BAHASA
INDONESIA
Kelompok
2
Disusun Oleh :
Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses moffologis yang berupa
perangkaian modern. Kata seperti Amin, sedang, soal, dan itu dapat dianggap tidak
mengalami proses morfologis, sedangkan kata seperti mempelajari dan persoalan
merupakan kata hasil suatu proses morfologis.
Dilihat dari bentuknya, kata dapat digolongkan ke dalam lima bentuk: kata/bentuk
dasar, berimbuhan, ulang, pengimbuhan, dan majemuk.
4
Kata
Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata
lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan
kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk, pulang,
tinggal, datang, minum, langkah, pindah,tidur,bangun dll.
Contoh kalimat:
1. Ular yang mati itu sangat panjang
2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah
3. Budi datang ke sekolah sangat pagi
5
Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang
telah berubah bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal,bermain,berkelahi,bercanda,catatan,gemetar, dll.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan, sisipan
dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh;
1. catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
2. berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
3. gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
6
1. Kata dasar yang diberi imbuhan (awalan, akhiran, awalan-akhiran, sisipan) harus ditulis dengan
cara dirangkai atau digabungkan. Contoh :
• menari
• makanan
• luapan
• berserakan
• beterbangan
2. Dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika imbuhan diberikan pada kata dasar yang berbentuk
singkatan atau istilah bahasa asing. Contoh :
• mem-PHK
• men-DO
• update-an
• di-review
• mem-follow
3. Jika kata dasarnya adalah gabungan kata, maka imbuhan awalan atau akhiran, penulisannya digabungkan pada 7
kata awal atau akhirnya. Contoh :
• bertenggang rasa
• berlapang dada
• malam mingguan
• luluh lantahkan
• puta balikkan
4. Jika gabungan kata dasar mendapat imbuhan awalan-akhiran, maka kedua kata dasarnya harus digabungkan.
Contoh :
• pertanggungjawaban
• melipatgandakan
• menjungkirbalikkan
• Memadupadankan
• memutarbalikkan
5. Jika salah satu unsur gabungan kata adalah kata yang digunakan saat kombinasi kata, maka kedua unsur
gabungan kata digabung seperti halnya pada poin 4. Contoh :
• multifungsi
• purnawaktu
• purwarupa
• swafoto
8
6. Jika sebuah kata terikat dibubuhkan pada kata berawalan kapital, maka keduanya harus
dihubungkan dengan tanda hubung (-). Contoh :
• non-Jabodetabek
• pro-Pancasila
• pan-Nasionalisme
• pos-Kolonialisme
7. Jika kata maha yang merujuk pada Tuhan diikuti kata berimbuhan, maka keduanya harus ditulis
secara terpisah dan huruf awal pada kedua kata tersebut harus menggunakan huruf kapital. Contoh :
• Maha Pengampun
• Maha Pengasih
• Maha Penyayang
• Maha Mengetahui
• Maha Mengawasi
8. Jika kata maha diikuti kata dasar, maka keduanya harus digabungkan, kecuali jika maha bertemu
dengan esa. Contoh :
• Mahasuci
• Mahatunggal
• Maharaja
• Mahakuasa
• Mahaagung
• Maha Esa
9
9. Jika kata tak bertemu dengan kata dasar, maka keduanya harus digabung.
Namun apabila bertemu dengan kata yang berimbuhan, maka penulisannya ditulis
terpisah. Contoh :
• taktentu
• takmungkin
• takusah
• taktembus
• tak berhenti
• tak menyangka
• tak mengaku
• tak menanyai
10
Pengimbuhan
Kata berimbuhan dapat dibentuk melalui penggunaan awalan, akhiran, sisipan, dan
gabungan awalan dan akhiran. Pengimbuhan awalan me-/meng- mengalami perubahan
bunyi bergantung pada bunyi awal kata dasar. Demikian pula awalan pe-/pengdan
ber-. Salah satu contoh proses morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi
(penambahan afiks).
Penambahan afiks dapat dilakukan di depan (prefiks), di tengah (infiks), di belakang
(sufiks), atau di depan dan belakang (sirkumfiks) morfem dasar. Ada beberapa
macam imbuhan dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1. Awalan : ber-, per-, meng-, di-, ter-, se-, peng
Contoh : berptaktik, menganalisis, penerbit, sebanding, terukur.
2. Sisipan : -el-, -em-, -er-, -in
Contoh : gerigi, gemuruh, gelosok
3. Akhiran : -kan, – i, -an , -nya, -is, isme, -wan
Contoh : tindaki, tindakan, pagukan
4. Gabungan imbuhan : ber-kan, ber-an, per—an, pe—an, per-i, me-kan, memper-,
memper— kan, memper—i
Contoh : penyatuan, persatuan, kesatuan
11
Pengulangan
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
- anak-anak - mencari-cari
- biri-biri - hati-hati
- lauk-pauk - ramah-tamah
- berjalan-jalan - kupu-kupu
- buku-buku - mondar-mandir
- cumi-cumi
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama. Misalnya:
• surat kabar → surat-surat kabar
• kapal barang → kapal-kapal barang
• rak buku → rak-rak buku
• kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
catatan : bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga, dokumen,
dll.), bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan
bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya :
• Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
• Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.
12
Pemajemukan
Kata Majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang pada akhirnya
memiliki makna baru.Bentuk kata ini akan dengan mudah teman-teman temukan
dalam pelajaran Bahasa Indonesia selain kalimat majemuk kalimat majemuk.
Namun, teman-teman harus jeli untuk membedakannya dengan frasa sebab
keduanya berbeda jenis. Dalam kasus penggabungan kata dengan bentuk frasa,
teman-teman akan menyadari bahwa kata yang satu merupakan inti, sedangkan
kata yang lain menjelaskan ataupun menerangkan kata intinya. Tiap morfem
dasar yang membentuknya berkedudukan sama. Tidak ada morfem yang
bersifat menjelaskan atau dijelaskan.
Alhasil, di sini kalian akan menemukan makna baru dari gabungan dua kata
dasar, yang mungkin saja artinya jauh berbeda dengan makna per katanya
13
Ciri-ciri Kata
Majemuk
• Tidak Bisa Disisipi
Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, dapat
dilihat dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya. Umumnya,
sisipannya berupa preposisi atau kata depan. Jika gabungan kata tersebut dapat disisipi,
berarti ia hanyalah bentuk frasa. Namun jika ketika disisipi maka artinya berubah, berarti ia
dapat dikategorikan sebagai kata majemuk.
Contoh: ―kacamataǁ tidak dapat diganti menjadi ―kaca dari mata ǁ ataupun ―kaca pada mata ǁ.
Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad ―sakit di mata ǁ atau ―sakit pada
mataǁ.
Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk kata
majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua
kata pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas
dengan pembubuhan afiks.
Contoh: ―kereta apiǁ tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun,
harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya. Maka,
kereta api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.
14
Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak
dapat menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang
atau berubah total
Contoh: ―angkat kakiǁ memiliki makna ‗pergi‘. Namun jika posisi kata-kata dasar yang
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.
• Penulisan
Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar-unsurnya.
Akan tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tiap unsurnya ditulis terpisah dan ada
yang digabung. Jika penulisan tiap unsurnya terpisah, maka bentuknya disebut tidak
senyawa. Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata
majemuk senyawa.
Contoh: Majemuk Senyawa : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita,
segitiga Majemuk Tidak Senyawa: kereta api, rumah sakit, mata kaki, harga diri
15
• Makna
Selain dari segi penulisannya, kita juga dapat membedakannya berdasarkan maknanya.
Berikut ini pengklasifikasian berdasarkan maknanya:
1. Idiom
Sebuah kata majemuk dapat digolongkan menjadi idiom apabila tidak ada lagi makna salah
satu kata dasar yang mengarah pada makna baru kata tersebut. Hemat kata, yang berupa
idiom adalah kata bermakna baru yang artinya melenceng dari makna kata-kata dasar yang
membentuknya.
Contoh: harga diri dan matahari
2. Semi-idiom
Pada jenis yang satu ini, kita masih bisa menemukan makna asli dari satu kata dasar yang
membentuknya. Namun, makna tersebut mengalami pergeseran sehingga artinya agak
berubah.
Contoh kata majemuk: rumah sakit dan buku tulis
16
Terima kasih!