Juluk Adek
Juluk Adek
JULUK ADEK
ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan
menuju zaman terang-benderang seperti sekarang ini, sehingga kami dapat dengan lancer
menulis makalah ini yang berjudul “Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan........................................................................................................15
Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dimasyarakat bersumber dari nilai-nilai luhur budaya lokal yang tercermin
Budaya nasional Indonesia yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai budaya lokal
berpotensi membentuk karakter identitas bangsa dengan memperkuat nasionalisme.
Penamaan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
karenanya harus ditekankan kembali sedini mungkin yaitu pada masa kanak-kanak guna
membangun bangsa dimasa depan.
Piil pesenggiri berarti rasa pantang menyerah sebagai pribadi yang memiliki harga
diri. Unsur-unsur yang melekat pada piil pesenggiri yaitu nemui nyimah yang berarti terbuka
tangan, nengah nyapur yang berarti hidup bermasyarakat dan sakai sambayan yang berarti
tolong menolong dan juluk adek yang berarti bernama bergelar (Hilman Hadikusuma,
1985:22).
Juluk adalah nama yang diberikan kepada anak yang belum menikah, baik laki-laki
maupun perempuan dan ketika sudah berumah tangga kemudian akan mempunyai adek atau
gelar. Pemberian juluk adek melalui ritual yang biasanya dipimpin oleh pemuka adat dan
disaksikan oleh sanak saudara dan kerabat. Juluk adek merupakan pendidikan bagi anak
dalam meraih cita-cita karena menurut adat istidat Lampung untuk mampu hidup terhormat,
mereka harus bekerja ulet, berilmu dan berharta (Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai
dan Diplomasi Budaya, 2013: 52).
Oleh karena itu, juluk Adek tidak akan mungkin tanpa peran orang tua dalam
mengasuh, memotivasi, dan memberikan teladan kepada anak-anaknya. Artikel ini
memaparkan bagaimana orang tua Lampung menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
budaya juluk Adek dalam membentuk kepribadian anak-anaknya.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Juluk adalah nama yang diberikan kepada seseorang yang belum menikah,
baik laki-laki maupun perempuan. Apabila sudah dewasa dan berumah tangga akan
mempunyai adek atau gelar yang diresmikan dan diupacarakan didepan para pemuka
adat dan kaum kerabat (Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya, 2013: 53).
Syarat-syarat seseorang untuk dapat diupacarai baik untuk juluk maupun adek
harus terlebih dahulu meraih prestasi-prestasi baru. Juluk diberikan setelah si anak
memapankan keinginan keras untuk mewujudkan konsep diri atau cita-cita untuk
mencapai sesuatu, maka julukpun diberikan harus sesuai dengan cita-cita yang
dipatrikan. Kelak kalaupun memang cita-citanya tecapai maka ia berarti telah meraih
sesuatu yang baru, yaitu tercapainya sebuah cita-cita maka iapun berhak diupacarai
(Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, 2013: 22).
Juluk Adek merupakan hong atau station yang penting dalam rangka
pembaharuan yang mutlak harus dilakukan manusia sejalan dengan fitrahnya. Itulah
sebabnya maka juluk adek ini diterjemahkan dengan inovasi. Inovasi yang dilakukan
terus menerus antara idealita hingga menjadi sebuah realita. Antara idealita hingga
realita kehidupan manusia harus diwarnai dengan unsur-unsur piil pesenggiri lainnya
(Fachruddin, 2003: 22).
Salah satu unsur piil pesengiri, juluk Adek, sempat menuai kontroversi dalam
Dialog Budaya 1988. Pembicara hanya memperkenalkan praktik "ritual tradisional".
Seseorang diberi julukan di masa mudanya, dan gelar atau Adek/Adok diberikan
kepadanya saat dewasa. Tentu saja, juga akan ada upacara. Saat itu ada semacam
kelalaian, ketidakcocokan sumber. Di satu sisi mendorong seluruh masyarakat
Lampung untuk menerima piil pesenggiri, namun tidak memahami penjelasan piil
pesenggiri justru membatasi peluang kelompok untuk menerimanya.
Pada saat itu makna filosofi dari juluk adek nyaris tidak tersentuh. Piil
pesenggiri yang sejatinya adalah falsafah itu justeru lebih banyak dicontohkan
dengan beberapa upacara daur hidup, yang upacara itu lazim diselenggarakan pada
beberapa daerah daerah tertentu saja.
Nama panggilan merupakan simbol keinginan seseorang untuk lebih maju dan
lebih sukses dari keadaan orang tuanya saat ini dan orang-orang di sekitarnya
sehingga mendapat julukan “Gedung Itten”. Adalah kebutuhan anak-anak yang
dipenuhi oleh orang tua dan orang dewasa yang mengamati pertumbuhan mereka.
Namun idealnya, julukan tersebut merupakan simbol atau peran sosial yang nantinya
dimainkan Sianak saat dewasa. Oleh karena itu, nama panggilan juga diwarnai
dengan konsep orang tua dan lingkungannya, bahkan julukan adalah konsep yang
dimunculkan di masa depan. Ini mencakup semua konsekuensi yang tidak terlepas
dari orang tua dan lingkungannya. Nama panggilan Jasi pada dasarnya adalah nama
yang ideal untuk Sianak. Dan orang tua serta orang-orang di sekitarnya harus
mengkoordinirnya agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan, yang berhak atas gelar
adat di negara tersebut. Sekali lagi, judul khusus adalah simbol yang secara inheren
berhasil. Faktor yang menentukan adalah peran sosial yang dapat dimainkan oleh
orang yang terlibat terlepas dari derajatnya.
Julukan atau implementasi nama panggilan umum biasanya diberikan kepada anak laki-
laki dan perempuan saat lahir. Pengenalan nama panggilan merupakan peristiwa penting bagi
anak-anak sebagai bagian dari deklarasi ideal mereka. Dalam proses pemberian nama
panggilan melalui upacara yang disebut Jejuluk dipimpin oleh seorang kepala adat dan
disaksikan oleh kerabat, kerabat, dan masyarakat sekitar.