Anda di halaman 1dari 3

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE ANTARA BAHASA TORAJA DAN BAHASA INDONESIA DALAM

INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA NEGERI 9 TANA TORAJA

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Peran bahasa dalam
kehidupan manusia sangat penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia. Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui bahasa. Sudah
menjadi tuntutan bagi manusia untuk terus menerus berinteraksi dan bekerja sama dalam
kehidupannya. Jadi, tanpa bahasa, manusia akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhannya.
Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang terkandung dalam pikiran agar
terjalin terciptanya interaksi antara yang menggunakannya.
Bahasa berkembang, berevolusi dan diakui oleh komunitas bahasa.

Indonesia adalah negara kepulauan dan setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda. Indonesia
memiliki banyak bahasa daerah, salah satunya adalah toraja.
Penduduk asli Gandang Batu sebagian besar berkomunikasi dalam bahasa lokal Toraja.
Penggunaan bahasa Toraja yang dominan tentunya akan berdampak pada kemampuan
berbahasa siswa dan guru sekolah tersebut.

Penelitian ini menjelaskan tentang bentuk dan faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode
seperti disebutkan sebelumnya pembelajaran bahasa Indonesia terganggu karena paparan
bahasa . Alih kode dan campur kode sering dilakukan siswa dan guru selama proses
pembelajaran. Guru memang terkadang perlu melakukan alih kode ketika menyampaikan materi
pembelajaran agar siswa dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, konversi
kode dilakukan agar situasi pembelajaran tidak kaku.
Selain alih kode, campur kode sering terjadi selama proses pembelajaran. Campur kode berkaitan
dengan latar belakang sikap penutur dan kemampuan berbahasa penutur. Ketika guru perlu
menjelaskan menjelaskan kata-kata yang sulit dipahami siswa. Selain guru, campur kode juga
dilakukan oleh siswa. Misalnya, siswa yang berkomunikasi dengan teman sebaya sering
mencampurkan kode Toraja ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya.

-Kontak Bahasa
Kontak bahasa adalah keadaan dimana dua bahasa atau lebih saling berinteraksi. Bahasa-bahasa
tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dan digunakan secara bersamaan atau bergantian
sesuai tergantung pada konteks sosial dimana penutur berbicara. Mackey (dalam Abdullah dan
Achmad, 2012:179) mendefinisikan keterpaparan bahasa sebagai pengaruh satu bahasa terhadap
bahasa lain, yang mengakibatkan perubahan bahasa pada populasi monolingual. Selanjutnya,
Jendra (2010:67) menyatakan bahwa kontak bahasa adalah suatu keadaan sosiolinguistik di mana
dua bahasa atau lebih, diucapkan secara bersamaan atau bercampur dengan bahasa lain. Lebih
jauh, sebagaimana dijelaskan dalam buku Suhardi (2009:39) kontak bahasa adalah penggunaan
lebih dari satu bahasa di tempat dan waktu yang sama.

*kode
Bagi publik dwibahasa/ bilingualisme memintal logat yang digunakan momen berangkai tambah
musuh ocehan bukanlah bidang yang mudah. Penutur akan beraksi logat yang benar digunakan
tambah musuh bicaranya agar relasi main tambah baik. Kode yang digunakan tercantum
menyimpan karakter tanda-tanda seia sekata tambah perangai kemunca rawi, koneksi sela
saudara ocehan dan suasana ocehan yang ada. Sesuai yang diutarakan Poedjosoedarmono
(1978:4) bagian dalam bukunya, ia menyerahkan maksud perintah serupa suatu tertib ocehan
yang praktik molekul bahasanya memiliki karakter tanda-tanda tambah perangai kemunca rawi,
perpautan rawi tambah saudara ocehan dan suasana ocehan yang ada. Kridalaksana (2008:112)
menafsirkan perintah serupa tanda pengenal atau tertib ekspresi yang dipakai bagian dalam
membeberkan moral terpaku, dan logat jiwa adalah seragam perintah, tertib logat bagian dalam
suatu publik; kelainan terpaku bagian dalam logat.

Alih instruksi
Alih instruksi menemukan arsitektur praktik intonasi bersumber seorang pendongeng
dwibahasawan pakai kebiasaan mengidas kekeliruan tunggal instruksi yang sejiwa dan
dibutuhkan depan masa perkataan dilakukan. Menurut Suwandi (bagian dalam Ruyaldi dan
Sulistyo, 2014:29) tukar instruksi bisa kelahirannya bagian dalam sewatak cara saat seorang juru
cakap mengabdikan sewatak intonasi dan saki bicaranya meladeni pakai intonasi lain. Saleh dan
Mahmudah (2006:84) memajukan bahwa seorang juru cakap atau pendongeng mengamalkan
tukar instruksi kepada sampai “maslahat” atau “faedah” bersumber tindakanya itu. Misalnya
bersumber rupa intonasi normal berubah berperan rupa intonasi santai. Jika seseorang
mengamalkan sepak terjang tukar instruksi depan tuturannya itu karena butuh sampai maslahat
atau faedah bersumber tuturannya terhadap saki tutur. Tentunya, tidak semua jenjang depan
perkataan seseorang bisa dianggap menempuh hidup tukar instruksi, misalnya perkataan
seseorang semata-mata bercorak ujaran saja karena ini semata-mata menemukan peminjaman
ujaran saja. Hal terselip setujuan pakai golongan Poedjosoedarmono (1978:37) bahwa bagian
dalam tukar instruksi yang diambil adalah minimal tunggal klausa bersumber instruksi atau
intonasi lain.

Campur Kode
Definisi Campur Kode Dalam kejadian tutur bahasa mengenai ahli instruksi diikuti dengan
instruksi campur kode. Nababan (1991:32) memajukan campur instruksi yaitu suatu suasana
bersusila lain ialah bilamana umat menggunakan dua (atau lebih) intonasi atau rupa bagian
dalam suatu tindak intonasi tanpa tersua benda bagian dalam keadaan bersusila yang menggesa
perpaduan intonasi itu. Menurut Kridalaksana (bagian dalam Sahreni 2017:23) kacau instruksi
menemukan praktik korps intonasi ke intonasi lain kepada memperluas logat intonasi atau rupa
intonasi; terhitung di dalamnya pendayagunaan ujaran, klausa, idiom, dan sapaan. Ada
penyejajaran sela tukar instruksi dan kacau instruksi. Dalam Saleh dan Mahmudah (2006:85)
disebutkan bahwa kesesuaian sela tukar instruksi dan kacau instruksi adalah digunakannya dua
intonasi atau lebih, atau dua jenis bersumber sewatak intonasi bagian dalam tunggal massa tutur.
Banyak golongan kaki bab bab masalah terselip.

-Bentuk-Bentuk Alih Kode Bahasa Toraja dan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas X SMA Negeri 9 Tana Toraja, (2) Bentuk-Bentuk Alih Kode Bahasa Toraja
dan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X SMA Negeri 9
Tana Toraja, (3) Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode dalam Bahasa Toraja dan Bahasa
Indonesia antara pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri 9 Tana Toraja, faktor-
faktor penyebab terjadinya campur kode antara Bahasa Toraja dan Bahasa Indonesia dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. SMA Negeri 9 Tana Toraja. Jenis alih kode internal
ditemukan dalam interaksi pembelajaran di kelas X SMA Negeri 9 Tana Toraja yaitu Bahasa
Indonesia ke Toraja dan Toraja ke Bahasa Indonesia. Dari hasil analisis data yang dilakukan, alih
kode terjadi ketika guru menggunakan bahasa Indonesia dan siswa menanggapi dalam bahasa
Toraja. Ada pula alih kode yang terjadi antara pelajar dan pelajar yang bergantian antara Taurat
dan bahasa Indonesia. Dalam percakapan, alih kode dapat terjadi ketika pembicara menggunakan
satu bahasa dan lawan bicara menanggapi dalam bahasa lain.

Faktor penyebab alih kode antara bahasa Toraja dan bahasa Indonesia adalah penutur
menyeimbangkan bahasa lawan bicara. Selain itu, adanya pihak ketiga dalam hal ini guru
menyebabkan siswa melakukan alih kode dari bahasa Toraja ke bahasa Indonesia. Guru sebagai
pihak ketiga hadir dan ikut serta dalam tuturan agar siswa seimbang dengan bahasa yang
digunakan oleh guru. Selanjutnya terjadi alih kode akibat lawan bicara/suami. Siswa
menggunakan bahasa Toraja untuk menyeimbangkan keterampilan percakapan mereka. Menurut
Chaer dan Agustina (2010:108), alih kode dapat disebabkan oleh lawan bicara atau mitra tutur,
misalnya penutur ingin menyeimbangkan kemampuan linguistik lawan bicara.
Selain temuan tentang bentuk alih kode, juga ditemukan bentuk campur kode. Pada
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri 9 Tana Toraja peneliti mengamati campur
kode berupa penambahan unsur kata dan kalimat.
Berdasarkan unsur kebahasaan, Suwito (Rhosyantina, 201:2) membagi campur kode menjadi
enam bagian. Dari jumlah tersebut, dua unsur berupa kata dan unsur berupa kalimat. Dalam
penelitian ini, campur kode diamati dalam bentuk kata dan kalimat. Tentang menambahkan
elemen kata. Kridalaksana (2008: 110) mengungkapkan bahwa masyarakat yang majemuk dan
multibahasa memungkinkan pernyataan yang memasukkan unsur kata lain ke dalam bahasa.
Penutur kemudian menambahkan elemen pada kalimat mereka baik dalam bahasa Toraja
maupun bahasa Indonesia. Chaer (2008:39) menjelaskan bahwa kalimat terdiri dari dua kata atau
lebih; melakukan salah satu fungsi sintaksis.
Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam interaksi pembelajaran siswa kelas X SMA Negeri
9 Tana Toraja adalah kecenderungan siswa berbicara lebih santai ketika berbicara dengan teman
sebaya dan menghormati orang yang lebih tua. Seperti yang dikemukakan Saleh dan Baharman
(2012: 123), penggunaan pernyataan mewakili kekuatan ekspresif, seperti ejekan, pujian,
penghormatan, dll. Selain faktor-faktor tersebut, campur kode juga disebabkan oleh kosakata
atau pengetahuan penutur tentang kecocokan kata. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan
pendapat Suwito (Suwandi, 2008: 12) bahwa campur kode disebabkan oleh (1) latar belakang
sikap penutur, seperti tingkat pendidikan dan latar belakang sosial penutur. (2) latar belakang
bahasa atau kemampuan berbahasa menyebabkan penyandian diri orang tersebut, baik penutur
maupun lawan bicara.

Anda mungkin juga menyukai