Anda di halaman 1dari 4

LAUREN BOOTH

(penyiar, jurnalis, dan aktivis pro-Palestina Britania Raya)

TELAAH FILSAFAT ILMU MELALUI PENDEKATAN

(ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

Disusun guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pembimbing: Dr. H. Saifullah M.Hum.

Disusun Oleh:

Annisa Dwi Fosipa Wilda (17720033)

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang

2017
Adalah Sarah Jane Booth atau biasa dikenal dengan nama Lauren Booth merupakan
putri dari pasangan Antony Booth dan Pamela Smith, lahir pada tanggal 22 Juli 1967
tepatnya di Britania Raya. Lauren Booth adalah penyiar, jurnalis, dan aktivis pro-Palestina
Britania Raya. Ia baru-baru ini bekerja untuk saluran televisi berita Iran, Press TV. Selain
sebagai Penyiar televisi Lauren Booth juga dikenal masyarakat Inggris sebagai adik ipar
mantan perdana mentri Inggris Tony Blair.

Lauren Booth dulunya adalah wartawan barat dengan gaya hidup yang jauh dari nilai-
nilai, proses dan pilihan sebagai makhluk Allah. Ketika masih kanak-kanak, Lauren Booth
tumbuh dalam keluarga rata-rata di london utara, tahun 1970-an. Artinya kedua orang tuanya
adalah merupakan rata-rata sikapnya seperti kebanyakan orang di daerah sana, yaitu sering
mabuk-mabukan, bahkan ayahnya kerap sekali mabuk dan membuat banyak wanita menjadi
hamil. Ayahnya merupakan katolik KTP, yang mana sikapnya sama sekali tidak
mencerminkan seorang katolik bahkan mungkin cenderung sekuler, sedangkan ibunya bisa
disebut sebagai penganut kristen tahayul, karena ibunya sama sekali tidak pernah pergi ke
gereja, berdoa bahkan melakukan ritual-ritual sebagaimana kristen pada umumnya,
melainkan sangat percaya pada tahayul dimana setiap sudut rumah bahkan diatas dinding
pintu ia meletakkan salib agar terhindar dari roh-roh jahat. dan bisa dibilang keluarga lauren
Booth hidup dengan agama sekuler. Dan lauren sendiri memandang islam sebagai agama
yang ekstrim.

Dan ketika peristiwa 11 september 2001, dimana pesawat menabrak gedung dan
menewaskan beberapa orang dan pada tahun 2004 lauren booth merasa tergugah atas
kejadian 11 sseptember silam, dimana orang –orang mulai ingin mengetahui secara jauh
tentang islam begitu juga dengan Lauren Booth, dan pada waktu yang sama Lauren Booth
ingin menonton video tentang palestina kala itu, ada beberapa gambar ikonik dan sangat
menyentuh jiwa, salah satunya yaitu seorang bocah lelaki memegang batu dengan tangannya
ketika tank israel menuju ke arahnya, anak itu bernama Faris Audah umurnya baru sekitar
belasan tahun dan tinggal di gaza dan tepat setelah foto itu diambil sniper Israel menembak
kepala bocah laki-laki palestina tersebut.

Ada sesuatu di gambar yang dimuat media itu menggugah hati Lauren Booth “mengapa
BBC mengatakan : tank israel menghajar anak-anak berandalan muslim arab” namun bagi
Lauren Booth tank itulah yang jahat, sementara anak-anak dan orang sipil tak bersenjata
adalah baik. Dimana tank-tank tersebut menghancurkan kota yang mana orang-orang sipil
ingin mempertahankan kemerdekaannya, tapi Lauren Booth tidak mendapati media yang
mengatakan begitu, malahan media saat itu berpihak pada israel, seolah-olah peristiwa
tersebut diputar balik, dan hal ini terjadi disebuah kota yang hampir sama sekali tidak pernah
Lauren Booth kenal yaitu Gaza.

Ditahun 2005 Lauren Booth membuat suatu komisi dari surat kabarnya, mewawancarai
Mahmud Abbas di Ramallah, dan saat perjalanan ke tel Aviv Lauren baru sadar bahwa
dirinya sangat takut terhadap orang arab dan ia sadar ia mempunyai pobia islam, yang mana
dalam pikirannya palestina adalah sarang teroris dan teroris sangat berbahaya, setibanya di
tepi barat kota Ramallah Lauren Booth berjalan dengan didampingi algojo palestina yang
bertubuh besar dan bersenjata, setiap kali algojo palestina tersebut berbicara dengan
temannya maka yang ada dalam pikiran Lauren adalah bahwa mereka akan membunuh
wanita barat (red:lauren) tersebut, butuh waktu lima hari bagi lauren untuk menghilangkan
prasangkanya, suatu hari lauren pergi jalan-jalan keluar di tepi barat tanpa memakai pakaian
hangat (karena semua barang disita oleh penjaga palestina) dan ia berjalan dengan sedikit
kedinginan saat itu, sampai seorang wanita tua melambaikan tangannya memanggil Lauren
Booth agar singgah dirumahnya, dan ia membuka lemari penuh dengan baju hangat dan
memakaikannya pada Lauren, tak sampai disitu wanita tua tadi mengambil koper kecil dan
memasukkan beberapa pakaian hangat untuk dibawa oleh Lauren.

Dan saat itu juga Lauren Booth merasa sangat aneh, karena ia baru mendapati orang-
orang yang sangat ramah meski baru bertemu sekalipun, disepanjang jalan banyak yang
menyapa dengan sekedar menanyakan kabar, mengucapkan salam, dan hal ini sangat
membuat Lauren Booth terperanga akan kemurahan hati orang-orang yang ada di Palestina.
Persepsi Lauren Booth terhadap islam mulai berubah.

Pada tahun 2007 Lauren meliput berita dan pergi ke Lebanon dimana Israel
menghancurkan negara tersebut, setibanya dibandara Lauren di kawal oleh dua orang lebanon
dan bertemu dengan beberapa gadis remaja yang mengenakan hijab dan sempat menyapa
Lauren, Laurenpun sempat menanyakan tentang kehidupan mereka di beirut saat itu dan
apakah mereka menjalani kawin paksa dll?, dengan herannya remaja berhijab tadi menjawab
“tidak ada yang bisa memaksa kami baby, ini beirut, jika kamu menanyakan apakah saya
sayang ayah saya, maka tentu saya sangat menyayangi ayah saya”. Dan laurenpun terheran-
heran dan sadar bahwa semua kebebasan itu disertai rasa hormat pada keluarga sangatlah
menarik. Mereka belajar sampai tingkat tinggi, melakukan apa yang mereka inginkan tapi
mereka cinta agamanya, mereka cinta negerinya, mereka cinta imannya.pandangan baru
terpapar pada lauren, dimana tidak ada satupun tampil salah seperti diberitakan oleh media.
Banyak peristiwa-peristiwa yang dialami Lauren setelah itu, dimana prasangkanya terhadap
islam masih sangat ekstrim, dan menganggap islam kejam apalagi suka menindas kaum
perempuan, namun setelah itu lauren banyak merenung karena apa yang ia alami di sana
sama sekali tidak seperti yang ia anggap sebelumnya, yang ia dapati malahan bahwa islam
sangat ramah, sopan dan sangat menghormati kaum wanita bahkan para muslimah bebas
memilih jalannya sendiri.

Namun beberapa kejadian tersebut belum cukup membuat Lauren Booth masuk islam,
karena ia menganggap itu bukan jalannnya, ia minum-minum alkohol dan ia masih
menikmati hidupnya.namun hidupnya berubah saat ia memutuskan pergi ke gaza dengan
gerakan “bebaskan Gaza” pada tahun 2008, ia berangkat ke gaza menggunakan perahu kecil
dan mereka berhasil, yang pertama setelah selama 41 tahun terakhir. Berlayar dari dunia luar
memasuki pantai Palestina dan hal itu sangat mengharukan bagi Lauren Booth, ketika orang-
orang mengatakan “kau akan mati di sana” Lauren menjawab “tidak peduli! Saya tidak bisa
membiarakn manusia hidup seperti itu”.
Namun ia belum ingin untuk masuk islam, karena baginya hal itu tidak harus merubah
atau berpindah ke agama yang lain, hingga pada suatu ketika, ia berada di gaza pada bulan
ramadhan, ia mendatangi sebuah rumah yang sangat kumuh dan berpenghuni padat, seorang
wanita membukakan pintu dan melemparkan senyum yang sangat indah kepada lauren dan
dengan senang hati mempersilahkan masuk, pada saat itu ketika Lauren melihat kondisi yang
sangat memprihatinkan, orang miskin, dan harus berpuasa tidak makan dan minum
sedangkan mereka tidak mempunyai makanan sedikitpun, Lauren sangat marah kepada tuhan
umat islam, dan tanpa dengan hormat lauren bertanya pada wanita tersebut “mengapa
tuhanmu menyuruhmu berpuasa dengan kondisi yang sangat memprihatinkan ini? Dai pasti
kejam dan tidak waras.” Wanita tadi memandang lauren namun tidak marah seraya menjawab
“Allah dan Rasulnya menyuruh kami berpuasa untuk mengingat orang-orang miskin”. Dari
situ laurent sangat terkejut atas jawaban sang wanita, diaman dijalur gaza pada bulan
ramadhan mereka berpuasa untuk mengingat orang-orang miskin. Jika ini islam, dengan
kasihnya, kemurahannya, kemampuannya merasakan kebahagiaan disaat menderita maka
lauren akan bergabung dengan sepenuh hati.

Perjalanan Lauren Booth masuk islam sama sekali tidak menggunakan nalar pikiran
karena ia melakukan segala perjalanan dengan emosinya, menelaah semua kejadian yang ia
alami berdasarkan emosinya, dan setelah ia masuk islam ia mengaku bahwa segala kerisauan
yang ia alami sebelumnya lenyap begitu saja dan Alhamdulillah belum kembali. Dan kini ia
menjalani kehidupannya tanpa sedikit kegelisahan dan kerisauan, dan tentu ia menjalani
hidupnya dengan penuh rasa syukur atas nikmat iman yang ia rasakan saat ini.

Anda mungkin juga menyukai