Anda di halaman 1dari 16

PERNIKAHAN BEDA AGAMA

STUDI ANALISIS SURAH AL-BAQARAH AYAT 221 TAFSIR AL-IBRIZ

Syahrul Kirom1, Wasilatul Habibah2, Faiqoh Naufalia Arrozi3


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
1
Syahrulk340@gmail.com, 2wasilatulhabibah2@gmail.com, 3faiqoharrozi@gmail.com

Abstrak : Artikel ini membicarakan tentang pandangan Bisri Mustofa yang dituangkan dalam
tafsir karyanya yaitu Tafsir al-Ibri>z mengenai pernikahan beda agama. sebagaimana yang kita
ketahui bahwa menikah adalah salah satu penyempurna ibadah kepada Allah SWT. Namun
bagaimana dengan adanya pernikahan yang berbeda keyakinan, sedangkan dalam QS. Al-Baqarah
[2]: 221 dijelaskan bahwa Allah melarang untuk menikahi orang musyrik kecuali mereka sudah
beriman. Artikel ini menggunakan metode library research dengan menyusun sebuah data dan
temuan dari berbagai artikel, jurnal dan buku. Dibalik QS. Al-Baqarah [2]: 221 Allah pasti
memiliki tujuan atas larangan-Nya karena pernikahan yang berlatar belakang beda agama tidak
akan mulus sejak awal. Banyak sekali ditemui pernikahan dengan orang yang berbeda agama
berawal manis namun berujung pada perceraian, hal tersebut menunjukkan bahwa pernikahan beda
agama tidak akan berjalan dengan baik.
Kata Kunci: Pernikahan, Beda Agama, QS. Al-Baqarah [2]: 221, Tafs>r al-Ibri>z.

Pendahuluan
Kompilasi hukum Islam menyatakan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat
kuat atau mitsaqon gholidhan untuk mematuhi perintah Allah, dan termasuk amalan
ibadah. Pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang Sakinah,
Mawaddah Warahmah. Namun terkadang muncul fenomena dimana pasangan suami istri
berbeda dalam memeluk agama. Padahal menurut Islam, kehidupan keluarga seperti itu
tidak dapat sepenuhnya terwujud kecuali jika suami dan istri menganut agama yang sama.
Perbedaan kedua agama tersebut menimbulkan berbagai kesulitan dalam hal lingkungan
keluarga, praktik peribadatan, pengasuhan anak, makanan, dan pemeliharaan tradisi
keagamaan.1 hal tersebut juga tentunya sangat bertentangan dengan firman Allah dalam
surat al-Baqarah [2]: 221 yang artinya:

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari
orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah- Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.2
Ayat tersebut juga dijelaskan dalam kitab tafsir al-Ibri>z karya Bisri Mustofa . Bisri
Musthofa adalah salah satu ulama Indonesia yang mempunyai karya besar. Terkenal

1
Abu Romad,. “Telaah Karakteristiktafsir Arab Pegon Al-Ibriz”. Jurnal Analisa, Vol XVIII, No. 01, (2011),
29.
2
Al-Qur’an, 2: 221.

1
sebagai pembicara yang fasih di atas panggung dan di atas kertas, serta sebagai tokoh NU
yang terbiasa berdakwah dengan lisan. Karya-karyanya banyak tersebar di nusantara dan
masih beredar hingga saat ini. Salah satu karyanya adalah tafsir yang sangat terkenal Kitab
Tafsir al-Ibri>z li> Ma'rifati Tafsi>ril Qur'an al-Azi>z. Karya asli Tafsir Quran dengan huruf
arab pegon. kemampuan . Bisri Musthofa tidak terlepas dari perkembangan hidupnya dari
masa kecil hingga sebagai Ulama ternama. Tafsir al-Ibri>z diselesaikan pada tanggal 29
Rajab 1379, bertepatan dengan 28 Januari 1960. Menurut Ma’rufah, al-Ibri>z selesai ditulis
sekitar tahun 1964 setelah kelahiran putri terairnya, Atika.

Bagaimana pernikahan beda agama menurut tafsir al-Ibri>z hal ini menjadi menarik
untuk dikaji sebagai telaah bagi kita umat manusia untuk melaksanakan ibadah pernikahan
yang baik dengan orang yang tepat agar senantiasa mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah.

A. Biografi Bisri Mustofa

Kitab tafsir al-Ibri>z dikarang oleh . Achmad Mustofa Bisri yang biasa dipanggil
Gus Mus. Beliau lahir di Rembang pada tahun 1915 M. Di Kampung Sawahan Gang Palen
Rembang Jawa Tengah. Pada masa kecilnya, kedua orang tuanya yaitu Zainal Mustofa dan
Chodijah memberinya nama Mashadi. Nama tersebut berganti setelah ia menunaikan
ibadah haji pada tahun 1923 dengan nama Bisri. Mashadi merupakan anak pertama dari
empat bersaudara dari Salamah, Misbah dan atijah.3

Bisri Mustofa lahir di lingkungan Pesantren karena ayahnya yang memang seorang
kiai. Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Ongko Loro Jawa di Rembang sejak berusia 7
tahun. Alasan Bisri tidak sampai lulus dari sekolah ini adalah karena ia harus putus sekolah
saat mendekati tahun kedua, karena orang tuanya mengajaknya untuk melaksanakan
ibadah haji ke Mekah. Tampaknya pada saat inilah ia harus merasakan kesedihan yang
mendalam, karena ayah tercintanya jatuh sakit selama haji dan meninggal dalam
perjalanan kembali di pelabuhan Jeddah.

Sepeninggal ayahnya, Bisri Mustofa tidak hanya dibesarkan oleh ibunya, tetapi
juga oleh saudara tirinya Zudi. Bisri Mustofa disekilahkan olehnya di HIS (Holland
Inlands School). Namun, Cholil tidak setuju karena sekolah itu milik penjajah Belanda. Ia

3
Izzul Fahmi, “Lokalitas Kitab Tafsir Al-Ibriz karya . Bisri Mustofa ”, Islamika Inside, Vol. 05, No. 01,
(2019), 100.

2
takut jika Bisri Mustofa bersekolah di sana, ia akan berair dengan kepribadian yang sama
dengan mereka. Oleh karena itu, ia dipindahkan ke Sekolah Ongko Loro sampai air.

Pada tahun 1925 ia dikirim ke Pesantren Kajen Pati, yang dikelola oleh Chasbullah
untuk bulan puasa. Namun di pesantren tersebut, ia tidak betah dan berada di sana hanya
selama tiga hari. Tahun berikutnya 1926, setelah lulus dari Ongko Loro, ia dikirim ke
pesantren lain di Kasingan, yang dikelola oleh Cholil. Namun, ia tidak betah lagi
mengingat belajar di pesantren lebih sulit daripada di sekolah umum. Ia juga menilai
bahwa Cholil sangat garang dalam mengajar. Pada airnya, karena dia juga tidak betah,
Bisri Mustofa berhenti dan kembali ke Rembang. Setelah berbulan-bulan tidak mondok,
Bisri menganggur di rumah. Ia hanya menghabiskan kesehariannya bermain dengan
teman-temannya di desa yang berlangsung selama empat tahun.4

Pada tahun 1930, Bisli Mustofa masuk kembali ke Pesantren Kasingan. Tapi kali
ini dibawa ke rumah Suja’i (kakak ipar . Cholil). Bisri Mustofa hanya mempelajari kitab
Alfiyah bin Malik. Namun, pengalaman dari sebelumnya berbeda. Kali ini, ia merasa
punya kecocokan, jadi dia betah belajar lama dengan Suja’i dan mempelajari kitab setiap
hari. Hal itu berlangsung selama hampir dua tahun sehingga ia menjadi siswa yang
menguasai kitab tersebut. Dia bisa menghafal seribu makna dan bait dalam kitab tersebut,
setelah itu ia mempelajari kitab-kitab lain yang belum pernah ia pelajari sebelumnya.

Bisri Mustofa adalah tokoh yang karismatik dan produktif. Beliau pernah
menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Selain itu, Gus Mus juga sempat
menimba ilmunya di pondek pesantren Krapyak, Yogyakarta di bawah asuhan . Ali
Maksum dan . Abdul Qadir. Setelah lulus, Gus Mus melanjutkan studinya di Universitas
Al Azhar, Kairo. Di Al Azhar, untuk pertama kalinya Gus Mus bertemu dan berkenalan
dengan Gus Dur, yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia. Gus mus juga
terdidik dari keluarga yang tergolong muslim taat. Pendidikan Bisri Mustofa pertama di
peroleh dari keluarganya yang agamis, Secara lingkungan juga di dalam lingkup pesantren.

Gus Mus sangat menguasai bahasa Arab, Inggris dan Perancis, maka dari itu beliau
kemudian banyak berkiprah sabagai “kutu buku” dan penulis sekaligus dikenal sebagai
seorang sastrawan. Beliau adalah seorang pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibin
di Rembang, Jawa Tengah. Bisri Mustofa mendidik santrinya mengunakan pengajaran
tradisional. Selain sebagai pengasuh sebuah pondok pesantren, beliau juga pernah

4
Ibid., 102.

3
memegang amanah sebagai Rais Syuriah PBNU dan Anggota Dewan Penasihat DPP PKB.
Beliau dikenal sebagai seorang politikus yang berwibawa dan di segani oleh kawan
maupun lawan.

K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah seorang tokoh yang banyak memberikan
kontribusi berharga dalam pemikiran hukum Islam saat ini. Salah satu kontribusi
pentingnya yaitu bahwa dalam menjawab permasalahan-permasalahan hukum, ia
senantiasa melandasinya dengan metodologi pemikiran hukum Islam yang kuat dan tidak
terikat oleh madzhab tertentu. Sikap ini menjadi sangat penting ditengah digalakannya
pengembangan pemikiran hukum Islam yang mensyaratkan adanya kebebasan berfikir.
Namun demikian, kebebasan berpikir versi . Mustofa Bisri adalah kebebasan yang terukur
dan terbingkai dalam al-maqa>s{id al-shar’iyah yang menjadi tujuan diturunkannya syari’ah
Islam. Selain itu, Gus Mus juga merupakan salah seorang ulama yang bisa diterima secara
luas oleh masyarakat. Hal ini menguatkan bahwa pemikiran-pemikiran beliau dapat
diterima oleh setiap masyarakat dimana pun dan kapan pun.5

Pemikiran keagamaan Bisri Mustofa dinilai oleh banyak kaingan bersifat moderat.
Sikap moderat ini merupakan sikap yang diambil dengan menggunakan pendekatan ushul
figh yang mengdepankan kemaslahatan dan kebaikan umat islam yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi zaman clan masyarakatnya.6 Oleh karena itu pemikirannya sangat
kontekstual. Pemikiran-pemikiran Bisri Mustofa itu biasnya dituangkan dalam bentuk
tulisan yang disusunnya menjadi buku-bulku. kitab-kitab, dan lain sebagainya. Banyak
sekali karya Bisri Mustofa yang sampai sekarang menjadi rujukan bagi para ulama dan
santri di Indonesia dan di Jawa ususnya. Hasil karya yang sudah tercetak kira-kira
sebanyak 176 buah.

B. Karakteristik Kitab Tafsir al-Ibri>z

Karakteristik kitab tafsir al-Ibri>z terkesan unik, karena dalam penerjemahannya


Bisri Musthafa menggunakan tiga langkah. Pertama, dengan memberikan makna gandul,
yaitu mengartikan setiap kata secara nahwi, shorfi, maupun lughawi. Selain itu keunikan
tafsir ini tampak dari pemaknaan yang menampilkan ciri as pesantren, seperti utawi,
kelawan, iki,iku, ing ndalem dan sebagainya. Kedua, dengan menafsirkan dan

5
Laili Humam Miftahuddin, “Ulama dan Media Sosial: Analisis Pesan Dakwah . Mustofa Bisri di Twitter”,
Muharrik: Jurnal Dakwah dan Sosial, Vol 1, (2018), 120.
6
Ahmad Dandi AP, “Tinjauan Historis Syiir Ngudi Susilo Karya . Bisri Mustofa ”, (Skripsi Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Sunan Ampel, 2019), 26.

4
menerjemahkan ayat secara sekaligus dengan bahasa Jawa yang diletakkan di samping
lembaran kitab. Terjemah diawali dengan penomoran yang disesuaikan dengan ayat yang
diterjemahkan. Hal itu berkebalikan dengan ayat, jika ayat penomoran terletak di air, maka
dalam penerjemhan nomor ayat terletak di awal. Ketiga, melengkapi terjemah dengan
keterangan-keterangan tertentu yang berkaitan dengan ayat. Keterangan tersebut berupa
kata faidah biasanya, tanbih, qishos, muhimmah, dan mujarrab.7

Tafsir al-Ibri>z dicetak dalam 30 jilid, sesuai dengan jumlah Juz dalam Al-Qur'an
dan diterbitkan per-juz. Tidak ada informasi yang ditemukan mengapa tidak
diinterpretasikan dengan satu jilid saja untuk portabilitas. Formatnya agak berbeda dari
kebanyakan tafsir dan kitab kuning. Belum lagi memperhatikan format halaman yang
sedikit tidak biasa. Ayat-ayat Al-Qur'an yang diberi arti Gandul ditulis di atas kotak
persegi, dan pinggirannya yang biasa disebut hamish digunakan untuk menulis tafsir Jawa
yang ditulis dalam aksara Arab pegon. Buku ini memiliki 30 jilid, masing-masing jilid
memiliki nomor halaman yang terus menyambung. Halaman pertama jilid 3 dimulai pada
halaman 100 karena jilid 2 berair pada halaman 99, jilid 4 dimulai pada halaman 145
karena jilid 3 hanya memiliki 144 halaman, dan seterusnya berlanjut hingga 30 jilid yg
berair dengan nomor 2347.8

Penafsiran ini menggunakan bahasa Jawa Ngoko, meskipun terkadang sedikit


bercampur dengan istilah bahasa Indonesia. hal ini dilakukan untuk fleksibilitas dan
kejelasan. Dengan melalui ngoko, pembicara dan pendengarnya dapat menghilangkan
kesenjangan psikologis dalam berkomunikasi. Keduanya berada dilevel yang sama
sehingga tidak perlu berbasa-basi seperti saat menggunakan Kromo Madyo atau Kromo
Inggil.9

Menggunakan aksara Jawa dan Arab pegon, tafsir ini hanya dapat dibaca dan
dipahami oleh mereka yang mengenal aksara Jawa dan Arab. Artinya, tidak semua orang
memiliki akses terhadap karakter tulisan atau bahasa tersebut. Namun dari segi
hermeneutik, kata-kata yang digunakan sangat mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak
akan mempersoalkan kebenaran dan validitas ide yang diungkapkan oleh penulis.

7
Fejrian Yazdajird Iwanebel, “Corak Mistis dalam Penafsiran . Bisri Musthafa: Telaah Analisis Tafsir Al-
Ibriz”, Rasail, Vol. 01, No. 01, (2014), 31-33.
8
Romad,. “Telaah Karakteristik...”, 34.
9
Masluin, “Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya . Bisri Musthofa”. Jurnal Keilmuan Tafsir
Hadis, Vol 5, No. 1, (2015). 81-82.

5
Berdasarkan peta metodologi yang dikemukakan oleh al-Farmawi dan yang
sealiran dengannya, Tafsir al-Ibri>z disusun dengan menggunakan metode Tahlili, yaitu
suatu metode untuk penafsiran makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang
urutannya disesuaikan dengan urutan dalam mushaf al quran. Penjelasan makna ayat dapat
berupa makna kata atau penjelasan umum, struktur kalimat, informasi yang diperoleh dari
Asbabun Nuzul, Nabi, Sahabat, Thabiin, dan lain-lain.

Dari sudut pandang Yunan Yusuf, metode yang digunakan untuk menafsirkan al-
Ibri>z adalah tafsir yang bersumber dari Al-Qur'an itu sendiri. Dengan kata lain, ayat-ayat
Al-Qur'an ditafsirkan menurut bunyi ayatnya, bukan ayat demi ayat. Kalimat dengan
makna yang jelas dijelaskan dengan cara yang sama seperti terjemahan. Sementara
kalimat-kalimat yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, informasinya diberikan secara
lengkap. Kadang-kadang ada interpretasi berdasarkan ayat-ayat lain dari, Hadits bahkan
ra'yu, tetapi mereka tidak dominan dan memiliki arti yang sederhana.

Pendekatan atau gaya tafsir al-Ibri>z tidak menunjukkan kecenderungan dominan


pada gaya tertentu. al-Ibri>z merupakan perpaduan antara fiqhi, sosial kemasyarakatan dan
shufi. Dalam arti, penafsir akan memberikan penekanan usus pada kalimat-kalimat tertentu
yang memiliki muatan hukum, shufi atau sosial. Perpaduan fiqih, sosio-masyarakat dan
shufi harus dipahami dalam arti yang sangat sederhana. Karena dibandingkan dengan
kitab-kitab tafsir bercorak tertentu seperti tafsir Ahkam al-Qur'an karya al-Jashshash
tentang fiqih, tafsir al-Ibri>z berada di bawahnya.10

Tafsir Bisri Mustofa tentu memiliki fungsi implisit dalam hubungan dengan
masyarakat dan alayak yang dialami oleh Bisri Mustofa sendiri. Selain menggunakan
bahasa Jawa aksara Arab Pegon yang diasosiasikan dengan masyarakat bahasa Jawa
ususnya Pesantren, Karakter dan ciri as Tafsir al-Ibrīz lainnya yaitu mengangkut lokalitas
budaya jawa seperti mistisme yang mempercayai terhadap benda-benda ghoib, budaya
ziyarah dan keterangan tanaman obat yang juga memasukkan kearifan lokal masyarakat
Jawa.

Rasa nasionalisme juga terdapat dalam tafsir al-Ibri>z. Hal ini seperti yang
ditafsirkan oleh Bisri Mustofa dalam tafsir al-Ibri>z pada Q.S. al-Baqarah [2]: 144. Dari
tafsir Bisli Mustofa, terlihat jelas bahwa kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap tanah
airnya sangat besar. Ini dibuktikan ketika dia hijrah ke Madinah dengan shalat ke kiblat

10
Romad,. “Telaah Karakteristik...”, 34-37.

6
Bayt al-Muqaddas, tetapi enam belas atau tujuh bulan kemudian Nabi merindukan Mekah
dan Ka'bah. Karena Mekkah adalah tanah leluhurnya (Nabi Ibrahim) dan kebanggaan
bangsa Arab. Airnya, Allah menyetujui keinginan Nabi Muhammad dan mengarahkan
kiblat kembali ke Ka'bah, meskipun orang-orang musyrik mengutuknya. Dalam cerita
tersebut, Bisri Mustofa ingin menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki kecintaan terhadap
negaranya. Rasa nasionalisme tidak ada artinya kecuali dibuktikan dengan cinta tanah air.
Seperti kata pepatah, hubb al-wat{an min al-īmān (cinta tanah air adalah bagian dari iman).

C. Karya-karya
Pada periode kedua sekitar tahun 1951-1980 M. tafsir yang berbahasa daerah masih
kerap beredar di kalangan masyarakat, di antaranya adalah Tafsir al-Ibri>z karangan . Bisri
Mustofa . Sebuah karya tafsir yang sangat sederhana yang di tulis dengan menggunakan
bahasa Jawa (bahasa setempat), namun tetap memakai huruf Arab, yang terdiri dari 30 jilid
(per satu juz) berikutnyadijadikan 3 jilid bear sebanyak 2270 halaman Kitab ini ditulis
selama kurang lebih empat tahun yakni dari tahun 1957-1960 M selesai pada hari kamis
tanggal 20 Rajab 1379 H atau bertepatan pada tanggal 28 Januari 1960 M pada usianya
yang ke-45 dan diterbitkan oleh Menara Kudus (Bisri Mustofa : t. th: 25).
Karya Bisri Mustofa umumnya terbagi dalam dua objek. Pertama, Santri, yang
meliputi Ilmu Nahwu, Ilmu Syaraf, Ilmu Mantiq, dan Ilmu Balaghah. Kedua, berpartisipasi
aktif dalam pengajian di langar untuk masyarakat umum.

Secara keseluruhan karya Bisri Mustofa terdiri dari Tafsir, Hadits, Aqidah, Fiqih,
Sejarah Nabi, Balagoh, Ilmu Nahwu dan Sorof, Syi'iran, dan banyak lagi karyanya yang
diterbitkan oleh percetakan. karya . Bisri Musthofa diterbitkan oleh Menara Kudus, editor
Perpustakaan Progresif Surabaya dan Toha Putra Semarang. Karyanya yang paling
monumental adalah Tafsir al-Ibri>z, sebuah tafsir Jawa tiga jilid tentang Al-Qur'an,
termasuk satu Beberapa diterbitkan secara terpisah, dan ada 30 jilid.11

Selain itu, Bisri Mustofa juga telah menulis beberapa buku di bidang alak atau ilmu
moral. Dalam hal ini, alak berbeda dari etika yang merupakan cabang filsafat. Alak
dipahami sebagai seperangkat aturan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap,
beralak mulia, dan berbudi pekerti yang baik. Di pesantren dan madrasah, alak diposisikan
sebagai subjek, namun juga diposisikan sebagai tindakan dan pengetahuan praktis yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

11
Dandi AP, “Tinjauan Historis...”, 21.

7
Bentuk karya Bisri Mustofa dapat dikategorikan ke dalam berbagai jenis seperti
terjemahan, nadhom dan bentuk esai dengan terjemahannya, diantaranya berjudul
Tarjamah Mand{u>mah al-Baiku>ni>, Tarjamah Jauhar Maknu>n, Aqi>datul Awam, Tarjamah
Nadham Sulam Munawwaraq fi al-Manthi>b, Terjemah Alfiyah ibn Malik, Tirya>q al-
Aghya>r fi Tarjamah Burdah al-Mutar, dan lain-lain. Beberapa karyanya juga ditulis dalam
bahasa Arab dalam bentuk Nadham atau Syiir dan kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Jawa secara bersamaan, dan ada juga yang ditulis langsung dalam bahasa Jawa
seperti Washa>ya> al-Aba>’ li al- Abna>, Kitab Syi’iran, Mitera Sejati, dan Ngudi Susilo.
Adapun untuk esai yang berbahasa Jawa Pegon yaitu antara lain An-Nibra>s, Al-‘Idah al-
Jumu’iyyah, Ima>muddin, Tari al-Auliya, dan lain-lain.

Dalam bidang tafsir Bisri Mustofa menulis Tafsir al-Ibri>z, Tafsir Surat Yasin, al-
Iksier. Hal ini dimaksudkan sebagai pengenalan ilmu tafsir bagi mahasiswa yang baru
mengenal ilmu tafsir. Dalam bidang Hadits Bisri Mustofa menulis Sulamul Afham, al-
Azwad al-Musthofawiyah, al-Mandhomatul Baiquny. Di bidang Aqidah ia memiliki dua
kitab. Rawihatul Aqwam, Durarul Bayan, Syari'ah Sullamul Afham li Ma'rifati al-adillatil
Ahkam fi Bulughil Maram, Qawa'id bahiyah, Panduan Sholat, Manasik Haji, Islam dan
Sholat. Dalam linguistik Arab adalah Jurumiyah, Nad{am Imriti, Alfiyah ibn Malik, Nad{am
al-Maks{u>d. dan Sharah Jawhar Maknu>n. Dalam Ilmu Mantiq Tarjamah Sullamul
Munawraq. Sejarah Nibrasy, Kurma Anbiya, Kurma Awliya. Bagian lainnya seperti Doa
Harian dua jilid berjudul al-Haqi>bah dan kumpulan khutbah yang berjudul al-Idha>matul
Jumu'iyyah. karya Bisri Mustofa masih digunakan sebagai sastra di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan pesantren non-Jawa.12

D. Metode dan Corak Penulisan


Berdasarkan metodoligi yang disampaikan oleh Farmawi dan yang sealiran
dengannya, tafsir al-Ibri>z disusun dengan metode tahili, yaitu metode yang menjelaskan
makna-makna yang dikandung ayat Al-Qur'an yang urutannya disesuaikan dengan tertib
ayat mushaf Al- Quran. Penjelasan makna-makna ayat tersebut dapat berupa makna kata
atau penjelasan umumnya, susunan kalimatnya, asbabun nuzulnya, serta keterangan yang
dikutip dari Nabi, sahabat maupun tabi 'in.13

12
Prayogo, Ahmad Dandi Agus, “Tinjauan Historis Syiir Ngudi Susilo Karya .Bisri Mustofa ”, Diss. UIN Sun
Ampel Surabaya, 2019, 20-23.
13
Abu Romad, "Telaah Karakteristik Tafsir Arab Pegon Al-Ibriz" (Analisa, 01, 2011) 35-36.

8
Makna kata perkata disusun dengan sistem makna gandul, sedang penjelasannya
(tafsirnya) diletakkan di bagian luarnya. Dengan cara ini, kedudukan dan fungsi kalimat
lebih terlihat detail, sehingga mempermudah pembaca untuk mengetahui kedudukan fi‟il,
fa'il, maf'ul dan lainnya sebagainya. Ditinjau dari sumbernya, kitab tafsir al-Ibri>z
menggunakan metode bi al-ra'yi, yaitu menafsirkan Al-Qur'an dengan didasarkan atas
sumber ijtihad dan pemikiran mufasir terhadap tuntunan kaidah bahasa Arab dan
kesusatraannya serta tori ilmu pengetahuan yang dikuasai.
Ijtihad yang dilakukan Bisri adalah dengan memberikan makna gandul pada setiap
kalimat dalam ayat. Dalam hal ini Bisri tidak serta merta menggunakan ijtihadnya secara
keseluruhan. Akan tetapi ia juga merujuk pada kitab-kitab tafsir mu‟tabarah, seperti tafsir
Jalalain, tafsir azin, dan tafsir Baidawi.

Dari masa ke masa corak penafsiran telah berkembang dengan cukup pesat, sebab
kondisi zaman dan karakter masyarakat yang berbeda-beda akan sangat menentukan
sebuah kecenderungan tertentu. Sebagaimana tafsir al-Ibri>z, ketika berbicaara mengenai
sosial-keagamaan sebenarnya Bisri Musthafa tidak terlalu tradisional, pandangan sosial
keagamaannya sangat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang melatarbelakangi suatu
peristiwa. Oleh karenanya paling tidak dalam tafsirnya terdapat beberapa corak tafsir
seperti corak ilmi, adabi ijtima 'i, dan mistis.

E. Tinjauan Umum Tentang Pernikahan Beda Agama


Pernikahan merupakan salah satu ibadah yang berlangsung paling lama dalam
hidup. Kata Pernikahan memiliki kata dasar nikah. Pernikahan adalah terjemahan dari kata
nakaha (‫ )وكح‬dan zawwaja (َ‫) َس ّو َج‬. Kedua kata inilah yang menjadi istilah pokok dalam al-
Qur’an untuk menunjukkan pernikahan. Nakaha secara istilah berarti berhimpun,
sedangkan َ‫ سَ ّو َج‬berarti berpasangan. َDidalam al-Qur’an, lafadz ‫ وكح‬di sebutkan sebanyak
23 kali dalam berbagai bentuk, sedangkan lafadz َ‫ َ َس ّو َج‬di temukan sebanyak 80 kali dalam
berbagai bentuk didalam al-Qur’an.14 Dengan dua istilah tersebut dapat dikatakan bahwa
pernikahan menjadikan seseorang berhimpun mempunyai pasangan. Suami adalah
pasangan istri, dan istri adalah pasangan suami. Oleh karena itu, tanpa adanya pasangan
hidup, dunia tidak berarti.

14
M. Quraish Shihab, “Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Perbagai Persoalan Umat” (Bandung:
Mizan, 1996) h. 206

9
Pengertian pernikahan secara istilah ialah ikatan lahir dan batin antara dua insan
sebagai pasangan untuk menciptakan sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
sejahtera, sebagaimana yang telah di isyaratkan dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21.

ِ ِ ‫وِمن اٰيٰتِوَۗ اَ ْن خلَق لَ ُكم ِّمن اَنْ ُف ِس ُكم اَْزواجا لِّتس ُكن وَۗا اِلَي ها وجعل ب ي ن ُكم مودةً ور ْْحةً َۗاِن‬
َ ‫ف ٰذل‬
‫ك‬ ْ َ َ َ ْ َ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ً َ ْ ْ ْ َ َ ْ َ
‫ت لَِّق ْوٍم ي تَ َفكُرْو َن‬
ٍ ‫َ َٰل ٰي‬

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir.15
Adapun pendapat lain mengatakan bahwasannya pernikahan ialah perjanjian antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (secara resmi) dengan syarat adanya
dua orang saksi, dengan demikian seandainya tidak ada saksi maka pernikahan dianggap
tidak sah.16 Menurut kamus fikih pernikahan merupakan suatu akad yang di dalamnya
terdapat ijab dan qabul di hadapan orang Islam dengan lafad nikah atau serupanya.17
Sedangkan menurut empat madzhab, nikah merupakan akad yang membawa kebolehan
antara laki-laki dan perempuan untuk melakukan hubungan badan dengan lafad nikah atau
kawin atau makna yang serupa.18 Ibadah ini merupakan fitrah dan berhukum sunah bagi
seluruh manusia. Rasulullah bersada dalam haditsnya :

‫صلى اللوُ َعلَْي ِو َو َسل َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اللو‬
َ َ‫ ق‬:‫ت‬ ِ ِ ‫النِّ َكاح ِمن سن ِت فَمن ََل ي عمل بِسن ِت فَلَي‬
ْ َ‫ َع ْن َعائ َشةَ قَال‬: ‫س م ِِّّن َوتَ َزو ُجوا‬
َ ْ ُ ْ َ َْ ْ ْ َ ْ ُ ْ ُ
ِّ ِ‫فَِإ ِِّّن ُم َكاثٌِر بِ ُك ْم ْاْل َُم َم َوَم ْن َكا َن ذَا طَْوٍل فَ ْليَ ْن ِك ْح َوَم ْن ََلْ ََِي ْد فَ َعلَْي ِو ب‬
‫الصيَ ِام فَِإن الص ْوَم لَوُ ِو َجاءٌ” رواه ابن ماجو‬

Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Menikah itu termasuk dari
sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku.
Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya,
siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu
maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” (HR. Ibnu
Majah).

15
Al-Qur’an, 30: 21.
16
Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka, 1997/1998), h. 689
17
Abu Bakar bin Muhammad “Matan Tuhfah Al-Thullab” ( Saudi : Maktabah Al-Tha’awun Al-Tsaqafi,
1424H) hlm. 96
18
Abdurrahman Aljaziri “Al-Fiqh „Ala Madzahib Al-Arba‟ah” (Birut : Dar Al-Fikr, 1968) Jilid IV, hlm 212

10
Selain untuk menjalankan sunnatullah, pernikahan memiliki tujuan memperbanyak
garis keturunan. Untuk mewujudkannya maka bisa dengan dua cara yaitu dijodohkan
orang tua atau mencari pasangan hidup dengan mandiri.
Memilih pasangan hidup itu tidak asal memilih seperti memilih barang di pasar,
butuh pertimbangan dari segala sisi, namun karena cinta terkadang mereka tidak pandang
bulu dalam memilih pasangan. Maka dikemudian hari akan ada yang namanya pernikahan
beda agama. Tetap memutuskan menikah dengan mempertahankan agama masing-masing.
Hal tersebut terjadi kepada mereka yang sudah yakin dan siap akan kesulitan-kesulitan
yang akan dihadapi kelak. Karena menikah dengan pasangan beda agama merupakan hal
yang tidak mudah, terlebih di Indonesia. Konflik antar keluarga dan agama masing-masing
akan berdatangan. Disamping itu tidak semua daerah di Indonesia mau menerima
pernikahan beda agama. Namun bukan berarti Indonesia tidak memperbolehkan
pernikahan beda agama, terdapat pada pasal 35 huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan : Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 berlaku pula bagi perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan. Sedangkan
yang dimaksud perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan adalah perkawinan antar umat
berbeda agama.19

Pernikahan beda agama merupakan pernikahan campuran antar agama (mix


marriage).20 Misal laki-laki muslim menikah dengan perempuan non muslim. Rusli, SH
dan Tama, SH seorang ahli memberikan pengertian pernikahan beda agama yakni ikatan
lahir dan batin antara sepasang kekasih yang terkendala perbedaan syarat dan tata laksana
masing-masing individu dikarenakan berbeda keyakinan (agama). I Ketut Mandra, SH dan
I ketut Artadi, SH menyatakan bahwa pernikahan beda agama merupakan ikatan lahir batin
antara laki-laki dan perempuan yang berlatarbelakang berbeda agama dan
mempertahankan agama masing-masing dengan tujuan membangun keluarga bahagia
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan Abdurrahman memberi pengertian
bahwa pernikahan beda agama merupakan pernikahan yang dilakukan oleh dua pihak
21
antara laki-laki dan perempuan yang berbeda agama. dari beberapa pengertian tersebut

19
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/nadzirotus-sintya-falady-s-h-cpns-analis-
perkara-peradilan-calon-hakim-2021-pengadilan-agama-probolingg, oleh Pengadilan Agama Probolinggo,
22 Juli 2022
20
Dewi Sukarti, Perkawinan Antar agma menurut Al-qur‟an dan Hadis Vol. 15 (Jakarta: PBB UIN, 2003),
26
21
EOH. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: PT Raja Grafindo. 2001), 16

11
dapat disimpulkan bahwa pernikahan beda agama merupakan pernikahan yang dilakukan
oleh pria dan wanita yang mempertahankan perbedaan agamanya masing-masing.

Allah menetapkan suatu hukum kepada hambanya tidak semena-mena bukan untuk
membesarkan agama Allah, namun ada tujuan di setiap ketetapan-Nya. Allah melarang
hambanya menikah dengan orang tidak seiman. Hal tersebut termaktub dalam firman-Nya
surat Al-Baqarah ayat 221 :

ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫َوََل تَْنك ُحوا الْ ُم ْش ِرٰكت َح ّّٰت يُ ْؤمن َۗ َوََلََمةٌ ُّم ْؤمنَةٌ َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِرَكة ولَْو اَ ْع َجبَْت ُك ْم َۗ َوََل تُْنك ُحوا الْ ُم ْش ِرك‬
‫ْي َح ّّٰت‬
ِ‫اْلَن ِة والْم ْغ ِفرة‬ ِ ٰ ِ ٰۤ
ِ
َ َ َ ْ ‫ك يَ ْد ُع ْو َن ا ََل النار َۗ َواللّوُ يَ ْد ُع ْوَۗا ا ََل‬ َ ‫يُ ْؤِمنُ ْوا َۗ َولَ َعْب ٌد ُّم ْؤِم ٌن َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك ولَْو اَ ْع َجبَ ُك ْم َۗ اُوٰل ِٕى‬
ِ ‫ْي اٰ ٰيتِو لِلن‬
‫اس لَ َعل ُه ْم يَتَ َذكُرْو َن‬ ِِ
ُ ِّ َ‫بِا ْذنوَۗ َويُب‬
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-
laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”
Dibalik ayat tersebut Allah pasti memiliki tujuan atas larangan-Nya. Jika dipikir
secara akal, pernikahan yang berlatarbelakang beda agama tidak akan mulus sejak awal.
Dimulai dari perdebatan keluarga, penentuan cara pernikahan, sampai penentuan agama
sang anak kelak. Semua itu tidak akan mudah. Tidak sedikit artis yang memilih menikah
beda keyakinan. Diantaranya adalah Onadio Leonardo dengan Beby Prisilia, Lydia
Kandau dengan Jamal Mirdad Jonas Rivanno dengan Asmirandah, Ira Wibowo dengan
Katon Bagaskara, Jeremy Thomas dengan Ina Indayanti, Kalina Oktarani dengan Deddy
Corbuzier, Yuni Shara dengan Henry Siahaan, Comelia Agatha dengan Sony Lawlani.
Dari delapan pasangan tersebut lima diantaranya berair dengan perceraian. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pernikahan beda agama tidak akan berlangsung dengan mulus,
sebagaimana yang telah Allah firmankan bahwa lebih baik memilih orang yang beriman
meski musyrik lebih menarik hati.

F. Analisis Tafsir Tahlily Tentang Ayat-Ayat Pernikahan Beda Agama

Analisis yang kami lakukan mengenai ayat Al-Qur'an yang membahas pernikahan
beda agama mengacu pada kitab tafsir karya KH. Bisri Mushtofa, yang berjudul Al-Ibriz Li

12
Ma'rifah Tafsir Al-Qur'an al-Aziz yang lebih dikenal dengan Al-Ibriz. Dalam hal ini, kami
mengambil salah satu ayat Al-Qur'an dalam surah Al-Baqarah ayat 221, yaitu :

َ َ‫ح ٰتّىَي ُْؤ ِمىُوْ ا‬


َ‫َولَ َع ْب ٌد‬ ََ َ َ‫ُواَال ُم ْش ِز ِك ْيه‬ َ َ‫َح ٰتّىَي ُْؤ ِم َّه‬
ْ ‫َو ََلَ َمةٌَ ُّم ْؤ ِمىَةٌَ َخ ْيزٌَ ِّم ْهَ ُّم ْش ِز َك ٍةَ َّولَوْ َاَ ْع َجبَ ْت ُك ْمََ ََو ََلَتُ ْى ِكح‬ َ ‫ت‬ِ ‫ُواَال ُم ْش ِز ٰك‬
ْ ‫َو ََلَتَ ْى ِكح‬
ّ ٰ ‫ارََ َو‬ ٰٰۤ
ِ َّ‫َويُبَيِّهُ َٰا ٰيتَِۚلِنى‬
َ‫اَِلَ َعنَُُّ ْم‬ َ ِۚ‫ىَال َجىَّ ِةَ َو ْال َم ِِْْ َز َِِِِا ِ ْْو‬
َْ َ‫ّللاَُيَ ْد ُعوْ اَاِل‬ ِ َّ‫كَ َّولَوْ َاَ ْع َجبَ ُك ْمََاُول ِىكََيَ ْد ُعوْ نَ َاِلَىَالى‬ ٍ ‫ُّم ْؤ ِم ٌهَخَ ْيزٌَ ِّم ْهَ ُّم ْش ِز‬
ََ‫يَتَ َذ َّكزُوْ ن‬

Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.


Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-
laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun
dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia
agar mereka mengambil pelajaran. (Al-Baqarah [2]: 221).22
Dalam menafsirkan ayat diatas, pengarang kitab Al-ibriz pertama-tama
menjelaskan asbabun nuzul, lalu menjelaskan teori umum mengenai ayat tersebut dan
tentunya dalam penafsirannya beliau menggunakan bahasa jawa. Adapun asbabun nuzul
dari ayat tersebut menurut kitab al-Ibri>z adalah, suatu ketika baginda Nabi Muhammad
saw. mengutus salah seorang sahabat ke Makkah, dengan tujuan mengajak orang islam
yang masih di Makkah untuk keluar dari Makkah (berhijrah). Namun, ketika di Makkah
sahabat tersebut bertemu dengan wanita musyrik yang cantik dan ingin dinikahinya,
namun sahabat menjawab “saya akan Kembali ke Madinah dahulu untuk bertanya kepada
nabi, apabila diperbolehkan nabi saw., saya akan menikahimu”. Pada saat itulah baginda
nabi Muhammad saw. mendapat wahyu dari Allah berupa surah Al-Baqarah ayat 221.23

Adapun teori umum dari surah Al-Baqarah Ayat 221 yaitu, ayat tersebut berisi
larangan untuk menikahi laki-laki maupun perempuan musyrik, bahkan dikatakan budak
lebih baik daripada keduanya. Kitab tafsir yang berbahasa jawa ini (al-Ibri>z) ketika
menafsirkan ayat ini pertama-tama menceritakan asbabun nuzulnya, lalu membahas
maksud ayat tersebut dengan mengartikannya kedalam bahasa jawa, sesuai dengan kitab
tafsir ini yang memang berbahasa jawa. Mengenai metode penafsiran yang dipakai oleh
KH. Bisri Mushtofa, hal ini tentu saja kurang sesuai apabila dibandingkan dengan metode
tahlily karena tidak adanya penjelasan kandungan balaghah ayat, serta kandungan hukum
fikih didalamnya. Kitab Tafsir Al-Ibriz ketika menafsirkan ayat diatas hanya menjelaskan

22
Al-Qur’an, 2: 221.
23
Bisri Mustofa, Al-Ibriz Li Ma'rifah Tafsir Al-Qur'an Al-Aziz (Kudus: Menara Qudus, t.th), 82.

13
Asbabun Nuzul, lalu memaknainya dengan bahasa jawa, adapun langkah-langkah
penafsiran tahlily24 :

1. penjelasan makna kata dalam ayat


2. penjelasan asbabun nuzul ayat
3. menjelaskan munasabah ayat
4. penjelasan i'rab ayat dan macam-macam qira'at
5. penjelasan mengenai balaghah atau keindahan ayat
6. penjelasan hukum fikih yang diambil dari ayat
7. penjelasan makna umum dari ayat.

Kesimpulan
Pernikahan merupakan salah satu hal yang dapat menyempurnakan agama
seseorang, bahkan dikatakan kualitas ibadah seseorang yang sudah menikah lebih baik
daripada yang belum menikah. Namun, disisi lain agama islam mempunyai aturan dalam
hal ini, mengenai bagaimana, hukum-hukum, dan dengan siapa ibadah menikah tersebut
dijalankan. Pernikahan beda agama merupakan pernikahan yang dilakukan oleh dua pihak
antara laki-laki dan perempuan yang berbeda agama, dalam hal ini ada beberapa ayat
dalam Al-Quran yang mengatur hal tersebut, salah satunya ialah Al-Baqarah ayat 221.
Daalam Surah Al- Baqarah ayat 221 Allah melarang orang islam untuk menikahi orang
musyrik, bahkan dikatakan budak yang beriman lebih baik darinya.
Adapun dalam kitab Tafsir al-Ibri>z sudah dipaparkan mengenai latar belakang
surah Al-Baqarah ayat 221 turun, dibalik ayat tersebut Allah pasti memiliki tujuan atas
larangan-Nya. Jika dipikir secara logika, pernikahan yang berlatar belakang beda agama
tidak akan mulus sejak awal. Dimulai dari perdebatan keluarga, penentuan cara
pernikahan, sampai penentuan agama sang anak kelak, dan semua hal itu tidaklah mudah.
Banyak sekali ditemui pernikahan dengan orang yang berbeda agama berawal manis
namun berujung pada perceraian, hal tersebut menunjukkan bahwa pernikahan beda agama
tidak akan berlangsung dengan mulus. Maka dari itu, sebagaimana yang telah Allah
firmankan bahwa lebih baik memilih orang yang beriman meski orangg yang musyrik
lebih menarik hati.

24
Syaeful Rokim, ‚Mengenal Metode Tafsir Tahlily‛, Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 2., No 03,
2017, 21.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Aljaziri. Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah Jilid IV. Beirut: Dar Al-Fikr,
1968.

Abu Bakar bin Muhammad. Matan Tuhfah Al-Thullab. Saudi : Maktabah Al-Tha’awun
Al-Tsaqafi, 1424H

Dandi AP, Ahmad. ‚Tinjauan Historis Syiir Ngudi Susilo Karya . Bisri Mustofa ‛,
Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel, 2019.

EOH. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo.
2001.

Fahmi, Izzul. ‚Lokalitas Kitab Tafsir Al-Ibriz karya . Bisri Mustofa ‛, Islamika Inside,
Vol. 05, No. 01, 2019.

https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/nadzirotus-sintya-falady-s-
h-cpns-analis-perkara-peradilan-calon-hakim-2021-pengadilan-agama-probolinggo,
oleh Pengadilan Agama Probolinggo, 22 Juli 2022

Iwanebel, Fejrian Yazdajird. ‚Corak Mistis dalam Penafsiran . Bisri Musthafa: Telaah
Analisis Tafsir Al-Ibriz‛. Rasail. Vol. 01, No. 01, 2014.

Masluin, ‚Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya . Bisri Musthofa‛. Jurnal
Keilmuan Tafsir Hadis. Vol 5, No. 1, 2015.

Miftahuddin, Laili Humam. ‚Ulama dan Media Sosial: Analisis Pesan Dakwah . Mustofa
Bisri di Twitter‛, Muharrik: Jurnal Dakwah dan Sosial, Vol 1, 2018, 120.

Mufidah, Vina Hidayatul. Al-Qur'an Dan Budaya Jawa. Tata Cara Bermasyarakat dalam
Kitab Tafsir al-Ibri>z Karya . Bisri Musthafa. Diss. IAIN Ponorogo, 2022

Mustofa, Bisri. Al-Ibriz Li Ma'rifah Tafsir Al-Qur'an Al-Aziz. Kudus: Menara Qudus,
t.th.
Shihab, Quraish. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Perbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan, 1996.

Sukarti, Dewi. Perkawinan Antar agma menurut Al-qur’an dan Hadis Vol. 15. Jakarta:
PBB UIN, 2003

15
Rokim, Syaeful. ‚Mengenal Metode Tafsir Tahlily‛. Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Vol. 2., No 03, 2017.

Romad, Abu . ‚Telaah Karakteristiktafsir Arab Pegon Al-Ibriz‛. Jurnal Analisa. Vol
XVIII, No. 01, 2011

Prayogo, Ahmad Dandi Agus, ‚Tinjauan Historis Syiir Ngudi Susilo Karya .Bisri Mustofa
‛. Diss. UIN Sun Ampel Surabaya, 2019.

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997/1998.

16

Anda mungkin juga menyukai