Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

CAMPUR KODE BAHASA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN KAILI DI DESA

LENDE TOVEA

Dosen Pengampuh : Dr. Ali Karim, M.Hum

Disusun Oleh :

Yulfita_A11121139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2023)
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk berkomunikasi. Hal ini seperti yang dijelaskan
Nurgiyantoro (2017:10) bahwa bahasa hadir di tengah masyarakat karena dibutuhkan untuk
Berkomunikasi. Lewat aktivitas berkomunikasi itulah seseorang dapat saling menyampaikan dan
Sekaligus menerima informasi dari orang lain. Hampir dalam segala aspek kehidupan masyarakat,
komunikasi dapat dilakukan lewat bahasa. Hubungan antara bahasa dan masyarakat termasuk dalam
lingkup kajian sosiolinguistik.

Campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang terdapat pada sebuah tuturan saat si
penutur sedang berkomunikasi. Di dalam campur kode ini si penutur banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerah, bahasa Inggris, atau bahasa yang lain.

Campur kode sudah tidak asing lagi didengar saat penutur yang satu Berkomunikasi dengan penutur
lainnya. Fenomena ini terjadi karena pada Umumnya mayoritas masyarakat Indonesia menguasai
dua bahasa, yaitu bahasa Daerah sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa Nasional sebagai bahasa kedua

Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004:151) campur kode adalah Sebuah kode utama atau kode
dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan Keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang
terlibat dalam peristiwa tutur Itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces), tanpa fungsi atau
keotonomian Sebagai sebuah kode. Campur kode terjadi apabila seorang yang menggunakan Bahasa
Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia.

Peristiwa campur kode dapat terjadi kapan saja dan di mana saja manusia Berada. Hal ini bisa terjadi
karena manusia selalu mengadakan interaksi, baik Interaksi yang terjadi antar dua orang maupun
antarsesama anggota dalam sebuah Komunitas atau organisasi.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Pengertian campur kode

2.Penyebab terjadinya campur kode

3.Faktor terjadinya campur kode

4.Campur kode dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah

C.TUJUAN

1.Untuk mengetahui dan memahami pengertian campur kode

2.Mengetahui penyebab terjadinya campur kode

3.Mengetahui apa saja faktor terjadinya campur kode

4.Memahami berbagai bahasa yang digunakan dalam campur kode


BAB ll

PEMBAHASAN

1.Pengertian campur kode

Campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang terdapat pada sebuah tuturan saat si
penutur sedang berkomunikasi. Di dalam campur kode ini si penutur banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerah, bahasa Inggris, atau bahasa yang lain. Akibatnya, akan muncul ragam
bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan ataupun bahasa Indonesia yang keinggris-inggrisan. Misalnya,
dalam sebuah situasi seorang penutur bahasa mencampurkan kode bahasa Indonesia dengan
bahasa Inggris seperti, “aku love you forever” yang artinya aku sayang kamu selamanya. Kalimat
tersebut biasa digunakan oleh masyarakat milenial saat ini dengan menggunakan gabungan atau
menyisipkan kata dengan dua bahasa sekaligus dalam berkomunikasi.

Menurut Nababan (1986:32) “Campur Bahasa merupakan mencampur dua atau Lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam Suatu tindakan bahasa (speech act atau Discourse) tanpa ada sesuatu dalam
situasi Berbahasa itu yang menuntut pencampuran Bahasa itu. Dalam keadaan yang demikian,
Hanya kesantaian penutur dan atau Kebiasaannya yang dituruti. Berdasarkan Pernyataan tersebut
dapat dinyatakan Bahwa pencampuran bahasa tidak Dipengaruhi oleh situasi berbahasa

2.Penyebab terjadinya campur kode

(1).Penutur dan mitra tutur sedang berkomunikasi Dalam situasi informal (santai),

(2).Pembicara atau penutur ingin memperlihatkan keterpelajarannya Atau pendidikannya.

(3).Tidak adanya bahasa yang tepat untuk bahasa yang sedang digunakan. (3) Untuk menandakan
suatu anggota atau suatu kelompok tertentu.

(4).Ketidakmampuan untuk mencari Pananan kata atau ekspresi dalam suatu bahasa.

(5).Hubungan suatu bahasa dengan topik yang Dibicarakan.

3.Faktor terjadinya campur kode

Campur kode tidak muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang menjadi faktor terjadinya
campur kode. Adanya ketergantungan bahasa yang mengutamakan peran dan fungsi kebahasaan
yang biasanya terjadi pada situasi yang santai. Berdasarkan hal tersebut, Suwito (1983) memaparkan
beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode antara lain:

▪️Faktor peran

Yang termasuk peran adalah status sosial, pendidikan, serta golongan dari pesera bicara atau
penutur bahasa tersebut.

▪️Faktor ragam

Ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada waktu melakukan campur kode,
yang akan menempat pada hirarki status sosial.
▪️Faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan

Yang termasuk faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang menadai sikap dan
hubungan penutur terhadap orang lain, dan hubungan orang lain terhadapnya. Jendra (1991)
menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi dua bagian pokok,
umpamanya peserta pembicaraan dapat disempitkan menjadi penutur, sedangkan dua faktor yang
lain (faktor media bahasa yang digunakan dan faktor tujuan pembicaraan) dapat disempit lagi
menjadi faktor kebahasaan:

▪️Faktor penutur

Pembicara kadang-kadang sengaja bercampur kode terhadap mitra bahasa karena dia mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Pembicara kadang-kadang melakukan campur kode antara bahasa yang
satu ke bahasa yang lain karena kebiasaan dan kesantaian.

▪️Faktor bahasa

Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa lisan.
Penutur dalam pemakaian bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan bahasa lain sehingga
terjadi campur kode. Umpamanya hal itu ditempuh dengan jalan menjelaskan atau mengamati
istilah-istilah (kata-kata) yang sulit dipahami dengan istilah-istilah atau kata-kata dari bahasa daerah
maupun Bahasa Asing dapat lebih dipahami.

Selanjutnya, Andiopenta (2011: 96) berpendapat bahwa terjadinya campur kode disebabkan oleh
beberapa faktor berikut ini:

▪️Kedwibahasaan dalam masyarakat

Kedwibahasaan dalam masyarakat selain menyebabkan terjadinya alih kode, interferensi dan
integrasi juga menimbulkan campur kode dan berbagai pengaruh lainnya yang berasal dari bahasa
ibu (B1) dan bahasa kedua (B2).

▪️Keinginan untuk memperlihatkan identitas atau kependudukan

Campur kode dapat terjadi jika seorang penutur ingin memperlihatkan identitas atau kedudukannya
karena penutur ingin melihat keterpelajarannya dan kemahirannya dalam berbahasa kedua.

▪️Kebiasaan penutur

Campur kode juga dapat terjadi karena kebiasaan penutur menggunakan bahasa (B1) dan (B2),
sehingga terjadi pencampuran bahasa.

▪️Ketidaktepatan ungkapan

Campur kode terjadi apabila seorang penutur tidak tepat dalam mengungkapkan suatu bahasa.

4.Campur kode dalam penggunaan bahasa Indonesia dan kaili

▪️Campur Kode berupa Kata

Kridalaksana (dalam Rahardi, 2009: 12) menyatakan bahwa kata merupakan satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
Campur kode yang terjadi pada remaja desa lende :

▪️Syarif : Dimana kamorang libur kemarin

▪️Rifal : Saya kemarin ke pantai bambarano Le

▪️Tina : Nasimbayuja Tano, Riaja aku

▪️Syarif : Nagaya pantainya disana , bersih

Campur kode berupa kata yang ditunjukkan pada kata kamorang dalam kalimat pertanyaan Dimana
kamorang libur kemarin?, kata kamorang merupakan bahasa Kaili yang dilanjutkan dengan bahasa
Indonesia baku yaitu kamu semua,

Pada percakapan selanjutnya terdapat campur kode dengan penyisipan kata bersih, dalam kalimat
Nagaya pantainya disana. Bersih, kata bersih merupakan Bahasa Indonesia yang baku.

Adapun campur kode bahasa Kaili Rai dan kaili Ledo

▪️Fita: Nadoli sapomu,

▪️Fira : Tarimakasih, Kamiu Riumba Banua miu

▪️Fita : Ritambena, Dekat mesjid

▪️Fira : Hau ri banuamu kita masolo eyo

Percampuran bahasa terdapat pada kata ritambena dan banuamu , kata ini merupakan bahasa Kaili
Rai yang di sisipkan pada bahasa Kaili Ledo , Ritambena dan banuamu.

▪️Campur kode berupa frasa

Menurut Kridalaksana (2008: 66) frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
predikatif. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa frasa adalah gabungan kata nonpredikat
yang berarti hubungan antara kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-
predikat atau predikat-objek. Berbeda dengan kata yang tidak bisa diselipi apa-apa, maka hubungan
antara kata yang satu dengan kata yang lain dalam sebuah frase cukup longgar, sehingga ada
kemungkinan diselipi unsur lain.

Kode campuran berwujud frasa yang digunakan masyarakat desa lende

▪️Rahman : Malau Riva kamiu?

▪️Rieta : pigi di kios, kenapa dan?

▪️Rahman : Mamala mo titip olika colo?

▪️Rieta : Bisa. Mana uangmu?

▪️Rahman : Ini, uangku Ruanjobu aga

▪️Rieta : oke

Dapat dilihat bentuk campur kode yang berupa frasa dalam bahasa Indonesia, yaitu penyisipan
bahasa Indonesia ini uangku ke bahasa Kaili , seperti yang di tuturkan oleh Rahman : ini uangku
Ruanjobu aga.
▪️Campur kode berbentuk klausa

merupakan penyisipan unsur-unsur dari bahasa asing atau berupa penyisipan satuan gramatikal
yang membentuk berupa kelompok kata yang sekurang- kurangnya terdiri dari subjek dan predikat,
dan berpotensi menjadi kalimat ke dalam struktur bahasa penutur.

Peristiwa campur kode tersebut terjadi di desa lende ketika pembeli menawar Barang dan penjual
yang menawarkan barang dagangannya. Berikut hasil analisisnya.

▪️Pembeli : Naria posibu nipake nandiu nipobalu Miu pak?

▪️Penjual : Naria Bu, anu nakoci atau nabose?

▪️Pembeli : Sangguya olina?

▪️Penjual : Anu nakodi sampulu njobuna, ane anu nabose sampulu alima,

▪️Pembeli : Ini saja yang sepuluh ribu yang Besar, kutima ruongu,tapi paka murah

▪️Penjual: Rai namala Pak.

Pada data di atas, peristiwa campur kode dalam bentuk klausa terjadi pada tuturan Pembeli, yakni
ini saja sepuluh ribu yang besar. Pembeli menggunakan campur kode bahasa Indonesia Di antara
tuturan bahasa Kaili,

Hal ini dilakukan pembeli untuk menawar gayung yang besar dengan harga sepuluh ribu. Padahal,
sebelumnya gayung yang besar ditawarkan dengan harga lima belas ribu. Meskipun,

Pembeli menawar gayung besar dengan harga sepuluh ribu dan dia akan membeli dua gayung,
Tetapi penjual tidak bisa memberikan harga tersebut karena masih jauh dari modal. Peristiwa

Campur kode berbentuk klausa juga ditemukan pada percakapan dialog berikut.

▪️Penjual: Kamai ibu pak merapa dasternya Harga obral, Bu, celana pendek-Nya harga obral juga, Pak.
Mari mampir dulu, dasternya Harga obral, Bu, celana pendeknya Harga obral juga, Pak.

▪️Pembeli : Sangguya, Pak?

▪️Penjual : Dasterna tolumpuluh, poruka edena tolumpuluhja, anu niobral hei nipobalu Bu, pak,

di atas termasuk peristiwa campur kode berbentuk klausa. Tujuan penjual tersebut untuk Menarik
minat pembeli, baik dari penutur bahasa kaili ataupun penutur bahasa lain agar membeli Barang
dagangannya, Penjual meminta orang-orang yang berbelanja di pasar agar mampir dulu melihat
daster dan celana pendek yang dijual dengan harga obral.
BAB III

KESIMPULAN

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya
menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan

Campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang terdapat pada sebuah tuturan saat si
penutur sedang berkomunikasi. Di dalam campur kode ini si penutur banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerah, bahasa Inggris, atau bahasa yang lain. Adapun bentuk campur kode, yang
pertama ada campur kode berupa kata, kedua campur kode berupa frasa, ketiga campur kode
berupa klausa,

SARAN

Saya selaku penyusun makalah ini menyarankan kepada pembaca agar memahami apa yang
dimaksud dengan campur kode.

Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif
untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi
pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://smamuh5yk.sch.id/campur-kode-dalam-berbahasa-dan-berkomunikasi/#:~:text=Campur
%20kode%20adalah%20penggunaan%20dua,Inggris%2C%20atau%20bahasa%20yang%20lain.

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/download/36023/pdf/94495

https://educhannel.id/blog/artikel/campur-kode.html

https://smamuh5yk.sch.id/campur-kode-dalam-berbahasa-dan-berkomunikasi/

https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/bahasa/article/download/295/292

Anda mungkin juga menyukai