Anda di halaman 1dari 28

RELATIVITAS

KHUSUS
KELOMPOK 5 :
SUSI SUSANTI (KETUA)
MUH AFDHOL ISNAN
MUH. FAJAR RAHMAT
SITI FATIMAH AZZAHRA
AGUNG ABDULHADY
NUR SAKINAH
ANNISA APRILIA NUR
RELATIVITAS KLASIK

Hukum-hukum Newton tentang gerak harus


digunakan pada sebuah kerangka acuan.

Kerangka acuan ini


y dinamakan Kerangka
inersia dengan syarat
hukum-hukum Newton
berlaku pada kerangka ini.

Kerangka ini dapat terwujud


x pada sebuah benda
z bergerak dengan kecepatan
konstan dan tidak ada gaya
luar yang bekerja pada
benda tersebut.
TRANSFORMASI GALILEO

Pandangan tentang alam yang berasal dari Galileo


mengatakan bahwa:
a. Ruang (x,y,z) dan waktu (t) adalah mutlak
b. Pembahasan tentang transformasi galileo hanya
terbatas pada suatu kerangka acuan inersia.

Pada kerangka O = (x, y, z, t)


Pada kerangka O’ = (x’, y’, z’, t’)

Newton

O y P = (x, y, z, t) merumuskan
kaidah untuk
P = (x’, y’, z’, t’) transformasi dari K
to K’ dan
sebaliknya kembali
z x dari K’ to K.
Percobaan Michelson-Morley

Michelson dan Morley percaya bahwa bumi tidak selalu diam


relatif trerhadap eter.
Dan juga cahaya akan memiliki waktu tempuh pergeseran
pfase yang berbeda bergantung arah perambatannya apakah
paralel, anti paralel atau tegak lurus terhadap eter.

RANCANGAN Michelson-Morley
RANCANGAN
MICHELSON-MORLEY
Cermin
B

u
Albert Edward
Michelson Morley
(1852-1931) (1838-
1923)
Setengah cermin Cermin
S
Sumber C
A
cahaya

Layar
HASIL PERCOBAAN
MICHELSON-MORLEY
Hasil Percobaan Michelson-Morley

Hasil pengukuran awal maupun


pengukuran setelah interferometer diputar
90 menghasilkan pola interferensi yang
sama

Interferometer
Micelson-Morley

Hasil percobaan Michelson dan Morley's


Diambil dari A. A. Michelson, Studies in
Optics
KESIMPULAN PERCOBAAN
MICHELSON-MORLEY

Dengan beberapa kali melakukan percobaan yang sama dibawah


bimbingan Edward Morley, Michelson selalu memperoleh hasil
yang sama,

Michelson menyimpulkan bahwa postulat tentang keberadaan ether


tidak benar.
POSTULAT EINSTEIN
Pada tahun 1905 Einstein mengemukakan Teori
Relativitas Khusus dengan dua postulat yang
menjadi dasar pengembangan Teori Relativitas
Umum.
a. Postulat I : Hukum-hukum fisik dapat
dinyatakan dengan persamaan yang
berbentuk sama, dalam semua kerangka
acuan yang bergerak dengan kecepatan
tetap satu terhadap yang lain, artinya
bentuk persamaan dalam fisika selalu tetap
meskipun diamati dari keadaan yang
bergerak
Albert Einstein
b. Postulat II : Kelajuan cahaya dalam ruang
(1879-1955)
hampa sama besar untuk semua pengamat,
tidak tergantung dari gerak pengamat.
Artinya laju cahaya tetap c = 3108 m/s
walaupun diamati oleh pengamat yang
diam maupun oleh pengamat yang sedang
bergerak, dan tidak ada benda yang
kelajuannya = laju cahaya.
AKIBAT POSTULAT EINSTEIN
AKIBAT POSTULAT EINSTEIN
AKIBAT POSTULAT EINSTEIN

3. Pergeseran doppler

Dalam kasus gelombang bunyi dapat dibedakan “gerak mutlak” terhadap zat
perantara yang merambatkan gelombang bunyi.

Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa situasi tersebut tidak mungkin


berlaku bagi gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak membutuhkan zat
perantara (tidak ada “eter”). Oleh karena itu, kita mensyaratkan bahwa bagi
gelombang cahaya terdapat rumus pergeseran Doppler yang berbeda, yang tidak
membedakan antara gerak sumber dan gerak pengamat, melainkan melibatkan
gerak relatif.
c T 1 cu
 (c  u ) 
v' 1 u 2 c2 v 1 u 2 c2

atau

1 u2 c2 1 u c
v'  v  v
1 u c 1 u c

Persamaan tersebut merupakan rumus


pergeseran Doppler yang taat asas dengan
kedua postulat Einstein.
TRANSFORMASI LORENTZ

TRANSFORMASI
GALILEO
Sesuai dengan “akal sehat” kita
namun tidak memberi hasil yang
sesuai dengan berbagai percobaan
pada laju tinggi.

Hendrik A. Lorentz
(1853-1928)
Dibutuhkan Persamaan Trasformasi
TRANSFORMASI baru yang dapat meramalkan efek
LORENTZ relativistik baik ketika meninjau
benda berlaju tinggi ataupun rendah
MENEMUKAN TRANSFORMASI
YANG BENAR
x’ = 𝛾 (x – vt)
x = 𝛾’ (x’ + vt’) , where 𝛾 could be
anything.
By Einstein’s first postulate: 𝛾’ = 𝛾
x’ = ct’ and x = ct 1
Thus: x’ = ct’ = 𝛾 (ct – vt). Solving for t’: 
t’ = 𝛾 t (1– v/c) 1 v / c
2 2
and: x = ct = 𝛾 (ct’ + vt’). Solving for t:
t = 𝛾 t’(1 + v/c)
Substituting for t’ in t = 𝛾 t’ (1 + v/c) :
 v  v 
t   2t 1  1  
 c  c 
PERSAMAAN TRANSFORMASI
LORENTZ

  𝒖
 𝒙 =
′ 𝒙 − 𝒖𝒕
𝟐
 
𝒕 =

𝒕 −
( )𝒙
𝒄
𝟐

𝒖
√ 𝟏−
𝒄
𝟐
z’ = z √ 𝒖
𝟏− 𝟐
𝒄
𝟐

Kita menganggap bahwa gerak relatifnya adalah sepanjang arah x


(atau x’) positif (O’ bergerak menjauhi O, jika O’ bergerak menuju O,
ganti u dengan –u.
Andaikan sebuah objek yang diamati oleh O bergerak dengan kecepatan V=
(Vx, Vy, Vz ), untuk mencari kecepatannya V’ = (V’x, V’y, V’z) sebagiamana
diamati oleh O’, maka kita perlu menggunakan transformasi kecepatan Lorentz
berikut :
2 2
  𝑢  
 𝑣 ′ 𝑥 = 𝑣𝑥 − 𝑢

1−
𝑣𝑥 𝑢
𝑐
2
𝑣 ′ 𝑦=

𝑣 𝑦 1− 2

𝑣𝑥𝑢
𝑐
𝑣 ′ z  =

𝑣z   1 − 2

𝑣𝑥 𝑢
𝑢
𝑐

1− 2 1− 2
𝑐 𝑐
KONTRAKSI LORENTZ
Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang diukur
oleh pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif
terhadap objek tersebut. Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi
Lorentz atau kontraksi Lorentz–FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan 
George FitzGerald) biasanya hanya dapat dilihat ketika mendekati kecepatan
cahaya. Kontraksi panjang hanya terlihat pada arah yang paralel terhadap arah
gerak benda teramati. Efek ini hampir tidak terlihat pada kecepatan sehari-hari
dan diabaikan untuk semua kegiatan umum. Hanya pada kecepatan sangat
tinggi baru efek ini dapat teramati. Pada kecepatan 13.400.000 m/s (30 juta
mph, 0.0447c) kontraksi panjangnya adalah 99.9% dari panjang saat diam;
pada kecepatan 42.300.000 m/s (95 juta mph, 0.141c), panjangnya masih 99%.
Ketika semakin mendekati kecepatan cahaya, maka efeknya semakin kelihatan,
seperti pada rumus:
DINAMIKA RELATIVISTIK

Penafsiran “relative” baru terhadap konsep-konsep


mutlak yang dianut sebelumnya seperti panjang dan
waktu. Juga darinya kita berkesimpulan bahwa
konsep klasik kita tentang laju relative tidak lagi
benar. Dengan demikian, cukup beralasan bagi kita
untuk menanyakan sejau manakah revolusi konsep
ini mengubah tafsiran kita terhadap konsep fisika.
Oleh karena itu, kita membahas ulang besaran
besaran dinamika seperti massa, energy, dan
momentum serta hukum-hukum kekekalan dalam
dinamika klasik.
DINAMIKA RELATIVISTIK

sebelum sesudah
1
v v

v V=
0

 
Jika kita meninjau dari kerangka acuan yang bergerak denga kecepatan v ke
kanan maka menurut mekanika klasik, massa 1 akan tampak diam, sedangkan
massa 2 akan bergerak dengan laju 2v . Tetapi, transformasi Lorents ternyata
memberi hasil yang berbeda. Misalkan O’ bergerak kekanan dengan laju u = v.
maka menurut O’, kecepatan massa 1 adalah :
Dan kecepatan massa 2 adalah (dengan V2= -v)

Kecepatan massa gabungan 2m adalah


Berikut ini adalah ilustrasi percobaan tersebut sebagaimana dilihat
oleh O’ :

sebelum sesudah
V’2 V’

Menurut O, momentum linear sebelum dan setelah tumbukan adalah

Menurut O’,
Karena menurut pengukuran O’, p’ awal ≠ p’ akhir , maka bagi O’
momentum linear

m0 disebut massa diam dan diukur terhadap kerangka acuan yang terhadapnya benda
diam. Dalam kerangka acuan lainnya, massa relativistik m akan lebih besar dari pada
m0. (konsep ini membantu kita mengatasi masalah yang mengacu pada obejak yang
bergerak dengan laju yang mendekati laju cahaya.

Massa Relativistik :

  𝑚0
𝑚=
𝑣2
√ 1− 2
𝑐
Selain mendefinisikan massa relatifistik seperti yang kita lakukan di
atas, kita dapat pula mendefinisikan ulang momentum relativistik
dan energi relatifistik total E sebagai berikut :

 
CONTOH SOAL
1. Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 60 km/jam. Seorang
penumpang berjalan dalam kereta dengan kecepatan 6 km/jam searah
dengan kereta. Berapa kecepatan penumpang tersebut terhadap orang
yang diam di tepi rel?
Kita dapat menyelesaikannya dengan persamaan transformasi Galileo
kecepatan: u’x = ux - v orang yang diam di tepi rel sebagai kerangka acuan
S. Kereta api yang bergerak terhadap orang diam sebagai kerangka acuan
S*.Kecepatan kerangka acuan S* terhadap kerangka acuan S adalah v = 60
km/jam. Kecepatan penumpang terhadap kerangka acuan S* adalah u’x = 6
km/jam. Jadi, kecepatan penumpang (ux ) terhadap orang yang diam adalah
u’x = ux – v
ux = u’x + v
ux = 6 km/jam + 60 km/jam
ux = 66 km/jam.
2. Sebuah pesawat tempur yang bergerak dengan kecepatan
0,8 c relatif terhadap bumi menembakkan roket dengan
kecepatan  0,6 c. Berapakah kecepatan roket tersebut menurut
pengamat yang diam di bumi?
3. Seorang astronot yang memiliki saudara kembar pergi ke ruang angkasa pada umur
32 tahun menggunakan pesawat luar angkasa yang melaju dengan kecepatan hingga
mencapai 80% kecepatan cahaya. Astronot tersebut kembali ke bumi dan pada saat itu
saudara kembarnya sudah berumur 44 tahun. Berapakah umur saudara kembarnya
menurut astronot yang baru kembali ke bumi?

Pembahasan dan jawaban:

Diketahui bahwa v = 0,8c

Karena pertanyaannya adalah menurut si astronot, maka astronot merupakan kerangka yang
diam, sedangkan saudara kembarnya (yang tinggal di bumi) sebagai kerangka yang bergerak
terhadap pesawat luar angkasa.

maka ∆t = 44 – 32 = 12 tahun

Sehingga:

 tahun

Jadi menurut astronot, umur saudara kembarnya seharusnya hanya bertambah usia sebesar
7,2 tahun (), bukan sebanyak 12 tahun ().

Sehingga menurut astronot, saudara kembarnya baru berusia 32 – 7,2 = 39,2 tahun.
Sebuah tongkat dengan panjang 50 cm, bergerak dengan
kecepatan v relatif terhadap pengamat dalam arah menurut
panjangnya. Tentukan kecepatannya, jika panjang tongkat
menurut pengamat adalah 0,422 m!
Penyelesaian: Pembahasan :
Diketahui: 
l0 = 50 cm = 0,5 m
l = 0,422 m
Ditanya: v = ... ?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai