Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

JULUK ADEK

Disusun oleh Kelompok 5


Muhammad Rifqi Febrianto (2257051008)
Maressia Anggel Firdaus (2217051028)
Denisya Ayu Aulia (2217051130)
Muhammad Fajar Alfad (2217051148)
Muhammad Aksan Adhi Pratama (2217051097)

ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warrahmatullah hiwabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kami

dapat menyelesaikan makah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan

menuju zaman terang-benderang seperti sekarang ini, sehingga kami dapat dengan lancer

menulis makalah ini yang berjudul “Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari

segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi

lebih baik lagi kedepannya.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk

perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalammualaikum warrahmatullah hiwabarrakatuh

Bandar Lampung, 12 November 2022]

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5

1.3 Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Statistika........................................................................................6

2.2 Manfaat Statistika........................................................................................7

2.3 Peran Statistika Dalam Kehidupan Sehari-hari...........................................8

2.4 Statistika Induktif........................................................................................9

2.5 Peranan Statistika Dalam Berpikir Induktif................................................11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................15

Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dimasyarakat bersumber dari nilai-nilai luhur budaya lokal yang tercermin
Budaya nasional Indonesia yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai budaya lokal
berpotensi membentuk karakter identitas bangsa dengan memperkuat nasionalisme.
Penamaan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
karenanya harus ditekankan kembali sedini mungkin yaitu pada masa kanak-kanak guna
membangun bangsa dimasa depan.

Piil pesenggiri berarti rasa pantang menyerah sebagai pribadi yang memiliki harga
diri. Unsur-unsur yang melekat pada piil pesenggiri yaitu nemui nyimah yang berarti terbuka
tangan, nengah nyapur yang berarti hidup bermasyarakat dan sakai sambayan yang berarti
tolong menolong dan juluk adek yang berarti bernama bergelar (Hilman Hadikusuma,
1985:22).

Juluk adalah nama yang diberikan kepada anak yang belum menikah, baik laki-laki
maupun perempuan dan ketika sudah berumah tangga kemudian akan mempunyai adek atau
gelar. Pemberian juluk adek melalui ritual yang biasanya dipimpin oleh pemuka adat dan
disaksikan oleh sanak saudara dan kerabat. Juluk adek merupakan pendidikan bagi anak
dalam meraih cita-cita karena menurut adat istidat Lampung untuk mampu hidup terhormat,
mereka harus bekerja ulet, berilmu dan berharta (Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai
dan Diplomasi Budaya, 2013: 52).

Oleh karena itu, juluk Adek tidak akan mungkin tanpa peran orang tua dalam
mengasuh, memotivasi, dan memberikan teladan kepada anak-anaknya. Artikel ini
memaparkan bagaimana orang tua Lampung menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
budaya juluk Adek dalam membentuk kepribadian anak-anaknya.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Juluk Adek?
2. Bagaimana juluk adek di masyarakat?
3. Bagaimana Nilai karakter Juluk adek dimasyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa aitu juluk adek
2. Untuk Mengetahui nilai karakter juluk adek dimasyarakat
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Juluk adalah nama yang diberikan kepada seseorang yang belum menikah,
baik laki-laki maupun perempuan. Apabila sudah dewasa dan berumah tangga akan
mempunyai adek atau gelar yang diresmikan dan diupacarakan didepan para pemuka
adat dan kaum kerabat (Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya, 2013: 53).
Syarat-syarat seseorang untuk dapat diupacarai baik untuk juluk maupun adek
harus terlebih dahulu meraih prestasi-prestasi baru. Juluk diberikan setelah si anak
memapankan keinginan keras untuk mewujudkan konsep diri atau cita-cita untuk
mencapai sesuatu, maka julukpun diberikan harus sesuai dengan cita-cita yang
dipatrikan. Kelak kalaupun memang cita-citanya tecapai maka ia berarti telah meraih
sesuatu yang baru, yaitu tercapainya sebuah cita-cita maka iapun berhak diupacarai
(Tim Penulis Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, 2013: 22).
Juluk Adek merupakan hong atau station yang penting dalam rangka
pembaharuan yang mutlak harus dilakukan manusia sejalan dengan fitrahnya. Itulah
sebabnya maka juluk adek ini diterjemahkan dengan inovasi. Inovasi yang dilakukan
terus menerus antara idealita hingga menjadi sebuah realita. Antara idealita hingga
realita kehidupan manusia harus diwarnai dengan unsur-unsur piil pesenggiri lainnya
(Fachruddin, 2003: 22).
Salah satu unsur piil pesengiri, juluk Adek, sempat menuai kontroversi dalam
Dialog Budaya 1988. Pembicara hanya memperkenalkan praktik "ritual tradisional".
Seseorang diberi julukan di masa mudanya, dan gelar atau Adek/Adok diberikan
kepadanya saat dewasa. Tentu saja, juga akan ada upacara. Saat itu ada semacam
kelalaian, ketidakcocokan sumber. Di satu sisi mendorong seluruh masyarakat
Lampung untuk menerima piil pesenggiri, namun tidak memahami penjelasan piil
pesenggiri justru membatasi peluang kelompok untuk menerimanya.
Pada saat itu makna filosofi dari juluk adek nyaris tidak tersentuh. Piil
pesenggiri yang sejatinya adalah falsafah itu justeru lebih banyak dicontohkan
dengan beberapa upacara daur hidup, yang upacara itu lazim diselenggarakan pada
beberapa daerah daerah tertentu saja.

Nama panggilan merupakan simbol keinginan seseorang untuk lebih maju dan
lebih sukses dari keadaan orang tuanya saat ini dan orang-orang di sekitarnya
sehingga mendapat julukan “Gedung Itten”. Adalah kebutuhan anak-anak yang
dipenuhi oleh orang tua dan orang dewasa yang mengamati pertumbuhan mereka.
Namun idealnya, julukan tersebut merupakan simbol atau peran sosial yang nantinya
dimainkan Sianak saat dewasa. Oleh karena itu, nama panggilan juga diwarnai
dengan konsep orang tua dan lingkungannya, bahkan julukan adalah konsep yang
dimunculkan di masa depan. Ini mencakup semua konsekuensi yang tidak terlepas
dari orang tua dan lingkungannya. Nama panggilan Jasi pada dasarnya adalah nama
yang ideal untuk Sianak. Dan orang tua serta orang-orang di sekitarnya harus
mengkoordinirnya agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan, yang berhak atas gelar
adat di negara tersebut. Sekali lagi, judul khusus adalah simbol yang secara inheren
berhasil. Faktor yang menentukan adalah peran sosial yang dapat dimainkan oleh
orang yang terlibat terlepas dari derajatnya.

2.2 Implementasi Juluk dimasyarakat Adat

Julukan atau implementasi nama panggilan umum biasanya diberikan kepada anak laki-
laki dan perempuan saat lahir. Pengenalan nama panggilan merupakan peristiwa penting bagi
anak-anak sebagai bagian dari deklarasi ideal mereka. Dalam proses pemberian nama
panggilan melalui upacara yang disebut Jejuluk dipimpin oleh seorang kepala adat dan
disaksikan oleh kerabat, kerabat, dan masyarakat sekitar.

Prosesi jejuluk dimulai dengan dikumadangkan adzan dan iqamat, aqiqah,kemudian


pembacaan kitab maulid karya Imam al-Barjanzi. Para orang tua mengikuti pemimpin acara
membaca maulid sambil berdiri. Kemudian anak digendong berkeliling dan masing-masing
berdiri menggunting rambut anak dengan mencelupkan gunting pada air kelapa hijau yang
dihias. Setelah itu para hadirin duduk kembali dan bayi diletakkan pada kasur kecil beralas
putih yang dilapisi kain tapis Lampung. Kemudian pemimpin acara membaca doa dan
memberi nama dan jejuluknya dengan memukul canang.

Anda mungkin juga menyukai