Anda di halaman 1dari 41

KATA DAN MAKNA

BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
1. Amie Syakhirul Arim 201491015
2. Laksamana Ardhivana 201491017
3. Agustino Duwi Stiawan 201491020

PRODI SENI RUPA MURNI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
I. KATA...............................................................................................................3
1.1 Pengertian..................................................................................................3
1.2 Bentuk Kata...............................................................................................4
1.3 Kesamaan Bentuk, Fungsi dan Makna....................................................19
2. MAKNA.........................................................................................................28
2.1 PENGERTIAN MAKNA.............................................................................28
2.2 Relasi Makna................................................................................................28
2.3 Jenis Makna..................................................................................................31
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

2
KATA DAN MAKNA BAHASA INDONESIA

I. KATA
1.1 Pengertian
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan
sepertisubjek, predikat, objek, dan keterangan.
Secara etimologi kata berasal dari bahasa Melayu yakni
“Ngapak Katha”, selain itu juga dari bahasa Sansekerta “katha”. Secara
etimologi tersebut kata memiliki arti sebagai konversi, bahasa, cerita,
maupun dongeng. Selain secara etimologi, kata juga memiliki definisi
umum sebagai unit dari suatu bahasa yang memiliki arti tertentu. Kata
bergantung pada bahasa yang digunakan, sehingga suatu bahasa
menggunakan suatu kata diartikan sebagai barang maka pada bahasa
yang berbeda kata tersebut bisa diartikan kegiatan.
Kata atau ayat adalah unit bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya terdiri dari akar kata
tanpa atau dengan beberapa afiks. Kata dikombinasikan untuk
membentuk frase, klausa, atau kalimat.
a. . Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997)
memberikan beberapa definisi dari kata:
 Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau
tertulis dan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam bahasa
 Percakapan, bahasa
 Morfem atau kombinasi morfem yang dapat diucapkan
sebagai bentuk bebas
 Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari
morfem tunggal (misalnya kata) atau beberapa morfem
gabungan (misalnya kata)
KBBI definisi pertama bisa diartikan sebagai leksem yang
bisa menjadi isi kamus atau entri. Kemudian definisi kedua
mirip dengan katha satu pengertian yang sebenarnya dalam
bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat
dapat diartikan sebagai kombinasi morfem atau morfem.

3
b. Crystal (1980:383-385)
Kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan
intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan
maupun tulisan.
c. Muib Ba’dulu dan Herman, 2010:4
Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau
gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep.

d. Chaer, 2008: 63
Kata merupakan bentuk yang mempunyai susunan fonologi
yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai
kemungkinan mobilitas dalam kalimat.

1.2 Bentuk Kata


Berdasarkan bentuknya, kata dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. Kata Dasar
Kata dasar merupakan dasar pembentukan kata yang
bisa menjadi kata turunan maupun kata berimbuhan.Selain
itu juga kata dasar bisa diartikan sebagai unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
Kata dasar juga menjadi sebuah kata awalan yang
belum ditambahkan imbuhan untuk sebuah bahasa. Namun
kata dasar juga bisa menambahkan kata lain tanpa
menambahkan sebuah imbuhan. Kemudian kata dasar juga
bisa dibilang sebuah kata yang paling sederhana yang
belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan
sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks).
Sehingga penting mengetahui apa itu kata dasar dan
bagaimana cara menggunakannya.
ciri-ciri dalam kata dasar sendiri harus kalian
ketahui agar kalian paham apakah kalimat yang kalian buat
terdiri dari kata dasar. Berikut ini beberapa ciri-ciri kata
dasar tersebut:
 Pertama, kata dasar merupakan satuan terkecil
dalam bahasa yang mempunyai arti.
 Kemudian yang kedua, kata dasar dapat dibagi
menjadi kelompok dalam bentuk asal atau
tunggal serta bentuk dasar atau kompleks.
 Selanjutnya kata dasar merupakan pembentukan
kata berimbuhan atau kata turunan.

4
 Kata dasar yang mendapat tambahan atau
imbuhan mengakibatkan terjadinya perbedaan
makna.
 Dan yang terakhir, gabungan kata dasar dapat
membentuk kalimat tanpa membutuhkan adanya
imbuhan.
Kata dasar selain dapat digunakan sebagai dasar bagi
bentukan kata lain yang lebih luas, dapat pula digunakan
tanpa ditambah dengan imbuhan apapun. Kalimat berikut,
misalnya, dibentuk dengan menggunakan kata dasar
seluruhnya.
“Nanti siang Udin pergi ke kampus.”
Kalimat tersebut terdiri dari tujuh kata dasar yaitu, nanti,
siang, Udin, pergi, ke dan kampus.
Ketujuh kata yang membe ntuk kalimat diatas
seluruhnya berupa kata dasar. Kata-kata seperti itu dan
beberapa kata lain yang tergolong sebagai kata dasar sudah
diketahui dan sudah tersimpan di dalam memori para
pengguna Bahasa.
b. Kata Imbuhan
Kata imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan
pada sebuah kata dasar, baik di awal, di akhir, di tengah
atau gabungan di antara ketiganya untuk membentuk kata
baru, sehingga berhubungan dengan kata pertama.
Imbuhan berfungsi mengubah kata dasar menjadi
kata benda, kata sifat hingga kata kerja. Misalnya, kata
dasar “batu” bisa menjadi kata sifat bila mendapatkan
imbuhan mem- atau “membatu”.Berikut fungsi kata
imbuhan :
 Membentuk kata benda
Kata benda adalah kata yang
mengaku pada benda, manusia, binatang
dan konsep. Kata benda ini sangat penting
dalam sebuah kalimat, karena digunakan
sebagai subjek.
Adapun ciri-ciri kata benda,
biasanya berfungsi sebagai subjek, obejk
dan pelengkap bila predikatnya kata kerja,
diikuti kata sifat dan tidak bisa diingkatkan
dengan kata tidak.

5
Kata imbuhan yang biasanya
dibutuhkan untuk mengubah kata dasar
menjadi kata benda, seperti pen-, pe-, per-,
ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas, pen-an, pe-an,
per-an, dan ke-an. Misalnya, perkantoran
(per-an) dan wartawan (-wan). Contoh kata
benda dalam sebuah kalimat, seperti:
 Makanan yang dimasak itu
untuk korban gempa.
 Pria tampan itu
seorang pelukis terkenal di
Indonesia.
 Andi membawa banyak
makanan
untuk perbekalan selama
perjalanan.

 Membentuk kata kerja


Kata kerja adalah kata yang
digunakan untuk menjelaskan suatu
perbuatan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang. Kata kerja memiliki ciri-
ciri, meliputi fungsi Utama sebagai
predikat, bermakna sebagai proses atau
keadaan, bermakna sebagai keadaan dan
tidak bisa digabungkan dengan adverbial.
Imbuhan yang biasanya digunakan
untuk membentuk kata kerja, seperti me-,
mem-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan, dan
di-i. Misalnya, menari, berkuda atau
bernyanyi.Contoh kata kerja dalam sebuah
kalimat, seperti:
 Ibu membakar sampah di
belakang rumah.
 Budi memukul Anton
dengan sangat keras.
 Pak Raden berlari setiap
pagi.

 Membentuk kata sifat


Kata sifat atau adjektiva adalah kata
yang digunakan untuk mengubah kata
benda atau kata ganti sehingga

6
membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata
sifat ini bisa menjelaskan tentang kuantitas,
kecukupan, urutan, kualitas dan
menekankan suatu kata.
Kata sifat memiliki ciri-ciri yang
bisa mempermudah pemahaman, seperti
bisa ditambahkan dengan kata keterangan
pembanding, kata keterangan penguat, bisa
diulang dan bisa diingkari dengan kata
tidak.
Imbuhan yang biasanya digunakan
untuk membentuk kata sifat, meliputi –i, -
wi,-iah, ter-, -er, -al, -ik, dan –is. Misalnya,
agamis, manusiawi, duniawi atau
ilmiah.Contoh kata sifat dalam sebuah
kalimat, seperti:

Anton adalah orang yang
sangat
tidak manusiawi dengan
pembantunya.
 Citra merupakan
murid terpandai di kelasnya.
 Aderai adalah
petinju terkuat di antara
rekan-rekannya.
 Membentuk kata bilangan
Kata bilangan adalah kata yang
digunakan untuk menghitung jumlah wujud
(orang, binatang atau barang), urutan dalam
suatu rangkaian angka. Posisi kata bilangan
biasanya sebelum kata benda untuk
memberikan keterangan yang berhubungan
dengan jumlah.
Jenis-jenis kata bilangan meliputi
kolektif, distributif, klitika, tak tentu,
ukuran, tingkat dan pecahan. Kata bilangan
ini juga sering disalahartikan sebagai kata
keterangan atau kata sifat karena fungsinya
yang hampir sama dalam sebuah kalimat.
Padahal kata bilangan cukup
spesifik menggunakan satuan jumlah atau
angka. Sedangkan imbuhan yang biasa
digunakan untuk membentuk kata bilangan,

7
seperti se-, ke, ber- dan masih banyak
macamnya. Misalnya, ketiga, sepuluh,
berlima, kedua dan lainnya.Contoh kata
bilangan dalam sebuah kalimat, seperti:

Sepuluh peserta dalam
penelitian kecil ini dipantau
selama enam bulan.
 Tahun ini, anak pertama saya
akan ulang tahun kedua.
 Ketiga anak Ibu Santoso
kuliah di luar negeri.
 Membentuk Kata Keterangan
Kata keterangan adalah kata yang
digunakan untuk memberikan keterangan
dalam suatu kalimat, baik keterangan tempat,
waktu, alat, sebab akibat dan lainnya.
Kata keterangan ini berfungsi
memberi penjelasan mengenai kata
sebelum atau sesudahnya dalam satu
kalimat. Tapi, perlu diingat kalau kata
keterangan ini berisi satu kata, bukanlah
bentuk frasa maupun klausa.
Imbuhan yang biasanya digunakan
untuk membentuk kata keterangan,
meliputi di, se-nya ; -nya ; -an. Misalnya,
sepertinya, habis-habisan, seindah-
indahnya dan lainnya. Contoh kata
keterangan dalam suatu kalimat, seperti:
 Faisal menjadi juara pertama
lomba lari di sekolah.
 Raisa membeli baju baru
untuk lebaran kemarin.
 Ibu Naufal akan sangat
bangga seandainya anaknya
menang lomba matematika.
Selain fungsi, imbuhan juga memiliki beberapa
jenis yaitu :
 Imbuhan Berdasarkan Posisinya
Kata imbuhan berdasarkan
posisinya ini terbagi menjadi empat, antara
lain prefiks (awalan), sufiks (akhiran),
infiks (sisipan) dan konfiks (gabungan
awalan dan akhiran). Setiap posisi kata

8
imbuhan ini akan memberikan makna yang
berbeda.
 Prefiks (Awalan)
Prefiks adalah jenis imbuhan
yang letaknya di awal kata dasar,
seperti meng-, ter-, ber-, ke-, per-,
peng-, meng-, memper- dan lainnya.
Contoh imbuhan awalan, meliputi
beranak, pengerat, melamar,
tertutup, dibaca, serumah dan
lainnya.

 Sufiks (Akhiran)
Sufiks adalah jenis imbuhan
yang letaknya di akhir kata dasar,
seperti -an, -kan, -nya dan -i.
Contoh imbuhan akhiran, meliputi
timbangan, panaskan, beresi,
bajunya, lamaran dan lainnya.

 Infiks (Sisipan)
Infiks adalah imbuhan yang
letaknya disisipkan di tengah kata
dasar, seperti -em-, -el-, -in-, -er-
dan -eh-. Contoh imbuhan sisipan,
meliputi melaju, temali, seruling
dan lainnya.

 Konfiks (Gabungan awalan dan


akhiran)
Konfiks adalah imbuhan
yang terletak di awal dan akhir kata
dasar dan biasanya juga disebut
simulfiks, seperti ke-an, per-an, ber-
an, di-i, di-kan, peng-an, ke-an,
memper-i, memper-kan, me-kan.
Contoh imbuhan konfiks, meliputi
ketakutan, perkotaan, seandainya,
berduaan, dan lainnya.

 Imbuhan Berdasarkan Penggunanya


Kata imbuhan berdasarkan
frekuensi penggunaannya terbagi menjadi
dua, yakni imbuhan produktif dan imbuhan
tak produktif. Imbuhan produktif adalah
imbuhan yang mempunyai frekuensi

9
penggunaan tinggi, seperti se-, ber-, meng-,
peng-, per-, dan lainnya. Sedangkan,
imbuhan tak produktif adalah sebuah
imbuhan yang mempunyai frekuensi
penggunaan rendah, seperti -em, -el, -wati,
-is, -er, dan lainnya.

 Imbuhan Untuk Serapan Bahasa Asing


Imbuhan juga ada yang merupakan
serapan dari Bahasa asing, seperti -I, -man, -
wan, -wati, -iyah, -is, -sasi dan -isme.
Imbuhan tersebut di antaranya sebagai
berikut:
 Imbuhan Bahasa Arab
Imbuhan Bahasa Arab
fungsinya sebagai pembentuk
atau penanda kata sifat, seperti -
ah dan -i. Contohnya, manusiawi,
alamiah, alami dan seterusnya.
 Imbuhan Bahasa Sanskerta
Imbuhan Bahasa Sanskerta
fungsinya sebagai pembentuk
kata benda, seperti -man, -wan
dan -wati. Contohnya, budiman,
wartawan, pragawati dan
seterusnya.
 Imbuhan Bahasa Inggris
Imbuhan Bahasa Inggris
fungsinya sebagai pembentuk
kata sifat, seperti -an, -en, -is, -if
dan -al. Contohnya, imigran,
presiden, egois, deskriptif, formal
dan lainnya.

c. Kata Ulang
Kata ulang merupakan hasil dari suatu proses,
yaitu reduplikasi. Reduplikasi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses atau perulangan
kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu,
bolak-balik, dan sebagainya, sedangkan kata ulang adalah
kata yang terjadi sebagai hasil dari reduplikasi.
Menurut Rohmadi, dkk (2013:83) reduplikasi
adalah perulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Bentuk

10
baru sebagai hasil perulangan bentuk dasar tersebut lazim
disebut dengan kata ulang.
Kata ulang memiliki 2 macam bentuk yaitu :
 Kata ulang berdasarkan bentuk
Berdasarkan cara mengulang bentuk
dasarnya, kata ini menurut Rohmadi, dkk
(2013:86-94) dikelompokkan menjadi
empat golongan. Enam golongan yaitu,
seperti berikut
 Dwilingga (Utuh)
Bentuk pengulangan atas
seluruh bentuk dasar tanpa
variasi fonem dan afiksasi
disebut dengan dwilingga.
Contoh:
Ibu menjadi ibu-ibu
Tontonan menjadi tonton
an-tontonan
 Dwipurwa (Sebagian)
Perulangan sebagian
ialah perulangan atas
sebagian dari bentuk dasar
suatu kata. Dalam hal ini,
bentuk dasar tidak diulang
seluruhnya, melainkan hanya
diulang sebagian saja.
Contoh:
o Pengulangan
sebagian dengan kata
dasar bentuk tunggal.
L
ak
i
m
en
ja
di
le
la
ki
,
bu
ka
n

11
la
ki
-
la
ki
T
a
m
u
m
en
ja
di
te
ta
m
u,
bu
ka
n
ta
m
u-
ta
m
u

o Pengulangan
sebagian dengan kata
dasar bentuk
kompleks.

B
er
la
ri
m
en
ja
di
be
rl
ar
i-

12
la
ri
D
it
us
uk
m
en
ja
di
di
tu
su
k-
tu
su
k
M
akana
n menj
adi ma
kan-
makan
an

 Afiksasi (Berimbuhan)
Perulangan dengan
berimbuhan bukan
merupakan dua proses
berurutan, melainkan proses
yang terjadi sekaligus antara
perulangan dan pembubuhan
imbuhan (afiksasi). Proses
perulangan tersebut terjadi
bersama-sama dengan proses
afiksasi dan bersama-sama
pula mendukung satu fungsi.
Contoh:

13
Kata
dasar motor me
njadi motor
motor;perulang
an dari bentuk
motor yang
berarti lebih
dari satu, fungsi
semantiknya
terlihat pada
bentuk motor
yang berarti
tunggal
dan motor
motor merupak
an bentuk
jamak.
o Kata
dasar motor menjadi mo
tor-motoran; perulanga
n dan imbuhan -
an terbentuk bersama-
sama. Proses
terbentuknya adalah
dari motor langsung
menjadi motor-motor dit
ambah -an. Nosi motor-
motoran ialah
menyerupai atau seperti.
Dengan demikian,
nosi motor-motor tidak
ada hubungannya
dengan nosi motor-
motor.
o Orang-orangan, kata
dasar orang, bukan
dari orang-orang + -an
o Kuda-kudaan, kata
dasar kuda, bukan
dari kuda-kuda + -an
 Variasi Morfem (Berubah
Bunyi)
Perulangan dengan
variasi fonem atau
perulangan dengan
perubahan bunyi adalah

14
perulangan yang terjadi
dengan cara mengulang
bentuk dasar disertai dengan
perubahan bunyi pada salah
satu suku. Contoh:

o Perulangan dengan
variasi vocal
Serba-serbi
Gerak-gerik
o Perulangan dengan
variasi konsumen
Lauk-pauk
Sayur-mayur
Ramah-tamah

 Kata Ulang Semu


Kata ulang adalah
bentuk perulangan kata dasar
yang merupakan bentuk
linguistik. Ada beberapa
bentuk yang tidak jelas
makna bentuk dasarnya.
Dengan demikian, bentuk
ulang jenis ini tidak
memiliki bentuk dasar
sebagai bentuk linguistik.
Bentuknya menyerupai,
tetapi tidak memenuhi syarat
ciri-ciri kata ulang. Sebagian
para ahli menyebut dengan
kata ulang semu. Contoh:
o Gara-gara (gara)
kunang-kunang
(kunang)
o Cumi-cumi
(cumi) pura-pura
(pura)
o Biri-biri (biri)
laba-laba (laba)

15
o Ubur-ubur (ubur)
onde-onde (onde)
o Sia-sia (sia) ani-
ani (ani)
Kenyataan
menunjukkan bahwa bentuk
di atas merupakan bentuk
ulang dari suatu bentuk dasar
seperti yang terlihat pada
bentuk dalam kurung.
Namun, terlihat juga bahwa
bentuk dasar seperti yang
ada dalam kurung itu tidak
dapat (tidak pernah) berdiri
sendiri dan tidak pernah ada
dalam pemakaian bahasa
Indonesia lainnya selain
hanya pada bentuk
perulangan seperti di atas.
 Kata Ulang Unik
Yaitu salah satu unsurnya
bukan merupakan bentuk
linguistik. Contoh:
o Simpang →
Simpang-siur
o Gelap → Gelap-
gulita
Bentuk siur dalam si
mpang-siur pada contoh di
atas, merupakan bentuk unik
atau unsur unik. Karena
bentuk simpang-siur
menyerupai bentuk ulang
dengan variasi fonem, maka
sering dikelompokkan
sebagai kata ulang yang
sebenarnya mengandung
unsur unik. Begitu halnya
dengan gelap-gulita, dan
bentuk-bentuk lain yang
serupa.
d. Kata Majemuk

16
Kata majemuk, atau sering juga disebut sebagai
‘kompositum’, adalah penggabungan dua kata atau lebih
yang membentuk makna baru. Masing-masing kata yang
membentuk sebuah kata majemuk dapat berdiri sendiri dan
memiliki maknanya sendiri. Namun, ketika membentuk
sebuah kompositum, gabungan kata tersebut mendapat
makna baru yang berbeda dari pembentuknya.
Kata majemuk dan frasa adalah dua entitas yang
berbeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
tidak membentuk suatu makna baru. ‘Rumah sakit’ adalah
sebuah kata majemuk, sedangkan ‘rumah mewah’ adalah
sebuah frasa.
Sementara itu, idiom adalah gabungan kata yang
pada dasarnya tidak bersifat logis dan dapat digambarkan
sebagai sebuah kiasan untuk menambah keindahan dalam
bertutur kata. Idiom bisa juga digunakan untuk
menyampaikan sesuatu secara tidak langsung kepada lawan
bicara, seperti idiom ‘hotel prodeo’ yang berarti penjara
atau rumah tahanan. Pada dasarnya, idiom adalah salah
satu contoh kata majemuk.
Ciri-ciri Kata Majemuk untuk membedakan kata
majemuk dengan gabungan kata lain seperti frasa atau
idiom, terdapat ciri-ciri yang dapat diperhatikan.
 Tidak Dapat Disisipi
Ini merupakan ciri utama dari
sebuah kata majemuk. Berbeda dengan frasa
yang dapat disisipi oleh kata hubung atau
kata lainnya untuk mempertegas makna,
antara dua unsur kata majemuk tidak dapat
disisipi kata apa pun.
Bandingkan ‘rumah mewah’ dengan
‘rumah sakit’. ‘Rumah mewah’ adalah
sebuah frasa karena di antara kedua kata
penyusunnya dapat disisipkan kata ‘yang’
dan tidak mengubah maknanya secara
keseluruhan. ‘Rumah sakit’ adalah kata
majemuk karena di antara komponennya
tidak dapat disisipkan apa pun
 Tidak Dapat Diperluas
Sebuah kompositum tidak dapat
diperluas menggunakan imbuhan pada salah
satu komponennya saja,kecuali jika

17
diaplikasikan kepada
keseluruhan kompositum tersebut.
Sebagai contoh, kata
majemuk ‘tanggung jawab’ tidak bisa
dibentuk menjadi ‘pertanggungan jawab’
atau ‘tanggung perjawaban’, tetapi bisa
dibentuk menjadi ‘pertanggungjawaban’.
Begitu pun jika diberikan satu
imbuhan berupa awalan atau akhiran saja.
Prefiks hanya dapat diimbuhkan pada kata
pertama, sedangkan sufiks hanya dapat
diimbuhkan pada kata terakhir. Sebagai
contoh, ‘tanggung jawab’ dapat diberi
awalan ‘pe-‘ menjadi ‘penanggung jawab’,
bukan ‘tanggung penjawab’, dan jika diberi
akhiran ‘-nya’ menjadi ‘tanggung
jawabnya’, bukan ‘tanggungnya jawab’.
 Tidak Dapat Ditukar
Posisi dua kata dasar pembentuk
sebuah kompositum tidak dapt ditukar atau
dibalik tanpa mengubah atau malah
menghilangkan maknanya. Kata ‘kacamata’
yang bermakna alat bantu penglihatan, jika
dibalik menjadi ‘mata kaca’, maknanya
berubah menjadi ‘mata yang terbuat dari
kaca’. Kata ‘buah bibir’ yang berarti ‘bahan
pembicaraan’ tidak dapat ditukar posisinya
menjadi ‘bibir buah’ yang tidak bermakna.
Kata majemuk dapat diklasifikasikan berdasarkan
kedudukan dari komponen kata dasar yang membentuknya.
Sistem klasifikasi ini digunakan juga dalam membagi frasa
ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
 Endosentris Atributif
Kompositum endosentris atributif
adalah kelompok kata majemuk yang
konstruksi komponen penyusunnya satu kata
inti dan komponen lainnya bertindak sebagai
pembatas. Idiom dan metafora termasuk ke
dalam jenis kompositum ini, bersama
dengan kata-kata seperti ‘rumah makan’,
‘balairung’, dan ‘mahasiswa’.
 Endosentris Koordinatif

18
Sebuah kata
majemuk dikelompokkan ke dalam jenis
endosentris koordinatif apabila komponen-
komponen pembentuknya memiliki
kedudukan yang setara. Yang termasuk
contoh kata majemuk endosentris
koordinatif adalah ‘pecah belah’, ‘asyik
masyuk’, ‘senda gurau’, dan ‘canda tawa’.
 Eksosentris
Kompositum eksosentris terjadi
apabila komponen penyusunnya bukan
merupakan subkelas atau hiponim dari
komponen yang lain. Kata dasar
penyusunnya pun dapat berasal dari dua
kelas kata yang berbeda. Kata
majemuk yang termasuk ke dalam kelompok
eksosentris adalah ‘kapal terbang’, ‘sapu
tangan’, ‘orang tua’, ‘keras kepala’,
‘tridharma’, ‘pulang pergi’, dan ‘cerdik
pandai’.
1.3 Kesamaan Bentuk, Fungsi dan Makna
Berdasarkan kesamaan bentuk, fungsi dan makna dalam tata
kalimat bahasa Indonesia,kata dapat dikelompokkan menjadi sepuluh
macam, yaitu
a) nomina/kata benda
Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu
yang dibendakan,dan menurut wujudnya dapat dibedakan
menjadi :
 Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda
yang dapat ditangkap oleh pancaindera, misalnya
rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah.
 Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang
tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, misalnya
keagungan, kehinaan, kebesaran,
kekuatan,kemanusiaan, pencucian, pencurian.

Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau
diperluas dengan menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata
sifat dibelakang kata tersebut. Misalnya : rumah yang besar, batu yang
keras.

19
Nominalisasi dalam bahasa Indonesia terjadi ketika jenis
kata lain misalnya dari kata kerja atau kata sifat diubah
menjadi kata benda. Perhatikan contoh di bawah:
Membaca (KK) --------------------------------------
Pembaca, bacaan
Bekerja (KK) --------------------------------------
Pekerja, Pekerjaan
Belajar (KK) --------------------------------------
Pelajaran, Pelajar
Melukis (KK) --------------------------------------
Pelukis, Lukisan
Dalam kalimat, pada umumnya kata benda menduduki
fungsi sebagai subjek atau objek. Contoh:
Mahasiswa ISI Solo menggambar pemandangan
(Subjek)
(Objek)
Anak seni rupa sedang membuat patung
(Subjek) (Objek)

b) verba/kata kerja,
Verba atau kata kerja merupakan kata-kata yang
menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak,
keadaan atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi
sebagai predikat dalam kalimat.

Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut


dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan +
kata benda.Misalnya: berjalan dengan cepat, berbicara dengan dosen.

Verbalisasi atau proses perubahan dari jenis kata nonverbal


(kata benda, kata sifat ) menjadi kata kerja. Contoh :
Laut (KB) -------------------------------------- Melaut
(KK)
Darat (KB) -------------------------------------- Mendarat
(KK)

20
Besar (KB) -------------------------------------- Membesar
(KK)
Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, yaitu sebagai
predikat, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Kata kerja penuh, yaitu kata kerja yang langsung
berfungsi sebagai predikat tanpa bantuan kata-kata
lain.
 Kata kerja bantu, yaitu suatu kata yang memiliki
fungsi khusus kata kerja utama. Ada tiga jenis kata
kerja bantu, yaitu
o kata kerja bantu yang menyatakan
keharusan: harus, mesti, perlu. Contoh
dalam kalimat : Saya harus belajar sekarang.
Ayah perlu menghubungi pimpinannya.
o kata kerja bantu yang menyatakan
kemampuan: sanggup, mampu, boleh, bisa
dan dapat , yang posisinya sebelum kata
kerja utama. Contoh dalam kalimat:
Mahasiswa boleh pulang sesudah
menyelesaikan tugas itu. Ia sanggup
menghubingi polisi
o kata kerja bantu yang menyatakan
keinginan: ingin, hendak, mau dan suka
yang dapat langsung diikuti dengan kata
kerja penuh, kata benda atau kata sifat.
Misalnya : Ayah ingin membeli sebuah
rumah. Ibu hendak pergi ke Jakarta.
Kakak ingin kurus agar kelihatan lebih
menarik
c) Adjectiva/kata sifat
Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali
serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan gabung
se-nya disebut kata sifat, contoh : indah (indah sekali,
seindah-indahnya). Pada tingkat frase, letak kata sifat adalah
di belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah
besar, pemandangan indah, meja kecil.
Secara umum, adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat,
keadaan, watak seseorang, binatang atau benda. Dalam sebuah
kalimat, adjektiva berfungsi sebagai penjelas subjek, predikat
dan ojek.

Ciri-ciri kata sifat: (1) dapat diberi keterangan pembanding lebih,


kurang, dan paling, (2) dapat diberi keterangan penguat, seperti sangat,
amat, benar, dan sekali, (3) umumnya dapat diingkari dengan kata ingkar
tidak. 21
 Kata sifat dapat digolongkan menjadi kata sifat
yang menyatakan :
Keadaan/situasi : aman, kacau, tenang, gawat,
bersih, indah, panas, dingin
 Ukuran : berat, ringan, tinggi, pendek, tebal, tipis,
luas, sempi
 Warna : merah, kuning, hijau, hitam, putih, jingga,
putih, biru
 Waktu : lama, segera, jarang, cepat, sering, lambat,
singkat, sebentar
 Jarak : jauh, dekat, rapat, renggang, lebat
 Sikap batin : bahagia, bangga, benci, gembira, jahat,
rindu, saying, sedih,takut
 Indra/ceran : berhubungan dengan aktivitas indra
manusia
o Penglihatan : cerah, gelap, terang, suram
o Pendengaran : bising, ramai, merdu, nyaring,
jelas
o Penciuman : busuk, harum, sedap, wangi,
anyir
o Perabaan : halus, kasar, keras, lembut, tajam,
licin
o Pencitarasaan : asam, enak, lezat, manis,
pahit, pedas
d) Adverbia / Kata Keterangan.
Adverbia (kata keterangan) adalah kata yang menerangkan
predikat (verba) suatu kalimat. Ada beberapa jenis adverbia
(kata keterangan) dalam bahasa Indonesia, yaitu :
 Adverbial kuantitatif: menggambarkan makna yang
berhubungan dengan jumlah. Misalnya: banyak,s
edikit, cukup, dan kira-kira.
 Adverbial limitative: menggambarkan makna yang
berhubungan dengan pembatasan. Misalnya: hanya,
saja, dan sekedar.
 Adverbial frekuentif: menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat keseringan terjadinya
sesuatu. Misalnya: selalu, sering, jarang, dan
kadang-kadang

22
 Adverbial kewaktuan: menggambarkan makna yang
berhubungan dengan waktu terjadinya suatu
peristiwa. Misalnya: baru dan segera.
 Adverbial kontrastif: menggambarkan pertentangan
makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya.
Misalnya: bahkan, malahan, dan justru.
 Adverbial keniscayaan: menggambarkan makna
yang berhubungan dengan kepastian terjadinya
suatu peristiwa. Misalnya: pasti dan tentu.
e) Pronomina / Kata Ganti
Kata ganti (pronominal) adalah kata yang dipakai untuk
mengacu kepada nomina lain dalam struktur kalimat. Ada tiga
macam pronominal dalam Bahasa Indonesia, yaitu
 Pronominal persona
Pronominal pesona adalah pronominal yang dipakai
untuk mengacu pada orang. Pronominal pesona dapat
mengacu pada diri sendiri(pronominal pesona
pertama), mengacu pada orang yang diajak
bicara(pronominal persona kedua), atau mengacu pada
orang yang diajak bicara (pronominal persona ketiga).
Selanjutnya, pronominal dapat mengacu pada jumlah
satu (pronominal tunggal) atau jumlah yang banyak
(pronominal jamak). Berikut ini deskripsi pronominal
persona dalam bahasa Indonesia.

Persona Makna
Jamak
Tunggal Netral Eklusif Inklusif
Pertama Saya, Kami Kita
aku, aku,
ku-, -ku

Kedua Engkau, Kalian,


kamu, kamu,
Anda, se-
dikau, kalian,
kau-, -mu anda
se-
kalian

Ketiga Ia, dia, Mereka


beliau, -
nya

23
 Pronominal penunjuk
Pronominal penunjuk adalah pronominal yang
menyatakan atau mengacu pada nomina lainnya dalam
kalimat. Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam
pronominall penunjuk,
yaitu penunjuk umum dan penunjuk tempat.
Pronominal penunjuk umum adalah kata ini dan itu.
Kata ini mengacu pada acuan yang dekat dengan
penulis/pembicara, pada masa yang akan datang, atau
pada informasi yang akan disampaikan. Kata itu
dipakai untuk menunjuk sesuatu yang agak jauh dari
pembicara/penulis, pada masa lampau, atau pada
informasi yang sudah disebutkan. Sebagai pronominal,
kata ini dan itu ditempatkan sesudah noma yang
disebutkan. Contoh :

Rumah ini --------------------------- Rumah itu.


Mereka ini --------------------------- Mereka ini

 Pronominal penanya.
Pronominal penanya adalah pronominal yang
dipakai sebagai pertanyaan. Dari segi maknanya, yang
ditanyakan dapat berkaitan dengan orang, barang atau
pilihan. Berikut ini adalah kata penanya dalam bahasa
Indonesia
o Siapa : dipakai untuk menanyakan orang atau
nama
o Apa : dipakai untuk menanyakan barang
o Mana : dipakai untuk menanyakan pilihan
tentang barang atau
orang
o Mengapa, kenapa : dipakai untuk menanyakan
sebab
o Kapan : dipakai untuk menanyakan waktu
o Dimana, kemana, dari mana: dipakai untuk
menanyakan tempat.
o Bagaimana : dipakai untuk menanyakan cara
 Berapa : dipakai untuk menanyakan
jumlah atau urutan
f) Numeralia / Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya sesuatu hal yang kongkret (orang, binatang, atau

24
barang) dan konsep. Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam
numeralia, yaitu numeralia pokok dan numeralia tingkat.
Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan
“Berapa?”, sedangkan numeralia tingkat merupakan jawaban
dari pertanyaan “Yang keberapa?” Berikut ini jenis numeralia
pokok dalam bahasa Indonesia :
 Numeralia pokok tentu : satu, dua, sebelas, seratus,
seribu
 Numeralia pokok taktentu : beberapa, semua, seluruh,
segala, banyak
 Numeralia kolektif : bertiga, tiga serangkai, dua sejoli
 Numeraalia ukuran : lusin, kodi, meter, liter, gram
 Numeralia klitika : eka-, dwi-, tri-, catur-, panca-,
sapta-, das
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia
tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke-
di depan bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilang
satu juga dipakai istilah pertama. Contoh: kesatu (pertama),
kedua, kelima, kesepuluh, dan seterusnya. Numeralia tingkat
penulisannya diletakkan di belakang nomina yang
diterangkan. Contoh: pemain ketiga, anak kelima, juara
pertama, masalah kedua
Numeralia pokok juga dapat diubah menjadi numeralia
pecahan. Cara membentuk numeralia pecahan yaitu dengan
memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan penyebut.
Dalam bentuk angka, cipakai garis pemisah kedua bilangan.
Contoh:
1
----------------------- Seperdua, setengah,
2
5
----------------------- lima seperdelapan.
8
g) Konjungsi/kata sambung
Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata
dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau
kalimat dengan kalimat. Berikut ini deskripsi kata hubung dan
contohnya.
 Konjungtor koordinatif : dan, serta, tetapi, atau,
sedangkan, melainkan

25
 Konjungtor korelatif : baik…maupun; tidak
hanya…tetapi juga;
demikian…sehingga; sedemikian rupa…sehingga
 Konjungtor subordinatif : sejak, semenjak, sedari,
jika, bila agar, seakan-akan,
sebab, sehingga, dengan, bahwa
 Konjungtor antar kalimat : biarpun demikian,
sekalipun demikian, sungguhpun
demikian, sebaliknya, tetapi, sebelum itu,
selanjutnya
h) Preposisi/kata depan
Preposisi atau kata depan adalah kata yang selalu berada di
depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Kata depan
menunjukkan berbagai hubungan makna antara kata sebelum
dan sesudah preposisi. Berikut ini deskripsi preposisi dan
contohnya.
 Preposisi berupa kata dasar : akan, bagi, demi,
dengan, kecuali, pada, oleh, untuk
 Preposisi berupa kata beerafiks : bersama,
menjelang, menurut, menuju, terhadap
 Preposisi yang berdampingan: daripada, oleh
karena, sampai ke, sampai dengan
selain itu
 Preposisi berkorelasi : antara … dan …; dari … ke
…; dari … sampai…; dari …sampai dengan …;
sejak … sampai …
 Preposisi dan nomina lokatif : di atas meja, ke
dalam rumah, dari sekitar kampus
i) Interjeksi / Kata Seru
Kata seru (interjeksi) adalah kata tugas yang
mengungkapkan rasa hari pembicara. Untuk memperkuat
ungkapan rasa hari seperti kagum, sedih, dan heran, orang
mamakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung
makna pokok tersebut. Disamping interjeksi asli, dalam
bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bahasa
asing. Berikut ini jenis-jenis interjeksi dan contohnya.
 Interjeksi kekesalan : sialan, busyet, keparat
 Interjeksi kekaguman : aduhai, asyik, amboi
 Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulilah
 Interjeksi harapan : insya Allah, semoga
 Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, eh
 Interjeksi kekagetan : astaga, masyaallah

26
 Interjeksi ajakan : ayo, mari
 Interjeksi panggilan : hai, he, halo
 Interjeksi simpulan : nah
j) Artikula / Kata Sandang
Kata sandang (artikula) adlah kata tugas yang membatasi
makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada tiga jenis
artikula, yaitu
 Artikula yang bersifat gelar
Artikula yang bersifat gela pada umumnya
berkaitan dengan orang atau hal yang dianggap
bermartabat. Contoh:
o Sang : untuk manusia atau benda unik
dengan maksud meninggikan martabat
o Sri : untuk manusia yang memiliki martabat
tinggi dalam keagamaan/kerajaan
o Hang : untuk laki-laki yang sangat dihormati
o Dang : untuk wanita yang sangat dihormat
 Artikula yangmengacu pada makna kelompok
Artikula yang mengacu pada makna
kelompok atau makna kolektif dalam Bahasa
Indonesia yaitu penggunaan kata para. Dalam hal
ini, kata para merupakan kata yang bermakna
jamak, sehingga nomina yang dijelaskan tidak boleh
berbentuk kata ulang. Misalnya, untuk menyatakan
kelompok mahasiswa sebagai kesatuan yang dipakai
adalah para mahasiswa bukan para mahasiswa-
mahasiswa.
 Artikula yang menominalkan.
Artikula yang menominalkan dalam bahasa
Indonesia adalah penggunaaan kata si.Artikula si
yang dapat menominalkan mengacu ke makna
tunggal dan umum (generic)bergantung pada
konteks kalimat. Artikula si dipakai untuk
mengiringi nama orang dan dalam bahasa Indonesia
nonformal digunakan untuk mengiringi pronominal
dia. Berikut contoh pemakaian artikula si dalam
bahasa Indonesia.
o Di depan nama diri pada ragam
nonformal : si Ali, si Topan, si Badu
o Di depan kata untuk
mengkhususkan : si pengirim, si
alamat, si terdakwa

27
o Di depan nomina sebagai panggilan
ejekan : si belang, si dungu, si kumis.

2. MAKNA
2.1 PENGERTIAN MAKNA
Makna adalah denotasi. Kadang – kadang “Makna” itu selaras denga
n “Arti” dan kadang tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti
sesuatu itu, maka makna tersebut disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Ap
abila maknanya tidak selaras dengan “Arti”, maka sesuatu itu disebut memiliki
Makna Kandungan (Implicit Meaning) atau Makna Lazim (Necessary Meanin
g).
Sebagai contoh kata “Sapi”, ia memiliki arti dan makna. “Sap
i” sudah memiliki arti sebelum kata tersebut dimasukan ke dalam k
alimat, tapi ia belum memiliki makna, karena makna hanya akan te
rbentuk apabila kata itu sudah dimasukan kedalam kalimat.
Contoh Makna Laras:Gara memukul sapi.
Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yait
u sapi. Pengertian yang menyeluruh tentang sapi tersebut itulah ya
ng disebut dengan Makna Laras (Explicit Meaning). Ketika Gara m
embeli sapi, tentu yang dibeli adalah
keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna “Sapi” dalam
kalimat tersebut adalah sama dengan arti “Sapi”, sehingga disebut
memiliki Makna Laras
Contoh Makna Kandungan:Gara memukul sapi.
Yang dipukul olehGara adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh
karena itu “Sapi”Dalamkalimat tersebut tidak selaras dengan artiny
a, melainkaananya kandungan arti tersebut.Oleh karena itu “Sapi”
dalam kalimat tersebut memiliki Makna Kandungan.
Contoh Makna Kata Lazim: Gara Menarik sapi.
Kata “Sapi” dalam kalimat tersebut adalah memiliki Makna
Lazim, karenaaketika.Gara menarik sapi, sebenarnya yang dipegan
g adalah talinya. Dia menarik tali itu secara tidak langsung menarik
tubuh sapi. Kendatipun yang gara pegang dan dia tarik secara langs
ung adalah tali kedali sapi dan bukan sapinya secara langsung, teta
pi sudah lazim dikatakan bahwa hal itu disebut menarik sapi. Itulah
mengapa disebut Makna Lazim.

28
2.2 Relasi Makna
Di dalam Bahasa Indonesia, banyak ditemukan suatu kata
yang memiliki hubungan atau relasi semantik dengan kata lain,
seperti kesamaan makna, lawan kata, kegandaan kata,
ketercakupan makna, kelainan makna, dan sebagainya. Di bawah
ini akan dijelaskan macam-macam relasi makna tersebut.
a. Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani
kuno , yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan syn yang
berarti “Dengan”. Maka secara harfiah kata sinonim berarti
“Nama lain untuk benda atau hal yang sama” (Chaer,
1990:85). Sinonim atau bisa disebut kegandan makna dapat
diartikan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna
yang sama atau hampir sama. Dikatakan hampir sama karena
meskipun dua kata tersebut sama, kata tersebut tidak dapat
atau kurag tepat bila menggantikan kata yang lain dalam
sebuah kalimat. Contohnya seperti di bawah ini :
Tikus itu mati diterkam kucing.
Tikus itu meninggal diterkam kucing.
Dalam dua kalimat di atas, kita dapat menemukan dua
kata yang bersinonim, yaitu mati dan meninggal. Namun kata
“Meninggal” pada kalimat kedua tidak dapat menggantikan
kata “Mati” pada kalimat pertama. Hal ini karena kata “Mati”
dapat digunakan pada semua makhluk hidup seperti manusia,
hewan, dan tumbuhan, sedangkan kata “Meninggal” hanya
digunakan pada manusia.
b. Antonim
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno,
yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan anti yang berarti
“Melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain
untuk benda lain pula’(Chaer, 1990:85). Kata antonim atau
sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata
yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan.
Misalnya, hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya.
c. Homonim, homofon, homograf

29
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani
kuno onoma yang berarti “Nama” dan homo yang artinya
“Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai
“Nama sama untuk benda atau hal lain” (Chaer, 1990:85).
Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan
lafal yang sama namun memiliki makna yang berbeda.
Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna, yakni
“Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.

Homofon (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah


dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun
ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya, kata “Bang” dan
“Bank”. Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan)
adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama
namun memiliki lafal dan makna yang berbeda. Misalnya,
“Tahu” (baca “Tahu”) bermakna salah satu produk makanan
yang berasal dari kedelai, sedangkan kata “Tahu” (baca
“Tau”) bermakna mengetahui

d. Polisemi
Polisemi adalah satuan bahasa (bisa kata atau frase) yang
memiliki makna lebih dari satu. Misalnya pada kalimat di
bawah ini :

Kepalaku sakit sejak kemarin.

Kepala sekolah menemui para murid di kelas

Kata “Kepala” yang pertama bermakna bagian tubuh yang


berada di atas leher sedangkan kata “Kepala” yang kedua
bermakna pemimpin.

e. Hiponim dan hipernim


Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno ,
yaitu onoma berarti “Nama” dan hypo berarti “Di bawah”.

30
Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang termasuk di bawah
nama lain” (Chaer, 1990:85). Hipomimi dan hipermimi
berhubungan satu sama lain, hipomimi merujuk pada kata
yang lebih khusus yang merupakan subordinat dari hipermimi.
Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata “Tongkol”
merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan”
merupakan hipernim dari kata “Tongkol”.

2.3 Jenis Makna


Makna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam
beberapa kriteria atau jenis dan juga sudut pandang. Jenis makna
dalam Bahasa Indonesia sangat banyak diantaranya: Berdasarkan
jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan
makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada
sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial
dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada
sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan
makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna
kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu
berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan
adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan
sebagainya.
a. Makna Lesikal dan Makna Gramatikal
Leksikal merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari
bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem,
yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Dengan kata lain
makna lesikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem)
sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Seperti
kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang
pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus.
Makna ini tampak jelas dalam kalimat
Tikus itu mati diterkam kucing,

31
Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus.
Biasanya makna leksikal dipertentangkan dengan makna
gramatikal. Jika makna leksikal berkenaan dengan makna
leksem, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir
sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi,
proses reduplikasi, dan proses komposisi. Proses afiksasi
awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu
terangkat juga oleh adik, melahirkan makna “Dapat”, dan
dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke
atas melahirkan makna gramatikal “Tidak sengaja”.
b. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial
berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila
kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa
yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata
bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai
referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.
Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial karena
mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang
disebut “Meja”. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai
referen, jadi kata karena termasuk kata yang bermakna
nonreferensial.
c. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif atau konseptual adalah makna kata yang
didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu
hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna
lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya.
Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi
faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut
sebagai ’makna sebenarnya.Seperti
dalam kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai

32
dua makna yang sama, yaitu “Manusia dewasa bukan laki-
laki”.
Makna konotatif merupakan lawan dari makna denotatif.
Jika makna denotatif mencakup arti kata yang sebenarnya,
maka makna konotatif sebaliknya, yang juga disebut sebagai
makna kiasan. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan
sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata
sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi
jelas dan menarik. Seperti dalam kalimat “Rumah itu dilalap si
jago merah”. Kata “Si jago merah” dalam kalimat tersebut
bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan kata kiasan yang
bermakna “Kebakaran”. Makna konotatif dapat juga berubah
dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini
berkonotasi negatif karena berarti “Cerewet”, tetapi sekarang
konotasinya positif.
d. Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam
penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata
itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks
situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna
yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa
konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan
bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa
sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah
dapat dilihat dari contoh berikut
Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah
bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang
kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang
berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke

33
jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan
sampai ke pangkal bahu.

e. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif


Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna
yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau
asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna
konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal,
makna denotatif, dan makna referensial.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem
atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya,
kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna
dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat
pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna
asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna
kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan
makna interpretatif. Berikut ini penjelasannya:
 Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan
penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata
kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase.
Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan
oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang
bermakna kolokatif memiliki makna yang
sebenarnya.

34
 Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang
mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu
yang bersifat sacral, suci atau tabu terlarang, kurang
sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan
pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
 Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang
digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu.
Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu
ciri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini.
Mengenai bahasa secara tidak langsung akan
berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat
dalam bahasa yang digunakan pada waktu
komunikasi itu.
 Makna Afektif
Makna kata ini biasanya dipakai oleh
pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan
dalam berbahasa.
 Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang
berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari
pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara,
membaca atau mendengarkan.
f. Makna Idiomitikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat
”Diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal
maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah
bentuk membanting tulang dengan makna “Bekerja

35
keras”, meja hijau dengan makna “Pengadilan”. Berbeda
dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat
ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena
adanya ”Asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai
peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan
kucing yang bermakna “Dikatakan ihwal dua orang yang tidak
pernah akur”. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang
yang namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu
berkelahi, tidak pernah damai.
g. Makna Kias
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan
digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu,
semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual,
atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-
bentuk seperti puteri malam dalam arti “Bulan”, raja
siang dalam arti “Matahari”.
h. Makna Kontekstual
Makna kata kontekstual merupakan makna dari sebuah kata
yang muncul berdasarkan suatu konteks penggunaannya dalam
suatu frasa atau kalimat. Sebagai contoh kata "kepala" pada
frasa "kepala desa". Makna kata kepala dalam frasa tersebut
akan berbeda dengan makna kata "kepala" secara leksikal.
Berbeda juga dengan makna kata "kepala" dalam frasa lain
seperti "kepala kereta", "kepala besar", dan sebagainya.
i. Makna Emotif
Selanjutnya, ada pula yang disebut dengan makna kata
secara emotif. Secara umum, makna emotif adalah makna
dalam kata atau frasa yang berkaitan dengan perasaan. Artinya,
pemaknaan dari kata tersebut tergantung dengan emosi atau

36
perasaan yang dirasakan seseorang saat mengucapkan atau
menuliskan kata tersebut.
Makna emotif biasa ditemukan dalam kata-kata sifat yang
mewakili perasaan, seperti senang, sedih, susah, dan
sebagainya. Atau bisa juga melalui kata kerja yang juga dapat
menggambarkan emosi seseorang, seperti menangis, tertawa,
menyesal, dan sebagainya.
j. Makna Struktural
Makna struktural adalah makna yang muncul sebagai akibat
hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa
yang lain dalam satuan yang lebih besar, baik yang berkaitan
dengan unsur fatis maupun unsur musis. Unsur fatis adalah
unsur-unsur segmental yang berupa morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat, sedangkan unsur musis adalah unsur-unsur
bahasa yang berkaitan dengan supra-segmental seperti irama,
jeda,tekanan, dan nada. Makna struktural yang berkaitan
dengan unsur fatis disebut makna gramatikal, sedangkan yang
berkaitan dengan unsur musis disebut makna tematis
k. Makna Tematis
Makna tematis adalah makna yang muncul sebagai akibat
penyapa memberi penekanan atau fokus pembicaraan pada
salah satu unsur kalimat.
l. Generalisasi
Generalisasi atau perluasan makna adalah makna sesuatu
lebih luas dari kata asalnya. Contoh: Presiden, Ayah, Ibu,
Anak, Saudara, dsb
m. Spesialisasi
Spesialisasi atau penyempitan makna adalah makna sesuatu
lebih sempit dari kata asalnya. Contoh: Madrasah, Guru, Nasib,
Sarjana, Pendeta, Sastra, dsb
n. Ameliorasi

37
Ameliorasi atau peningkatan makna adalah perubahan
makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan
hal yang lebih baik dari semula.[4] Contoh: Wanita, Pria, Istri,
Suami, Sahabat, dsb
o. Peyorasi
Peyorasi atau penurunan makna adalah makna kata yang
nilai yang rasanya lebih rendah dari kata sebelumnya. Contoh:
Perempuan, Laki-laki, Bini, Misua, Kroni, dsb

38
KESIMPULAN DAN SARAN

39
DAFTAR PUSTAKA
https://www.akseleran.co.id/blog/contoh-kata-majemuk/
https://penerbitdeepublish.com/kata-ulang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kata
https://www.ayo-berbahasa.id/2020/09/apa-itu-kata.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Makna
https://www.duniapelajar.com/2014/07/27/pengertian-kata-menurut-
para-ahli/
https://www.gurupendidikan.co.id/kata-adalah/
https://plus.kapanlagi.com/contoh-kata-dasar-beserta-dengan-ciri-dan-
pengertiannya-yang-tepat-fafe62.html
https://penerbitdeepublish.com/kata-imbuhan/#:~:text=Kata
%20imbuhan%20adalah%20bunyi%20yang,sehingga
%20berhubungan%20dengan%20kata%20pertama.
https://hot.liputan6.com/read/4702152/mengenal-makna-kata-dalam-bahasa-
indonesia-beserta-jenis-dan-contohnya.

https://plus.kapanlagi.com/jenis-jenis-makna-kata-dalam-bahasa-indonesia-
disertai-contoh-agar-lebih-mudah-paham-b0d20b.html

https://kumparan.com/berita-hari-ini/jenis-jenis-dan-contoh-makna-kata-dalam-
bahasa-indonesia-1v3Kigi4JOM

https://id.wikipedia.org/wiki/Makna

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/23/165950069/jenis-makna-kata-
dan-contohnya?page=allhttp://eprints.ums.ac.id/46464/18/BAB%20I.pdf

http://maphikmah.blogspot.com/2017/01/makalah-makna-kata-bahasa-indonesia-
dan.html

http://arismunandar2012.blogspot.com/2012/12/makalah-makna-kata-dalam-
bahasa.html

40
Diakses pada 07 April 2022 pukul 11:35 WIB.

[1] Wikipedia, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Makna. Diakses pada 07 April 2022


pukul 11:35 WIB.

[2] Abdul Chaer, Linguistik Umum, cet. 4, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), hlm.
291

[3] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, cet.3, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), hlm 64.

[4] Ernawati Waridah, Ejaan Yang Disempurnakan dan Seputar Kebahasa-


Indonesiaan cet.4, (Bandung: Ruang Kata 2013), hlm 300-302.

[5] Abdul Chaer, Op.Cit., hlm. 293 & 296

41

Anda mungkin juga menyukai