Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

MELATIH KEMAMPUAN MENULIS DENGAN KRITIS DAN


KREATIF DALAM ASUHAN KEBIDANAN SESUAI KAIDAH
EYD, PILIHAN KATA, RANCANGAN PRAGRAF DAN
ALENIA

Peyusunan tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah berpikir kritis di
ampu oleh Ibu dosen Puput Sri Mulyni, S.ST., M.Keb

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURAKARTA

2022/2023
ANGGOTA KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA NIM


Henny kurniawati 0450462206019

Windy kusumawati Rahayu 0450462206080

Istikomah 0450462206022

Rini Apriani 0450462206068

Lisnawati 0450462206029

Aas Aisah 0450462206002

Ening Suarsih 0450462206013

Rani Gultom 0450462206036

Nining Widaningsih 0450462206032

Riska sri mulyanti 0450462206037

Imas Cantikawati 0450462206020

Santi Kartika 0450462206073

Hasanah 0450462206017

Leni Herlinawati 0450462206049

Ida Nurlaela 0450462206047

Masitoh 0450462206031

Ai Susi 0450462206004

Encih Sunarsih 0450462206128


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT .,karena atas rahmat dan
karunia-nya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas dengan judul
“MAKALAH MELATIH KEMAMPUAN MENULIS DENGAN

KRITIS DAN KREATIF DALAM ASUHAN KEBIDANAN


SESUAI KAIDAH EYD, PILIHAN KATA, RANCANGAN
PRAGRAF DAN ALENIA”. penyusunan tugas ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah berpikir kritis yang di ampu oleh ibu Puput Sri Mulyani,
S.ST., M.Keb

Penulis menyadari bahwa pengerjaan tugas ini masih banyak kekurangan

dalam penyusunannya, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak

yang menggunakannya.

Cianjur, juli 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I ....................................................................................................................1

SEJARAH DAN KEDUDUKAN FUNGSI BAHASA INDONESIA..................1

A. Sejarah perkembangan bahasa Indonesia..................................................1


B. Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia....................................................7

BAB II...................................................................................................................14

TINJAUAN SERTA MANFAAN BAHASA INDONESIA................................14

A. Tinjauan.....................................................................................................14
B. Manfaat bahasa Indonesia ....................................................................16

BAB III..................................................................................................................19

HAKIKAT DAN CIRI RAGAM BAHASA INDONESIA..................................19

A. Hakikat Karya Ilmiah................................................................................19


B. Ragam ilmiah.............................................................................................22

BAB IV..................................................................................................................28

PENGGUNAAN HURUF,TANDA BACA DALAM PENERAPAN ILMIAH. .28

A. Penggunaan Huruf.....................................................................................28

B. Penggunaan Tanda Baca............................................................................31

BAB V...................................................................................................................35

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU DALAM


PENELITIAN ILMIAH........................................................................................35

A. Pengertian Bahasa Baku............................................................................35

B. Pengertian Bahasa tidak baku....................................................................35

ii
C. Sifat Ragam Bahasa Baku.........................................................................36

D. Fungsi bahasa baku....................................................................................39

E. Pemakaian bahasa baku.............................................................................40

KESIMPULAN.....................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA

A. Sejarah perkembangan bahasa indonesia

Bahasa Melayu adalah bahasa kebanggaan Brunei, Indonesia,

Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai

bahasa kebangsaan dan bahasa resmi negara Republik Indonesia merupakan

sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau

(bahasa Melayu di Provinsi Riau, Sumatra, Indonesia). Nama Melayu

pertama digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi Sungai

Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan

Sriwijaya. Selama empat abad kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatra

Selatan bagian timur dan dibawa pemerintahan raja-raja Syailendra bukan

saja menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga men- jadi pusat

ilmu pengetahuan.

Berdasarkan beberapa prasasti yang ditemukan, yaitu Kedukan Bukit

(683), Talang Tuwo (684), Telaga Batu (tidak berangka tahun), Kota Kapur,

Bangka (686), dan Karang Brahi(686) membuktikan bahwa kerajaan

Sriwijaya meng- gunakan bahasa Melayu, yaitu yang biasa disebut Melayu

Kuno, sebagai bahasa resmi dalam pemerintahannya. Dengan kata lain,

prasasti-prasasti itu menunjukkan bahwa pada abad ke-7 bahasa Melayu telah

digunakan sebagai bahasa resmi di daerah kekuasaan Sriwijaya yang bukan

hanya di Sumatra, melainkan juga di Jawa dengan ditemukannya prasasti

1
Gan- dasuli di Jawa Tengah (832) dan didekat Bogor (942). Di Sam- ping,

sebagai bahasa resmi pemerintahan, bahasa Melayu juga sudah digunakan

sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu

agama dan bahasa perdagangan.

Sekitar awal abad ke-15 kerajaan Malaka di Semenanjung

berkembang dengan sangat cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat

pertemuan para pedagang dari Indonesia, Tiongkok, dan dari Gujarat. Para

pedagang dari Jawa pada waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa

rempah-rempah, cengkih, dan pala dari Indonesia Timur ke Malaka. Hasil

Bumi di Sumatra yang berupa Kapur barus, lada kayu cendana, dan yang

lainnya dibawa ke Malaka oleh para pedagang dari Sumatra. Di Malaka

mereka membeli barang- barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang

dari Tiongkok dan Gujarat berupa sutera dari India, kain pelikat dari

Koromandel, minyak wangi dari Persia, kain dari Arab, kain sutera dari

Cina, kain bersulam emas dari Tiongkok, kain satin, kipas dari Tiongkok,

dan barang-barang perhiasan yang lain.

Letak kota pelabuhan Malaka sangat menguntungkan bagi lalu lintas

dagang melalui laut dalam abad ke-14 dan 15. Semua kapal dari Tiongkok

dan Indonesia yang akan berlayar ke barat melalui Selat Malaka. Demikian

pula semua kapal dari negara-negara yang terletak di sebelah barat Malaka

apabila berlayar ke Tiongkok atau ke Indonesia juga melalui Selat Malaka,

sebab pada saat itu, Malaka adalah satu- satunya kota pelabuhan di selat

Malaka. oleh karena itu, Malaka menguasai perdagangan antara negara-

negara yang terletak di daerah utara, barat, dan timurnya

2
Perkembangan Malaka yang sangat cepat berdampak positif terhadap

bahasa Melayu. Sejalan dengan lalu lintas perdagangan, bahasa Melayu

yang digunakan sebagai ba- hasa perdagangan dan juga penyiaran agama

Islam dengan cepat tersebar ke seluruh Indonesia, dari Sumatra sampai ke

kawasan timur Indonesia

Perkembangan Malaka sangat cepat, tetapi hanya sebentar karena pada

tahun 1511 Malaka ditaklukkan oleh angkatan laut Portugis dan pada tahun

1641 ditaklukkan pula oleh Belanda. Dengan kata lain, Belanda telah

menguasai hampir seluruh Nusantara.

Belanda, seperti halnya negara asing yang lain sangat tertarik dengan

rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak puas kalau hanya menerima

rempah-rempah dari pedagang Gujarat. Oleh karena itu, mereka datang

sendiri ke daerah- daerah rempah itu. Pada tahun 1596 datanglah pedagang

Belanda ke daerah Banten di bawah nama VOC (Vereenigde Oost Indische

Compagnie). Tujuan utama mereka adalah untuk berdagang, tetapi sejak

tahun 1799 diambil alih oleh pemerintah Belanda. Dengan demikian,

tujuannya bukan hanya untuk berdagang, melainkan juga untuk tujuan

sosial dan pendidikan.

Masalah yang segera dihadapi oleh Belanda adalah masalah bahasa

pengantar. Tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Melayu yang dapat

digunakan sebagai bahasa pengantar karena pada saat itu bahasa Melayu

secara luas sudah digunakan sebagai lingua franca di seluruh Nusantara.

Pada tahun 1521 Pigafetta yang mengikuti pelayaran Magel- haens

mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Todore menuliskan kata-kata

3
Melayu. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Melayu yang berasal dari

Indonesia sebelah barat itu telah tersebar luas sampai ke daerah Indonesia

sebelah Timur.

Dari hari ke hari kedudukan bahasa Melayu sebagai lingua franca

semakin kuat, terutama dengan tumbuhnya rasa persatuan dan kebangsaan di

kalangan pemuda pada awal abad ke-20 sekalipun mendapat rintangan

dari pemerintah dan segolongan orang Belanda yang berusaha keras meng-

halangi perkembangan bahasa Melayu dan berusaha men jadikan bahasa

Belanda sebagai bahasa nasional di Indonesia. Para pemuda yang

bergabung dalam berbagai organisasi, para cerdik pandai bangsa Indonesia

berusaha keras mempersatukan rakyat. Mereka sadar bahwa hanya dengan

persatuan seluruh rakyat bangsa Indonesia dapat menghalau kekuasaan kaum

penjajah dari bumi Indonesia dan mereka sadar juga hanya dengan bahasa

Melayu mereka dapat berkomunikasi dengan rakyat. Usaha mereka mem-

persatukan rakyat, terutama para pemudanya memuncak pada Kongres

Pemuda di Jakarta pada tanggal 28 Oktober

Demikianlah, tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat penting,

merupakan hari pengangkatan atau penobatan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan atau sebagai bahasa nasional. Pengakuan dan pernyataan

yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu tidak akan ada artinya

tanpa diikuti usaha untuk mengembangkan bahasa Indonesia, meningkatkan

kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai realisasi

usaha itu, pada tahun 1939 para cendekiawan dan budayawan Indonesia

menyelenggarakan suatu kongres, yaitu Kongres Bahasa Indonesia I di

4
Solo, Jawa Tengah. Dalam Kongres itu Ki Hajar Dewantara menegaskan

bahwa “jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang

soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang

soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman

dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di

seloeroeh Indonesia; ….”. Oleh karena itu, kongres pertama ini memutuskan

bahwa buku-buku tata bahasa yang sudah ada tidak memuaskan lagi, tidak

sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia sehingga perlu disusun tata

bahasa baru yang sesuai dengan perkembangan bahasa.

Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942

tidak satu keputusan pun yang telah dilaksanakan karena pemerintahan

Belanda tidak merasa perlu melaksanakan keputusan itu. Setelah masa

pendudukan Jepang Bahasa Indonesia memperoleh kesempatan berkembang

karena pemerintah Jepang, seperti halnya pemerintah penjajah yang lain

sesungguhnya bercita-cita menjadikan bahasa Jepang menjadi bahasa

resmi di Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

resmi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah.

Perkembangan berjalan dengan sangat cepat sehingga pada waktu

kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,

bahasa Indonesia telah siap menerima kedudukan sebagai bahasa negara,

seperti yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal

36.

Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 bahasa Indonesia

semakin mantap kedudukannya. Per- kembangannya juga cukup pesat. Sehari

5
sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus ditetapkan

Undang- undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36,

yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.” Dengan

demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa negara juga, bahasa

Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan

dan negara.

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang

pesat. setiap tahun jumlah pemakai ba hasa Indonesia bertambah. Kedudukan

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara juga

semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik di pemerintah

maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru

menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia di

antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah

kebahasaan yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan Penyelenggaraan

Kongres Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari

Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hing- ga Ejaan yang

Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan

berat dari bahasa Inggris karena semakin banyak orang Indonesia yang

belajar dan menguasai bahasa Inggris. Hal ini, tentu saja merupakan hal yang

positif dalam rangka mengembangkan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, ada

gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa Indonesia.

Tampaknya orang lebih bangga memakai bahasa Inggris daripada bahasa

Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan

6
bahasa Inggris. kekurangpedulian terhadap bahasa Indonesia akan menjadi

tantangan yang berat dalam pengembangan bahasa Indo- nesia

Pada awal tahun 2004, Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan

Majelis Bahasa Brunai Darussalam – Indonesia - Malaysia (MABBIM)

mencanangkan Bahasa Melayu dija- dikan sebagai bahasa resmi ASEAN

dengan memandang lebih separuh jumlah penduduk ASEAN mampu

bertutur dalam bahasa Melayu. Walaupun demikian, gagasan ini masih dalam

perbincangan

Melalui perjalanan sejarah yang panjang bahasa Indonesia telah

mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah penggunanya,

maupun dari segi sistem tata bahasa dan kosakata serta maknanya.

Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang digunakan dan

dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara

bahkan kebersihan Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada

generasi muda telah dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan

komunikasi antarwarga negara Indonesia.

B. Fungsi dan kedudukan bahasa indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai:

a. lambang kebang- gaan nasional

b. lambang identitas nasional

c. alat pemersatu berbagai suku bangsa

d. alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya

7
Keempat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di atas

dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak tahun 1928 sampai sekarang

1) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional

Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang

dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang

dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan

suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. ini menunjukkan bahwa

bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang ke- banggaan nasional

mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebanggaan.

Seluruh suku bang- sa di Indonesia harus memiliki rasa kebanggaan

ber- bahasa nasional. Atas dasar kebanggaan inilah bahasa Indonesia

harus dipelihara dan dikembangkan. Bangsa Indonesia sebagai pemilik

bahasa Indonesia harus merasa bangga menggunakan bahasa Indonesia

secara baik dan benar.

2) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya

berbeda. Untuk membangun ke- percayaan diri yang kuat, sebuah

bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan

di antaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang

mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda

dapat mengidentifikasikan diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia harus dijunjung

tinggi di samping bendera dan lagu ke- bangsaan. Di dalam

8
pelaksanaan fungsi ini, bahasa kedaulatan NKRI, serta memberlakukan

UKBI sebagai “paspor bahasa” bagi tenaga kerja asing di Indonesia

3) Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa

Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya

dan bahasanya berbeda dan mengalami masalah besar dalam

melangsungkan kehidupannya. Perbeda-an dapat memecah belah bangsa

tersebut. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai

bahasa nasional oleh semua suku bangsa yang ada, perpecahan ini dapat

dihindari karena suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak ada

sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia, yang dapat me- nyatukan

suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan

bangsa

4) Bahasa Indonesia sebagai Alat PerhubunganAntardaerah dan

Antarbudaya

Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa

dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi. Diperlukan

sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda

bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah

lama memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad bahasa ini

menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai

a. bahasa resmi kenegaraan

9
b. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,

c. alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan

dan pemerintahan, dan

d. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi

Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara di atas harus

betul-betul dilaksanakan di dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap

petugas negara harus mem- perhatikan fungsi bahasa Indonesia sebagai

bahasa negara tersebut

1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan

Dalam Kaitan dengan fungsi ini, sebagai bahasa negara, bahasa

Indonesia dipakai pada semua upa- cara, peristiwa, dan kegiatan

kenegaraan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Pidato-pidato

resmi, dokumen-dokumen, keputusan- keputusan,dan surat- surat

resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara

kenegaraan juga dilangsungkan dengan bahasa Indonesia. Pemakaian

bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945

mutlak diharuskan. Tidak dipakainya bahasa Indonesia dalam hal ini

dapat mengurangi kewibawaan negara karena hal tersebut merupakan

pelanggaran terhadap UUD 1945

Pelaksanaan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan,

pemakai bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan administrasi negara

(pemerintah) perlu dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia

perlu dijadikan salah satu faktor penentu di dalam pengembangan tugas

pemerintah, seperti pada penerimaan pegawai baru dan kenaikan

10
pangkat, baik sipil maupun militer, serta pemberian tugas khusus di

dalam dan di luar negeri. Di samping itu, mutu kebahasaan yang

dipakai pada siaran radio, televisi, dan surat kabar perlu ditingkatkan

dan dikembangkan lebih baik lagi

2) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan

Dunia pendidikan di sebuah negara memerlukan sebuah bahasa yang

seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu.

Pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan akan

meng- ganggu keefektifan pendidikan. Biaya pendidikan menjadi lebih

hemat. Peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling

berhubungan. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat

memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di

Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan

pemakaiannya sudah tersebar luas. Pemakaian bahasa Indonesia dalam

dunia pendidikan tidak hanya terbatas pada bahasa pengantar, bahan-

bahan ajar, tetapi juga pemakaian bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dalam dunia

pendidikan harus dilaksanakan mulai dari tingkat taman kanak-kanak

sampai ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

3) Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional

untuk Kepentingan Pembangunan dan Pemerintahan

Kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasional

memerlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi

tidak terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang dipakai sebagai alat

11
perhubungan, keefektifan pembangunan, dan pemerintahan akan

terganggu karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam

berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat mengatasi hambatan tersebut.

Perkembangan bahasa Indonesia pada mulanya memang ada yang

meragukan kemampuannya sebagai sarana komunikasi dan interaksi

manusia Indonesia, tetapi ternyata bahasa ini mampu

mengungkapkan pikiran-pikiran yang cukup rumit melalui kreativitas

pengguna bahasa yang bersangkutan terutama dalam kepentingan

pembangunan dan pemerintahan

4) Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu

Pengetahuan, dan Teknologi..

Pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi

memerlukan bahasa. Hal ini dimak- sudkan agar keperluan dalam

pengembangan tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa

bahasa seperti ini, pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi akan mengalami hambatan karena proses pengembangannya

akan memerlukan waktu yang lama dan hasilnya pun tidak

akan tersebar secara luas

Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia yang

memenuhi syarat sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi karena bahasa Indonesia telah dikembangkan

untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh sebagian

masyarakat Indonesia. Dalam kaitan dengan fungsi ini, bahasa

Indonesia adalah alat yang memungkinkan untuk membina dan

12
mengembangkan kebudayaan Indonesia yang memiliki ciri-ciri dan

identitasnya sendiri yang membedakannya dengan kebudayaan daerah dan

kebudayaan asing

13
BAB II

TINJAUAN SERTA MANFAAT PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA

A. TINJAUAN

Sebuah sarana yang paling efektif untuk menyampaikan apa maksud dan

keinginan kita, serta sebuah alat yang digunakan untuk melakukan

komunikasi kepada lawan bicara kita ialah bahasa. Bahasa terdiri dari dua

bentuk yakni bahasa lisan serta bahasa tertulis. Kesemuanya itu tersusun atas

rangkaian huruf yang kemudian menjadi kata, rangkaian kata yang kemudian

menjadi kalimat, dan rangkaian kalimat yang menjadi paragraf dan rangkaian

paragraf yang menjadi wacana, dan seterusnya

Rangkaian-rangkaian tersebut menandakan bahwa bahasa memiliki

makna yang dapat mewakili apa yang kita inginkan, kita rasakan, dan suatu

maksud tertentu. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi kebutuhan

pokok yang tak terpisahkan dari kehidupan setiap manusia.

Bahasa mempermudah segala aktifitas kita dalam menjalani rangkaian

kehidupan ini, karena melalui bahasa maksud dan tujuan seseorang dalam

kehidupan sehari-harinya dapat diterima. Sebagai makhluk sosial tentunya

kita tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya orang lain dikehidupan kita.

Manusia membutuhkan interaksi, membutuhkan bantuan, masukan, dan

aktifitas-aktifitas lainnya. Atas dasar inilah bahasa memegang peran penting

untuk melakukan penyesuaian dan adaptasi yang dibutuhkan oleh manusia.

14
Ditingkat perguruan tinggi misalnya, mahasiswa juga harus dituntut

dalam semua mata kuliahnya wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar sesuai dengan ejaan yang berlaku, baik dalam segi penulisan

dan lisan di lingkungan sekolah atau kampus. Harapannya mereka akan

terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dalam kehidupan

sehari-hari. Kita mengetahui bersama, bahwa ditingkat perguruan tinggi

mahasiswa pasti membuat makalah, paper, proposal skripsi, tesis, disertasi

dan lain sebagainya. Untuk memfasilitasi penulisan itulah mahasiswa wajib

mengikuti matakuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi yang biasanya

diberikan pada semester-semester awal.

Tujuannya ialah untuk membenahi penulisan ataupun tatabahasa tulis

yang nantinya akan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Itulah pentingya

Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Jika saja mereka lebih menguasai

bahasa luar negeri dari pada Bahasa Indonesia maka akan terkesan lucu

jadinya. Seperti anak kecil yang ditanya “Tinggal dimana?” mereka tidak tahu

secara detail alamat rumahnya. Itulah kenapa Bahasa Indonesia wajib dan

harus diajarkan di semua jenjang pendidikan khususnya memperdalam dan

membekali mereka mengenai bahasa yang mereka pakai sehari-hari atau

bahasa nasional Bangsa Indonesia.

Bahasa dapat dikategorikan baik manakala bahasa tersebut dipakai sesuai

dengan konteks, situasi serta kondisi penutur bahasanya. Dikatakan benar

apabila bahasa yang digunakan mengacu pada ejaan yang berlaku. Jika kita

mencermati dari uraian tersebut maka sebenarnya di dalam bahasa terdapat

serangkaian bentuk, tata bunyi, dan tata kalimat yang memiliki pola dan

15
aturan yang menjadi suatu kaidah dari bahasa. Dapat disimpulkan bahwa

bahasa terjadi karena bentukan pola yang saklek dan tidak boleh dilanggar

serta adanya kaidah aturan yang harus ditaati supaya tidak 5 terjadi gangguan-

gangguan pada komunikasi yang terjalin. Supaya terjadi komunikasi yang

baik dan efektif serta efisien maka pengirim dan penerima bahasa atau orang

yang berkomunikasi wajib memahami dan bisa berbahasa yang digunakan

oleh komunikan

B. Manfaat bahasa Indonesia

1. Meletakan dan mempondasi sikap-sikap positif terhadap bahasa Indonesia;

2. Karena letak geografis Indonesia adalah kepulauan dan tentunya banyak

bahasa yang ada di Indonesia maka pengajaran mata kuliah Bahasa

Indonesia harus menjadi bahasa yang mempersatukan beranekaragam

bahasa yang ada di daerah atau suatu wilayah yang ada di Indonesia;

3. Memberikan efek terhadap penumbuhan rasa banggsa pada negara tercinta;

4. Memberikan rasa setia dan nasionalis melalui perantara Bahasa Indonesia.

Setelah manfaat yang sudah disebutkan di atas, lantas seberapa

pentingkah matakuliah Bahasa Indonesia ini untuk mahasiswa sendiri.

Pentingnya Bahasa Indonesia ini diuraikan di bawah ini

1. Kita orang Indonesia dan tinggal di Indonesia.

Jelas sekali bahwa kita di sini adalah semua lapisan masyarakat yang tinggal

di Indonesia, termasuk mahasiswa. Mahasiswa menghirup udara Indonesia,

menginjakan kaki di Indonesia, dan berada di bawah langit Indonesia. Amat

sangat naif kiranya apabila orang Indonesia tidak bisa berbahasa Indonesia

dengan baik dan benar. Selain itu, sebagai suatu penduduk yang ada di

16
Indonesia sudah sepatutnya kita sama-sama menjunjung tinggi dan

memelihara bahasa Indonesia sebagai asset dari negara, sehingga

keberadaan bahasa Indonesia akan tetap tumbuh dan lestari.

2. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional.

Sebagai bahasa nasional, maka bahasa Indonesia dimengerti dan dipakai di

semua wilayah Indonesia. Pemakainya berfariatif dari kalangan, suku,

agama, dan semua warga negara Indonesia tentunya. Oleh sebab itulah,

maka sudah sepantasnya Bahasa Indonesia diajarkan disetiap generasi

penerus.

3. Asal mahasiswa yang beragam dari seluruh wilayah Indonesia.

Hal yang mendasari bahasa pengantar di semua jenjang pendidikan adalah

karena perbedaan. Perbedaan ini yang mendasari pemakaian Bahasa

Indonesia tak terkecuali di perguruan tinggi. Karena kita tahu bahwasannya

disetiap perguruan tinggi tidak menutup kemungkinan mahaiswanya berasal

dari luar daerah yang memiliki adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan

lain sebagainya. Oleh sebab itu salah satu alat untuk mempersatukan

perbedaan tersebut ialah menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga

mahasiswa dari laterbelakang berbeda dapat saling memahami dan tetap

berkomunikasi satu sama lain.

4. Bahasa Indonesia sebagai panduan komunikasi ilmiah

Memang benar, komunikasi ilmiah khususnya komunikasi verbal

menggunakan bahasa Indonesia. Baik dalam pembuatan karya-karya ilmiah

maupun ujian proposal skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya. Semua

diaplikasikan dengan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang

17
berlaku. bahasa Indonesia di sini berperan sebagai panduan dalam penulisan

karya-karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa. Sehingga harapannya

mahasiswa dapat terus melestarikan bahasa Indoensia di penulisan ilmiah

dan mengaplikasikan berbahasa Indonesia ang baik dan benar dalam

konteks ilmiah.

18
BAB III

HAKIKAT DAN CIRI RAGAM ILMIAH

A. Hakikat Karya Ilmiah

Penelitian ilmiah, berpikir ilmiah, dan karya ilmiah merupakan tiga

istilah yang memiliki hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Dikatakan

demikian karena karena penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan pola berpikir secara ilmiah, yakni pola berpikir yang

didalamnya mencakup langkah- langkah pengorganisasian gagasan melalui

pemikiran secara konseptual dan prosedural. Adapun wujud konkret dari

penelitian ilmiah itu sendiri disebut sebagai karya ilmiah

Karya ilmiah dipandang sebagai sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan

hasil penyelidikan-penyelidikan atau kenyataan-kenyataan imiah

1. Ciri-ciri hakikat karya ilmiah

a. Menyajikan fakta yang obyektif secara sistematis atau menyajikan

aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

b. Penulisan cermat, tepat, dan benar serta tulus tanpa mengingat

efektifnya.

c. Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca

berpihak padanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan

tentang sesuatu. Penulis ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.

d. Karangan ilmiah itu tidak emotif dan tidak menonjolkan perasaan,

karangan ilmiah menyajikan sebab-musabab dan pengertian, kata-

katanya mudah diidentifikasi, alasan-alasan yang dikemukakan indusif,

19
mendorong untuk menarik kesimpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan

ajakan.

e. Karangan yang ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan

secara sistematis, terkendali, konseptual dan prosedural.

f. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali

dalam hipotesis kerja.

g. Ditulis secara tulus dan memuat kebenaran serta tidak memancing

pertanyaan- pertanyaan yang bernada keraguan.

h. Karangan yang ilmiah itu tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karya

ilmiah hanya disajikan kebenaran fakta, oleh sebab itu memutarbalikkan

fakta akan menghancurkan tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-

lebihkan sesuatu itu umumnya disebabkan oleh motif mementingkan diri

sendiri.Jadi, karangan yang tidak memiliki beberapa ciri diatas bisa

dibilang dengan karangan non-ilmiah.

2. Jenis-jenis karya ilmiah

a. Skripsi

Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program

Sarjana (SI) sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi

yang ditempuhnya.

b. Tesis

Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa

program Sarjana (S2) Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program

studi yang ditempuhnya.

20
c. Disertasi

Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program

Sarjana (S3) Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi

yang ditempuhnya.

Secara umum, perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi dapat

dilihat dari 2 aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dari

aspek kuantitatif, secara literal dapat dikatakan bahwa disertasi lebih

berat bobot akademisnya daripada tesis dan tesis lebih berta bobot

akademisnya daripada skripsi.

d. Artikel ilmiah

Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam

jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah

dan mengikuti pedoman ataupun konvensi ilmiah yang telah disepakati

atau ditetapkan. Artikel ilmiah dapat diangkat dari penelitian lapangan,

hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek

Dari segi sistematika penulisan dan isinya, artikel dapat

dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu :

1) Artikel Penelitian

Hasil-hasil penelitian yang dituis dalam bentuk artikel untuk

kemudian diterbitkan dalam jurnal-jurnal. Artikel ini mempunyai

kelebihan disbanding dengan tulisan yang ditulis dalam bentuk

laporan teknis resmi

2) Artikel Non Penelitian

21
Semua jenis artikel ilmiah yang bukan merupakan laporan hasil

penelitian. Yang termasuk artikel non-penelitian antara lain berupa

artikel yang menelaah suatu teori konsep atau prinsip

mengembangkan suatu model, mendeskripsikan fakta atau fenomena

tertentu, menilai suatu produk, dan masih banyak jenis yang lain.

3. Sifat-sifat karya ilmiah

Tulisan ilmiah bisa dibagi menjadi 2 yakni teknis dan non-teknis. Teknis

meliputi 2 hal, yakni :

a. Teks

Teks disini meliputi perubahan kata karena berbedanya unsur yang masuk.

b. Konteks

Konteks sendiri mencakup kesatupaduan tulisan . Yakni segala sesuatu

yang disajikan dalam karangan harus berkisar dan relevan pada satu

gagasan pokok atau pikiran utama karangan serta adanya keterkaitan antar

kalimat dalam paragraph dan antar paragraf

B. Ragam ilmiah

1. Pengertian dan karakteristik ragam ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa

Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa

yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau

gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi

media yang efektif untuk berkomunikasi ilmiah, baik secara tertulis

maupun lisan. Selanjutnya, Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki

karakteristik cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris,

22
bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan

konsisten.

Bahasa Indonesia bersifat cendekia menunjukkan bahwa bahasa

Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil

berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat dan

seksama. Sementara itu, sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa

Indonesia mampu menyampaikan gagasan Ilmiah secara jelas dan tepat.

Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna

yang ditimbulkan adalah makna lugas. Bahasa Indonesia ragam ilmiah

juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris

adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena

adanya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat

tanpa menyadari kesatuan gagasan yang di- ungkapkan.

Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat ber- tolak dari

gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang

diungkapkan dan tidak pada penulis, implikasinya kalimat yang di gunakan

didominasi oleh kalimat pasif Sifat formal dan objektif ditandai antara lain

oleh pilihan kosakata, bentuk kata, dan struktur kalimat. Kosakata yang

digunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya me- miliki unsur yang

lengkap. Sementara itu, sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak

adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Hal itu berarti menuntut adanya

penggunaan bahasa yang hemat. Terakhir, sifat konsisten yang ditam-

pakkan pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda- tanda lain, dan

istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten

23
2. Berbagai ragam bahasa

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya

mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai

dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering

meng- gunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan ungkapan yang

maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu.

Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi, ceramah

ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-

kalimat panjang, pilihan, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah

bahasa yang benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang

terakhir ini masing-masing sebagai ragam ringkas (restricted code) dan

ragam lengkap (elaborate code)

1) Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan jenis kesatuan dasarnya

(Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat

pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Kesatuan dasar

ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam

lisan dan tulisan, tetapi pada dasarnya semua bahasa memiliki ragam

lisan.

Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik.

Ragam tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian

bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf

melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam

bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan antara kedua ragam

24
bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan sama

benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam

bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem bahasa yang

terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti

bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku juga

bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur

tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya

bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam

bentuk selengkap mungkin.

Dalam hubungan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam

lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa,

sesuai dengan perkemba- nganya sebagai bahasa perhubungan antara

daerah dan antarsuku selama berabad-abad di seluruh Indonesia

2) Ragam Baku dan Ragam Non Baku

Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan

kepada siapa ia berbicara, di mana, tentang masalah apa, kapan, dan

dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan semacam itu,

timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya

Situasi kantor, dalam berdiskusi, berpidato, memimpin rapat resmi,

dan sebagainya yang merupaka situasi/suaana resmi (formal). Dalam

situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau formal

yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau dengan singkat

ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana, seperti

yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat

25
resmi, administrasi pemerintahan, perundang-undangan nega- ra, dan

dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di

pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan

sebagainya merupakan situasi/ suasana yang tak resmi (informal). Dalam

suasana, seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak

resmi (informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa

tidak baku (nonbaku) atau dengan singkatan ragam tidak baku

(nonbaku). Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi) dan

hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsahabat, antaranggota

keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya digolongkan ke dalam

ragam tidak baku.

Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku

adalah ragam bahasa yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian besar

warga masyarakat pemakaiannya dan dijadikan kerangka/ rujukan norma

kaidah bahasa dalam pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam

baku berisi rujukan yang menentukan benartidaknya pemakaian bahasa,

baik ragam lisan maupun tulisan, sedangkan ragam tidak baku selalu ada

kecenderungan untuk menyalahi norma/ kaidah bahasa yang berlaku.

3. Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis presentasi

ilmiah

Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan

presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk

memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempat hal

tersebut secara hasil penelitian secara tertulis dan lisan. Itu berarti, pada

26
saat menulis tulisan ilmiah penulis harus berusaha keras agar bahasa

Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendikia,

lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris bertolak dari

gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-

sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata,

pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam

menggunakan ejaan, tanda baca, dan aspek-aspek mekanik lainnya.

Bagaimana halnya dalam presentasi ilmiah? Ketika melakukan

presentasi ilmiah, presenter dituntut agar bahasa Indonesia lisan yang

digunakan diwarnai oleh sifat-sifat ragam bahasa Indonesia ilmiah

sebagaimana dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam

penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya

kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan mengunakan

intonasi, jeda, dan unsur suprasegmental lain

27
Bab IV

PENGGUNAAN HURUF, TANDA BACA DALAM

PENERAPAN ILMIAH

A. Penggunaan Huruf

Tata tulis karya ilmiah mengikuti kaidah tata tulis bahasa indonesia yang

baik dan benar seperti:

1. Pemakaian huruf capital

a. Huruf kapital dipakai sbagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh:

 Adik bertanaya,”Kapan kita pulang?

 Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan

Contoh:

 Allah

 Yang Maha Kuasa

 Alkitab

 Quran

 Islam

 kristen

c. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang

Contoh:

28
 Mahaputra Yamin

 Sultan Hasanudin

 Haji Agus Salim

Huruf kapital tidak dipakau sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan dan keagamaan yang di ikuti nama orang lain.

Contoh:

 Dia baru saja diangkat menjadi sultan

 Tahun ini dia pergi naik haji

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari

raya, dan peristiwa sejarah

Contoh:

 Bulan Agustus Bulan Maulid

 Hari Galugan

 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

e. Huruf kapital tidakdi pakai sebagai huuruf pertama peristiwa sejarah yang

tidak di pakai sebagai nama

Contoh:

 Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,kakak,adik, dan paman yang di

pakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

 “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto

 Adik bertanya,”Itu apa,Bu?

29
g. Huruf kapitak dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Contoh:

 Sudahkah Anda tahu?

 Surat Anda telah kami terima

2. Pemakaian huruf miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buk, majalah,

surat kabar yag dikutip dalam tulisan.

Contoh:

 Cerita kasih tak sampai, Siti Nurbaya, novel Karya Marah Rusli

 Buku Negarakartagama yang dikarang leh Prapaca

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata

Contoh:

 Dia bukan menip, tetapi ditipu

 Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesaikan ejaannya

Contoh:

 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostana

 Plitik devide et imper pernah merajalela di negeri ini

d. Huruf miring digunakan untuk memberi perbedaan atau penanda dalam

kalimat

Contoh:

30
 Huruf a,I,u,e merupakan huruf vocal, sedangkan b,c,d,f,g dan yang

lainnya merupakan huruf konsonan

 Ringan tangan, panjang tangan, baik hati, lapang dada, merupakan

beberapa contoh kata sifat majemuk

e. Huruf miring digunakan untuk digunakan menuliskan alamat website atau

sebuah link dalam kalimat

Contoh:

 untuk mencarj berbagai informasi yang mudah dan cepat, anda dapat

mencarinya dikamus listrik pintar yang bernama www.google.com

 ingin memperluas jaringan pertmenan yang tanpa dibatasi jarak,usia

dan waktu, mari berkunjung di jaringan sosialita, www.facebook.com

B. Penggunaan Tanda Baca

1. Tanda titik ( . )

a. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir

dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka

Contoh:

 Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai

Poestaka.

b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan

atau kepala ilustrasi, table sebagainya

Contoh:

 Acara kunjungan Adam Malik.

 Salah Asuhan.

2. Tanda koma ( , )

31
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau

melainkan

Contoh:

 Saya ingin datang, tetapi hari hujan

 Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim

b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dariinduk

kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya

 Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya

karena sibuk

c. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapa penghubung antara

kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi

Contoh:

 …. Oleh karena it, kita harus berhati-hati.

 …. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

d. Tanda koma dipakai diantara bagian-bagain dalam catatan kaki

Contoh:

 W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk karang-

mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia.1967), hlm.4

e. Tanda koma dipakau untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya

tidak membatasi

Contoh:

 Guru saya, pak Ahmad, pandai sekali

32
 Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang

makan sirih

3. Tabda titik koma ( ; )

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk,

Contoh:

 Ayah mengurus tanamanya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;

4. Tanda titik dua ( : )

a. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ynag memerlukan

penjelasan

Contoh:

 Ketua : Ahmad Wijaya

Sekertaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

 Tempat Sidang : Ruang 104

Pengantar Acara : Bambang S

Hari : Senin

Waktu : 09.30

b. Tanda titik dua di pakai

1) Diantara jilid atau nomor dan halaman

2) Antara bab dan ayat dalam kitab suci

3) Diantara judul dan anak juul suata karangan, serta

4) Nama dan penerbit buku acuan dalam karangan

Contoh :

33
 Tempo, IX (2018), 34: 7

 Surah Yasin: 9

34
BAB V

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU DALAM

PENELITIAN ILMIAH

A. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku itu adalah suatu ragam bahasa dari berbagai ragam bahasa

yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan atau dipakai sebagai model

oleh masyarakat Indonesia secara luas

Bahasa baku merupakan bahasa formal yang digunakan oleh orangorang

yang berpendidikan. Bahasa baku lebih sering digunakan dalam acara formal

seperti seminar, berpidato, ceramah, dan sebagainya. Bahasa baku juga

merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baik secara

pengucapannya maupun penulisannya.

Bahasa baku merupakan bahasa yang digunakan berkomunikasi dalam

situasi formal. Bahasa seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan karena,

ketika seseorang tersebut berkomunikasi dalam lingkup orangorang pejabat

atau orang-orang yang berpendidikan bahasa yang digunakan bahasa formal

atau baku. Akan tetapi, ketika seseorang tersebut berkomunikasi dalam lingkup

keluarga atau lingkup non formal bahasa yang digunakan bahasa tidak baku

B. Pengertian Bahasa tidak baku

Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa

Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan

sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh

masyarakat secara khusus.

35
bahasa tidak baku merupakan bahasa tidak resmi yang digunakan oleh

masyarakat dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari

Bahasa tidak baku merupakan bahasa yang sampai saat ini masih

digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa

tidak baku digunakan dalam lingkup non formal

C. Sifat Ragam Bahasa Baku

1. Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku

adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai

bahasa daerah atau dialek. Misalnya:

BAHASA BAKU BAHASA TIDAK BAKU

Atap Atep

Kalau Kalo

Habis Abis

Senin Senen

Mantap Mantep

Hilang Ilang

Dalam Dalem

2. Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian

morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan

tetap di dalam kata.

Misalnya:

 Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

36
 Kuliah sudah berjalan dengan baik.

BAHASA BAKU BAHASA TIDAK BAKU

Bersama-sama Bersama2

Melipatgandakan Melipat gandakan

3. Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis

secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

 Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa

pun, karena semua diangapnya penipu.

4. Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia

baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

 Bacalah buku itu sampai selesai!

 Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?

 Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan

lapang dada.

5. Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia

baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

 Saya bertemu dengan adiknya kemarin.

 Ia benci sekali kepada orang itu.

37
6. Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa

Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan

tempatnya di dalam kalimat.

Misalnya:

 Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

 Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. 

 Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan

dalam musyawarah itu.

7. Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa

Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. 

Misalnya:

 Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

 Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.

 Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

8. Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian

kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap

di dalam kalimat.

Misalnya:

 Surat Anda sudah saya baca.

 Kiriman buku sudah dia terima.

9. Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia

baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

 Saudaranya

38
 Dikomentari

 Mengotori

 Harganya

10. Fungsi gramatikal (subjek, predikat, obyek sebagai

bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara

jelas dan tetap dalam kalimat

Misalnya:

 Kepala Kantor pergi keluar negeri.

 Rumah orang itu bagus.

11. Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau

diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

 Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini,

bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.

12. Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas

dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

13. Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai

dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh

Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

D. Fungsi bahasa baku

1. Fungsi sebagai pemersatu, yakni bahasa mempersatukan mereka menjadi

satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur

seorang dengan seluruh masyarakat itu.

39
2. Fungsi pemberi kekhasan, yakni pemberi kekhasan yang diemban oleh

bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa lain. Karena fungsi itu,

bahasa baku dapat memperkuat perasaan kepribadian masyarakat bahasa

yang bersangkutan. Hal ini terlihat pada penutur bahasa Indonesia dengan

bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita.

3. Fungsi pembawa kewibawaan, yakni bersangkutan dengan usaha orang

mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat

pemerolehan bahasa baku sendiri

4. Fungsi sebagai kerangka acuan, yakni bagi pemakaian bahasa dengan

adanya norma dan kaidah yang jelas.

E. Pemakaian bahasa baku

Pemakaian bahasa baku biasanya digunakan dalam beberapa konteks.

Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu surat menyurat resmi atau dinas,

perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi. Kedua, dalam

wacana teknis, yaitu laporan resmi dan tulisan ilmiah berupa makalah, skripsi,

tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Ketiga, dalam pembicaraan di

depan umum, yaitu ceramah, kuliah dan khotbah. Keempat, dalam

pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu antara atasan dengan

bawahan, siswa dan guru, guru dan kepala sekolah, mahasiswa dan dosen

Dalam pemakaian bahasa baku terbagi menjadi dua, pemakaian bahasa

baku tertulis dan pemakaian bahasa baku lisan. Bahasa baku tulis merupakan

bahasa baku yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, skripsi,

sebagainya. Sedangkan bahasa baku lisan digunakan dalam berkomunikasi

dengan orang yang dihormati. Jadi, dalam pemakaiannya harus diperhatikan

40
dengan siapa berbicara, apa yang sedang dibicarakan, dan dimana kita sedang

berbicara. Jika memperhatikan konteksnya bahasa baku tersebut dapat dipakai

dengan sendirinya

41
KESIMPULAN

Bahasa mempermudah segala aktifitas kita dalam menjalani rangkaian

kehidupan ini, karena melalui bahasa maksud dan tujuan seseorang dalam

kehidupan sehari-harinya dapat diterima. Sebagai makhluk sosial tentunya kita

tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya orang lain dikehidupan kita. Manusia

membutuhkan interaksi, membutuhkan bantuan, masukan, dan aktifitas-aktifitas

lainnya. Atas dasar inilah bahasa memegang peran penting untuk melakukan

penyesuaian dan adaptasi yang dibutuhkan oleh manusia.

Ditingkat perguruan tinggi misalnya, mahasiswa juga harus dituntut dalam

semua mata kuliahnya wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

sesuai dengan ejaan yang berlaku, baik dalam segi penulisan dan lisan di

lingkungan sekolah atau kampus. Harapannya mereka akan terbiasa menggunakan

Bahasa Indonesia dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kita mengetahui

bersama, bahwa ditingkat perguruan tinggi mahasiswa pasti membuat makalah,

paper, proposal skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya. Untuk memfasilitasi

penulisan itulah mahasiswa wajib mengikuti matakuliah Bahasa Indonesia di

perguruan tinggi yang biasanya diberikan pada semester-semester awal.

Tujuannya ialah untuk membenahi penulisan ataupun tatabahasa tulis yang

nantinya akan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Itulah pentingya Bahasa

Indonesia di perguruan tinggi

42
DAFTAR PUSTAKA

Zulmiyetri, dkk. 2019. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana

Nurdjan, Sukirman dkk. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan


Tinggi. Makassar: Aksara timur

Waridah. 2002. Ragam Bahasa Baku dan Non Baku Bahasa Indonesia.
Medan: Universitas Medan Area

Anda mungkin juga menyukai