Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUH.

AFDHOL ISNAN

KELAS : PSIKOLOGI H

NIM : 200701501078

PANCASILA : BAB VII

“PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU”

SOAL

1. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang terbentuk


dalam sikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman
agama dan budaya.
2. Beberapa kasus yang terkait dengan kedudukan Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang memperlihatkan sikap
bertanggung jawab atas keputu-san yang diambil berdasar pada
prinsip musyawarah dan mufakat dalam kehidupan ilmiah
3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter
keilmuan Indonesia.
4. Beberapa ilustrasi tentang karakter keilmuan berdasar Pancasila.
5. Menggambarkan model pemimpin, warga negara, dan ilmuwan yang
Pancasilais di lingkungan sekitar Anda.
JAWAB

1. Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya


dan agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas ilmiah.
Oleh karena itu, perumusan pancasila sebagai paradigma ilmu bagi
aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Sebab pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru
dapat mengakibatkan sekularisme.

Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh
sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala
pengembangan ilmu tidak berakar pada ideologi bangsa, sama halnya
dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan orientasi yang jelas.

Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan
budaya; bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar pada
prinsip musyawarah dan mufakat; merumuskan pancasila sebagai karakter
keilmuan Indonesia; merumuskan konsep karakter keilmuan berdasar
pancasila; menciptakan model pemimpin, warga negara dan ilmuwan yang
pancasilais.

2. Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan


pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat
sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan
bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul
diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang
kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan
Indonesia yaitu di sisi ilmu itu sendiri, pancasila sudah mencakup dari
semua segi aspek kehidupan , mulai dari sila pertama yang mencakup segi
ketuhanan dalam menuntut ilmu yaitu dalam menuntut ilmu utamakan lah
ilmu yang bermanfaat dan bisa dibagi dan diberikan kepada orang lain,
sampai keadilan sosisal yang mengajarkan kita menuntut ilmu dengan
seadil-adilnya dan saya artikan , dalam menunttut ilmu juga harus adil ,
yaitu dalam menuntut ilmu , jangan hanya satu ilmu yang dipelajari , juga
harus menguasai ilmu yang lain , dalam penguasaan ilmu, jangan hanya
ilmu di dunia, tapi kuasai juga ilmu sebagai bekal di akhirat.
Di segi penuntut ilmu, sebagai penuntut akan ilmu, dalam pancasila juga
diajarkan harus adanya sifat kemanusia’an yang terdapat pada sila ke dua ,
yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab , sebagai penuntut kita harus
mengedepankan sisi kemanusiaan dalam mencari ilmu, maksudnya ,
jangan memaksakan suatu ilmu hingga mengorbankan orang lain dalam
mencapai tujuan tersebut

4. Contoh karakter keilmuan berdasar Pancasila adalah Pancasila kemudian


mencakup segala macam dari segi pada aspek kehidupan.
Pancasila, dari sila pertama hingga sila terakhir memiliki sebuah
kesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya. Yang dimana sila
pertama memberikan sebuha cakupan dari segi ketuhanan dalam
melakukan menuntut ilmu, yang dimana lebih utama adalah ilmu yang
dimana akan bermanfaat dan dapat diberikan dan dibagikan kepada orang
lain yang membutuhkan. Kemudian hingga kepada keadilan sosial yang
dimana mengajarkan ilmu dan kemudian mencari ilmu tersebut seadil-
adilnya yang imana menuntut ilmnu tidak hanya mempelajari sebuah ilmu
saja, tetapi kemudian juga harus menguasai ilmu lainnya, tetapi dalam hal
ini ilmu yang dipelajari ersebut tidak hanya ilmu yang berada di dunia,
tetapi juga ilmu yang dimaa menjadi bekal untuk di akhirat itu sendiri.
Pada sila kedua juga mengajarkan sebuah penuntutan bahwa manusia
sendiri haruslah unutk mengedepankan sisi kemanusiaan di dalam
melkaukan pencarian ilmu yang sedang dijalankan. Oleh karena itulah
Indonesia mengedepankan IPTEKS yang dimana berlandaskan nilai
agama, moral, dan budaya bangsa Indonesia.

5. menurut pengamatan saya seorang pemimpin yang pancasilais


dilingkungan saya adalah sorang ketua RT, khususnya dilingkungan saya ,
bagaimana bias saya mengatakan seperti itu?, saya berpendapat bahwa
ketua RT dilingkungan saya memiliki standar pancasilais yang cukup
tinggi, karena, bias dilihat dari prilaku, setiap pekerjaan dan setiap
program yang dikerjakan beliau.
Kelurahan dilingkungan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya, beliau
tak segan turun dan ikut bekerja bergotong royong membantu
penyelesaian mushola, membuat piket ronda setiap malamnya, dan juga
membuat sarana olahraga bagi para pemuda di sekitar, setiap malam beliau
mengontrol piket ronda, sesuai atukah masih banyak yang perlu
diperbaiki, dari peristiwa yang saya alami, beliau memiliki sifat keadilan
sosial yang tinggi, dan ketuhanan yang cukup baik.
Warganegara yang pancasilais dilingkungan saya, saya dapat menyebutkan
satu nama, yaitu, bapak ustad dilingkungan saya, meskipun beliau bukan
merupakan orang jambi asli, beliau selalu memberikan yang terbaik untuk
membuat jambi lebih baik, membantu pembangunan nya, salah satunya
membangun mushola, serta mendidik anak anak disekitar untuk belajar
mengaji, secara geratis, disini saya menenmukan sifat keadilan social
yang adil dan bradab pada sosok ustad dilingkungan saya.
Dan yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasilais , di lingkungan saya yaitu
semua guru yang mengajari saya selama ini, tak mudah memberikan ilmu
kepada orang lain, seseorang harus menabahkan hatinya demi itu, tetapi
guru guru saya, mengajari saya dengan tanpa kenal lelah, dan itu
tercantum dalam kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan.

Anda mungkin juga menyukai