KABUPATEN TOLITOLI
AMANDA NOVELIA
Noveliaamanda086@gmail.com
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas Tadulako.
Pembimbing Dr. Syamsuddin, M.Hum.
ABSTRAK- Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana bentuk alih kode di
lingkungan sekolah Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan dan (2) apa penyebab terjadinya alih kode di
lingkungan sekolah Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk dan
penyebab alih kode di lingkungan sekolah Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik catat, rekam, simak,
dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) reduksi data, (2)
penyajian data, dan (3) verifikasi data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 2 bentuk hanya satu bentuk alih kode yang ada di kalangn
siswa Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan yaitu bentuk alih kode internal, adapun penyebab terjadinya
alih kode di kalangan siswa Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan (1) penutur, (2) mitra tutur, (3)orang
ketiga, (4) perubahan topik pembicaraan.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah bahasa memiliki peranan
Salah satu kebutuhan manusia adalah yang sangat penting dan mutlak adanya. Bahasa
berinteraksi dengan sesama manusia maupun menunjukan perbedaan antara kelompok yang
dengan lingkungan interaksi tersebut bertujuaan satu dengan kelompok yang lainnya tetapi
untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu alat masing-masing tetap mengikat kelompoknya
yang digunakan manusia dalam berinteraksi masing-masing. Bahasa menjadi alat komunikasi
adalah bahasa. yang mana bahasa dan komunikasi ini menjadi
Bahasa merupakan elemen penting dalam hal yang tak terpisahkan. Bahasa merupakan
kehidupan umat manusia. Karena bahasa interpretasi dari apa yang hendak disampaikan
merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi oleh komunikator terhadap komunikan.
satu sama lain. Itulah mengapa bahasa menjadi Penggunaan bahasa yang baik dan mudah untuk
faktor krusial dalam kehidupan bermasyarakat di di mengerti oleh orang lain akan berdampak pada
dunia. Dalam kehidupan masyarakat bahasa komunikasi yang berjalan dengan baik pula.
Indonesia memegang peranan yang sangat Bahasa terbagi menjadi dua berdasarkan
penting karena mampu mengungkapkan pikiran pemakaianya yaitu bahasa lisan dan tulisan.
orang lain dari berbagai kalangan masyarakat. Bahasa lisan adalah bahasa yang praktis, efektif,
pergunakan dalam kegiatan berkomunikasi, dan sering di
sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa yang baru, alih kode terjadi akibat adanya kontak bahasa
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan saling ketergantungan bahasa dengan kata lain,
maksud dengan menggunakan tulisan. alih kode bisa terjadi jika pembicara memahami
Penggunaan bahasa tidak dapat dipisahkan dua bahasa/ragam bahasa sehingga terjadi
dari kebudayaan. Pada masyarakat yang pergantian dari satu bahasa/ragam ke ragam/bahasa
multientik, saling pengaruh antara bahasa dan lain yang biasanya di latari oleh tujuan tertentu.
kebudayaan akan tercermin dalam penggunaan Pendapat senada di ungkapkan pula
bahasa sehari-hari. Keadaan penggunaan bahasa (Haryanta,2012:10) yang mengatakan bahwa alih
Indonesia di kalangan masyarakat multientik, kode merupakan penggunaan bahasa lain atau
tampaknya menjadi sesuatu yang baik untuk variasai bahasa lain untuk menyesuaikan diri
diteliti untuk mengetahui berbagai aspek dengan peran atau situasi lain atau karena adanya
kebahasaan yang terdapat di dalam masyarakat partisipan lain.
pengguna satu atau beberapa bahasa Suwinto (dalam Rahardi 2010 :23-24)
Dalam penggunaanya di masyarakat, menyebutkan bahwa alih kode yaitu peralihan dari
bahasa lisan atau bahasa verbal biasa kita jumpai, kode yang satu ke kode yang lain. Jadi apabila
seseorang penutur dalam menyampaikan maksud seorang penutur mula-mula menggunakan kode A
kepada mitra tutur dengan menggunakan dua dan kemudian beralih menggunakan kode B,
bahasa secara bergantian atau biasa disebut perlihan bahasa seperti itu disebut alih kode.
kedwibahasawan, baik secara produktif maupun Wijana (2010:178) mengemukakan bahwa
secara reseptif oleh seorang individu atau alih kode ialah peristiwa peralihan dari kode satu
masyarakat pada percakapan. Kenyataan tersebut ke kode yang lain. Alih kode dapat berupa alih
bisa kita jumpai pada peserta didik dalam kode gaya, ragam, maupun variasi bahasa lainnya.
lingkungan persekolahan, misalnya siswa mula- Hymes (dalam Suandi 2014:133) juga
mula berbahasa menggunakan bahasa Indonesia, mengemukakan bahwa alih kode merupakan suatu
dan berpindah menjadi bahasa daerah atau istilah umum yang digunakan untuk menyatakan
sebaliknya. Fenomena itu ada di dalam kajian pergantian (peralihan) pemakaiaan dua bahasa atau
sosiolinguistik disebut alih kode. lebih beberapa variasi dari suatu bahasa atau
Fenomena dua bahasa oleh si penutur bahkan beberapa ragam dari suatu gaya.
disebut kedwibahasaan atau bilingualisme. Dalam Alih kode menurut Suwandi (2010:86)
masyarakat dwibahasa tidak akan dapat dapat terjadi dalam sebuah percakapan ketika
menggunakan satu bahasa saja tanpa terpengaruh seorang pembicara menggunakan sebuah bahasa
bahasa lain yang sebenarnya sudah ada dalam dan mitra bicaranya menjawab dengan bahasa lain.
masyarakat itu sendiri. Kridalaksana (2011:122) mengemukakan
bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk
menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain,
II KAJIAN PUSTAKA atau karena adanya partisiapasi lain di sebut alih
2.1 Alih Kode kode.
Apple dalam (Chaer dan Leoni 2014:2) Nababah (dalam Rahardi 2010:5)
mendefenisikan alih kode itu sebagai ,”gejala menyebutkan bahwa alih kode mencangkup
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya kejadian di mana kita beralih dalam suatu ragam
situasi”. fungsiolek, ke ragam lain, atau dari satu dialek ke
Hymes dalam (Chaer dan Leoni 2014:2) dialek lain dan sebagainya.
menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi Adapun Apple (dalam Chaer dan Leoni
antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam- 2010:107) alih kode merupakan gejala peralihan
ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu penukaran bahasa karena berubahnya situasi. Dari
bahasa. beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
(Padwadewi, 2014:64) Alih kode alih kode adalah peralihan bahasa dari bahasa
merupakan peralihan dari suatu kode ke kode yang pertama ke bahasa kedua, maupun sebaliknya.
lain atau mencampur kode dalam tuturan/ekspresi Keterkaitan pendapat para ahli di atas
yang singkat sekalipun dan membentuk tuturan Mengacu pada perubahan bahasa terjadi, alih kode
adalah bahwa alih kode adalah peralihan kode bisa di bagi menjadi dua macam (dalam
bahasa atau bahasa satu dengan bahasa yang lain Padmadewi, 2014:65) sebagai berikut :
atau dialek satu dengan dialek yang lain. Alih kode ke dalam (alih kode internal)
Jadi dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah alih kode yang terjadi bila si pembicara
merupakan peralihan suatu bahasa dari bahasa satu dalam pergantiaan bahasanya menggunakan
ke bahasa yang lain atau dari dialek satu ke dialek bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup
yang lain, yang terjadi karena beberapa faktor. bahasa nasional atau antar dialek-dialek dalam satu
bahasa daerah atau antara beberapa ragam dan gaya
2.2 Faktor Penyebab Alih Kode yang ada dalam satu dialek. Misalnya seorang pada
Fishman dalam (Chaer dan Leoni awalnya berbicara dalam bahasa Indonesia baku
2014:108). Secara umum alih kode disebabkan oleh karena situasi tertentu menuntut dia untuk
berbagai hal diantaranya mengubah bahasa menjadi dialek Bali
1. Penutur, seorang penutur kadang sengaja
beralih tuturan dengan mitra penutur Alih kode keluar (alih kode eksternal)
karena ada suatu tujuan. Misalnya dari adalah alih kode yang dalam penggantian
situasi formal ke nonformal ataupun bahasanya si pembicara mengubah bahasanya dari
sebaliknya. bahasa satu ke bahasa lain yang tidak sekerabat
2. Mitra Tutur, mitra tutur memiliki bahasa (bahasa Asing). Misalnya seseorang pada awalnya
yang sama dengan penutur, biasanya menggunakan bahasa Bali kemudian karena situasi
beralih kode dalam wujud alih varian dan tertentu beralih ke bahasa Belanda.
bila mitra tutur berlatar belakang Adapun pendapat lain, Soewito dalam (Chaer
bahasanya berbeda. dan Leoni, 2010:114) membedakan adanya dua
3. Hadirnya Penutur Ketiga, untuk macam alih kode :
menghormati mitra tutur ketiga biasanya 1. Alih kode Internal
penutur beralih kode, jika latar belakang Alih kode Internal adalah alih kode yang
kebahasaan mereka berbeda dengan mitra berlangsung antar bahasa sendiri, seperti
penutur ketiga. dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau
4. Pokok Pembicaraan, pokok pembicaran sebaliknya.
merupakan faktor yang menentukan 2. Alih kode Eksternal
terjadinya alih kode,. Jika dalam situasi Alih kode Eksternal adalah peralihan
formal pokok pembicaraan disampaikan bahasa berupa peralihan dari bahasa Lauje
dengan kata-kata baku dan serius, dan jika yang satu ke bahasa Lauje yang lain
pokok pembicaraan dalam situasi Keterkaitan pendapat di atas bahwa alih
nonformal disampaikan dengan kata tidak kode internal adalah alih kode yang peralihan
baku, gaya yang emosional dan seenaknya bahasanya berlangsung antar bahasa sendiri,
menyampaikan kata-kata. contohnya alih kode bahasa suku satu ke bahasa
5. Perubahan Topik Pembicaraan, juga suku lain, bahasa Indonesia ke bahasa daerah atau
memicu penyebab perlihan bahasa namun bahasa daerah yang sama namun dengan dialek
harus sesuai dengan konteks pembicaraan. yang berbeda.
Kesimpulan yang dapat penulis tarik dari
pendapat di atas adalah peralihan kode bahasa
Alih kode salah satu gejala kebahasaan terdapat dua macam yaitu alih kode internal dan
ternyata tidak terlepas dari faktor-faktor terjadinya alih kode eksternal.
peralihan bahasa. Faktor-faktor tersebut muncul
dengan sesuai tujuan si pelaku tindak tutur. Selain
itu, alih kode yang dapat memperlancar proses 2.4 Konteks Peristiwa Tutur Alih Kode
komunikasi antar pelaku tutur meskipun datang Peristiwa tutur yaitu terjadinya atau
dari berbagai ragam suku. berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua
2.3 Bentuk-bentuk Alih Kode
pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu g. Norm of interaction dan interpretation
pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi
tertentu (Chaer dan Leoni 2010:47). Peristiwa tutur Mengacu pada norma dan aturan
dapat terjadi jika memenuhi 8 komponen seperti berinteraksi, misalnya berhubungan dengan cara
yang di ungkap Dell Hymes (dalam Chaer dan berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Serta
Leoni 2010:48). Adapun ke delapan komponen mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran
sebagai berikut : dari lawan bicara.
a. Setting and scene h. Genre
Setting berkenaan dengan waktu dan Mengacu pada jenis bentuk penyampaian,
tempat tuturan berlangsung, sedangkan scene seperti narasi, puisi, pepata, doa, dan sebagainya.
mengacu pada situasi tepat dan waktu, atau situasi Dari ke delapan komponen yang diutaran
psikoligis pembicaraan. Waktu, tepat, dan situasi Hymes terlihat begitu kompleks terjadinya
tuturan yang berbeda dapat menyebabkan peristiwa tutur. Dari delapan komponen tersebut
penggunaan variasi bahasa yang berbeda pula. tidak jauh berbeda dengan pokok pembicaraan
b. Participant sosiolinguistik yang diutarakan Fishman yaitu
“who speak, what language to whom, when, and
Participant yaitu pihak-pihak yang terlibat what end”.
di dalam tuturan, bisa pembicara atau pendengar,
pesapa atau penyapa, atau pengirim dan penerima 2.5 Campur Kode
(pesan). Dua orang yang sedang bercakap-cakap Campur kode menurut Subyoko (dalam
dapat berganti peran sebagai pembicara dan Suwandi 2010:84) mengungkapkan bahwa campur
pendengar. status sosial partisipan sangat kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih atau
menentukan ragam bahasa yang digunakan. ragam bahasa secara santai antara orang-orang
c. Ends yang kita kenal dengan akrab. Dalam situasi
berbahasa yang informal ini, dapat dengan bebas
Ends merujuk pada maksud dan pertuturan bercampur kode (bahasa atau ragam bahasa),
misalnya, peristiwa tutur yang terjadi di ruangan khususnya apabila ada istilah-istilah yang tidak bisa
pengadilan bermaksud untuk menyelesikan suatu di ungkapkan dalam bahasa lain. Lebih lanjut
kasus perkara. namun para partisipan dalam Wijana (2010:171) menjelaskan campur kode
peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu
jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan
pembela ingin membuktikan bahwa si terdakwa disisipi dengan unsur bahasa lain. Hal ini
tidak salah, sedangkan hakim berusaha biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur
memberikan keputusan yang adil. seperti latarbelakang sosial, tingkat pendidikan.
d.Act sequent Dalam situasi berbahaya yang informal kita dengan
bebas bercampur kode, khususnya apabila ada
Mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.
istilah yang tidak diungkapkan dengan bahasa lain.
Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang
digunakan, bagaimana penggunaannya dan
Sama halnya dengan alih kode, campur
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik
kode pun disebabkan oleh masyarakat tutur yang
pembicaraan.
multingual. Namun tidak seperti alih kode, campur
e. Key
kode tidak memiliki maksud dengan tujuan yang
Mengacu pada nada, cara, dan semangat di jelas, karena campur kode biasanya tidak disadari
mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, oleh pembicara atau dengan kata lain refleks
dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, pembicara atas penggunaan bahasa asing yang
dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat diketahuinya.
ditunjukan pula dengan gerak tubuh dan isyarat.
f. Instrmentalis 2.6 Persamaan dan Perbedaan Alih Kode serta
Campur Kode
Mengacu pada jalur bahasa yang (Chaer dan Leoni 2014:114) kesamaan
digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui gamb
telegram atau telepon. Instrumentalis berhubungan aran yang jelas dari hasil penelitian. Pada
dengan cara berinteraksi. bertanya, dan sebagainya. hakikatnya adalah objek penelitian beserta
Juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, konteksnya. Jenis data pada penelitian ini adalah
seperti bahasa, dialek, ragam, atau register. data primer berupa tuturan langsung antara siswa
antara alih kode dan campur kode adalah dalam kegiatan keseharian di lingkungan sekolah
digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sumber
varian bahasa dari sebuah bahasa dalam satu data yang diambil dalam tuturan ini adalah bentuk
masyarakat tutur. Banyak ragam pendapat alih kode. Penelitian ini di peroleh saat
mengenai beda keduanya. namun, yang jelas kalau dilakukannya interaksi antara siswa dan siswi
dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa secara non formal maupun secara formal di
yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi lingkungan sekolah Madrasah Aliyah Al-ikhlas
masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan Tinabogan. Data dalam penelitian ini bentuk
sengaja dan dengan sebab-sebab tertentu. tuturan siswa dan siswa sebagai bahan kajian untuk
Thelander dalam (Chaer dan Leoni mengetahui bagaimana siswa dalam kegiatan yang
2014:115) mencoba menjelaskan perbedaan alih dilakukan di lingkup Sekolah.
kode dan campur kode, katanya bila di dalam suatu
peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa 3.4 Instrumen Penelitian
bahasa lain maka peristiwa yang terjadi adalah alih Dalam penelitian ini, peneliti bertindak
kode. tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, sebagai pengumpul data sekaligus sebagai
klausa-klausa atau frase-frase yang di gunakan instrumen penelitian juga berugas sebagai reponden
terdiri dari klausa dan frase campuran, dan masing- dalam percakapan siswa Madrasah Aliyah Al-
masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung Ikhlas Tinabogan. Pada saat hadir di lokasi
fungsi sendiri-sendiri maka peristiwa yang terjadi penelitian, peneliti juga menyiapkan instrumen
adalah campur kode. penelitian berupa :
a. Alat tulis, berfungsi mencatat informasi
data yang berhubungan dengan informasi
III METODE PENELITIAN subjektif yang diteliti.
b. Alat perekam berupa telefon genggam vivo
3.1 Jenis Penelitian y71 dengan RAM 2 GIGA dan memori 2
GIGA, berfungsi untuk merekam
Jenis penelitian yang digunakan adalah percakapan siswa juga sebagai alat untuk
penelitian kualitatif deskriptif. Pendapat yang mengambil gambar sebagai dokomentasi.
diungkapkan (Sugiyono 2010:8) penelitian
kualitatif sering disebut penelitian nutaralistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi objek 3.5 Teknik Pengumpulan Data
yang alamiah. Objek alamiah adalah objek yang Teknik pengumpulaan data merupakan cara
berlangsung apa adanya dan tidak terpengaruh oleh yang harus dilalui peneliti bahasa. Untuk itu di
keberadaan peneliti. perlukan cara tertentu agar semua data yang
diperlukan dapat terkumpul dan akan dianalisis
Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat berdasarkan prosedur yang ada.
dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan
penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi
yang bersifat kreatif dan mendalam serta Adapun teknik yang digunakan peneliti
menunjukkan ciri-ciri naturalistik. dalam memperoleh data tentang alih kode dan
penyebab terjadinya alih kode adalah :
1. Teknik simak, yaitu peneliti dalam
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
melakukan penelitan mendengarkan
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah
Aliyah Al-Ikhlas Tinabogan, Kecamatan Dondo tuturan yang di lakukan oleh siswa.
Kabupatn Toli-Toli. Objek penelitian ini adalah Tujuaannya untuk lebih jelas
seluruh siswa Madrasah Aliyah Al-ikhlas mendengarkan apa yang diucapkan siswa.
Tinabogan. Penelitian ini dilaksanakan pada 2. Teknik rekam, yaitu proses menyalin ulang
semester ganjil tahun ajaran 2019-2020 atau proses menyadap suatu objek