Disusun oleh :
Nama : Afifatul Maghfiroh
Kelas : XI MIPA
NIS : 210002
MADRASAH ALIYAH
YAYASAN PERGURUAN ISLAM (YPI)
KLAMBU GROBOGAN JAWA TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
i
PENGESAHAN
Laporan Studi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
mengikuti Ujian Madrasah (UM) yang telah diperiksa, disetujui dan disahkan oleh
Bapak/Ibu guru pembimbing guru bahasa Indonesia dan kepala Madrasah Aliyah
Yayasan Perguruan Islam Klambu pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala MA YPI Klambu
ii
MOTTO
Be yourself
iii
PERSEMBAHAN
4. Guru pembimbing yang telah memberi arahan dan pengetahuan dalam penyusunan
laporan ini.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memlimpahkan Rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan study
tour ini dengan baik dan lancar.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada beliau nabi besar, nabi
Muhammad SAW, yang dapat memberikan syafa'at nanti di Yaumul Qiyamah.
Dalam proses penyusunan karya tulis ini, penulis mendapat bimbingan dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan rasa terimakasih
yang teramat dalam kepada :
1. Bapak Moh.Kanif, S.Ag selaku Kepala Madrasah Aliyah Yayasan Perguruan
Islam Klambu.
2. Ibu Sulistiyowati, S.Pd selaku guru bahasa indonesia , yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ini.
3. Ibu Eni Mulyaningrum, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah mengarahkan
kepada penulis dalam pembuatan laporan study tour ini.
4. Panitia pelaksama study tour ini.
5. Seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan study your yeng telah
mendukung dan memberi saran dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi
tercapainya penulisan karya tulis yang lebih baik lagi. Akhirnya penulis berharap
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Klambu, 2023
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
HALAMAN MOTTO................................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan penulisan............................................................................................1
D. Manfaat penulisan..........................................................................................2
E. Metode pengumpulan data ............................................................................2
F. Sistematika penulisan ....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. Sejarah asal berdirinya keraton Yogyakarta...................................................4
B. Raja-raja penguasa Keraton Yogyakarta........................................................5
C. Sistem pemerintahan keraton Yogyakarta.....................................................8
D. Tata ruang dan bangunan kawasan inti keraton Yogyakarta..........................10
BAB III PENUTUPAN..............................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
LAMPIRAN...............................................................................................................17
BIODATA PENULIS................................................................................................19
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keraton Yogyakarta merupakan keraton yang masih berdiri hingga saat ini
dengan memegang gelar kesultanan sebagai pemimpin keraton. Keraton Yogyakarta
berdiri sejak zaman pemerintahan Belanda, dimana saat itu sultan Hamengkubuwono
I mendirikan keraton tersebut setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755.Lokasi
keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggrahan yang bernama Garjitawati.
Kesultanan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh sultan yang semua
rakyatnya patuh dan tunduk pada parentah fan aturan-aturan kasultanan.Sultan
memimpin hampir hampir tiga ribu abdi dalem keraton,mengayomi dua tibuan
nelayan Yogyakarta,berkontribusi dalam bidang pendidikan, serta terlibat dalam
beragam kegiatan pengembangan seni dan budaya.
Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mulanya diselenggarakan dengan
menggunakan susunan pemerintahan warisan dari Mataram. Pemerintahan dibedakan
menjadi dua urusan besar yaitu Parentah Lebet (urusan dalam) yang juga disebut
Parentah Hageng Karaton, dan Parentah Jawi (urusan luar) yang juga disebut Parentah
Nagari.
Kawasan keraton Yogyakarta merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri
dari serangkaian tuangan dan bangunan yang memiliki nama,fungsi,pelingkup serta
vegetasi tertentu.Serangkaian ruang-ruang tertentu didalam keraton disebut
plataran.Setiap plataran dihubungkan dengan regol dan gerbang pembatas antara
plataran satu dengan yang lainnya.
Study tour merupakan salah satu program yang dilakukan satu tahun sekali
dan wajib diikuti semua siswa kelas XI MA YPI Klambu pada tahun pelajaran
2022/2023.Study tour ini dilaksanakan pada tanggal 14-15 Maret 2023.Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian madrasah di Madrasah
Aliyah YPI Klambu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulisan karya tulis terkait dengan
Keraton Yogyakarta, penulis memfokuskan empat hal pokok pembahasan,
diantaranya :
1
1. Bagaimanakah sejarah awal berdirinya Keraton Yogyakarta?
2. Siapa sajakah raja-raja penguasa keraton Yogyakarta?
3. Bagaimanakah sistem pemerintahan keraton Yogyakarta saat ini?
4. Bagaimanakah tata ruang dan bangunan kawasan inti keraton Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah awal berdirinya keraton Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui siapa saja raja raja penguasa keraton Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemerintahan keraton Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui bagaimana tata ruang dan bangunan kawasan inti keraton
Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan isi karya tulis ini penulis dan pembaca akan mendapatkan
beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat bagi penulis :
a. Untuk menambah wawasan tentang Keraton Yogyakarta.
b. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan suatu karya ilmiah.
2. Manfaat bagi pembaca:
a. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi pembaca dalam pembuatan laporan studi
wisata pada tahun-tahun berikutnya.
2
F. Sistematika penulisan
Laporan studytour ini di tulis secara sistematis, untuk lebih jelas dan mudah
memahami laporan ini yakni sebagai berikut:
Bab I pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II pembahasan
Berisi tentang pembahasan yang berisi sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta,
raja-raja penguasa keraton Yogyakarta, sistem pemerintahan keraton Yogyakarta,
tata ruang dan bangunan kawasan inti keraton Yogyakarta.
Bab III penutupan
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
7
C. Sistem pemerintahan Keraton Yogyakarta
1. Yang bertahta saat ini (Sri Sultan Hamengku Buwono X)
8
Saat ini, keraton memiliki sepuluh kelompok pasukan yang disebut
sebagai bregada. Jumlah seluruh prajurit cukup kecil, sekitar 600 orang.
Prajurit Keraton Yogyakarta dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Prajurit
yang dimiliki Kepatihan, yaitu Bregada Bugis. Prajurit yang dimiliki
Kadipaten Anom (putera mahkota), yaitu Bregada Surakarsa. Dan sisanya
dimiliki oleh keraton.
Pimpinan tertinggi dari keseluruhan bregada prajurit keraton adalah
seorang Manggalayudha atau Kommandhan/Kumendham. Sebutan
lengkapnya adalah Kommandhan Wadana Hageng Prajurit. Manggalayudha
bertugas mengawasi dan bertanggung jawab penuh atas keseluruhan pasukan.
Ia dibantu oleh seorang Pandhega (Kapten Parentah), dengan sebutan
lengkapnya Bupati Enem Wadana Prajurit, yang bertugas menyiapkan
pasukan.
Setiap pasukan atau bregada dipimpin oleh perwira berpangkat Kapten.
Kecuali bregadaBugis dan Surakarsa yang dipimpin oleh seorang Wedana .
Pandhega didampingi oleh perwira yang disebut Panji (Lurah). Perwira ini
bertugas mengatur dan memerintah keseluruhan prajurit dalam
bregada .Setiap Panji didampingi oleh seorang Wakil Panji. Sementara itu,
regu-regu dalam setiap bregada dipimpin oleh seorang bintara berpangkat
sersan.
3. Abdi dalem
Setelah diproklamasikan pada tanggal 13 Maret 1755 (29 Jumadilawal
1680 TJ), Karaton Yogyakarta membutuhkan aparatur negara yang berasal
dari golongan sipil maupun militer.Abdi Dalem bertugas sebagai pelaksana
operasional di setiap organisasi yang dibentuk oleh Sultan. Abdi Dalem juga
merupakan abdi budaya. Abdi budaya adalah orang yang bisa dan mampu
memberi suri tauladan bagi masyarakat luas.
Ciri khas Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terletak pada pakaian.
Pakaian atau busana khas Abdi Dalem disebut peranakan. Bahasa yang
digunakan antar para abdi dalem adalah Bahasa“Bagongan. Dengan bahasa
Bagongan, komunikasi antar Abdi Dalem kemudian tidak mengenal perbedaan
derajat dan pangkat.
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Punakawan dan Kaprajan. Abdi Dalem Punakawan merupakan abdi yang
9
berasal dari kalangan masyarakat umum. Abdi Dalem kaprajan adalah tenaga
operasional yang menjalankan tugas keseharian di dalam keraton.
Sebelum secara resmi disahkan menjadi Abdi Dalem, calon Abdi
Dalem akan menjalani proses magang selama 2 tahun. Setelah dinilai layak
untuk menjadi Abdi Dalem baru kemudian diangkat melalui wisuda. Wisuda
Abdi Dalem dilaksanakan setiap 2 kali setahun, yaitu pada bulan Bakda Mulud
dan Syawal.
Alasan utama menjadi Abdi Dalem umumnya adalah untuk
mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan batin. Ada juga yang dilandasi
oleh rasa terimakasih sudah diperbolehkan tinggal di tanah milik Sultan. Selain
itu, faktor lain yang ingin diperoleh dari menjadi Abdi Dalem adalah untuk
mendapatkan berkah Dalem.Abdi Dalem yang sudah tidak mampu lagi
menjalankan tugas karena usia lanjut, kesehatan, dan sebab-sebab lain akan
menjalani proses pemberhentian yang disebut miji.
D. Tata ruang dan Bangunan Kawasan Inti Keraton Yogyakarta
Kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan bangunan cagar
budaya yang terdiri dari serangkaian ruang dan bangunan yang memiliki nama,
fungsi, pelingkup serta vegetasi tertentu. Serangkaian ruang-ruang terbuka di dalam
keraton disebut plataran. Setiap plataran dihubungkan dengan regol atau gerbang yang
merupakan pembatas antara plataran satu dengan yang lainnya.
1. Pagelaran dan Sitihinggil Lor
Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat
di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, di
mana pada masa lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap
Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan,
Sultan berada di Sitihinggil. Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa “siti” yang
artinya tanah atau area, serta “hinggil” yang artinya tinggi.
Sitihinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki
fungsi filosofis penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan
siniwaka. Miyos adalah kondisi dimana Sultan beserta pengiringnya
meninggalkan kediamannya sedangkan Siniwaka adalah ketika Sultan Lenggah
Dampar atau duduk di singgasana. Pada area Pagelaran terdapat beberapa
bangunan yaitu:
1. Bangsal Pagelaran
10
2. Bangsal Pangrawit
3. Bangsal Pengapit (Pengapit Wetan dan Pengapit Kilen)
4. Bangsal Pemandengan (Pemandengan Wetan dan Pemandengan Kilen)
5. Bangsal Pacikeran (Pacikeran Wetan dan Pacikeran Kilen)
Sedangkan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan Sitihinggil Lor
adalah sebagai berikut:
1. Bangsal Sitihinggil
2. Bangsal Manguntur Tangkil
3. Bangsal Witana
4. Bangsal Kori (Kori Wetan dan Kori Kilen)
5. Bale Bang
6. Bale Angun-angun
7. Bangsal Pacaosan
Pada plataran ini terdapat Regol Brajanala yang menghubungkan Plataran
Sitihinggil Lor dengan Plataran Kamandungan Lor.
2. Kamandungan Lor
Kamandungan Lor merupakan plataran kedua yang hanya terdiri dari
beberapa bangunan. Adapun bangunan yang terdapat di Kamandungan Lor
adalah:
1. Bangsal Pancaniti
2. Bale Anti Wahana
3. Bangsal Pacaosan
Kamandungan Lor sering disebut Plataran Keben, karena terdapat beberapa
pohon besar bernama pohon keben. Regol penghubung dari Kamandungan Lor ke
plataran selanjutnya adalah Regol Kamandungan atau Regol Srimanganti.
3. Srimanganti
11
menyimpan beberapa benda pusaka milik Keraton Yogyakarta. Selain itu di
Plataran Srimanganti terdapat bangunan pendukung lainnya, yaitu:
1. Bangsal Pacaosan
2. Kantor Keamanan Kraton (security)
3. Kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura
Regol penghubung antara Plataran Srimanganti dengan plataran
selanjutnya, atau Plataran Kedhaton, adalah Regol Danapratapa.
4. Kedhaton
Kedhaton merupakan plataran utama yang memiliki tataran hirarki
tertinggi. Kedhaton merupakan pusat dari kawasan Keraton Yogyakarta. Pada area
ini terdapat dua bangunan utama yaitu Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa.
Kedua bangunan ini merupakan bangunan yang dianggap paling sakral. Bangsal
Kencana merupakan bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara-
upacara penting, sedangkan Gedhong Prabayeksa digunakan untuk menyimpan
pusaka-pusaka utama Keraton Yogyakarta. Bangunan lain yang ada di Plataran
Kedhaton ini adalah:
1. Bangsal Manis
2. Bangsal Kotak
3. Gedhong Jene
4. Gedhong Kantor Parentah Hageng
5. Gedhong Danartapura
6. Kasatriyan
7. Museum HB IX
8. Kaputren
9. Masjid Panepen
10. Kraton Kilen
Regol penghubung yang ada di Plataran Kedhaton dengan bagian
berikutnya bernama Regol Kemagangan. Regol ini menghubungkan Plataran
Kedhaton dengan Plataran Kemagangan.
5. Kemagangan
12
Pada plataran ini terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan,
Panti Pareden dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi
sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem. Pada saat ini Bangsal Kemagangan
digunakan untuk pementasan wayang kulit maupun beberapa kegiatan lainnya.
Pada sisi barat dan timur terdapat Panti Pareden yang berfungsi sebagai tempat
pembuatan gunungan untuk upacara Garebeg. Sedangkan Bangsal Pacaosan
digunakan sebagai tempat penjagaan (caos) Abdi Dalem untuk menjaga keamanan.
Regol yang menghubungkan Plataran Kemagangan dengan plataran selanjutnya
(Kamandungan Kidul) bernama Regol Gadhung Mlati.
6. Kamandungan Kidul
Pada plataran ini terdapat dua bangsal yaitu Bangsal Kamandungan dan
Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamandungan merupakan salah satu bangsal tertua
yang berada di kawasan keraton. Bangsal ini diboyong oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I dari Desa Karangnongko, Sragen atau yang dahulu bernama Sukowati.
Dahulu bangunan tersebut merupakan tempat tinggal beliau pada saat perang
melawan VOC. Pada plataran ini juga terdapat regol yang menghubungkan dengan
Sitihinggil Kidul yaitu Regol Kamandungan Kidul.
7. Sitihinggil Kidul
Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan
para prajurit sebelum upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di lokasi tempat
Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen
peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
13
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Penulisan laporan ini dapat di simpulkan beberapa kesimpulan di antaranya
sebagai berikut:
1. Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I
beberapa bulan setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini
konon adalah bekas sebuah pesanggrahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta ) yang akan dimakamkan di Imogiri.
14
B. Saran
Setelah menyelesaikan penulisan laporan atau karya tulis ini, penulis akan
membagikan saran-saran yang bersifat membangun, antara lain:
15
DAFTAR PUSTAKA
Asysyifa, Mutia.2022. Laporan study tour MA YPI Klambu di keraton Ratu Boko
https://id.m.wikipedia.org
https://www.kratonjogja.id
https://terasmalioboro.jogjaprov.go.id
https://borobudurwriters.id
https://www.merdeka.com
16
LAMPIRAN-LAMPIRAN
17
18
BIODATA PENULIS
19