D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 9 :
Andrean Fauzi 2031030137
Putri Dela Sari 2031030097
Rachma Istiani 2031030143
Puji Syukur Kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Mantiq / Logika dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mantiq / Logika. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Defriyato, M. Ag selaku dosen
pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Pendahuluan
Latar Belakang
Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikirdengan jelas ,
tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif .dengan demikian
kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas , serta tajam. Hal yang
sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara
untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karenamengajarkan kita untuk
dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataanyang apa bila di telaah lebih
lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self – destructive.
Rumusan Masalah
1. Apa dimaksud dengan silogisme kategorik?
2. Apa dimaksud dengan silogisme hipotesis?
Pembahasan
Silogisme merupakan tekhnik pengambilan kesimpulan secara deduksi atau sering disebut
dengan bentuk pemyimpulan tidak langsung (mediate inference) atau dalam kaidah ilmu mantik
lebih dikenal dengan Istidlal yang secara bahasa memiliki arti: mencari dalil, keterangan,
indikator/petunjuk
Secara Istilah silogisme atau istidlal, bisa diartikan dengan upaya memahami yang belum
diketahui melalui hal-hal yang sudah diketahui atau penyimpulan pengetahuan baru yang
kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara
tertentu.
1
Proporsi yang menyatakan suatu hal secara tidak menyeluruh atau sebagian saja.
2
Mondiri H. Drs, Logika (PT Raja Gravindo Persada Jakarta, 1994), 100
3
Kata atau rangkaian kata yang berfungsi sebagai subjek atau predikat dalam suatu keputusan (kalimat)
Hukum-hukum Silogisme Kategorik
Silogisme kategorik memiliki 8 hukum yang terdiri dari dua bagian; bagian I berhubungan
dengan masalah proposisi terdiri dari 4 hukum dan bagian II berhubungan dengan masalah term
terdiri dari 4 hukum.4
Hukum-hukum yang Berhubungan dengan Proposisi
Yang berhubungan dengan proposisi, hukum-hukum silogisme kartegorik sebagai berikut:
a. Apabila salah satu premis particular, maka kesimpulannya harus particular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan, jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
b. Apabila salah satu premis negative, maka kesimpulannya harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi
c. Dari dua premis yang sama-sama particular tidak sah diambil kesimpulan, kesimpulan:
Beberapa orang kaya kikir.
Beberapa pedagang adalah kaya, jadi:
Beberapa pedagang adalah kikir
d. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apa pun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua psoposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang
ditarik dari dua premis negative adalah tidak sah, seperti:
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bunga mawar,
……(tidak ada kesimpulan)
Silogisme Hipotetik : Adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik5
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau
mengingkari terem antecindent atau terem konsekwen premis mayornya. Pada silogisme
hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya,
mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian konsekuensinya tergantung oleh
bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis minornya. Kita menggunakan istilah itu secara
analog, karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebih umum, maka kita
sebut primis mayor, bukan karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor,
bukan karena ia mengandung term minor, tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus6
4
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu maka tidak diambil kesimpulan
Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten maka premisnya salah
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor
Silogisme harus terdiri dari 3 term (subjek, predikat, term)
5
Proporsi yang kebenarannya dinyatakan atau digantung pada syarat tertentu
6
Ibid. Mundari., 130
Macam tipe silogisme hipotetik
A. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan , saya naik becak
Sekarang Hujan .
Jadi saya naik becak.
Daftar Pustaka
Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi
Jaya nyalaran Pamekasan 2001 )
Drs. H. Mundiri (2014). Logika (dalam bahasa Indonesia). Rajawali Pers. hlm. 99. ISBN 979-
421-398-5
Suladi. 2014. Seri Peyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.