Anda di halaman 1dari 26

PROFESI KEPENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Eka Citra G. Kerihi, s.si.,M.Pd

Oleh :
Kelas VI C
Kelompok II
Marlinda Haryani Wora 1901060063
Emilia Iku 1901060094

Jannet Brigita Taneo 1901060066


Gradiana M. O. Bete 1901060089
Maria A. Kota 1901060002
Elfrida Yanti Suhaimi Ruman 1901060082

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULATAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KIMIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas karunia dan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini secara
maksimal dan tepat waktu.
Makalah ini mengulas tentang bagaimana kedudukan seorang guru baik
meliputi persyaratan guru, tanggung jawab, kepribadian yang diharapkan serta
fungsi dan peranan seorang guru. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak, baik yang berperan serta secara langsung maupun
tidak secara langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Ini
dikarenakan terbatasnya sumber yang kami gunakan sebagai acuan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan untuk lebih sempurnanya makalah ini.
Walaupun demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Kupang, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ ii


Daftar Isi .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan dan Tujuan Guru ......................................... 4
2.1.1 Makna Guru .......................................................... 4
2.1.2 Persyaratan Guru ................................................... 5
2.1.3 Tanggung Jawab Guru .......................................... 7
2.1.4 Tugas Guru ............................................................ 8
2.1.5 Kepribadian Guru .................................................. 10
2.2 Fungsi dan Peranan Guru ............................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................... 22
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru
dapat dihormati oleh masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masyarakat
tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya
guru, maka dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak didik mereka
dengan baik agar mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan
yang bertanggungjawab. Jadi dalam pengertian yang sederhana, guru dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat itu sendiri adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan yang formal saja tetapi juga dapat dilaksanakan di lembaga pendidikan
non-formal seperti di masjid, di surau/mushola, di rumah dan sebagainya.
Seorang guru mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus
ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan
menciptakan suasana aman. Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan
tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan
mengadakan koreksi. Dengan demikian, kepribadian seorang guru seolah-olah
terbagi menjadi 2 bagian. Di satu pihak bersifat empati, di pihak lain bersifat
kritis. Di satu pihak menerima, di lain pihak menolak. Maka seorang guru yang
tidak bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia akan berpihak kepada salah
satu pribadi saja. Dan berdasarkan hal-hal tersebut, seorang guru harus bisa
memilah serta memilih kapan saatnya berempati kepada siswa, kapan saatnya
kritis, kapan saatnya menerima dan kapan saatnya menolak. Dengan perkatan lain,
seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran ganda ini dapat di wujudkan
secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan

1
nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak
didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan
menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga
mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetensi
profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan
guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Guru bukan hanya sebagai “pengajar” tetapi juga sebagai “pendidik” dan
sekaligus sebagai “pembimbing”. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki
peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses pembelajaran, dalam
usahanya mengantarkan siswa/anak didik ketaraf yang dicita-citakan. Oleh karena
itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-
mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana kedudukan dan tujuan guru dalam pendidikan?
2) Bagaimana fungsi dan peranan dari seorang guru?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui kedudukan dan tujuan guru dalam pendidikan.
2) Untuk mengetahui fungsi dan peranan dari seorang guru.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini adalah
makalah ini diharapakan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang
kedudukan guru serta tujuan dan fungsi guru sebagai tenaga profesional.
Makalah ini diharapakan dapat membantu mahasiswa sebagai calon pendidik,
agar dapat memahami kedudukan, tujuan dan fungsi seorang guru sehingga
nantinya ketika menjadi seorang guru dapat melaksanakan tugasnya denganbaik,
karena akan sangat berpengaruh pada hasil belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Kedudukan dan Tujuan Guru


2.1.1 Makna Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di rumah dan sebagainya.
Menurut undang-undang no 14 tahun 2005 pasal 2 menyatakan (1) Guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Serta pasal 6 menyatakan bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru yang dihormati, bahwa gurulah yang
dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan
tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat, tapi
lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru
tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang
harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok, tetapi juga secara
individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan
sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya disekolah tetapi
diluar sekolah sekalipun.
Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs. N.A. Ametebun, bahwa
guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
2.1.2 Persyaratan Guru
Dengan kemulianya, guru rela mengabdikan diri di desa terpencil
sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing dan
membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya
di kemudian hari. Gaji yang kecil, jauh dari memadai, tidak membuat guru
berkecil hati dengan sikap frusatasi meninggalkan tugas dan tanggung jawab
sebagai guru. Karenanya sangat wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai
“pahlawan tanpa tanda jasa”.
Menjadi guru berdasarkan tuntunan hati nurani tidaklah semua orang dapat
melakukanya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup
dan kehidupanya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak didik
menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas
pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara.
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1992 : 41) harus
memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini :
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Guru, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertaqwa kepada Tuhan,
jika ia sendiri tidak bertaqwa kepadaNya. Sejauhmana seorang guru mampu
memberikan teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu
pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi
penerus bangsa yang baik an mulia.
2. Berilmu (Persyaratan Teknis)
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukanya untuk suatu jabatan.
Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali
dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat menigkat
sedangkat jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang
untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik
pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
3. Sehat Jasmani (Persyaratan Fisik)
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,
umpamanya sangat membahayakan anak didiknya. Di samping itu guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. Kita kenal ucapan “mens
sana in corpora sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa
yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi
kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-
sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didiknya.
4. Berkelakuan Baik (Persyaratan Psikis)
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru
harus menjadi teladan karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan
pendidikan adalah membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik
dan ini hanya mungkin dapat dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia
pula. Yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah akhlak yang sesuia dengan
ajaran Islam, seperti mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap
semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat
manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan
masyarakat.
2.1.3 Tanggung Jawab Guru
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak
didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak
didik. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha
membimbing dan membina anak didiknya agar dimasa yang akan datang menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada
anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan
yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru berikan
dikelas, tetapi juga diluar kelas pun sebaiknya guru mencontohkan melalui sikap,
tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan
perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam
pergaulan disekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakan, tetapi
baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi penilaian
anak didik. Jadi, apa yang guru katakan harus dipraktekkan dalam kehidupan
sehari – hari. Misalnya, memerintahkan kepada anak didik agar hadir tepat pada
waktunya. Bagaimana anak didik mematuhinya sementara guru sendiri tidak
disiplin dengan apa yang pernah dikatakan. Perbuatan guru yang demikian
mendapat protes dari anak didik. Guru tidak bertanggung jawab atas
perkataannya. Anak didik akhirnya tidak percaya lagi kepada guru dan anak didik
cenderung menentang perintahnya. Inilah sikap dan perbuatan yang ditunjukkan
oleh anak didik.
Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,
yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan (1989 : 31) ialah :
1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.
2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan
menjadi beban baginya).
3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-
akibat yang timbul (kata hati).
4. Menghargai orang lain, termasuk anak didik.
5. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal).
6. Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.4 Tugas Guru


Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang
langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam
pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan
dengan pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang
andal dan dapat diteladani. Menurut Uzer ada tiga jenis tugas guru, yaitu tugas
dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Adapun penjelasan dari ketiga tugas tersebut yaitu sebagai
berikut.
1. Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang mana meliputi sebagai berikut.
a. Mendidik, yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
kepada anak didik.
b. Mengajar, yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
c. Melatih, yaitu mengembangkan keterampilan dan menerapkannya
dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi sebagai berikut.
a. Guru di sekolah dapat menjadi orang tua kedua bagi peserta didik.
b. Dapat memahami peserta didik sebagai makhluk bermain
(homoludens), sebagai makhluk remaja atau berkarya
(homopither), dan sebagai makhluk berpikir atau dewasa
(homosapiens).
c. Membantu peserta didik mentransformasikan dirinya sebagai
upaya pembentukan sikap.
d. Membantu peserta didik mengidentifikasi dirinya sendiri.
3. Tugas dalam bidang kemasyarakatan
a. Mencerdaskan bangsa Indonesia.
b. Mendidik dan mengajar masyarakat agar menjadi warga negara
Indonesia yang bermoral Pancasila.
Bila dipahami, sebenarnya tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah,
tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Menurut Roestiyah N. K., tugas guru adalah sebagai berikut.
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar
negara Pancasila.
3. Menyiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik sesuai Undang –
Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR N0. II Tahun 1983.
4. Sebagai perantara dalam belajar.
Guru hanya sebagai perantar, anak harus berusaha sendiri mendapat suatu
pengertian, sehingga timbul perubahan pengetahuan, tingkah laku, dan
sifat.
5. Membimbing anak didik ke arah kedewasaan.
6. Penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam
masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah
di bawah pengawaasan guru.
7. Mampu menegakkan disiplin.
8. Sebagai administrator dan manajer.
Seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti buku kas,
daftar induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat
mengkordinasikan segala pekerjaan sekolah secara demokratis
9. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik,
maka harus menyadari benar – benar pekerjaannya sebagai suatu profesi
10. Guru sebagai perencana kurikulum.
Guru menghadapi anaka –anak setiap harii, gurulah yang harus tahu
kebutuhan anak – anakk dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan
kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.
11. Guru sebagai pemimpin (guidance worker).
Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi
untuk membimbing anak ke arah pemecahan masalah soal, membentuuk
keputusan, dan menghadapkan anak – anak pada problem
12. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Guru harus turut aktif dalam segala aktifias anak.
Dengan meneliti poin-poin tersebut, diketahui bahwa tugas guru tidak
ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat
menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas.
2.1.5 Kepribadian Guru
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri – ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri – ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru
lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat
dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1980) mengatakan
bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau dan
aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian,
dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun
yang berat.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan sadar. Dan
perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai
kepribadian yang baik dan berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan
suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka
dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai
akhlak yang tidak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal
yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam
pandangan anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra
seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah
kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan
melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah
guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil
(tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat remaja).
Namun begitu, seseorang yang berstatus guru tidak selamanya dapat
menjaga wibawa dan citra sebagai guru di mata anak didik dan masyarakat.
Ternyata masih ada sebagian guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di
media massa (cetak maupun elektronik) sering diberitakan tentang oknum-oknum
guru yang melakukan suatu tindakan asusila, asosial, dan amoral. Perbuatan itu
tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Lebih fatal lagi bila perbuatan yang
tergolong tindakan kriminal itu dilakukan terhadap anak didik itu sendiri.
Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru
dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Alexander
Meikeljohn (1971:13) mengatakan:
“No one can be a genuide teacher unless he is himself actively sharing in
the human attempt to understand men and their word.”
Jadi, menurut Meikeljohn, tidak seorang pun yang dapat menjadi seorang
guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia menjadikan dirinya sebagai bagian dari
anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya.
Guru yang dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan
kesulitan lainnya di luar masalah belajar, yang bisa menghambat aktivitas belajar
anak didik, maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan
terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau
kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan charisma pun secara perlahan
lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitive
sekali. Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan
dengan perbuatan, ibarat kata pepatah, pepet di luar runcing di dalam.
Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik
pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak
didiknya kelembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelar pun
disandangnya. Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa,
pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makhluk serba bisa,
atau dengan julukan yang lain seperti interpreter, artis, kawan, warga negara yang
baik, pembangun manusia, pembawa kultur, pioner, reformer dan terpercaya, soko
guru, ki ajar, sang guru, sang ajar, ki guru, tuan guru, dan sebagainya. Itulah
atribun yang pas untuk guru yang diberikan oleh mereka – mereka pengagum
figure guru.
Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan
penggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang
membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan
hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan. Guru
yang ideal selalu ingin bersama anak didik di dalam dan di luar sekolah. Bila
melihat anak didiknya menunjukkan sikap seperti sedih, murung, suka berkelahi,
malas belajar, jarang turun kesekolah, sakit, dan sebagainya, guru merasa prihatin
dan tidak jarang pada waktu tertentu guru menghabiskan waktunya untuk
memikirkan bagaimana perkembangan pribadi anak. Jadi, kemuliaan hati seorang
guru tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar symbol atau
semboyan yang terpampang di kantor dewan guru. Iri hati, koruptor, munafik,
suka menggunjing, suap menyuap, malas dan sebagainya, bukanlah cerminan
kumuliaan hati seorang guru. Semua itu adalah perbuatan tercela yang harus
disingkirkan dari jiwa guru.
Guru dengan kemuliaannya, dalam menjalankan tugas, tidak mengenal
lelah. Hujan dan panas, bukan rintangan bagi guru yang penuh dedikasi dan
loyalitas untuk turun kesekolah agar dapat bersatu jiwa dalam perpisahan raga
dengan anak didik. Raga guru dan anak didik boleh terpisah, tetapi jiwa keduanya
tidak dapat dipisahkan. Guru dan anak didik adalah “Dwitungga”. Oleh karena itu,
dalam benak guru hanya ada satu kiat bagaimana mendidik anak didik agar
menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama, nusa, dan
bangsa di masa yang akan datang.
Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring
dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Sering dalam arti kesamaan
langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha mencapai cita –
citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan membimbing anak didik kepintu
gerbang cita-citanya. Itulah barang kali sikap guru yang tepat sebagai sosok
pribadi yang mulia.

2.2 Fungsi dan Peranan Guru


Istilah “guru” menunjukkan pada suatu status (kedudukan) seseorang pada
bidang pendidikan, yang di dalamnya terkandung hak-hak dan kewajiban yang
harus diperankan. Yang dimaksud dengan peranan guru merupakan aspek dinamis
dari statusnya sebagai guru, yakni melaksanakan hak dan kewajibannya. Sebagai
aspek yang dinamis, peranan guru secara konkrit akan terwujud dalam berbagai
tindakan guru yang seluruh peranannya diarahkan pada pendewasaan pribadi
peserta didiknya. Terdapat beberapa peranan dari seorang guru antara lain:
1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus mampu membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul
dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin anak
didik telah miliki dan mungkin pula telah memengaruhi sebelum anak didik
masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda
sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan
mewarnai kehidupannya.Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan
semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik.
Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya
sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah
laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap
sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun
harus dilakukan. Sebab tidak jarang diluar sekolah anak didik justru lebih
banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, social,
dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan
kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan
menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.
2. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus mampu memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak
didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar
yang baik. Petunjuk itu tidak mesti bertolak dari sejumlah teori-teori belajar,
dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang
baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang
dihadapi oleh anak didik.
3. Informator
Sebagai informatory, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk
setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun
bagi anak didik. Untuk menjadi informatory yang baik dan efektif,
penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru
yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
4. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan oleh guru.
Dalam bidang ini, guru memiliki kagiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan
sebagainya.Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
5. Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya mampu mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan
menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak
didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman
cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan
motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru
sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena
menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran social,
menyangkut performance dalam personalisasi dan sisoalisasi diri.
6. Inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus
diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang
pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan
media pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan,
khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus
tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar
yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi
yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak
didik malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana cara
menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang
menyenangkan anak didik.
8. Pembimbing
Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah
untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih
banyak tergantung pada bantuan guru.Tetapi, semakin dewasa,
ketergantungan anak didik semakin berkurang.Jadi, bagaimanapun juga
bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu
berdiri sendiri (mandiri).
9. Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik
pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk
bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan
membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara
didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak
didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan
pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
10. Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik,
karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam
rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik
akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak
dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik
tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini
akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang
terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan,
lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang
optimal.Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas,
yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal.Jadi,
maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas
dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
11. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya,
baik media nonmaterial maupun materiil. Media berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan
menggunakan semua media diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan
pencapaian tujuan pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai
penengah dalam proses belajar anak didik. Dalam diskusi, guru dapat
berperan sebagai penengah, sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi.
Kemacetan jalannya diskusi akibat anak didik kurang mampu mencari jalan
keluar dari pemecahan masalahnya, dapat guru tengahi, bagaimanan
menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan. Guru sebagai mediator
dapat juga diartikan penyedia media.
12. Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise
harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap
situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu, kelebihan yang
dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang
ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya,
kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, atau karena
memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat,
menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang
disupervisi.
13. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik
dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik
dan intrinsic.Penilaian terhadap aspek intrinsic lebih menyentuh pada aspek
kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru
harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap
kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap
jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik,
belum tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi, penilaian itu pada
hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi
manusia susila yang cakap.
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi
juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan
mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif
yang telah dilakukan.
Peran guru dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan
beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar
(learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa
depan. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran, masih tetap memegang
peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan
oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern
sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem,
nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan merupakan
hasil dari proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di
sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang
diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
Menurut Undang-Undang no 14 tahun 2005 menyatakan bahwa
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Di samping itu fungsi guru tidak
terbatas hanya dalam hubungannya dengan peserta didik di lingkungan pendidikan
tertentu, tetapi guru juga memiliki tugas dalam bidang kemanusiaan. Dalam
konteks inilah guru dituntut mampu menampilkan kepribadian yang unggul,
sehingga masyarakat akan memandangnya sebagai orang terhormat dan layak
untuk dijadikan panutan dan teladan. Sosok guru inilah yang akan mengantarkan
pada pengertian mendalam bahwa guru adalah orang yang layak untuk ditiru.
Berikut merupaan beberapa fungsi guru yang dianggap paling dominan, yaitu :
1. Fungsi Instruksional
Sepanjang sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah
tradisional adalah mengajar, yaitu ; 1) menyampaikan sejumlah keterangan-
keterangan dan fakta-fakta kepada murid, 2) memberikan tugas-tugas kepada
mereka, dan 3) mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi intruksional inilah yang
masih selalu diutamakan oleh hampir semua orang yang disebut guru, dan
fungsi instruksional ini masih dominan dalam karier besar guru. Selain itu, guru
juga harus membangun interaksi yang baik dengan siswa, hal ini akan tercermin
dengan beberapa hal ini dibawah ini:
 Guru secara cepat dan langsung merespon kebutuhan, keinginan, dan
pesan menyesuaikan responnya dengan keragaman gaya dan kecakapan
individual.
 Guru mengembangkan berbagai kesempatan bagi anak untuk
berkomunikasi.
 Guru memberikan kemudahan bagi pencapaian tugas perkembangan
melalui pemberian dukungan, perhatian, sentuhan fisik, dan dorongan-
dorongan verbal berupa pujian dan sanjungan.
 Guru mengembangkan kemudahan bagi perkembangan harga diri anak
dengan cara menghargai dan meneriam anak.
 Guru memahami sumber-sumber stres yang terjadi pada siswa dan secara
sadar berupaya mengembangkan kegiatan dan teknik untuk mengurangi
stres tersebut.
Efiensi dan efektivitas mengajar dalam proses interaksi belajar mengajar
yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu siswa agar bisa
belajar dengan baik. Untuk mengetahui efektivitas mengajar, dengan
memberikan tes sebagai hasil dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek
proses pengajaran. Hasil tes mengungkapkan kelemahan pengajaran secara
menyeluruh.
Selanjutnya S. Nasution (1989:102) mengemukakan pendapat tentang
ciri-ciri pengajaran yang efektif, yaitu bahwa pengajaran yang efektif
merupakan proses sirkuler yang terdiri atas empat komponen, yaitu :
mengadakan asesment/penilaian/mendiagnosis, membimbing/latihan, mengajar,
merencanakan.
2. Fungsi Edukasional
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga
harus mendidik (to educate). Fungsi edukasional ini harus merupakan fungsi
sentral guru.Dalam fungsi ini setiap guru harus berusaha mendidik murid-
muridnya menjadi manusia dewasa. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-
tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan
sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini
berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan
jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-
hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan
anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol
setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan
norma-norma yang ada. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah
memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dimana ia harus menarik
simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau
disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam
belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan
tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran
suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam
kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru
melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan
terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan
datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika
kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat
3. Fungsi Managerial
Manajemen kelas merupakan perangkat perilaku yang kompleks dimana
guru menggunakannya untuk mengembangkan dan memelihara kondisi kelas
yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Contoh dari kegiatan managerial ini antara lain, pemberian hukuman dan
ganjaran, pengembangan hubungan keakraban antara guru dan siswa. Fungsi
kepemimpinan atau managerial guru ini dalam administrasi sekolah modern
tidak hanya terbatas di dalam kelas, akan tetapi juga menyangkut situasi sekolah
dimana ia bekerja, bahkan menyangkut pula kegiatan-kegiatan di dalam
masyarakat. guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan- tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat
menantang dan merangsang siswa unuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah
menyediakan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam- macam kegiatan
belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
belajar dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Guru sebagai pengelola kelas harus memahami, mempertimbangkan
serta mengambil keputusan dalam pembelajaran di setiap tingkatan kelas
(memahami keragaman perbedaan dan perkembangan).
Langkah-langkah yang dapatdilaksanakan dalam kegiatan managerial ini
diantaranya:
 Merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki
 Menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat ini
 Memilih dan menggunakan strategi manajerial, serta
 Menilai evektivitas manajerial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual ataupun klasikal,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dimana harus memenuhi persyaratan
yaitu taqwa kepada tuhan yang maha esa, berilmu, sehat jasmani dan berkelakuan
baik. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Serta kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan
sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Selain itu terdapat beberapa
fungsi utama seorang guru yaitu fungsi instruksional, fungsi edukasional dan
fungsi managerial. Terdapat beberapa peranan dari seorang guru yaitu korektor,
inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing,
demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, evaluator.
3.2 Saran
Dari semua penjelasan yang pemakalah paparkan, pemakalah berharap
saran serta kritik dari para pembaca agar pemakalah dapat memperbaiki dan
menyempurnakan kualitas dari pembuatan makalah serta meningkatkan mutu isi
dari makalah tersebut.
Daftar Rujukan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Ttahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soetjipto Rafis. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Herka Maya Jatmika. Pengembangan Profesionalisme Guru. Universitas
Yogyakarta
Jajang Sulaeman. 2011. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Peranan Guru. Makalah

Anda mungkin juga menyukai