Anda di halaman 1dari 13

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA TUTURAN SISWA KELAS X MIPA 1

SMA NEGERI 4 PONTIANAK

Robi Ramadhan, Patriantoro, Agus Syahrani


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email : robiramadhan22@gmail.com

Abstract
This research is motivated because students of class X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak
including dwibahasawan. In addition, they use of local and Indonesian language still insert
other language elements. The purpose of this research to find out the code switching and
code mixing on students’ speech of class X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak. The method
used is descriptive method and qualitative research form. Sources of data in this research
are students of class X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak which amounted to 40 people,
while the data is the result of speech or conversation students. Technique of collecting data
used is by sadap technique, simak libat cakap technique, and simak bebas libat cakap
technique. The tools used in data collection are the researchers themselves as key
instruments and research instruments such as recorder and data recording card. Based on
the results of data analysis, there is type of internal code switching and external code
switching, type of inner code mixing and outher code mixing, the three factors causing the
code switching, and the four factors causing the code mixing on students’ speech of class
X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak.
Keywords: Code Switching, Code Mixing, Students’ Speech

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang antara bahasa dengan masyarakat. Kemudian
arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat sifat bahasa yang saling ketergantungan dalam
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan masyarakat, menggunakan dua kode bahasa atau
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, lebih dalam pergaulan masyarakat bilingual dan
1982:17). Bahasa dipergunakan oleh manusia multilingual.
dalam segala aktivitas kehidupan. Bahasa Peristiwa alih kode dan campur kode
sebagai sarana manusia untuk berkomunikasi, biasanya sering terjadi di masyarakat bilingual
mengekspresikan diri, dan menyampaikan isi dan multingual. Peristiwa alih kode seperti
pikirannya. ketika seseorang berbicara bahasa daerahnya
Secara sosiolinguistik masyarakat beralih ke bahasa Indonesia atau sebaliknya
Indonesia merupakan masyarakat bilingual dan karena situasi tertentu, sedangkan peristiwa
multilingual. Hal tersebut menunjukkan bahwa campur kode seperti ketika seseorang berbicara
masyarakat Indonesia bisa menguasi lebih dari dalam bahasa Indonesia kemudian ia
satu bahasa. Bahasa yang dikuasi adalah bahasa menyisipkan unsur-unsur bahasa daerahnya atau
pertama (B1) atau biasa disebut bahasa Ibu, bahasa asing ke dalam pembicaraannya.
bahasa kedua (B2) dan bahasa ketiga (B3) yaitu Objek penelitian ini adalah siswa kelas X
bahasa lain. MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak. Pertama,
Kajian dalam penelitian ini adalah alasan yang mendasari peneliti memilih kelas X
sosiolinguistik karena sosiolinguistik adalah MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak sebagai
cabang ilmu yang mengkaji bahasa dalam tempat penelitian karena sebelumnya peneliti
masyarakat. Sosiolinguistik mengkaji hubungan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan

1
(PPL) di SMA Negeri 4 Pontianak. Siswa kelas praktis seperti dapat digunakan sebagai bahan
X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak termasuk acuan penelitian sosiolinguistik selanjutnya,
dwibahasawan. Mereka menguasi bahasa daerah khususnya penelitian alih kode dan campur
yaitu bahasa Melayu Dialek Pontianak yang kode, dan dapat memberikan pengetahuan
selanjutnya disingkat BMDP dan bahasa suku kepada tenaga pengajar, peneliti, dan masyarakat
(bahasa Ibu), bahasa Indonesia, dan bahasa asing mengenai alih kode dan campur kode yang dapat
seperti bahasa Inggris. Hal tersebut terjadi dalam masyarakat multilingual, termasuk
menunjukkan bahwa siswa kelas X MIPA 1 dalam tuturan siswa.
SMA 4 Pontianak merupakan masyarakat yang Alih kode dan campur kode merupakan
bilingual dan multilingual karena dapat kajian dalam sosiolinguistik. Sosiolinguistik
menguasai lebih dari satu bahasa. Kedua, adalah ilmu yang mengkaji bahasa dalam
penggunaan BMDP siswa masih menyisipkan hubungannya dengan masyarakat.
unsur bahasa Indonesia, bahasa pergaulan, dan Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin
bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi pada antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
saat mereka berinteraksi dengan sesama mereka. empiris yang mempunyai kaitan sangat erat.
Penggunaan bahasa Indonesia siswa juga masih Menurut Chaer dan Agustina (2010:2) sosiologi
menyisipkan bahasa Ibu dan bahasa Inggris. adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai
Penggunaan bahasa siswa kelas X MIPA 1 manusia dalam masyarakat dan mengenai
dipandang sangat beragam, akibat faktor sosial lembaga-lembaga serta proses sosial yang ada
yang melatarbelakangi penguasaan dan dalam masyarakat, sedangkan linguistik adalah
keterampilan bahasa mereka. Ketiga, ilmu bahasa atau bidang yang mengambil bahasa
berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas X sebagai objek kajiannya. Dengan demikian,
MIPA 1 dalam bertutur menggunakan bahasa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin
daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing yang mempelajari bahasa dalam kaitannya
sehingga dapat terjadi alih kode dan campur dengan penggunaan bahasa itu di dalam
kode. Keempat, peneliti ingin mengetahui lebih masyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam
lanjut tentang alih kode dan campur kode pada Pateda, 1987:2) “Sosiolinguistik yaitu cabang
tuturan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 linguistik yang berusaha untuk menjelaskan ciri-
Pontianak. ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-
Berdasakan uraian di atas, peneliti tertarik ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri
untuk melakukan penelitian mengenai alih kode sosial.” Rokhman (2011:1) mendefinisikan
dan campur kode pada tuturan siswa kelas X sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa
MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dengan dalam hubungannya dengan masyarakat. Dalam
rumusan masalah bagaimana jenis alih kode, sosiolinguistik terdapat kaitan yang erat antara
faktor penyebab alih kode, jenis campur kode, bahasa dan masyarakat.
dan faktor penyebab campur kode pada tuturan Alih kode merupakan satu di antara aspek
siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak. ketergantungan bahasa dalam masyarakat
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan multilingual. Artinya dalam masyarakat
jenis alih kode, faktor penyebab alih kode, jenis multingual mungkin sekali seorang penutur
campur kode, dan faktor penyebab campur kode menggunakan berbagai kode dalam tindak
pada tuturan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri tuturnya. Peristiwa peralihan kode ini
4 Pontianak, serta meyimpulan hasil bergantung pada keadaan atau keperluan
pendeskripsian analisis data alih kode dan berbahasa itu. Sesuai pengertian kode, kode
campur kode dalam penelitian ini. dapat mencangkup bahasa atau ragam bahasa.
Penelitian ini diharapkan dapat Suandi (2014:133) mengemukakan alih kode
memberikan manfaat secara teoretis maupun (code switching) merupakan suatu istilah yang
praktis. Manfaat teoretis seperti hasil penelitian digunakan untuk mengacu kepada suatu situasi
ini dapat mendukung teori-teori pemakaian pergantian pemakaian dua bahasa atau lebih
bahasa melalui pendekatan sosiolinguistik, beberapa variasi dari suatu bahasa dalam suatu
khususnya alih kode dan campur kode. Manfaat peristiwa tutur. Rokhman (2011:38) juga

2
memberikan pendapat bahwa alih kode bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah
merupakan peralihan dari kode yang satu ke alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu
kode yang lain karena perubahan situasi yang peristiwa tutur, klausa maupun frase-frase yang
mungkin terjadi antarbahasa, antarvarian (baik digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran
regional maupun sosial) antarregister, (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-
antarragam ataupun antargaya. Jendra (dalam masing klausa atau frase itu tidak lagi
Padmadewi, dkk., 2014:64─65) mendefinisikan mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka
alih kode sebagai peralihan atau pergantian peristiwa yang terjadi adalah campur kode,
(perpindahan) dari satu varian bahasa ke bahasa bukan alih kode.
yang lain. Campur kode adalah peristiwa
Alih kode dibedakan menjadi dua jenis, pencampuran bahasa yang satu dengan bahasa
yaitu alih kode ke dalam/intern dan alih kode ke yang lain. Chaer dan Agustina (2010:114)
luar/ekstren. Menurut Jendra (dalam menjelaskan bahwa campur kode adalah
Padmadewi, dkk., 2014:65), alih kode ke dalam pemakaian dua bahasa atau lebih atau dua varian
adalah alih kode yang terjadi bila si pembicara dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat
dalam pergantian bahasanya menggunakan tutur, terdapat kode utama atau kode dasar yang
bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup digunakan yang memiliki fungsi
bahasa nasional atau antardialek dalam satu keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain
bahasa daerah atau antara beberapa ragam dan yang telibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah
gaya yang terdapat dalam suatu dialek, berupa serpihan saja. Kachru (dalam Suandi,
sedangkan alih kode ke luar adalah alih kode 2014:139) mendifinisikan campur kode sebagai
yang di dalam pergantian bahasanya si pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
pembicara mengubah bahasanya dari bahasa satu memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke
ke bahasa lain yang tidak sekerabat atau bahasa dalam bahasa yang lain secara konsisten.
asing. Alih kode dapat disebabkan oleh beberapa Kridalaksana (dalam Suandi, 2014:139)
faktor. Menurut Chaer dan Agustina (2010:108), berpendapat bahwa campur kode adalah
dalam berbagai kepustakaan linguistik secara interferensi penggunaan satuan lingual bahasa
umum penyebab alih kode itu disebabkan antara dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk
lain (1) pembicara atau penutur, (2) pendengan memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa;
atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa,
hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal idiom, sapaan, dan sebagainnya.
ke informal, atau sebaliknya, (5) perubahan Campur kode dibedakan menjadi tiga jenis,
topik pembicaraan. Suandi (2014:136⸺139) yaitu alih kode ke dalam (inner code mixing),
juga mengemukakan bahwa ada tujuh faktor campur kode ke luar (outer code mixing), dan
yang melatarbelakangi terjadinya alih kode, campur kode campuran (hybrid code mixing).
yaitu (1) penutur dan pribadi penutur, (2) Menurut Suandi (2014:140─141), campur kode
perubahan situasi tutur, (3) kehadiran orang ke dalam (inner code mixing) adalah jenis
ketiga, (4) peralihan pokok pembicaraan, (5) campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa
membangkitkan rasa humor, (6) Ragam dan asli yang masih sekerabat, misalnya dalam
tingkat tutur bahasa, dan (7) untuk sekadar peristiwa campur kode pada tuturan bahasa
bergengsi. Indonesia terdapat di dalamnya unsur-unsur
Alih kode dan campur kode merupakan bahasa daerah. Campur kode ke luar (outer code
kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam mixing) adalah campur kode yang menyerap
masyarakat bilingual dan multilingual. unsur-unsur bahasa asing, misalnya gejala
Meskipun begitu, alih kode dan campur kode campur kode pada pemakaian bahasa Indonesia
memiliki perbedaan. Thelander (dalam Chaer terhadap sisipan bahasa asing. Campur code
dan Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan campuran (hybrid code mixing) adalah campur
perbedaan alih kode dan campur kode. Katanya, kode yang di dalamnya (mungkin klausa atau
bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi kalimat) telah menyerap unsur bahasa asli
peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa (bahasa-bahasa daerah) dan bahasa asing,

3
misalnya seseorang menyisipkan unsur bahasa Pontianak yang berjumlah 40 orang. Data pada
daerah dan unsur bahasa asing dalam penelitian ini adalah hasil tuturan atau
pembicaraan bahasa Indonesianya. Lebih lanjut percakapan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri
Suandi (2014:143─146) mengemukan faktor 4 Pontianak.
penyebab terjadinya campur kode, yaitu (1) Metode pengumpulan data pada penelitian
keterbatasan penggunaan kode, (2) penggunaan ini yaitu metode simak. Metode simak adalah
istilah yang lebih populer, (3) pembicara dan cara yang digunakan untuk memperoleh data
pribadi pembicara, (4) mitra bicara, (5) tempat dilakukan dengan menyimak penggunaan
tinggal dan waktu pembicaraan berlangsung, (6) bahasa (Mahsun, 2005:92). Metode simak dalam
modus pembicaraan, (7) topik, (8) fungsi dan penelitian ini dilaksanakan melalui tiga teknik,
tujuan, (9) ragam dan tingkat tutur, (10) hadirnya yaitu teknik sadap, teknik simak libat cakap. Dan
penutur ketiga, (11) pokok pembicara, (12) teknik simak bebas libat cakap.
untuk membangkitkan rasa humor, dan (13) Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
untuk sekadar bergengsi. adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci.
Adapun alat bantu yang digunakan untuk
METODE PENELITIAN pengumpulan data adalah alat perekam dan kartu
Metode yang digunakan dalam penelitian pencatat data.
ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif Teknik pengecekan keabsahan data
menggambarkan, mendeskripsikan, dan berfungsi sebagai cara untuk menguji kesahihan
memaparkan data-data yang diperoleh. Data (validitas) dan keandalan (reabilitas) data yang
yang diperoleh dipaparkan menggunakan kata- diperoleh. Pengujian ini dilakukan dengan dua
kata ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk cara, yaitu teknik ketekunan pengamatan dan
angka-angka atau hitungan. Hal tersebut sesuai kecukupan referensial. Ketekunan pengamatan
dengan pendapat Moleong (2012:11) yang berarti mencari secara konsisten interpretasi
mengatakan bahwa data yang dikumpulkan dengan berbagai cara dalam kaitan dengan
adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan proses analisis yang konstan atau tentatif
angka-angka. Penelitian ini memberikan (Moleong, 2012:329). Meningkatkan ketekunan
pendeskripsian atau pemaparan tentang alih pengamatan maka peneliti dapat melalukan
kode dan campur kode pada tuturan siswa kelas pengecekan kembali terhadap terhadap data
X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak. yang telah ditemukan dan peneliti dapat
Bentuk penelitian yang digunakan dalam memberikan deskripsi data yang akurat dan
penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif. sitematis. Kecukupan referensial pada penelitian
Moleong (2012:6) mengemukakan bahwa ini dilakukan dengan cara membaca dan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menelaah sumber data serta berbagai literatur
bermaksud memahami fenomena tentang apa secara berulang-ulang sehingga diperoleh
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya ketetapan data yang sesuai dengan masalah yang
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- dibahas. Sementara itu, bahan-bahan yang
lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi tercatat dan terekam dapat dijadikan pendukung
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu untuk membuktikan data yang telah ditemukan
konteks khusus yang alamiah dan dengan peneliti.
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Teknik analisis data dalam penelitian ini
Berdasarkan pengertian tersebut, penggunaan dilakukan dengan tiga langkah, yaitu klasifikasi,
bentuk penelitian kualitatif dalam penelitian ini analisis, dan simpulan. Pada tahap klasifikasi,
karena data-data dideskripsikan dengan kata- data yang sudah dikumpulkan, kemudian
kata atau kalimat dan bukan dalam bentuk diklasifikan sesuai dengan masalah penelitian.
angka-angka atau mengadakan perhitungan, data Tahap analisis dilakukan dengan menganalisis
yang dikumpulkan sesuai dengan permasalahan data yang telah diklasifikasikan dengan dua
yang dibahas. cara, yaitu (1) menganalisis data alih kode
Sumber data yang dalam penelitian ini dengan teknik komparatif antarbahasa dan
adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 antardialek dalam kalimat, dan (2) menganalisis

4
data campur kode menggunakan teknik elisi. Tuturan 4
Teknik elisi yaitu teknik analisis data yang (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
menafsirkan masing-masing unsur bahasa dalam sedang berada dalam kelas)
kalimat. Tahap simpulan, data yang telah Devita : “Bu buat sirup bis diminum ndak
dianalisis, kemudian ditarik kesimpulan sirup?”
berdasarkan masalah pada penelitian sehingga Bu Aulia : “Bise. Kitak pernah minum itu ndak,
mendapat gambaran yang menyeluruh tentang air jahe? Wedang jahe, wedang
alih kode dan campur kode pada tuturan siswa jahe?”
kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak. Devita : “Ndak pernah, kit ndak pernah
minum.”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bu Aulia : “Cobalah. Ini kan produk terbaru.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Vani : “Sirupnya kental bukan ih? Bagus
jenis dan faktor penyebab alih kode dan campur jualanlah Bu, di IG Bu
kode pada tuturan siswa kelas X MIPA 1 SMA Devita : “Kit endorse-kan, endorse sirup
Negeri 4 Pontianak. Jenis dan faktor penyebab jahe.”
alih kode dan campur kode dapat dilihat dari Bu Aulia : “Kalian ni udah berapa bulanlah
hasil tuturan atau percakapan siswa kelas X ngajar, ndak tau nama Ibu.”
MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dalam situasi Devita : “Tau kit nam marga Ibu.”
formal maupun informal. Hasil penelitian Vani : “Kan Ibu dah puny marga, nama
menunjukkan bahwa terdapat dua jenis alih Ibulah duluk.”
kode, tiga faktor penyebab alih kode, dua jenis Devita : “Aulia Rahma Chaniago tu ap Bu?”
campur kode, dan empat faktor penyebab alih Bu Aulia : “Name Ibu, nama marga.”
kode yang dilakukan oleh siswa. Jenis alih kode Devita : “Iy, marga ap tu Bu?”
yang ditemukan yaitu alih kode ke dalam dan Bu Aulia : “Marga Padang.”
alih kode keluar, sedangkan faktor yang Devita : “Padang? Ibu orang Padang, berarti
menyebabkan alih kode yaitu faktor penutur, Sumatera Barat.”
perubahan pokok pembicaraan, dan Bu Aulia : “um, um.”
membangkitkan rasa humor. Jenis campur kode Devita : “Pasti sukanya daging.”
yang ditemukan yaitu campur kode ke dalam dan Bu Aulia : “Ndak, Ibu sukanya dangdut hehe.”
campur kode ke luar, sedangkan faktor yang Tuturan di atas terjadi antara Bu Aulia,
menyebabkan campur kode yaitu faktor penutur, Devita, dan Vani. Bu Aulia adalah mahasiswa
keterbatasan penggunaan kode, penggunaan FKIP Untan jurusan Pendidikan Biologi yang
istilah yang lebih populer, dan membangkitkan pernah PPL di SMA 4 Pontianak, sedangkan
rasa humor. Devita dan Vani adalah siswa kelas X MIPA 1.
Tuturan di atas membahas tentang sirup jahe dan
Jenis Alih Kode marga Bu Aulia. Tuturan tersebut terdapat alih
Jenis alih kode yang ditemukan dalam kode ke dalam yang terjadi pada Devita.
penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu alih kode Peristiwa alih kode ke dalam ini terjadi dari
ke dalam dan alih kode ke luar. Alih kode ke BMDP ke bahasa Indonesia. Mulanya Devita
dalam pada tuturan siswa terjadi dari bahasa menggunakan BMDP untuk berkomunikasi atau
BMDP beralih ke bahasa Indonesia dan BMDP bercakap-cakap dengan Bu Aulia, mulai dari
beralih ke bahasa Jawa. Alih kode ke luar pada membahas tentang sirup jahe dan nama Ibu
tuturan siswa terjadi dari BMDP beralih ke Aulia/marga Ibu Aulia. Kemudian Devita
bahasa Inggris. beralih ke bahasa Indonesia seperti pada kalimat
Alih kode ke dalam pada tuturan siswa “Padang? Ibu orang Padang, berarti Sumatera
kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dapat Barat.” dan “Pasti sukanya daging.”
dilihat pada contoh data berikut.

Tuturan 20

5
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika numpang, nak calling-calling my
sedang berada dalam kelas) father.”
Fitri : “Six, eeh…. Five limak kan?” Rawiha : “Di ni sok Inggris, glik kit
Ferdi : “Five limak kan? Astagfirullah, kalok negokny.”
angka dari 1 sampai 10 masihlah. 11, Fitri : “Tunggu y Fitri kuliah nantik kalem
12 agak susah. Belasan susah.” jadi ustazah.”
Fitri : “Udahlah ndak usah pakai bahasa Jessi : “Jangan tadak y.”
Inggris Di, ra ngrti.” Tuturan di atas terjadi antara Fitri, Della,
Lita : “Bahasa Jawa.” Jessi, dan Rawiha. Topik percakapan mereka
Ferdi : “One.” adalah tentang handphone Fitri yang
Lita & Fitri: “Siji!” disembunyikan oleh temannya. Tuturan di atas
Fitri : “Loro.” terdapat jenis alih kode ke luar. Alih kode ke luar
Jessi : “Telu.” dilakukan oleh Fitri yang bertutur dari BMDP ke
Fitri : “Papat.” bahasa Inggris. Mulanya Fitri menggunakan
Lita : “Limo.” BMDP untuk beinteraksi kepada Della dan Jessi
Jessi : “Enem.” seperti pada kalimat “Marah aku… Jessi!” dan
Fitri : “Pitu. Abis pitu ap sih?” “Della ndak maok udahlah.”. Pada kalimat
Lita : “Wolu, songo.” “Jessi numpang, nak calling-calling my father.”
Fitri : “Bolu?” Jessi melakukan alih kode ke luar. Pada kalimat
Lita : “Wolu. Siji, loro, telu, papat, limo, tersebut mulanya Jessi menggunakan BMDP,
enem, pitu, wolu, songo, sepuloh. kemudian beralih ke bahasa Inggris.
Sebelas aku ndak tau ap”
Fitri : “Sepuloh tetap sepuloh?” Faktor Penyebab Alih Kode
Lita : “aa kayakny” Faktor penyebab alih kode pada penelitian
Tuturan di atas terjadi antara Fitri, Lita, ini ditemukan tiga faktor yaitu penutur,
Jessi, dan Ferdi. Tuturan di atas mengenai perubahan pokok pembicaraan, dan
permainan angka yang setiap kelipatan tiga membangkitkan rasa humor.
pemain harus bertepuk tangan. Tuturan di atas Faktor penyebab alih kode karena penutur
terdapat alih kode ke dalam yaitu peralihan dari dapat dilihat pada contoh data berikut.
BMDP ke bahasa Jawa. Alih kode ke dalam Tuturan 6
terjadi pada Fitri. Pada mulanya Fitri (Tuturan terjadi dalam situasi formal, ketika
menggunakan BMDP ketika berinteraksi dengan sedang berada dalam kelas)
teman-temannya, kemudian ketika memasuki Andri : “Saya ingin bertanya tentang
permaianan angka Fitri beralih ke bahasa Jawa. pendapat tim pro. Nama saya Andri
dari kelompok… berapa Gus?
Alih kode ke luar pada tuturan siswa kelas Kelompok 2. Tadi kan pro, tim pro
X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dapat berkata jejaring sosial tu dapat
dilihat pada contoh data berikut. menyambung silaturahmi, tetapi
Tuturan 22 seperti yang kita sudah ketahui
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika jejaring, jering sosial menjauhkan
sedang berada di selasar sekolah) yang dekat, mendekatkan yang
Fitri : “Ihh.. Della!” jauh, berarti jejaring sosial juga
Della : “Man ad ke Della.” dapat memper… memutus tali
Fitri : “Marah aku… Jessi!” silaturahmi, aa… itu bagaimana
Jessi : “Ap?” menurut pendapat Anda?”
Della : “Tadik kan ngomong sam bapak, Dhaneswara: “Yaa.. silakan tim pro untuk
Della ndak tau.” menanggapi!”

Fitri : “Della ndak maok udahlah. Jessi Pada tim pro


Purnama : “Kok memutus tali silaturahmi?”

6
Hendra : “Kan dia bilang kan yang.. yang dekat, yang jauh menjadi lebih
dekat menjadi jauh, jauh jadi dekat, dekat.”
misalnya kan kit dengan keluarg Tuturan di atas terjadi pada saat pelajaran
jadi jauh, dengan teman-teman bahasa Indonesia. Pada saat itu kelas X MIPA 1
yang jauh itu kan menjadi dekat.” melaksanakan diskusi tentang kelebihan dan
Purnama : “Tergantung dari diri kit kekurangan media sosial. Tuturan di atas terjadi
sndiriklah.” antara Andri, Dhaneswara, Purnama, dan
Hendra : “a,a..” Hendra. Tuturan di atas terdapat alih kode ke
Purnama : “Mau giman gituk, maok dekat k dalam yaitu peralihan dari BMDP ke bahasa
siape kan?” Indonesia. Alih kode ke dalam terjadi pada
Hendra : “Itu tergantung dari diri sendiri.” Purnama. Pada mulanya Purnama menggunakan
Purnama : “Kaulah bilang sesekali, dapat gak BMDP ketika berdiskusi dengan Hendra tentang
kau nilai.” pertanyaan Andri. Kemudian Purnama beralih
Hendra : “Aku ndak bagos.” ke bahasa Indonesia ketika ia menjawab
Purnama : “Nilai aku udah banyak. Sesekali, pertanyaan Andri seperti kalimat ““Saya dari tim
bilang kayak ginik a.. mungkin pro akan menjawab pertanyaan dari Andri
yang tergantung diri sndirik, kelompok 2. Sebenarnya, …hubungan
sebenarny tu jaringan sosial …kelebihan dari sosial media itu mempererat
media itu sangat mempererat tali tali silaturahmi,dan pertanyaan Andri yaitu
silaturahmi, tinggal dari kenap.. ap tadik pertanyaanny?”. Pada
penggunaanny jak. Sebenarny tu kalimat tersebut, Purnama menjawab pertanyaan
biar pun yang dekat, kalau Andri menggunakan bahasa Indonesia, tetapi
misalny kit saling berhubungan kemudian ia beralih lagi ke BDMP. Pada
tetap menjadi dekat, tidak Kalimat tersebut terlihat ketidakpercayaan diri
menyebabkan dari dekat menjadi Purnama yang terlihat pada kesenyapan atau
jauh. Lalu yang misalnya kita yang jeda “”. Puncak ketidakpercayaan diri
tidak….” Purnama ketika ia menanyakan kembali
Hendra : “Kaulah, aku malu.” pertanyaan Andri, terlihat pada kalimat berikut
Purnama : “Ndak aplah… iii aku malu.” “ap tadik pertanyaanny?”. Penutur
Hendra : “Aku malu. Cepat, cepatlah.” melakukan alih kode karena suatu tujuan.
Purnama : “Malu aku…ih kau yak, aku Situasi yang formal, penutur dalam
kesampaian, nantik takut.” menyampaikan jawaban harus menggunakan
Hendra : “Nantik ku bantuk.” bahasa Indonesia, apalagi pada saat itu adalah
Dhaneswara: “Silakan dijawab.” pelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Purnama : “Assalamualaikum. Wr.Wb.” Indonesia juga agar jawaban lebih mudah
Siswa : “Wa’alaikumsalam. Wr. Wb.” dipahami.
Purnama : “Saya dari tim pro akan menjawab
pertanyaan dari Andri kelompok 2. Faktor penyebab alih kode karena
Sebenarnya,…hubungan,…k perubahan pokok pembicaraan dapat dilihat pada
elebihan dari sosial media itu contoh data berikut.
mempererat tali silaturahmi,dan Tuturan 19
pertanyaan Andri yaitu kenap.. (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
ap tadik pertanyaanny?” sedang berada dalam kelas)
Dhaneswara: “Kenapa jejaring sosial media itu Della : “Siapkan buah bit. Bit tu ap?”
bisa membuat yang jauh menjadi Ferdi : “Ndak tau”
dekat, yangdekat menjadi jauh?” Lita : “Itu yang pink-pink tu
Purnama : “Sebenarny tu bis jak, cuman dari Ferdi : “Itu ap sih?”
diri kit sendiri, kalau misalny Fitri : “Ap tu?”
yang dekat saling berhubungan Jessi : “Yang ungu tu, yang bit tu”
dengan yang dekat tetap menjadi Della : “Berwarna merah”

7
Jessi : “aa merah” humor karena Gusti tidak serius menanggapi
Della : “Tidak pat” pertanyaan Eliviana.
Wahyu : “Pat mak kau”
Fitri : “Tepok tangan ap bahasa Jenis Campur Kode
Inggrisny?” Jenis campur kode yang ditemukan dalam
Jessi : “ applause” penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu campur
Fitri : “Three six nine, applause hehe” kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur
Tuturan di atas terjadi antara Della, Ferdi, kode ke dalam terjadi karena adanya penyisipan
Lita, Jessi, dan Wahyu. Tuturan di atas tentang unsur BMDP dalam bahasa Indonesia,
buah bit. Tuturan di atas terdapat alih kode ke penyisipan unsur bahasa Indonesia dalam
luar yaitu peralihan dari BMDP ke bahasa BMDP, penyisipan unsur bahasa Jawa dalam
Inggris. Alih kode ke luar terjadi pada Fitri. BMDP, dan penyisipan unsur bahasa pergaulan
Mulanya Fitri menggunakan BMDP seperti pada remaja dalam BMDP. Campur kode ke luar
kalimat “Ap tu?” dan “Tepok tangan ap terjadi karena adanya penyisipan unsur bahasa
bahasa Inggrisny?”, kemudia ia beralih ke Inggris ke dalam BMDP dan penyisipan unsur
bahasa Inggris seperti kalimat “Three six nine, bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
applause hehe”. Fitri beralih ke bahasa Inggris Campur kode ke dalam pada tuturan siswa
setelah menayakan arti tepuk tangan dalam kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dapat
bahasa Inggris kepada Jessi. Alih kode ke luar dilihat pada contoh data berikut.
terjadi karena adanya perubahan pokok Tuturan 8
pembicaraan. Pokok pembicaraan pertama (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
adalah tentang buah bit dan pokok pembicaraan sedang berada dalam kelas)
kedua adalah arti tepuk tangan. Rini : “Jadi ndak bsok?”
Wahyu : “Bsok? Tanyak Ian lah, kalau Ian
Faktor penyebab alih kode karena bisa,
membangkitkan rasa humor dapat dilihat pada aku bis”
contoh data berikut. Rini : “Ian bilang terserah, Bayu bilang jadi,
Tuturan 15 kau bilang tanyak Ian, aku bilang ajak
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika Naufal.”
sedang berada dalam kelas) Tuturan di atas terjadi antara Rini dan
Dwiki : “Gus kau nyark k? Kau nyark Ibu Wahyu. Topik percakapan ini adalah tentang
k?” kegiatan luar. Tuturan tersebut terdapat campur
Gusti : “Man ad Ibu.” kode ke dalam yaitu pada tuturan Wahyu yang
Eliviana: “Ibu man agik yang kitak cark ni?” menyisipkan unsur bahasa Indonesia dalam
Gusti : “Ibu rumah tangga untuk malam tuturan BMDP. Peristiwa campur kode ke dalam
pengantin.” dapat dilihat pada kalimat “Bsok? Tanyak Ian
Eliviana: “Eaaa…Kau Dho unto siap Dho?” lah, kalau Ian bisa, aku bis”. Kalimat tersebut
Gusti : “Unto kaulah di Cen.” disisipi oleh kata “bisa”. Kata “bisa” berasal dari
Eliviana: “Alah, iyelah Gus ” bahasa Indonesia. Kata “bisa” memiliki padanan
Tuturan di atas terjadi antara Dwiki, Gusti, dalam BMDP yaitu kata “bis”.
dan Eliviana. Topik percakapan mereka yaitu ibu
guru. Tuturan tersebut terdapat jenis alih kode ke
dalam yaitu pada tuturan Gusti yang
mengunakan BMDP dan beralih ke bahasa Tuturan 16
Indonesia. Mulanya Gusti menggunakan BMDP (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
ketika berbicara dengan Dwiki seperti pada sedang berada dalam kelas)
kalimat “Man ad Ibu.” Kemudian ia beralih Eliviana: “Udah brap stik yang kitak
ke bahasa Indonesia seperti pada kalimat “Ibu patahkan tu. Purnama ni aaa
rumah tangga untuk malam pengantin.”. Kalimat kan..pusing.”
tersebut adalah kalimat yang menggandung Dwiki : “Aku duduk di situk.”

8
Eliviana: “aa risau aku.” Tuturan 6
Dwiki : “Mak Cen ngambek.” (Tuturan terjadi dalam situasi formal, ketika
Eliviana: “Awas aku nak balk lok. sedang berada dalam kelas)
Pantaslah dapat nol, stik orang Dhaneswara: “Lalu, dari perdebatan dari tim pro
diambk” maupun tim kontra, apakah di
Tuturan di atas terjadi antara Eliviana dan antara para audience ada yang
Dwiki. Percakapan itu menunjukkan Elivina ingin menyanggah atau
merajuk karena stik eskrimnya dipatahkan. menanggapi? Dipersilakan. Ya
Terdapat campur kode ke dalam dalam tuturan saudara Rini.”
itu yaitu pada tuturan Dwiki yang menyisipkan Rini : “Saya Rini Anggreini Lestari, saya
unsur bahasa pergaulan remaja ke dalam tuturan ingin bertanya. Di sini kan tentang
BMDP. Peristiwa campur kode ke dalam dapat manfaat positif dan negatif dari
dilihat pada kalimat “Mak Cen ngambek.”. sosial media sendiri. Saya ingin
Kalimat tersebut disisipi oleh kata“ngambek”. bertanya bagaimana cara
Kata ngambek berasal dari bahasa pergaulan mengatasi tindakan kriminal yang
remaja yang berarti ‘merajuk’. Ngambek atau dilakukan lewat sosial media
merajuk berarti menunjukkan perasaan tidak seperti pem-bully-an, pencemaran
senang terhadap sesuatu. nama baik, dan sebagainya?
Sekian dari saya,
Tuturan 20 Assalamualaikum.Wr.Wb.”
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika Siswa : “Wa’alaikumsalam Wr. Wb.”
sedang berada dalam kelas) Dhaneswara : “Apakah dari tim pro maupun tim
Fitri : “Six, eeh…. Five limak kan?” kontra ada yang ingin menjawab?
Ferdi : “Five limak kan? Astagfirullah, kalok Jadi begini pertanyaannya, saya
angka dari 1 sampai 10 masihlah. 11, ingin meluruskan, bagaimana
12 agak susah. Belasan susah.” cara untuk menindaki kasus-kasus
Fitri : “Udahlah ndak usah pakai bahasa yang marak terjadi pada jejaring
Inggris Di, ra ngrti.” sosial media, kasus pem-bully-an
Lita : “Bahasa Jawa.” contohnya.”
Ferdi : “One.” Tuturan di atas terjadi antara dua orang
Lita & Fitri: “Siji!” siswa, yakni Dhanewara dan Rini. Saat itu siswa
Tuturan diatas terjadi antara Fitri, Ferdi, kelas X MIPA 1 melaksanakan diskusi tentang
dan Lita. Tuturan ini berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan media sosial. Tuturan
permainan angka yang mereka mainkan. Setiap di atas terdapat campur kode ke luar, yaitu pada
angka kelipatan tiga mereka harus tepuk tangan. tuturan Dhaneswara yang menyisipkan unsur
Pada permaian tersebut bisa menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ataupun seperti pada kalimat “apakah di antara para
bahasa lainnya. Tuturan tersebut terdapat audience ada yang ingin menyanggah atau
campur kode ke dalam yang terjadi pada tuturan menanggapi?” dan “bagaimana cara untuk
Fitri. Fitri menyisipkan unsur bahasa Jawa ke menindaki kasus-kasus yang marak terjadi pada
dalam bahasa BMDP. Peristiwa campur kode ke jejaring sosial media, kasus pem-bully-an
dalam dapat dilihat pada kalimat “Udahlah ndak contohnya.”. Kalimat pertama disisipi kata
usah pakai bahasa Inggris Di, ra ngrti.”. “audience”. Kata “audience” berasal dari
Kalimat tersebut disisipi oleh kata “ra”. Kata ra bahasa Inggris yang berarti ‘(para) hadirin,
merupakan reduksi dari kata ora. Ora berasal penonton, pendengar. Audience menunjuk pada
dari bahasa Jawa yang berarti ‘tidak’. siswa kelas X MIPA 1 yang menjadi pendengar
diskusi tersebut. Kalimat kedua disisipi baster
Campur kode ke luar pada tuturan siswa “pem-bully-an”. Baster “pem-bully-an”
kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak dapat merupakan gabungan dua bahasa, yakni bahasa
dilihat pada contoh data berikut. Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia

9
yaitu imbuhan Pe-an, sedangkan bahasa Inggris menambahkan, silakan.”
yaitu kata bully. Bully dalam bahasa Indonesia Tuturan di atas terjadi antara Bayu dan
berarti ‘rundung’. Rundung, merundung Dhaneswar. Pada tuturan di atas siswa kelas X
memiliki arti mengganggu; mengusik terus- MIPA 1 melakukan diskusi dengan tema
menerus; menyusahkan. kelebihan dan kekurangan media sosial. Siswa
menggunakan bahasa Indonesia pada diskusi
Tuturan 13 tersebut. Tuturan itu menunjukkan bahwa Bayu
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika akan menambahkan jawaban dari penjawab
sedang berada depan pintu kelas) sebelumnya. Dari tuturan di atas terdapat campur
Bayu : “Dhan! Dhan kau maok tau yak kode ke dalam yang dilakukan oleh Bayu. Bayu
ngap chat aku ndak terkirim, rup menyisipkan unsur BMDP ke dalam bahasa
kuota aku baruk abis, tethering Indonesia seperti pada kalimat “Ingin
dengan anok…” menambahkan lagi ni, kalau bis nambahkan.” .
Ramadhan: “Hehehe siap nanyak?” Kalimat tersebut disisipi kata ni ‘ini’ dan bis
Tuturan di atas terjadi antara Bayu dan ‘bisa’. Faktor penutur pada tuturan ini karena
Ramadhan. Topik pembicaraan percakapan dalam komunikasi sehari-hari Bayu
tersebut tentang kuota Bayu yang habis. Tuturan menggunakan BMDP. Penutur sudah terbiasa
di atas terdapat campur kode ke luar yaitu pada menggunakan BMDP. Oleh karena itu, dalam
tuturan Bayu yang menyisipkan unsur bahasa tuturan bahasa Indonesianya terdapat sisipan
Inggris ke dalam tuturan BMDP. Peristiwa unsur BMDP.
campur kode ke luar dapat dilihat pada kalimat
“Dhan kau maok tau yak ngap chat aku ndak Faktor penyebab campur kode karena
terkirim, rup kuota aku baruk abis, tethering Keterbatasan penggunaan kode dapat dilihat
dengan anok…”. Kalimat tersebut disisipi oleh pada contoh data berikut.
kata “chat” dan “tethering. Kata chat berarti Tuturan 11
‘obrolan’ dan tethering berarti ‘penambatan’. (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
Kata chat berhubungan dengan obrolan melalui sedang berada di luar masjid)
tulisan di media sosial seperti Black Berry Purnama : “Awal-awal blum ba, udah knak
Messager (BBM), LINE, Facebook, dan marah aku. Di blum ad
sebagainnya. Kemudian, kata tethering ngrjkan.”
berhubungan dengan penggunaan perangkat Dhaneswara: “Aku udah ngrjkan.”
telepon genggam dengan akses internet untuk Ryan : “Nyaman kitak.” (ketawa)
bertindak sebagai titik akses untuk perangkat Dheofanny: “Brarti Purnama liat.”
lainnya. Artinya dengan tethering, perangkat Purnama : “Belum gak ap-apBaruk tulis
lain dapat terhubung ke internet. nam, masaklah aku nam di
pun nyontek, cuma
Faktor Penyebab Campur Kode nanyakbacamman kat aku,
Faktor penyebab campur kode pada tak ngrti.”
penelitian ini ditemukan empat faktor yaitu Mella : “Astaghfirullahalazim, jangan
penutur, keterbatasan penggunaan kode, dirusakkan Nes, maok beli yang
penggunaan istilah yang lebih populer, dan baru?”
membangkitkan rasa humor. Dhaneswara: “Bnarlah Pak Marsam ndak ad
Faktor penyebab campur kode karena Yan?”
penutur dapat dilihat pada contoh data berikut. Ryan : “Ndak ad”
Tuturan 6 Dheofanny : “Ganteng kau Yan pak ituk Yan,
(Tuturan terjadi dalam situasi formal, ketika coblah.”
sedang berada dalam kelas) Tuturan di atas terjadi antara Purnama,
Bayu : “Ingin menambahkan lagi ni, kalau Ryan, Dhanes, Dheofanny, dan Mella. Pada
bis nambahkan.” tuturan di atas terdapat campur kode ke dalam
Dhaneswara: “Saudara Bayu ingin yaitu pada tuturan Dheofanny yang menyisipkan

10
unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan BMDP “telepon genggam”. Kata “speaker” lebih sering
seperti pada kalimat “Ganteng kau Yan pak digunakan daripada kata “pengeras suara”.
ituk Yan, coblah.” . Dheofanny menyisipkan Begitu juga dengan kata “game” lebih sering
unsur bahasa Indonesia yaitu kata “ganteng”. digunakan daripada kata “permainan”.
Kata “ganteng” dalam BMDP disebut “lawar”.
Lawar berarti ‘bagus, keren, ganteng/cantik’. Faktor penyebab campur kode karena
Faktor keterbatasan kode di sini karena penutur membangkitkan rasa humor dapat dilihat pada
lebih sering menggunakan kode tersebut dalam contoh data berikut.
bertutur walaupun penutur mengetahui Tuturan 17
padanannya dalam BMDP. Seringnya (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
penggunaan kode bahasa Indonesia tersebut sedang berada dalam kelas)
mengakibatkan penutur lebih mudah mengingat Fujha : “Ferdi! Ferdi! ndak ad”
kode tersebut dalam bahasa Indonesia Ferdy : “Udahlah, brari dah dipinjam
dibandingkan dengan padanannya dalam budak”
BMDP. Fujha : “Ferdi, budak man ad pinjam
Ferdi.”
Faktor penyebab campur kode karena Ferdi : “Udahlah.”
peggunaan istilah yang lebih populer dapat Fujha : “Ferdi budak ndak ad pinjam.”
dilihat pada contoh data berikut. Ferdi : “Udahlah.”
Tuturan 7 Fujha : “Ferdi, budak ndak ad pinjam.”
(Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika Ryan : “Udahlah katny”
sedang berada dalam kelas) Fujha : “Ferdi, iii Ferdi, nyaotlah.”
Dheofanny: “Akses fingerprint ni. Dheofanny: “Ya dikacangin ya dikacangin.”
Bagus Hp-ny ni.” Ryan : “Bias Ferdi yang dikacangin.”
Wahyu : “Bagus, beli ah.. beli, beli, beli..” Tuturan di atas terjadi antara Fujha, Ferdi,
Dheofanny: “Speaker-nydi sinik y.” Dheofanny, dan Ryan. Tuturan di atas tentang
Wahyu : “Ndak, itu ngcas.” Fujha yang ingin meminjam sesuatu ke Ferdi.
Dheofanny: (Menunjuk) “Speaker ini ba, Terdapat campur kode ke dalam pada
ini..ini..” percakapan tersebut. Campur kode ke dalam
Wahyu : “Oh.. speaker.” terjadi pada tuturan Ryan yang menyisipkan
bahasa pergaulan remaja ke dalam tuturan
Dheofanny : “aa..speaker Hp Samsung baru. BMDP seperti pada kalimat “Bias Ferdi yang
Enak sih kalau main game ndak dikacangin.”. Kalimat tersebut disisipi kata
ttutop.” dikacangin ‘dicueki’. Penggunaan campur kode
Tuturan di atas terjadi antara Dheofanny pada tuturan ini karena Ryan mencoba membuat
dan Wahyu. Topik percakapan mereka adalah lelucon ke Fujha.
Hp atau telepon genggam. Tuturan di atas
terdapat campur kode ke luar yaitu pada tuturan Faktor penyebab campur kode karena topik
Dheofanny yang menyisipkan unsur bahasa dapat dilihat pada contoh data berikut.
Inggris dalam BMDP seperti pada “Akses Tuturan 23
fingerprint ni. Bagus Hp-ny ni.”, “Speaker- (Tuturan terjadi dalam situasi informal, ketika
nydi sinik y.”, dan “Enak sih kalau main sedang berada dalam kelas)
game ndak ttutop.” Kalimat pertama terdapat Hendra : “Salah Kis, udah ku bilang makan
sisipan kata fingerprint ‘sidik jari’, dan Hp- ini yak bah ehh..kau ni.”
ny‘telepon genggamnya’. Kalimat kedua Kisra : “Aku maok ajukan si botak.”
terdapat sisipan kata speaker ‘pengeras suara’. Wahyu : “Iya...sayang.”
Kalimat ketiga terdapat sisipan kata game Hendra : “Eh…”
‘permainan’. Penggunaan istilah yang lebih Raymon: “Lu nak ngapain situk?”
populer di sini yaitu kata Hp, speaker, dan game. Wahyu : “Skak duluan.”
Kata “Hp” lebih sering digunakan daripada kata Hendra : “Aku untung kita abis.”

11
Wahyu : “Skak oii.” ke dalam dan 14 data campur kode ke luar. Pada
Kisra : “Tutup, mati, mati. Kisra tesudut saat bertutur atau berbicara, siswa secara sadar
ehehehe.” ataupun tidak sadar telah melakukan campur
Wahyu: “Skak.” kode dengan menyisipkan unsur bahasa lain.
Kisra : “Kisra tersudut, sebentar agk dia Ketika menggunakan BMDP, mereka
mati.Majukan, skak agk” menyisipkan satu atau lebih kata dari bahasa
Wahyu : “Masuk akal.” Indonesia, bahasa pergaulan remaja, ataupun
Tuturan di atas terjadi antara Hendra, Kisra, bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Indonesia
Raymon, dan Wahyu. Topik percakapan mereka juga mereka menyisipkan kata dari BMDP dan
adalah permainan catur. Tuturan di atas terdapat bahasa Inggris. Penyisipan bahasa ini
campur kode ke dalam yang dilakukan oleh dilatarbelakangi oleh penutur itu sendiri,
Raymon. Raymon menyisipkan unsur bahasa keterbatasaan penggunaan kode sehingga
pergaulan remaja dalam BMDP seperti pada penutur menggunakan padanan kata yang
kalimat “Lu nak ngapain situk?”. Raymon diketehauinya, penggunaan istilah yang lebih
menyisipkan kata “lu” dan “ngapain”. Kata “lu” populer, topik ilmiah ataupun nonilmiah, dan
dalam bahasa Indonesia berarti ‘kamu’, untuk membangkitkan rasa humor.
sedangkan dalam BMDP disebut ‘kau’. Kata Berdasarkan hasil penelitian, siswa kelas X
“ngapain” dalam bahasa Indonesia berarti MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak lebih sering
‘mengapa/melakukan apa’, sedangkan dalam melakukan campur kode daripada alih kode. Hal
BMDP disebut ‘ngap’. Bahasa yang mereka ini dapat terjadi karena siswa kelas X MIPA 1
gunakan adalah bahasa ragam nonformal. Negeri 4 Pontianak lebih cenderung melakukan
Penggunaan ragam nonformal karena topik sisipan dengan bahasa lain dalam tuturannya
percakapan mereka nonilmiah. Topik daripada melakukan peralihan bahasa. Campur
pembicaraan nonilmiah menciptakan kode yang berupa sisipan unsur bahasa lebih
pembicaraan yang santai. sering terjadi karena bentuknya kata, klausa,
Alih kode dan campur kode dapat terjadi maupun frasa, sedangkan alih kode yang berupa
pada masyarakat bilingual. Siswa kelas X MIPA peralihan bahasa berbentuk kalimat.
1 SMA Negeri 4 Pontianak merupakan Alih kode dan campur kode dapat terjadi
masyarakat yang bilingual. Oleh karena itu, pada situasi formal ataupun informal. Alih kode
peristiwa alih kode dan campur kode juga dapat dan campur kode pada penelitian ini lebih sering
terjadi pada siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri terjadi pada situasi informal daripada situasi
4 Pontianak. formal. Artinya, perpindahan bahasa ataupun
Berdasarkan analisis alih kode, siswa lebih penyisipan unsur bahasa sering dilakukan siswa
sering melakukan alih kode ke dalam daripada dalam stuasi informal. Hal ini dapat tejadi
alih kode ke luar. Data yang ditemukan yaitu karena pada situasi informal akan menciptakan
lima data alih kode ke dalam dan dua data alih pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang
kode keluar. Alih kode ke dalam terjadi dari santai tersebutlah yang kemudian mendorong
BMDP beralih bahasa Indonesia. Peralihan terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode.
bahasa ini mereka lakukan karena penutur itu
sendiri dan membuat kesan humor. Alih kode ke SIMPULAN DAN SARAN
luar sedikit karena perpindahan bahasa ke Simpulan
bahasa asing sedikit dilakukan siswa. Dalam Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penelitian ini, alih kode ke luar terjadi dari dapat disimpulkan bahwa jenis alih kode pada
BMDP beralih ke bahasa Inggris terjadi karena tuturan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4
perubahan pokok pembicaraan dan membuat Pontianak terdapat alih kode ke dalam dan alih
kesan humor. kode ke luar. Alih kode ke dalam yang terjadi
Berdasarkan analisis data campur kode, adalah dari BMDP beralih ke bahasa Indonesia,
siswa sedikit lebih banyak melakukan campur dan BMDP beralih ke bahasa Jawa. Alih kode ke
kode ke luar daripada campur kode ke dalam. luar yang terjadi adalah dari bahasa Inggris
Data yang ditemukan yaitu 12 data campur kode beralih ke BMDP. Faktor yang menyebabkan

12
terjadinya alih kode pada tuturan siswa kelas X kode pada tuturan siswa sehingga diharapkan
MIPA 1 SMA Negeri 4 Pontianak adalah faktor adanya penelitian lebih lanjut dengan kajian
(1) penutur, (2) perubahan pokok pembicaraan, berbeda seperti penelitian psikolinguistik untuk
dan (3) membangkitkan rasa humor. Jenis menjelaskan faktor dalaman sebagai penyebab
campur kode pada tuturan siswa kelas X MIPA alih kode dan campur kode.
1 SMA Negeri 4 Pontianak terdapat campur
kode ke dalam dan campur kode ke luar. DAFTAR RUJUKAN
Campur kode ke dalam terjadi karena adanya Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.
penyisipan unsur BMDP ke dalam bahasa Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Indonesia, penyisipan unsur bahasa Indonesia ke Rineka Cipta.
dalam BMDP, penyisipan unsur bahasa Jawa ke
dalam BMDP, dan penyisipan bahasa pergaulan Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus
remaja ke dalam BMDP. Campur kode ke luar Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
terjadi karena penyisipan unsur bahasa Inggris
ke dalam BMDP dan penyisipan unsur bahasa Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa:
Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Faktor yang Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
menyebabkan terjadinya campur kode pada Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
tuturan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 4
Pontianak adalah faktor (1) penutur, (2) Moleong, Lexy J.. 2012. Metode Penelitian
keterbatasan penggunaan kode, (3) penggunaan Kualitatif. Bandung: PT Remaja
istilah yang lebih populer, (4) topik, dan (4) Rosdakarya.
membangkitkan rasa humor.
Padmadewi, dkk.. 2014. Sosiolinguistik.
Saran Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alih kode dan campur kode merupakan
suatu kajian sosiolinguistik yang menarik untuk Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik.
dipelajari. Dalam kehidupan sosial, dengan Bandung: Angkasa.
masyarakat yang bilingual dan multilingual
gejala bahasa seperti alih kode dan campur kode Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu
dapat terjadi. Peneliti mengharapkan penelitian Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam
selanjutnya dapat dilanjutkan lagi dengan Masyarakat Multikultural. Yogyakarta:
penelitian kontak bahasa pada berbagai situasi Graha Ilmu.
formal di sekolah. Penelitian ini hanya terbatas
pada jenis alih kode, faktor penyebab alih kode, Suandi, Nengah. 2014. Sosiolinguistik.
jenis campur kode, dan faktor penyebab campur Yogyakarta: Graha Ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai