu dan meng- 1991 di Brazil. Gerakan ini jauh melampaui
alami penderitaan berkepanjangan. Kaum gerakan perempuan atau gerakan kaum femi-
perempuan telah menjadi korban yang terk- nis yang didefinisikan secara sempit. Di Jer-
ena dampak paling parah sekaligus juga men- man kaum perempuan yang berasal dari seri-
jadi yang paling gigih memperjuangkan kat buruh, gereja, dan universitas, kaum per-
keadilan. Salah seorang perempuan muslim empuan di perdesaan dan perkotaan, kaum
dari kaum miskin bastis bernama Hamidabi buruh dan ibu rumah tangga memobilisasi
mengatakan selalu berjuang mengingatkan diri mereka melawan teknologi itu; implikasi
Union Carbide, India, dan Dunia, bahwa etis, ekonomis, dan kesehatan mereka terus
seberapa besarpun kompensasi yang diberi- menerus diperdebatkan. Gerakan ini telah

53
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

membantu pencegahan pembentukan “ibu itu. Dan ini terbukti berhasil (Darmawati,
pengganti untuk bayi tabung”. Mereka tidak 2002).
saja memandang tentang implikasi tentang Apa yang dilakukan oleh perempuan
rekayasa gentika dan teknologi tersebut, Irian Jaya ini mirip dengan yang terjadi di
tetapi juga implikasinya bagi satwa, tum- India. Pada tahun 1974, 74 perempuan di
buhan, dan pertanian di dunia ketiga, dan kota Reni, bagian utara India, bersepakat un-
Negara-negara belahan bumi utara. tuk menghentikan penebangan hutan.
Di Bukirna Faso sebuah pedesaan di Mereka memeluk erat-erat pohon-pohon
Afrika yang menderita kekeringan, para per- yang akan ditebang oleh mesin pemotong
empuan ibu rumah tangga berusaha keras kayu yang dilakukan oleh perusahaan-
mencari air, namun para suami mereka perusahaan besar. Gerakan para perempuan
malas-malasan. Para ibu rumah tangga ini ini dikenal dengan sebutan gerakan Chipko
bergabung sedikit demi sedikit sampai (dalam bahasa Hindi bererti “memeluk”).
akhirnya satu desa bergabung. Sambil ber- Gerakan ini berhasil menyelamatkan seban-
nyanyi mereka mulai menggali tanah makin yak 12.000 km areal hutan. Gerakan ini pada
lama makin lebar dan dalam. Pekerjaan itu dasarnya mempunyai unsur ekonomi mau-
dilakukan berbulan-bulan sambil bernyanyi pun budaya. Unsur ekonomi karena adanya
dan bersendau guaru berharap pekerjaan sentimen para pada para kontraktor-
mereka cepat selesai dan segera menjadi kontraktor besar yang menggunduli hutan
danau (kubangan) tempat menampung air penduduk asli untuk kepentingan bisnis para
jika musim hujan tiba. Para laki-laki meng- kontraktor. Unsur budaya karena keper-
anggap pekerjaan mereka akan sia-sia dan cayaan yang tertanam dalam masyarakat un-
seperti “orang gila”, tetapi para ibu rumah tuk melindungi hutan nenek-moyang mereka.
tangga itu tak peduli. Mereka terus menggali Hutan bagi orang India mempunyai makna
dan menggali sampai akhirnya terbentuk se- sakral yang dikenal dengan sebutan Aranya
buah kubangan besar dan cukup dalam. Sanskrit (Warren, 2000).
Ketika mulai turun musim hujan meski be- Gerakan Chipko dan kepercayaan
lum cukup deras kubangan itu mulai ada Aranya Sanskrit menurut Jayanta Bandoyop-
airnya atau dapat menampung air hujan. adhay dan Vandana Shiva, dua orang aktivis
Makin lama makin banyak air hujan yang lingkungan ternama, adalah memiliki basis
tertampung dan mulailah para penduduk ekologis yang kuat (Warren, 2000). Selain
desa memanfaatkan air dari kubangan terse- basis ekologis yang kuat gerakan Chipko
but. Barulah para laki-laki sadar dan mem- mempunyai perspektif perempuan yang tang-
perbaiki kubangan yang sudah cukup banyak guh. Gerakan Chipko terdiri dari para perem-
dapat menampung air hujant disempurnakan puan dari organisasi “akar rumput” yang sa-
(Dankelman dan Joan Davidson, 1988). ngat sadar akan keterkaitan isu perempuan
Akhirnya jadilah sebuah danau yang dapat dengan lingkungan. Dalam hal kasus pene-
menjadi tempat penampungan air dan dapat bangan hutan tersebut, para anggota gerakan
dimanfaatkan oleh semua penduduk di desa Chipko menilai kepentingan perempuan telah
tersebut. Dari gambaran kasus ini jelas terli- dikorbankan demi kepentingan bisnis. Ada
hat betapa besar peran dan kepedulian per- dua hal yang menarik untuk disimak argu-
empuan terhdap lingkungannya. Perempuan mentasi gerakan Chipko. Pertama, perempuan
harus berusaha dengan berbagai cara untuk di India, seperti di Negara berkembang lain-
memotivasi para laki-laki agar mau peduli nya, merupakan korban pertama dari pene-
dengan apa yang telah dikerjakannya. bangan hutan. Pohon-pohon memberikan
Pengalaman orang-orang di Irian Jaya empat kebutuhan utama bagi keperluan
dalam berinteraksi dengan alam lingkungan rumah tangga: makanan, bahan bakar, pro-
misalnya tidak memisahkan aktivitas eko- duk-produk rumah (termasuk peralatan
nomi dari pengalaman beragamanya. Perem- membersihkan rumah, peralatan masak), dan
puan-perempuan irian menghalangi para menghasilkan ekonomi rumah tangga. Para
suami-suami mereka yang akan menebang prempuan ini tinggal di desa-desa yang ke-
pohon-pohon di hutan dengan berpuisi dan banyakan laki-lakinya pergi ke kota untuk
mengitari bahkan mendekap pohon-pohon bekerja. Para perempuan ini dengan

54 54
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 Ekofeminisme dan Peran Perempuan dalam Lingkungan - Tri Marhaeni Pudji Astuti
No. 1 - Juni 2012

demikian harus menanggung beban kerja man nasional kelima terbesar di dunia. Ke-
seperti mengambil air, dan mengambil rant- brhasilan organisasi ini pada dasarnya ber-
ing-ranting pohon untuk bahan bakar sendiri. tumpu pada kemampuan mereka dalam
Demikian pula untuk mencari penghasilan memperoleh akses dan sekaligus penggunaan
rumah tangga. Akibat penebangan pohon- informasi dan sistem -sistem simbolik
pohon yang dilakukan oleh perusahaan be- (khususnya media) sebagai suatu mekanisme
sar, pohon menjadi semakin langka dan ini utama melalui isu-isu lingkungan yang diban-
menyulitkan kehidupan mereka sehari-hari. gun dan dikonsumsi sebagai suatu budaya
Kedua, Di dalam memutuskan kebaikan bagi politik baru.
desa mereka perempuan jarang dilibatkan Masih di Venezuela, ada sebuah or-
dalam pengambilan keputusan. Akibatnya, ganisasi yang bernama GEMA (Grupo de
perempuan cenderung tersisih dari penentuan Estudios Mujer y Ambiente) atau Kelompok
kebutuhan desa mereka, padahal kegiatan Kajian Perempuan dan Lingkungan, adalah
desa merupakan kegiatan yang sebagaian organisasi yang didirikan pada tahun 1989
besar dijalankan oleh perempuan seperti mis- oleh kalangan profesional perempuan.
alnya penyediaan air bersih. Proyek-proyek utama mereka berkaitan deng-
Di Korea, ada yang namanya Salimist, an masalah kesehatan dan lingkungan di dua
sebutan untuk kaum ekofeminis Korea, penampungan besar penghuni liar di Cara-
mempunyai 10 prinsip kehidupan berdasar- cas, ibukota Venezuela, dan kondisi perem-
kan elemen-elemen dasar kebijaksanaan his- puan di petambangan di wilayah Guayana
toris dan spiritual dari perempuan korea. (Gracia, 1992).
Wawasan dari orang-orang di seputar dunia Organissi yang terkait dengan perem-
yang bergema bersama para ekofeminis Ko- puan dan lingkungan yang lainnya adalah
rea pada pokoknya merindukan kehidupan AMAVEN atau Asiciacion Venezolana de Mu-
dalam kepenuhannya. Kesepuluh prinsip itu jery Ambiente (Asosiasi Perempuan Venezuela
adalah: hutan, air, api, udara, keadilan-cinta dan Lingkungan) didirikan pada bulan No-
kasih, keindahan, sukacita dan perayaan, ke- vember 1991 dengan tujuan untuk membang-
kuatan semut dan laba-laba, tujuh generasi, un kesadaran lingkungan di antara masyara-
kemurahan hati Ahimsa (Kyung, 2001). kat dengan harapan akan mendorong partisi-
Salimist membuat segalanya menjadi hidup, pasi dan kontribusi atas konservasi lingkung-
terutama yang mati seperti bumi. Salimist an. Ini berkaitan dengan perbaikan standar
menyentuh setiap hal seperti seorang pesu- kehidupan dan mendapatkan keuntungan-
lap, ia mendaur ulang setiap hal. Bagi keuntungan yang lebih adil bagi masyarakat,
mereka seorang aktivis perdamaian yang ber- khususnya perempuan kelas bawah (Gracia,
pikir seperti gunung, dan para Salimist yang 1992).
mencintai perempuan, alam, bumi dan tu- Bagaimana dengan Indonesia? Wacana
han. di berbagai Negara tersebut menjadi semakin
Di Venezuela ada sebuah organissi unik karena dengan caranya sendiri-sendiri,
yang mengambil tipe ‘simbolik kultural’ terk- banyak perempuan Indonesia yang kemudian
enal yakni, AMIGRANSA (Asociation de juga melakukan atas subyek yang dianggap
Amigos en Defensa de la Gran Sabana) atau menguasai lingkungan. Corak perjuangan-
Asosiasi Sahabat untuk perlindungan Padang nyapun beragam. Mereka tidak hanya mela-
Rumput Besar. Sebuah organisasi LSM yang kukan protes atas ketetapan pembangunan
berdiri tahun 1985 hasil inisiatif 5 orang per- yang merugikan perempuan, namun mereka
empuan (Gracia, 1992) Mereka merancang juga mengungkapkan pengalaman sekaligus
berbagai strategi kelompok. Tujuannya kritik secara mendalam tentang kondisi
adalah memelihara alam lingkungan dengan masyarakat lokal dan pengelolaan sumber-
menentang berbagai aktivitas yang merusak, sumber alam yang tidak ramah kepada
dan juga mengajukan berbagai proposal alter- manusia dan perempuan. Hal itulah yang
natif sebagai jalan keluarnya. Kegiatan yang kemudian mengantarkan mereka mem-
utama adalah mempertahankan Tanah Na- peroleh penghargaan atas kepedulian mereka
sional Padang Rumput Besar Canaima (La dalam menghargai kearifan tradisional terha-
Gran Sabana Canaima) yang merupakan ta- dap alam. Beberapa kisah kepeduian perem-

55
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

puan Indonesia terhadap lingkungan antara Kubu kebanyakan diakibatkan oleh pen-
lain adalah: (meskipun banyak perempuan datang dan adat. Dalam penelitian yang dila-
desa yang sangat peduli terhadap lingungan kukan oleh Kanwil Departeman Sosial Pro-
dan tidak terekspose namun di sini hanya pinsi Jambi pada tahun 1995 tantang suku
untuk mengambil beberapa contoh saja). anak dalam atau suku Kubu (Luviana, 2002)
Di Papua ada seorang perempuan ber- menyebutkan bahwa kondisi masyarakat
nama Yosepha Alomang, Koordinator lem- Kubu sangat memprihatinkan secara eko-
baga Hak Asasi Manusia Amungme, Papua. nomi, maka penelitian tersebut mengeluar-
Banyak perjuangannya dalam mebela hak kan rekomendasi untuk meningkatkan
asasi kaum perempuan, yang terkait dengan hubungan dagang yang sudah terjalin antara
lingkungan adalah ketika pada tahun 1992 suku Kubu dengan masyarakat sekitar
dia pernah menggerakkan ratusan kaum per- mereka. Padahal menurut Butet, justru hal
empuan Amungme untuk membuat tungku itulah sisi-sisi yang meresahkan masyarakat
api besar-besaran di bandara Timika yang Kubu, karena pendatang dan pemerintah ser-
membuat penerbangan berhenti total. Aksi ing membeli hutan mereka dengan bayaran
para perempuan ini merupakan bentuk protes rendah karena mereka tidak bisa menghi-
atas perampasan tanah dan kebun sayur tung. Dalih ekonomi untuk meningkatkan
masyarakat Timika oleh PT Freeport yang pendapatan masyarakat Kubu inilah yang
berkepentingan membangun sejumlah sering mereka dengungkan. Hutan Kubu se-
gedung dan hotel di daerah Timika. Dari ka- lanjutnya sering ditebang dan dibakar dengan
sus yang tidak terselesaikan selama bertahun- dalih pelestarian alam. “Sebetulnya suku
tahun ini, dengan ditemani para perempuan- anak Kubu tidak membutuhkan apa-apa,
perempuan Papua, Yosepha kemudian me- mereka hanya butuh hutan mereka tetap di-
ngajukan gugatannya terhadap PT Freeport jaga”, demikian ungkap Butet. Dengan
melalui pengadilan federal dan Negara kondisi inilah Butet berpikir untuk memintar-
bagian New Orleans Amerika Serikat. Pada kan masyarakat Kubu agar mereka bisa ber-
tahun 1993 ia bergabung dengan lembaga hitung, membaca, menulis agar dapat me-
Masyarakat Adat Amungme. Namun seta- mepertahankan hutan tempat mereka tinggal.
hun kemudian ia ditangkap karena dituduh Persoalan pelik muncul ketika pemahaman
membantu Organisasi Papua Merdeka suku Kubu tentang orang luar adalah “jahat
(OPM) (Luviana, 2002). dan suka menindas” sebagai akibat dari ke-
Dalam peran yang agak berbeda ten- nyaataan yang dialaminya bahwa orang luar
tang penyelamatan lingkungan hidup, pe- selalu menebang dan membeli hutan mereka
ngabdian Butet Saur Marlina dapat dijadikan bahkan merusaknya. Bahkan banyak
acuan. Butet adalah pendidik manusia rimba masyarakat sekitar, pemerintah dan swasta
dan sebagai staf di sebuah LSM Warsi yang menipu mereka. Oleh karena itu suku
(Warung Informasi Konservasi). Butet meli- Kubu suka mengisolir diri dan defnsif. Butet
hat bahwa suku Kubu manusia Rimba di pernah mengutarakan niatnya untuk menga-
Jambi tidak bisa membaca, menulis dan jari membaca dan menulis agar mereka pin-
menghitung, ternyata inilah pangkal dari ke- tar. Namun hal ini mereka tolak, karena pin-
hancuran hutan pada komunitas manusia tar bagi mereka selalu identik dengan
rimba/suku Kubu. Secara historis, Kubu me- menipu dan menindas. Butet kemudian me-
rupakan daerah yang merupakan pusat ke- rubah metodenya. Butet mengajari mereka
hidupan orang rimba. Orang rimba di Kubu dengan metode “berteman dengan alam”,
dikenal sebagai masyarakat yang teguh me- yaitu selama bermain-main setiap hari den-
megang adat-istiadatnya. Orang rimba di gan anak rimba, Butet mengajarai mereka
bukit 12 Jambi ini keberadaannya diakui oleh berhitung dan menulis. Cara-cara ini menu-
masyarakat sekitar, tetapi tidak mendapat rutnya paling sederhana yang bisa dipelajari
pengakuan dari pemerintah. Usaha-usaha anak-anak rimba.
pelestarian hutan akhirnya diserahkan dari Meski demikian selama butet menjadi
pemerintah kepada pihak swasta/perusahaan guru bagi semua orang rimba, ternyata hanya
yang malah menyebabkan ketidakadilan laki-lakilah yang boleh sekolah atau menda-
pada manusia rimba. Persoalan masyarakat patkan kesempatan belajar berhitung dan

56 56
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 Ekofeminisme dan Peran Perempuan dalam Lingkungan - Tri Marhaeni Pudji Astuti
No. 1 - Juni 2012

menulis bersama Butet. Sementara perem- penggunaan pestisida sebagai pupuk. Kasus-
puan rimba akan mendapatkan sanksi adat kasus itu dibawa ke pengadilan internasional
ketika bersekolah bersama Butet. Memegang di Amerika Serikat, meskipun Emmy diteror
pensil bagi perempuan rimba dianggap dan dicemooh sebagai pengkhianat bangsa.
seperti memegang setan, karena menurut Padahal di sisi lain Emmy juga mengkritik
anggapan orang rimba, sekolah diciptakan Amerika Serikat sebagai Negara maju Ne-
oleh laki-laki dan untuk laki-laki. Laki-laki gara dunia pertama yang katanya akan mela-
identik dengan barang-barang yang datang kukan rehabilitasi di dunia ketiga, tetapi jus-
dari luar, sedangkan barang-barang dari luar tru makin lama tingkat eksploitasi mereka
identik dengan sesuatu yang jahat. Jadi terhadap dunia ketiga malah semakin tinggi.
dalam rimba, selama ini laki-laki dianggap Jerih payah Emmy membuahkan hasil dino-
manusia yang mampu menghalau segala ben- batkan oleh majalah Time sebagai “The heroes
tuk kejahatan, sedangkan perempuan tidak For The Planet”. Pada tahun 2000 Emy men-
boleh menjamah kejahatan/sesuatu dari luar. dapatkan penghargaan sebagai Future Leaders
Perempuan dianggap sebagai ibu yang mela- of Asia dari majalah Asiaweek, kemudian pada
hirkan dan meneruskan keturunan, ketu- tahun 2001 Emmy kembali mendapatkan
runan ini harus dijaga kemurniannya dari penghargaan, yaitu Satya Lencana Pemba-
pengaruh buruk luar rimba. Jika perempuan ngunan di Bidang Lingkungan dari Menteri
sudah terpengaruh budaya luar, maka ini Negara Lingkungan Hidup. Inilah komentar
sama saja dengan meruntuhkan budaya dan Emmy atas penghargaan-penghargaan yang
jatidiri masyarakat rimba. diterimanay: “Ini merupakan saat-saat yang
Selain itu Butet dan teman-temannya berkesan bagi saya, bukan pada persoalan
dari Warung Informasi Konservasi juga me- penghargaan, namun karena saat ini telah
ngajarkan penolakan pada ‘pendatang’ yang banyak orang yang juga melihat begitu ba-
sudah memberikan porsi ketidakadilan bagi nyak persoalan di bumi yang berhubungan
mereka. Saat ini masyarakat rimba sudah dengan lingkungan, dan ini tidak saya jumpai
berani menolak penyewaan-penyewaan 20 tahun yang lalu”.
tanah atas nama usaha dan pelestarian,
karena pada dasarnya mereka sadar bahwa
usaha-usaha inilah yang membuat mereka ANALOGI UNTUK WILAYAH LOKAL
harus kehilangan tanah sebagai mata penca-
harian. Di Indonesia, strategi pembangunan
Perjuangan menyelamatkan lingkung- yang melibatkan perempuan baru beberapa
an hidup juga dilakukan oleh Emmy Hafid tahun terakhir ini saja dilakukan. Sebagai
sejak jauh sebelum dia menjadi direktur ekse- contoh penyediaan air bersih PDAM
kutif Wahana Lingkungan Hidup/WALHI (Perusahaan Daerah Air Minum), baru pada
Jakarta. Bersama teman-temannya, Emmy tahun 1997 disadari prlu melibatkan perem-
gencar melakukan kritik atas represi represi puan agar terjadi peingkatan pelanggan air
yang sudah dilakukan pemerintah Orde Baru minum PDAM. Selama ini, penyuluhan ten-
lewat kasus-kasus lingkungan yang ada di tang air bersih lebih banyak dilakukan terha-
Indonesia pada masa itu. Saat itu Emmy se- dap laki-laki, padahal pengguna dan pengel-
ring mendapatkan cemoohan karena pili- ola air lebih banyak perempuan. Perempu-
hannya sebagai aktivis lingkungan. Banyak anlah yang mengatur dan membuat keputuan
orang yang mengkritik bahwa isu lingkungan tentang air di dalam rumah tangga. Peneli-
adalah isu yang a-politis, manusia saja masih tian yang dilakukan di Palu, Sulawesi Ten-
punya banyak persoalan mengapa harus gah (Bank Dunia, 1997), menunjukkan
mengurus tumbuh-tumbuhan atau hewan- bahwa pelibatan perempuan dalam pe-
h e w a n ? B e g i t u k r i t i k se b a g ia n o r a n g nyediaan air bersih justru lebih efektif
kepadanya. Namun Emmy justru terus berte- (UNDP-World Bank, 1997).
kat melakukan pembelaan pada lingkungan. Tokoh-tokoh dan pemikir ekofeminis:
Emmy melihat eksploitasi lingkungan karena alam, budaya dan perempuan, bersepakat
pemerintah Orde Baru mengusung kebijakan bahwa fokus dari wacana lingkungan dan
revolusi hijau yang merusak tanah karena perempuan bukan terletak pada kedekatan

57
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

antara perempuan dengan lingkungan me- enkulturasi nilai. Sebagai contoh, kebiasaan
lainkan melihat budaya perempuan/alam sebuah kelom pok masyarakat di pedalaman
sebagai model yang lebih baik daripada bu- Kalimantan, kalau mengambil daun-daunan
daya laki-laki/alam. Maksudnya, tradisi dan atau ranting kayu untuk kayu bakar atau un-
nilai-nilai perempuan dianggap mempunyai tuk keperluan rumah tangga selalu dengan
nilai-nilai lebih sehingga model lingkungan cara menebang habis atau merobohkan po-
hidup yang mengadaptasi nilai-nilai feminis honnya. Hal ini dikarenakan pola pikir dan
akan lebih baik bagi sistem lingkungan hidup budaya serta kebiasaan mereka yang meng-
secara keseluruhan. anggap bahwa alam mereka hutan mereka
Beberapa uraian dan contoh-contoh di masih luas dan tidak akan habis dimakan
atas terlihat jelas peran perempuan dalam tujuh turunan. Jikalau pola pikir semacam ini
pengelolaan lingkungan juga penyelamatan di terapkan terus tentau saja akan berbanding
lingkungan. Terlihat juga bagaimana pola terbalik dengan tujuan konservasi alam dan
pikir, budaya dan kedekatan secara fisik dan penyelamatan lingkungan. Demikian juga
emosional antara perempuan dengan ling- kasus yang dialami Butet, pada pengab-
kungan. Oleh karena itu pada tataran lokal diannya ‘m emintar’ kan suku Kubu/
tertentu desa, kampung, kota (secara admin- masyarakat rimba. Mereka menganggap
istratif, karena ada makna non-administratif ‘pintar’ identik dengan ‘jahat’, ‘belajar mem-
yang terkait dengan pola pikir, sikap, tindak- baca menulis dan berhitung’ identik dengan
an, kondisi) dapat mengadopsi beberapa ‘kejahatan’ yang akan menindas mereka.
yang sudah dijadikan contoh di atas. Adopsi Demikian pula pemikiran masyarakat asli
bukan berarti meniru sama persis, akan tetapi rima, bahwa yang harus dan wajib sekolah
mengambil ide-ide dasar dari para perem- adalah laki-laki sementara jikalau ada perem-
puan ekofeminis dalam penyelamatan ling- puan belajar akan mendapatkan sanksi adat.
kungan, sudah sangat membantu dan ber- Pemikiran yang bedasarkan ‘kearifan lokal’
manfaat. seperti ini sangat berbahaya jika diper-
Kebanyakan orang selalu mengkaitkan tahankan. Namun juga sangat berbahaya jika
dengan kearifan lokal ketika berbicara ten- di hilangkan secara frontal. Oleh karenya
tang lingkungan atau penyelamatan ling- dalam menyikapi bentuk ‘kearifan lokal’ ha-
kungan. Hal ini dapat dipahami, karena rus disesuaikan dan di adaptasi sehingga ti-
usaha-usaha penyelamatan lingkungan selalu dak bertentangan dengan usaha-usaha kon-
berkaitan dengan masyarakat adat, penduduk servasi lingkungan dan penyeleamatan ling-
asli, masyarakat lokal, dimana merekalah kungan, akan tetapi juga menghormati dan
yang memiliki cara-cara sesuai dengan adat menghargai cara-cara yang dilakuakn oleh
kebiasaan dan budayanya dalam usaha pe- masyarakat setempat.
nyelamatan lingkungan. Banyak kasus yang Contoh kasus di atas marilah kita
terdengar dan terlihat keberhasilannya ketika analogikan dengan masyarakat sekitar Unnes
kita melibatkan kearifan lokal masyarakat secara lebih spesifik. Sebagai masyarakat
setempat. Akan tetapi perkembangan selan- pendatang di wilayah sekitar kampus saya
jutnya karena kepentingan global dan kema- selalu mencermati kehidupan, kebiasaan, ter-
juan jaman terkadang kearifan lokal justru lebih pola pikir masyarakat setempat. Salah
bertentangan dengan usaha-usaha konservasi satu hal yang nyata adalah tentang pembu-
lingkungan atau penyelamatan lingkungan. angan sampah atau pengelolaan sampah.
Mungkin pemikiran ini akan menimbulkan Masyarakat asli sekitar kampus Unnes
banyak protes, akan tetapi marilah kita cer- merasa bahwa bertahun-tahun mereka selalu
mati contoh dan analogi di bawah ini. membuang sampah di lahan mereka yang
Satu hal yang harus diingat dalah kita memang masih sangat luas dan memadai.
harus hati-hati nenggunakan istilah “kearifan Mereka biasa membakar sampah di belakang
lokal” . Beberapa kasus menunj ukkan atau didepan rumah karena mempunyai la-
bahhwa kearifan lokal masyarakat setempat han yang luas. Ini dilakukan oleh semua pen-
seringkali justru merusak lingkungan. Keari- duduk asli. Oleh karena itu sistem dan struk-
fan lokal disini termasuk pola pikir, kebi- tur pemerintahan lokal (RT/RW) tidak
asaan sikap, tindakan secara tradisi dan memikirkan atau tidak memfasilitasi tempat

58 58
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 Ekofeminisme dan Peran Perempuan dalam Lingkungan - Tri Marhaeni Pudji Astuti
No. 1 - Juni 2012

pembuangan sampah bagi warganya. Mereka atau motor yang lalau lalang. Oleh
lupa jika perkembangan jaman adanya kam- karenanya perilaku lalulinbtas masyarakat
pus Unnes berdampak luar biasa pada sendi juga ‘seenaknya’ dalam arti merasa jalan itu
kehidupan mereka, akan tetapi pola pikir jalan kampung yang tidak akan berbahaya.
mereka tidak berubah. Sementara bagi pen- Ini hanya sebagian kasus. Jikalau Unnes
datang tidak mungkin membuang sampah di berada dalam lingkungan masyarakat seperti
lahan sendiri karena beberapa alasan, per- itu maka kearifan lokal mereka tidak harus
tama, para pendatang rata-rata tidak mem- dipertahankan sepenuhnya, akan tetapi perlu
punyai lahan yang luas, kedua, pola pikir inovasi-inovasi dan dekonstruksi agar mun-
mereka sudah berbeda, sampah adalah lim- cul rekonstruksi kearifan lokal baru yang
bah yang harus di buang di tempat pembuan- mendukung misi Unnes sebagai kampus kon-
gan akhir sampah. Hal ini menyulitkan pen- servasi.
datang karena tidak ada falitas pembuangan Satu hal yang mungkin dilakukan
sampah. Ironisnya, masyarakat selalu meng- adalah, tetap mengadopsi cara masyarakat
anggap pendatang di sekitar Unnes adalah lokal dengan inovasi-inovasi yang tidak
identik dengan “uang” maka apapun yang bertentangan akan tetapi bermanfaat bagi
dilakukan oleh masyarakat setempat selalu di penyelamatan lingkungan. Dekonstruksi pola
konversi dengan uang yang kadang tidak ma- pikir tidak bisa dilakukan secara frontal akan
suk akal. Salah satu contoh ada inisiatif dari tetapi harus sedikit-sedikit dan pelan-pelan,
warga yang mau mengambil sampah hanya agar kebiasaan, adat, dan pola pikir yang
pada warga pendatang (karena masyarakat mengatas namakan ‘kearifan lokal’ tidak
asli dianggap tidak butuh dan membuang menjadi ‘gegar budaya’ atau Shock Culture.
sampah di lahan masing-masing) dengan
kontribusi yang cukup mahal yakni 35.ribu
rupiah satu bulan. Kontribusi ini menurut PENUTUP
pemahaman penduduk asli menjadi sangat
mahal. Akibatnya penduduk asli tidak mau Pada akhirnya berbicara tentang ma-
memanfaatkan jasa pengambil sampah. salah lingkungan tidak hanya berpusat pada
Implikasinya ketika lahan mereka makin lingkungan hayati fisik tetapi juga lingkungan
sempit karena dijual kepada para pendatang sosial budaya. berbicara budaya berarti berbi-
atau untuk membuka usaha produktif kon- cara pola pikir, nilai, kebiasaan, adat
sumsi para mahasiswa, pola pikir mereka masyarakat setempat. Oleh karenanya kon-
tentang pengelolaan limbah tidak berubah. servasi lingkungan juga harus lebih mema-
Akibatnya mereka membuang sampah pada hami pola pikir masyarakat lokal. Pola pikir
sembaranbg tenpat atau di lahan orang lain yang ‘lebih memahami’, humanis, empati, ini
milik tetangga. Lebih parah lagi konsep ten- identik dengan pola pikir ekofeminisme yang
tang saluran pembuangan air atau ‘selokan’ mencoba membuat terobosan keadilan untuk
sebagai penyelamat jalan raya dari kerusakan alam dengan analogi masyarakat bahwa
akibat banjir di musim hujan juga tidak ada. alam selalu di mitoskan sebagai perempuan.
Masyarakat terbiasa dengan pola pikir Karena mitos tersebut maka pola pikir para
bahwa “dulu jalan tidak pernah banjir walau- ekofemis akan bersahabat dengan alam, me-
pun tidak ada saluran air atau gorong- mahami alam, empati terhadap alam dengan
gorong”. Sekali lagi mereka lupa bahwa mengembangkan kesetaraan dan keadilan
kondisi lingkungan sudah berubah. Jalan su- bagi alam tanpa keploitasi dan tanpa merugi-
dah dibangun menjadi fasilitas jalan umum, kan alam. Bukan pola pikir sebaliknya yang
jalan raya yang memerlukan perawatan. mengekploitasi dan merugukan alam.
Demikian pula tentang pola pikir dan kebia-
san masyarakat lokal tentang transportasi
dan jalan raya. Pola pikir mereka jalan raya DAFTAR PUSTAKA
di sekitar mereka termasuk di sekitar Unnes
adalah jalan kampung milik mereka bersama Arivia, Gadis. 2002. “Ekofeminisme: Lingkungan
tidak ada orang luar yang melewati, tidak Hidup Berurusan dengan Perampuan”.
ada kendaraan bermotor baik mobil dan bus dalam Jurnal Perempuan. No. 21. hal. 111-

59
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

120. Fajar Pustaka Baru.


Buntaran, Fredy. 1996. Saudari Bumi Saudara Isshiki, Yoshiko. 2000. “Eco-Feminism in the 21
Manusia. Yogyakarta: Kanisius. “Century”, dalam In God’s Image. Vol. 19.
Dankelman, Irene & Joan Davidson. 1988. No. 3. hal. 27
Women and Environment in the Third World. Kyung, Chung Hyun. 2001. “Popular Religion
London: Alliance for the Future Earthscan and Fullness of Life: An Asian Ecofeminist
Publications Ltd. Reflection”. makalah CAT (Congress of
Darmawati, Intan. 2002. “Dengarlah Tangisan Asian Theologians) III di Yogyakarta, tang-
Ibu Bumi! Sebuah Kritik Ekofeminisme gal 5-11 Agustus.
atas Revolusi Hijau”, dalam Jurnal Perem- Luviana. 2002. “Perampuan Indonesia Pejuang
puan. No. 21. hal. 7-24. Lingkungan”. dalam Jurnal Perempuan.
Firestone, S. 1970. The Dialectic of Sex: The Case for No. 21 hal. 85-96.
Feminist Revolution. New York: Willian Shiva, Vandana dan Maria Mies. 2005. Ecofem-
Morrow. inism Perspektif Gerakan Perempuan dan Ling-
Gracia, Guadilla Maria-Pilar. “Ecologia: Women, kungan. Alih Bahasa oleh Kelik Ismunanto.
Environment and Politic in Venezuela”. Yogyakarta: IRE Press.
dalam Sarah A. Radcliffe and Sallie West- Strong, Hanne. 1995. “Ecological and Spiritual
wood (eds). Viva: Women and Popular Protest Revolution”. dalam Our Planet Vol.7. No.
in Latin America. London and New York: 3. hal. 25.
Routledge. UNDP-WORLD BANK. 1997.
Griffin, S. 1978. Women and nurture: The Roaring “Menguntungkan dari Sisi Bisnis: Wanita
Inside Her. New York: Harper & Row. sebagai Pptensi Pelanggan Air Bersih di
Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme. Perkotaan”, Resident World Bank Staff.
Terjemahan Mundi Rahayu. Yogyakarta:

60 60

Anda mungkin juga menyukai