Anda di halaman 1dari 14

Code Mixing and Code Switching ( kode campur dan alih kode )

CHAPTER I

1.1. INTRODUCTION
Many people speak and switch or mix their general use of language with their mother tongues,
especially in communicating with people who understand the different languages. In English
Language Teaching classroom, code switching comes into use either in the teachers „or the
students‟discourse. Generally our students whose formal learning in Indonesia, their first language
is Indonesian and learning second language just in the class. And when talking each other in the
class, in English learning they often resort to a swithched and mixed code (IndonesiaEnglish). The
use of the elements of English is sometimes unconscious. It is also same with the teacher. Teacher
sometimes conciously and unconciously make a switching and mixing the languages in providing
knowledges.Codeswitching and code-mixing are well-known traits in the speech pattern of the
average bilingual in any human society the world over, where both of them are the most obvious
and widespread which used at different language. Through observing the use of code switching and
code mizing in teachinglearning process in Indonesia, the reader can understand the functions

BAB I

1.1. PENGANTAR

Banyak orang berbicara dan beralih atau mencampur penggunaan umum mereka dari
bahasa dengan bahasa ibu mereka, terutama dalam berkomunikasi dengan
orang yang mengerti bahasa yang berbeda. Dalam Pengajaran Bahasa Inggris
kelas, alih kode mulai digunakan baik di guru atau
wacana mahasiswa. Umumnya siswa kami yang belajar formal di
Indonesia, bahasa pertama mereka adalah bahasa Indonesia dan belajar bahasa kedua
di kelas saja. Dan ketika berbicara satu sama lain di kelas, dalam bahasa Inggris
belajar mereka sering menggunakan kode swithched dan campuran (Indonesia English).
Penggunaan unsur bahasa Inggris terkadang tidak disadari. Dia
juga sama dengan guru. Guru terkadang sadar dan tidak sadar
alih kode dan campur kode dalam memberikan pengetahuan. Alih kode dan campur kode
merupakan ciri yang terkenal dalam pola bicara masyarakat
rata-rata bilingual dalam masyarakat manusia mana pun di seluruh dunia, di mana
keduanya
adalah yang paling jelas dan tersebar luas yang digunakan pada bahasa yang berbeda.
Dengan mengamati penggunaan alih kode dan misasi kode dalam proses belajar mengajar
di Indonesia, pembaca dapat memahami fungsi,
jenis, dan alasan dalam menggunakan swithing dan mixing bahasa.
1.2. Purpose of the paper
1. Knowing about code-mixing and code switching
2. Knowing the kinds of code-mixing and code switching

1.3. Problem formulation


1. What is code-mixing and code switching?
2. What the kinds of code-mixing and code switching

1.2. Tujuan makalah


1. Mengetahui tentang campur kode dan alih kode
2. Mengetahui macam-macam campur kode dan alih kode

1.3. Formulasi masalah


1. Apa yang dimaksud dengan campur kode dan alih kode?
2. Apa saja macam-macam campur kode dan alih kode?

CHAPTER II
2.1.DICUSSION
2.1.1. Definition of Code-Mixing and Code Switching
In our daily life, we will be faced with different society who has the different language. It makes
possible to us facing the problem of communication in different situation. And it also takes effect
in the class when we taught foreign language for students. Code switching is a widely observed
phenomenon in multilingual and multicultural communities especially in foreign language
teaching.

Numan and Carter (2001:275) briefly define the term as „a phenomenon of switching from one
language to another in the same discourse‟. From this definition „discourse’ will be handled as
the students‟and teachers‟naturally occurring language use in classroom. Additionally, the
languages between which alternation is performed are the native language of the students, and
the foreign language that students are expected to gain competence in.

Terms in sociolinguistics for language and especially speech that draws to differing extents on at
least two languages combined in different ways, as when the students in the class
(Indonesian/English bilingual) says: Ms I want to pergi to the toilet (pergi go, toilet kamar
mandi). A code may be a language or a variety or style of a language; the term code mixing
emphasizes hybridization, and the term code-switching emphasizes movement from one
language to another. Mixing and switching probably occur to some extent in the speech of all
bilinguals, so that there is a sense in which a person capable of using two languages.

While putting the phenomenon of code switching in context, the functions of code switching
will be introduced in various aspects. 1. Its function in bilingual community settings will briefly
be explained by giving a sample authentic conversation which will help the reader deduce ideas
about its possible applications in educational contexts. 2. The functionality of code switching in
teaches‟classrom will be introduced with its aspects as: topic switch, affective functions, and
repetitive functions. 3. the focus will shift to students‟code switching by introducing some basic
functional perspectives as: equivalence, floor holding, reiteration, and conflict control.
From the function above, generally, code switching occur not only in social community but also it
always occur in the class situation. And it has the big advantages especially for the teacher in order to
give the knowledge of foreign language for the students, through this alternative way the students is
requires to use target language while speaking or discussion to develop their skill in foreign language
learning.

BAB II

2.1.DIKUSI

2.1.1. Pengertian Campur Kode dan Alih Kode


Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dihadapkan pada masyarakat yang berbeda yang
memiliki bahasa yang berbeda. Itu memungkinkan kita menghadapi masalah komunikasi
dalam situasi yang berbeda. Dan itu juga berlaku di kelas ketika kita mengajar bahasa
asing untuk siswa. Alih kode merupakan fenomena yang banyak diamati dalam komunitas
multibahasa dan multikultural terutama dalam pengajaran bahasa asing.

Numan dan Carter (2001:275) secara singkat mendefinisikan istilah tersebut sebagai
'fenomena peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain dalam wacana yang sama'. Dari
definisi ini 'wacana' akan ditangani sebagai penggunaan bahasa yang terjadi secara alami
oleh siswa dan guru di kelas. Selain itu, bahasa yang digunakan bergantian adalah bahasa
ibu siswa, dan bahasa asing yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa.

Istilah-istilah dalam sosiolinguistik untuk bahasa dan khususnya tuturan yang menarik
pada tingkat yang berbeda setidaknya pada dua bahasa yang digabungkan dengan cara
yang berbeda, seperti ketika siswa di kelas (bilingual bahasa Indonesia / Inggris)
mengatakan: Bu saya ingin pergi ke toilet (pergi pergi, toilet kamar mandi). Kode dapat
berupa bahasa atau variasi atau gaya bahasa; istilah campur kode menekankan
hibridisasi, dan istilah alih kode menekankan perpindahan dari satu bahasa ke bahasa
lain. Pencampuran dan peralihan mungkin terjadi sampai batas tertentu dalam tuturan
semua dwibahasawan, sehingga ada pengertian di mana seseorang mampu menggunakan
dua bahasa.

Sambil menempatkan fenomena alih kode dalam konteksnya, fungsi alih kode akan
diperkenalkan dalam berbagai aspek. 1. Fungsinya dalam setting komunitas dwibahasa
akan dijelaskan secara singkat dengan memberikan contoh percakapan otentik yang akan
membantu pembaca menyimpulkan gagasan tentang kemungkinan penerapannya dalam
konteks pendidikan. 2. Fungsi alih kode di kelas akan diperkenalkan dengan aspek-
aspeknya seperti: alih topik, fungsi afektif, dan fungsi repetitif. 3. fokus akan beralih ke
alih kode siswa dengan memperkenalkan beberapa perspektif fungsional dasar seperti:
kesetaraan, penahan lantai, pengulangan, dan pengendalian konflik.Dari fungsi di atas,
secara umum alih kode terjadi tidak hanya dalam komunitas sosial tetapi juga selalu
terjadi dalam situasi kelas. Dan memiliki manfaat yang besar terutama bagi guru dalam
rangka memberikan pengetahuan bahasa asing kepada siswa, melalui cara alternatif ini
siswa dituntut untuk menggunakan bahasa target saat berbicara atau berdiskusi untuk
mengembangkan keterampilan mereka dalam pembelajaran bahasa asing.

2.1.2. Code Mixing


Code Switching is described as a skill of the bilingual speaker Code-switching is a term in linguistics
referring to using more than one language or variety in conversation. Sometimes the bilingual speakers
getting problem when they having a conversation with another bilingual, so they switches their language
from code to another in the construction of sentence to make the interlocutor understand, sometimes
they do it with the same language background and it may do so many times.

Code switching is the one of alternative way to bilingual of two or more languages in the same
conversation. Hymes (1974) defines code-switching as „a common term for alternative use of two more
language, varieties of a language or even speech styles‟ whilw Bokama (1989) defines code-swithing is
the mixing of words, phrases and sentences from two distinct grammatical (sub) systems across
sentence boundaries within the same speech event.

In the class, when the teacher teaches a foreign language code switching also become strategies
learning in order to develop the students skill in English language. In the beginning of meeting the
teacher uses target language when they explain the material and then they switch again into Indonesia
to make sure understood for the students. The student uses the target language as much as possible but
reverts to their native language for any element of an utterance that they are unable to produce in the
target language.

For example: “Good morning class….”, well my students , today we would like to study about Code
switching….(the beginning of the class) “Selamat pagi kelas (anak-anak)….”, hari ini kita akan belajar
tentang alih bahasa… Excuse me ms…. I want to ask some question! (student asking) Permisi bu..saya
ingin bertanya! “Actually I agree about your statement , but I think it is better if….” Saya setuju dengan
pendapat kamu, tapi mungkin lebih baik jika….”

Generally, there are different perspectives on code-switching. A major approach in sociolinguistics


focuses on the social motivations for switching, a line of inquiry concentrating both on immediate
discourse factors such as lexical need and the topic and setting of the discussion, and on more distant
factors such as speaker or group identity, and relationship-building (solidarity). Code-switching may also
be reflective of the frequency with which an individual uses particular expressions from one or the other
language in his daily communications; thus, an 7 expression from one language may more readily come
to mind than the equivalent expression in the other language

Code-switching can occur between sentences (intersentential) or within a single sentence


(intrasentential). There are four major types of switching:

(a) Tag-switching, in which tags and certain set phrases in one language are inserted into an utterance
otherwise in another.

For example: Teacher : “benar, that‟s good answer”! Tabipun, now we come to the sociolinguistics class.
“Bagus,good job santi”! Write geh , do not only read! The words “that‟s good answer” can be
considered a tag. Sometimes, emblematic code-switching or tag switching can take the form of
intrasentential switching where categorical equivalence exists between the two languages involved.
(b) Intrasentential switching, in which switches occur within a clause or sentence boundary. It can take
the form such as, code changing, code mixing, insertion and congruent lexicalizations.

For example: Menurutku that‟s good idea! “open your matrik book and kerjakan page 10”! Can you
please tell me kalimat apa ini? I‟ll give you a gift kalau kalian bisa jawab From example above includes
code-changing or complete shifts to another language system at major constituent boundaries.

(c) Intersentential switching, in which a change of language occurs at sentence levels, where each clause
or sentence is in one language or the other.

For example: T : “Have you done your homework,Aul”? S : Sudah, Ms! T : May I see? S : Ini ms! T : look at
the picture and fill the blanks. S : yang mana ms? T : on page 30

From example above intersentential code switches was to relate speech that had already occurred in
other conversations in English. And it more frequent than intrasentential.

(d) Intra-word switching, in which a change occurs within a word boundary. For example: ujian hari ini
open book! Listeningnya pake speaker Jurusan Lesson Plan kamu dah siap belum? Scoring system IAIN
seperti itu 50% final test, 30% mid test, dan 20% daily Performances

In other hand, Milroy and Pieter (1995:8) define code swithching “as a term „intrasentential‟used for
swtches within the sentence , in a contrast with „intrasentential‟used for switches between sentences”.
Althought some commentators have seen code-switching as reflecting a lack of language ability, most
contemporary scholars consider code-switching to be a normal and natural product of interaction
between the bilingual or multilingual speaker‟s languages.

2.1.2. campur kode


Alih Kode dideskripsikan sebagai keterampilan penutur dwibahasa Alih kode adalah
istilah dalam linguistik yang mengacu pada penggunaan lebih dari satu bahasa atau variasi
dalam percakapan. Kadang-kadang penutur bilingual mengalami masalah ketika
berbicara dengan bilingual lain, sehingga mereka mengubah bahasanya dari kode ke kode
lain dalam konstruksi kalimat agar lawan bicaranya mengerti, kadang-kadang mereka
melakukannya dengan latar belakang bahasa yang sama dan bisa jadi banyak. waktu.

Alih kode adalah salah satu cara alternatif untuk dwibahasa dari dua bahasa atau lebih
dalam percakapan yang sama. Hymes (1974) mendefinisikan alih kode sebagai istilah
umum untuk penggunaan alternatif dua bahasa, variasi bahasa atau bahkan gaya bicara‟
sedangkan Bokama (1989) mendefinisikan alih kode adalah pencampuran kata, frasa, dan
kalimat dari dua sistem tata bahasa (sub) yang berbeda melintasi batas kalimat dalam
peristiwa tutur yang sama.

Di kelas, ketika guru mengajarkan alih kode bahasa asing juga menjadi strategi
pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam bahasa Inggris. Pada
awal pertemuan guru menggunakan bahasa target ketika menjelaskan materi dan
kemudian beralih lagi ke bahasa Indonesia untuk memastikan pemahaman siswa. Siswa
menggunakan bahasa target sebanyak mungkin tetapi kembali ke bahasa asli mereka
untuk setiap elemen ucapan yang tidak dapat mereka hasilkan dalam bahasa target.

Misal: “Selamat pagi….”, nah anak-anakku, hari ini kita mau belajar tentang alih
kode….(awal kelas) “Selamat pagi kelas (anak-anak)….”, hari ini kita akan belajar
tentang alih bahasa… Permisi ms…. Saya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan! (mahasiswa bertanya) Permisi bu..saya ingin bertanya! “Sebenarnya
saya setuju dengan pernyataan Anda, tapi saya pikir lebih baik jika….” Saya
setuju dengan pendapat Anda, tapi mungkin lebih baik jika….”

Secara umum, ada berbagai perspektif tentang alih kode. Sebuah pendekatan utama
dalam sosiolinguistik berfokus pada motivasi sosial untuk beralih, garis penyelidikan
berkonsentrasi baik pada faktor wacana langsung seperti kebutuhan leksikal dan topik
dan pengaturan diskusi, dan pada faktor yang lebih jauh seperti identitas pembicara atau
kelompok, dan hubungan. -building (solidarity). Alih kode juga dapat mencerminkan
frekuensi seseorang menggunakan ekspresi tertentu dari satu atau bahasa lain dalam
komunikasi sehari-hari; dengan demikian, ekspresi 7 dari satu bahasa mungkin lebih
mudah muncul di benak daripada ekspresi yang setara dalam bahasa lain

Alih kode dapat terjadi antar kalimat (intersentential) atau dalam satu kalimat
(intrasentential). Ada empat jenis utama switching:

(a) Tag-switching, di mana tag dan frasa tertentu dalam satu bahasa disisipkan
ke dalam ujaran lain di bahasa

Contoh: Guru : “benar, itu jawaban yang bagus”! Tabipun, sekarang kita sampai pada
kelas sosiolinguistik. “Bagus, kerja bagus santi”! Tulis geh, jangan hanya baca! Kata-kata
“itu jawaban yang bagus” bisa dianggap sebagai tag. Kadang-kadang, alih kode lambang
atau alih tag dapat mengambil bentuk peralihan intrasentensial di mana ada kesetaraan
kategoris antara dua bahasa yang terlibat.

(b) Peralihan intrasentensial, di mana peralihan terjadi di dalam batas klausa atau
kalimat. Bentuknya dapat berupa, perubahan kode, campur kode, penyisipan, dan
leksikalisasi kongrue

Misalnya: Menurutku itu ide yang bagus! “buka buku matrik dan kerjakan
halaman 10”! Bisakah Anda memberi tahu saya kalimat apa ini? I‟ll give you a
gift kalau kalian bisa jawab Dari contoh di atas termasuk perubahan kode atau
pergeseran lengkap ke sistem bahasa lain pada batas konstituen utama.

(c) Intersentential switching, di mana perubahan bahasa terjadi pada tingkat kalimat, di
mana setiap klausa atau kalimat berada dalam satu bahasa atau yang lain.
Misal: T : “Apakah kamu sudah mengerjakan PR kamu, Aul”? S : Sudah, Bu! T:
Bolehkah saya melihat? S : Ini ms! T : Perhatikan gambar dan isi bagian yang kosong. S :
yang mana ms? T : di halaman 30

Dari contoh di atas alih kode intersentential adalah untuk menghubungkan ucapan yang
sudah terjadi dalam percakapan lain dalam bahasa Inggris. Dan itu lebih sering daripada
intrasentential.

(d) Intra-kata switching, di mana perubahan terjadi dalam batas kata. Contoh: ujian hari
ini open book! Listeningnya pake speaker Jurusan Lesson Plan kamu dah siap belum?
Sistem penilaian IAIN seperti itu 50% final test, 30% mid test, dan 20% daily
Performances

Di sisi lain, Milroy dan Pieter (1995:8) mendefinisikan alih kode “sebagai istilah
„intrasentential‟ yang digunakan untuk swtches dalam kalimat, berbeda dengan
„intrasentential‟ yang digunakan untuk peralihan antar kalimat”. Meskipun beberapa
komentator telah melihat alih kode sebagai cerminan dari kurangnya kemampuan bahasa,
sebagian besar sarjana kontemporer menganggap alih kode sebagai produk interaksi yang
normal dan alami antara bahasa penutur dwibahasa atau multibahasa.

2.1.3. Code-Mixing

Code-mixing is the other phenomenon closely related to code-switching. Code mixing takes
place without a change of topic and can involve various levels of language such as
phonology, morphology, grammatical structures or lexical items.

We could not avoid that the first language is a big effect in second language. Interaction and
mixing between languages result in various languages. Most of the people in the society mix
their language with other language by borrowing or using pieces of foreign languages even
sometimes they are still influenced by first language.

Kachru in Nusjam (2004) defines code mixing as the term refers to the use of one or more
languages for consistent transfer of linguistic units from one language into another, and by
such a language mixture developing a new restricted or not so restricted code of linguistic
interaction.

Related to Kachru defines above, we can see the reality in the class, when students saying
something in English, they mix some language in the sentence that they don‟t know how to
say in English it means combine the language between Indonesia and English.

For example:
“have you done your homework hasan? Yes Ms, saya sudah kerja my homework” Excuse
me mom, kemarin I was sick.
From example above, the student use the peace of English word to answer the teacher‟s
question, it because the student does don‟t know how to say in English. But grammatically
the sentence of students is also suitable for grammar in English.

2.1.3. Campur Kode Campur kode merupakan fenomena lain yang berkaitan
erat dengan alih kode. Campur kode berlangsung tanpa perubahan topik dan
dapat melibatkan berbagai tingkat bahasa seperti fonologi, morfologi, struktur
gramatikal atau item leksikal.

Kita tidak dapat menghindari bahwa bahasa pertama berpengaruh besar dalam bahasa
kedua. Interaksi dan percampuran antar bahasa menghasilkan berbagai bahasa. Sebagian
besar masyarakat mencampurkan bahasa mereka dengan bahasa lain dengan cara
meminjam atau menggunakan potongan-potongan bahasa asing bahkan terkadang masih
dipengaruhi oleh bahasa pertama.

Kachru dalam Nusjam (2004) mendefinisikan campur kode sebagai istilah mengacu pada
penggunaan satu atau lebih bahasa untuk transfer konsisten unit linguistik dari satu
bahasa ke bahasa lain, dan dengan campuran bahasa seperti itu mengembangkan kode
linguistik baru yang terbatas atau tidak begitu terbatas. interaksi.

Terkait dengan definisi Kachru di atas, kita dapat melihat kenyataan di kelas, ketika siswa
mengatakan sesuatu dalam bahasa Inggris, mereka mencampurkan beberapa bahasa
dalam kalimat yang mereka tidak tahu bagaimana mengatakannya dalam bahasa Inggris
artinya menggabungkan bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Sebagai contoh:
“apakah kamu sudah mengerjakan pekerjaan rumahmu hasan? Ya Bu, saya sudah
mengerjakan pekerjaan rumah saya” Permisi bu, kemarin saya sakit.

Dari contoh di atas, siswa menggunakan kata damai bahasa Inggris untuk menjawab
pertanyaan guru, karena siswa tidak tahu bagaimana mengatakannya dalam bahasa
Inggris. Namun secara tata bahasa kalimat siswa juga cocok untuk tata bahasa dalam
bahasa Inggris.

2.1.4. The Differences Concept Between Code-Mixing and Code Switching

When we discuss about the differences between code switching and code mixing, both of them
have the strong similarities, even we are difficult to find the difference between them.

The similarities of them just it the function when we use two or more languages as a variant
language in speech community. But the differences are in code switching, switch language event
or variety of languages by the bilingual because of certain reason and consciously. While code
mixing, the use of pieces of another language to one language that is needed probably, has the
function and it is not considered as a wrong or deviation. Like in our country, a bilingual
sometimes slipped a pieces of language in conversation it can be said he or she did code mixing.
Thelander quoted by Chaer and Leony (2004:115) tried to differ between code switching and
code mixing. He said that code switching is speech event is became there is a switched from one
clause of language to clause of other language. While, when speech event become, the clauses or
phrases is consist of hybrid clauses and hybrid phrases and all of they are not support each other
is called as Code mixing.

From the previous study of experts to differ between code mixing and code switching it is
difficult to make differentiation both of them, because there are still the some concepts of rule
that have to paid attention to make it clear

2.1.4. Perbedaan Konsep Antara Campur Kode dan Alih Kode

Ketika kita membahas tentang perbedaan antara alih kode dan campur kode, keduanya
memiliki kesamaan yang kuat, bahkan kita sulit menemukan perbedaan di antara
keduanya.

Kesamaan di antara mereka hanya berfungsi ketika kita menggunakan dua bahasa atau
lebih sebagai varian bahasa dalam masyarakat tutur. Namun perbedaannya terletak pada
alih kode, peristiwa alih bahasa atau ragam bahasa yang dilakukan oleh bilingual karena
alasan tertentu dan secara sadar. Sedangkan campur kode, penggunaan potongan-
potongan bahasa lain ke dalam satu bahasa yang diperlukan mungkin, mempunyai fungsi
dan tidak dianggap sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan. Seperti di negara kita,
seorang dwibahasa terkadang menyelipkan potongan-potongan bahasa dalam
percakapannya bisa dikatakan dia melakukan campur kode.

Thelander yang dikutip oleh Chaer dan Leony (2004:115) mencoba membedakan antara
alih kode dan campur kode. Dia mengatakan bahwa alih kode adalah peristiwa tuturan
yang terjadi peralihan dari satu klausa bahasa ke klausa bahasa lain. Sedangkan ketika
terjadi peristiwa tutur, klausa atau frase tersebut terdiri dari klausa-klausa hibrid dan
frase-frase hibrid yang semuanya tidak saling mendukung disebut campur kode.

Dari kajian para ahli sebelumnya untuk membedakan antara campur kode dan alih kode
sulit untuk membedakan keduanya, karena masih ada beberapa konsep kaidah yang harus
diperhatikan untuk memperjelasnya.

2.1.5. The Reasons for Switching and Mixing Crystal (1987) give a reason about the number of possible
reasons for the switching from one language to another and these will now be considered. According to
Trudgill, “speakers switch to manipulate or influence or define the situation as they wish and to convey
nuances of meaning and personal intention”(2000:105). Drawing upon this quotation, it may be
suggested that code switching 10 can be used for self expression and is a way of modifying language for
the sake of personal intentions.

Below, there are several reasons in doing code switching and code mixing in the class:

To convey his/her attitude I‟ve told you, dibaca dulu kemudian di tulis Disimak please!
Talking About Particular Topic Kalau ngajar Micro teaching enak, anak-anak yang practice buat lesson
planning. Sekalian ngajar mereka perform depan kelas. Siap-siap dengar conversationnya. Di Short
conversation TOEFL, satu audio satu pertanyaan
Quoting Somebody Else udah buat aja jurnalnya sekarang kata om ipin “don’t be late” kata mba Isti
which one do you prefer reading or writing? Being Emphatic about Something (Express Solidarity)
Alright, gak usah takut salah kalau ngomong bahasa Inggris It’s ok kalau mau kumpul jurnalnya hari
minggu

Interjection (Inserting Sentence Fillers or Sentence Connectors) Go, go, go semangat belajarnya Oh
man, jangan melamun aja, Kerjakan!.

Repetition Used for Clarification Bahasa inggris tidak ada apa-apanya tanpa latihan. English will be
nothing without practice Kalian mengerti? Do you understand? Kalian memang yang terbaik. You are the
best.

Intention of Clarifying the Speech Content for the Interlocutor Improve ability kalian dengan practice
listening kalian tiap hari Banyak vocabularies yang bisa kalian dapatkan di kamus

Expressing Group Identity Kalau debat ESA (English Students Association) memang Juara. LCDnya mba
isti udah di take over 6A

Be Triggered into speaking in the other language for a while Doesn‟t matter aja. Then tulis di white
board jawaban yang benar. Kenapa pada absent? Sudah tau kan kalian kalau saya selalu cek attendance
list? 11 Well-known/popular English expression Ujian mid sociolinguistics kalian open book! Oh my God.
Skor writingnya keren Lack of good equivalence of meaning in Indonesian Jadi point of view pelajaran
hari ini apa? Nge-blank aku Emphasize the message Dipelajari pembahasannya. Don‟t waste your time!
Kecil sekali suaramu. Raise your voice please! Inject Humor S1= Hey, finish your task Aul! S2= Ya Buuu
(Laughingly) Arousing Attention Well apa kabar everybody! Help, ada yang punya materi sebelumnya?
Hedging A: “where do you want go?” B: “I don‟t know” A: “do you want to write the listening script?” B:
“entah, I‟m still thinking”(I don‟t know) Showing Respect Excuse me Ms, saya boleh bertanya Morning
Students, kita mulai belajar lagi yah!. Expressing Opposition A: “How is your Task?” B: “baaaaguuus”
(Nice but not really nice) A: “owh Lucky you?” B: “Hemm”( not really actually...) Fisherman in Chaer and
Leony described that to know the reason of code switching it based on point of view of sociolinguistics
such as 1. The speaker 2. The listener or participant 3. The changing condition because of the third
person 4. The changing from formal into informal 5. The changing of topic. From describing above, we
can conclude that many reasons why people make code switching and code mixing to make clear what
they want to expressed to the listener, it relation to the situation and the topic

2.1.5. Alasan Beralih dan Mencampur

Crystal (1987) memberikan alasan tentang sejumlah kemungkinan alasan untuk


beralih dari satu bahasa ke bahasa lain dan ini sekarang akan dipertimbangkan.
Menurut Trudgill, "speaker beralih untuk memanipulasi atau mempengaruhi atau
mendefinisikan"
situasi yang mereka inginkan dan untuk menyampaikan nuansa makna dan pribadi
niat” (2000:105). Berdasarkan kutipan ini, mungkin disarankan kode itu
beralih
10
dapat digunakan untuk ekspresi diri dan merupakan cara memodifikasi bahasa demi
niat pribadi

2.1.5. The Function of Code Switching

in the class The Functions of Teachers’Code Switching These functions of teachers‟code switching are
listed as topic switch, affective functions, and repetitive functions by Mattson and Burenhult (1999:61).

In topic switch cases, the students‟attention is directed to the new knowledge by using of code
switching from native tongue to their second language. At this point it may be suggested that a bridge
from known (native language) to unknown (new foreign language) is constructed by using code
switching. It is also suggested by Cole (1998). “a teacher can exploit students‟ previous L1 learning
experience to increase their understanding of L2.

Affective function means serving expression of emotions. In this aspect, code switching is used by the
teacher in order to build solidarity and intimate relations with the students. It is not always a conscious
process on the part of the teacher. For instance, the teacher uses English suddenly because she/he
knows that the Student feel shy to speak eanglish so that the teacher tries to develope student‟s
emotion and willingness in learning English trough switching the languages.

The last function of code switching for teacher is its repetitive function. In this case, the teacher uses
code switching in order to transfer the necessary knowledge. The teacher code switches to native
language in order to clarify meaning, repitition sometimes needed in this situation.The tendency to
repeat the instruction in native language may lead to some undesired student behaviors.

2.1.5. Fungsi Alih Kode


di kelas Fungsi alih kode guru Fungsi alih kode guru ini terdaftar sebagai alih topik, fungsi
afektif, dan fungsi repetitif oleh Mattson dan Burenhult (1999:61).

Dalam kasus alih topik, perhatian siswa diarahkan pada pengetahuan baru dengan
menggunakan alih kode dari bahasa asli ke bahasa kedua mereka. Pada titik ini dapat
disarankan bahwa jembatan dari yang dikenal (bahasa asli) ke yang tidak dikenal (bahasa
asing baru) dibangun dengan menggunakan alih kode. Hal ini juga dikemukakan oleh Cole
(1998). “seorang guru dapat mengeksploitasi pengalaman belajar L1 siswa sebelumnya
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang L2.

Fungsi afektif berarti melayani ekspresi emosi. Pada aspek ini, alih kode digunakan oleh
guru untuk membangun solidaritas dan keakraban dengan siswa. Itu tidak selalu
merupakan proses sadar di pihak guru. Misalnya, guru menggunakan bahasa Inggris
secara tiba-tiba karena dia tahu bahwa siswa merasa malu untuk berbicara bahasa Inggris
sehingga guru berusaha mengembangkan emosi dan kemauan siswa dalam belajar bahasa
Inggris melalui pergantian bahasa.
Fungsi alih kode yang terakhir bagi guru adalah fungsi pengulangannya. Dalam hal ini,
guru menggunakan alih kode untuk mentransfer pengetahuan yang diperlukan. Kode guru
beralih ke bahasa ibu untuk memperjelas makna, pengulangan kadang-kadang diperlukan
dalam situasi ini. Kecenderungan untuk mengulang instruksi dalam bahasa ibu dapat
menyebabkan beberapa perilaku siswa yang tidak diinginkan.

2.1.6. Teachers’Code Switching and Code Mixing

Crystal (1987) suggests that code, or language, switching occurs when an individual who is bilingual
alternates between two languages during his/her speech with another bilingual person. A similar system
may also be used whereby the teacher uses code switching by starting the lesson in the first language
and then moving into the second and back and this makes the lesson as communicative as possible.
Cook (1991) describes the Institute of Linguistics' examinations in Languages for International
Communication test as one which utilizes code switching.

1. At beginners level, students may use the second language for obtaining information from material to
answer comprehension questions in the first language.

3. At advanced stages, the student may be required to research a topic and provide a report in the first
language. This approach is one which uses code switching as a foundation for the 13 development
of a second language learner who can stand between the two languages and use whichever is most
appropriate to the situation rather than becoming an imitation native speaker.

Many teachers make code mixing and code switching in different level of students. It the depend of
situation, topic and participant, but in reality teacher dominantly make code switching in advance of
student than in low level.

The teacher should know and understand when they should emphasize the language in order the
students understand what he/she means by code switching and code mixing. Finally, code switching
and mixing is as a strategy to support the student to develop their ability in foreign language
learning.

2.1.6. Alih Kode dan Campur Kode Guru

Crystal (1987) mengemukakan bahwa alih kode atau bahasa terjadi ketika seseorang yang
bilingual berganti-ganti antara dua bahasa selama berbicara dengan orang bilingual
lainnya. Sistem serupa juga dapat digunakan di mana guru menggunakan alih kode
dengan memulai pelajaran dalam bahasa pertama dan kemudian pindah ke bahasa kedua
dan sebaliknya dan ini membuat pelajaran sekomunikatif mungkin. Cook (1991)
menjelaskan ujian Institute of Linguistics dalam Languages for International
Communication sebagai tes yang memanfaatkan alih kode.

1. Pada tingkat pemula, siswa dapat menggunakan bahasa kedua untuk memperoleh
informasi dari materi untuk menjawab pertanyaan pemahaman dalam bahasa pertama.

3. Pada tahap lanjut, siswa mungkin diminta untuk meneliti suatu topik dan memberikan
laporan dalam bahasa pertama. Pendekatan ini adalah salah satu yang menggunakan alih
kode sebagai landasan untuk pengembangan 13 pembelajar bahasa kedua yang dapat
berdiri di antara dua bahasa dan menggunakan mana yang paling sesuai dengan situasi
daripada menjadi penutur asli tiruan.

melakukan campur kode dan alih kode pada tingkat siswa yang berbeda. Tergantung
situasi, topik dan peserta, namun pada kenyataannya guru lebih dominan melakukan alih
kode di depan siswa daripada di tingkat rendah.

Guru harus mengetahui dan memahami kapan mereka harus menekankan bahasa agar
siswa memahami apa yang dia maksud dengan alih kode dan campur kode. Akhirnya, alih
kode dan campur kode adalah sebagai strategi untuk mendukung siswa mengembangkan
kemampuannya dalam pembelajaran bahasa asing.

CHAPTER III
3.1. CONCLUSION
Code-switching is a term in linguistics referring to using more than one language or variety in
conversation. While other expert stated that code-switching is the mixing of words, phrases and
sentences from two distinct grammatical (sub) systems across sentence boundaries within the
same speech event.

Code mixing as the term refers to the use of one or more languages for consistent transfer of
linguistic units from one language into another, and by such a language mixture developing a new
restricted or not so restricted code of linguistic interaction.

Teacher makes code switching in the class to make meaning clear and to transfer the knowledge to
students in an efficient way. Yet, it should be kept in mind that in long term, when the students
experience interaction with the native speakers of the target language; code switching may be a
barrier which prevents mutual intelligibility

BAB III
3.1. KESIMPULAN
Alih kode adalah istilah dalam linguistik yang mengacu pada penggunaan lebih dari satu
bahasa atau variasi dalam percakapan. Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa alih kode
adalah percampuran kata, frasa, dan kalimat dari dua sistem (sub) gramatikal yang
berbeda melintasi batas kalimat dalam peristiwa tutur yang sama.

Campur kode sebagai istilah mengacu pada penggunaan satu atau lebih bahasa untuk
transfer unit linguistik yang konsisten dari satu bahasa ke bahasa lain, dan dengan
campuran bahasa tersebut mengembangkan kode interaksi linguistik baru yang terbatas
atau tidak begitu terbatas.

Guru melakukan alih kode di kelas untuk memperjelas makna dan mentransfer
pengetahuan kepada siswa dengan cara yang efisien. Namun, perlu diingat bahwa dalam
jangka panjang, ketika siswa mengalami interaksi dengan penutur asli bahasa target; alih
kode mungkin menjadi penghalang yang mencegah kejelasan timbal balik

Anda mungkin juga menyukai