Anda di halaman 1dari 13

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE ANTARA PENJUAL DAN

PEMBELI DI PASAR KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG


TENGAH (ANALISIS PEMBELAJARAN BERBAHASA MELALUI
STUDI SOSIOLINGUISTIK)

Chika Rizki Amaliah

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Email: chikarizkiamaliah06@yahoo.com

Abstrak

Proses interaksi sosial dan komunikasi menimbulkan seorang penutur


memanfaatkan adanya variasi bahasa. Salah satu variasi bahasa itu
adalah alih kode dan campur kode untuk mempermudah dalam
berkomunikasi di sebuah komunitas. Alih kode dan campur kode adalah
peralihan pemakaian bahasa atau ragam bahasa tertentu ke bahasa yang
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud alih kode dan
wujud campur kode tertentu yang ditemukan dalam kegiatan jual beli di
pasar serta faktor penentu yang mempengaruhi peristiwa wujud alih kode
dan campur kode. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang
berlokasi di pasar Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Data dalam
penelitian ini berwujud pemakaian bahasa oleh penjual dan pembeli di
pasar Kalirejo pada saat kegiatan transaksi jual-beli. Karena itu , wujud
data yang digunakan berupa data lisan. Data lisan diperoleh dari
observasi pada kegiatan jual-beli. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik rekam, teknik catat, dan teknik wawancara. Simpulan bahwa wujud
alih kode yang muncul dalam kegiatan transaksi jual beli adalah wujud alih
bahasa dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu,
wujud campur kode yang muncul adalah campur kode dari bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Jawa terlihat lebih dominan
dalam peristiwa alih kode dan campur kode. Faktor yang mempengaruhi
peristiwa campur kode dan alih kode adalah adanya Ingin menjelaskan
sesuatu/maksud tertentu, karena situasi, Ingin menjalin keakraban antara
penjual dan pembeli, karena menyindir atau memuji dan meningkatkan
rasa humor antara penjual dan pembeli.

Kata kunci: Alih Kode, Campur Kode

1. PENDAHULUAN

Sebagai mahluk sosial manusia memerlukan alat berupa bahasa.


Menurut Wittgeinstein, Batas bahasaku adalah batas duniaku. 1 Memiliki
makna bahasa merupakan alat yang sangat penting yang digunakan
untuk berinteraksi dalam proses berkomunikasi. Dengan menguasai
bahasa seseorang bisa mendapatkan informasi khususnya saat
berinteraksi di pasar. Pasar adalah pusat perekonomian dimana banyak
penjual dan pembeli yang melakukan interaksi perdagangan. Bahasa
yang mereka gunakan juga sangat beraneka ragam, Berbagai dialek
sering di temui saat proses jual-beli tersebut, hal ini dimaksudkan agar
penutur (penjual) dan mitra tutur (pembeli) dapat saling memahami apa
yang dimaksudkan oleh kedua belah pihak.

Adanya campur kode dan alih kode di pasar merupakan hal wajar yang
di pakai penjual dan pembeli saat bertransaksi. Masyarakat di pasar
tentunya juga memiliki bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi antara
penjual dan pembeli. Seperti penjual dan pembeli di pasar Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah, dalam tuturan perdagangan di pasar
sebagian besar dari mereka menguasai bahasa jawa. Karena bahasa
tersebut merupakan bahasa yang pertama kali dikuasai (bahasa ibu).
Bahasa Indonesia yang dipakai oleh penjual untuk berkomunikasi
merupakan tuturan untuk menghormati pembeli, karna dilihat dari setatus
sosial atau dari segi penampilan.

1
Wittgeinstein dalam S. Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu,(Jakarta: Rineka
Cipta,2001), hal. 171.
Di pasar Kalirejo sering kali kedatangan masyarakat daerah lain dan
tingkat setatus sosial yang berbeda-beda yang menghasilkan bentuk-
bentuk tuturan. Dimana saat proses komunikasi yang sebenarnya sering
kali si penutur melakukan campur kode dan alih kode secara tidak sadar.
Contoh seorang penjual sering kali menggunakan bahasa jawa
menyelipkan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Dan bisa saja
seorang pembeli yang berstatus sosial tinggi menggunakan bahasa
Indonesia yang menyelipkan bahasa jawa. Hal ini bisa dikatakan telah
melakukan campur kode, akibatnya muncul ragam bahasa Indonesia
kejawa-jawaan maupun bahasa jawa campur kode dan alih kode dalam
perdagangan di pasar Kalirejo Lampung Tengah. Wujud-wujud campur
kode dan alih kode yang terjadi di pasar Kalirejo dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya campur kode dan alih kode tersebut mendorong
peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai wujud campur kode dan alih
kode tuturan dalam perdagangan di pasar Kalirejo Lampung Tengah dan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kodedan alih kode
tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alih Kode dan Campur Kode

Menurut Kunjana, alih kode adalah peralihan atau pergantian


pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu
bahasa ke bahasa yang lain. 2 Jadi alih kode adalah berpindahnya
bentuk perkataan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain atau
dari dialek yang satu ke dialek yang lain. Contohnya ketika
seseorang menggunakan bahasa Indonesia kemudian beralih
menggunakan bahasa jawa maka peristiwa ini disebut alih kode.

Kemudian menurut Kridaklasana, campur kode adalah


penggunaan satuan bahasa dari bahasa satu ke bahasa yang lain

2
Rahardi R. Kunjana, Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, (Jakarta: Henary,
2001), hal. 20
untuk memperluas gaya bahasa seperti pemakaian idiom, klausa
dan sebagainya.3 Misalnya jika seseorang menggunakan bahasa
Indonesia kemudian mencampurkan ujaran bahasa jawa ke dalam
bahasa Indonesia maka dinamakan campur kode.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti harus bisa mengenali


bahasa asli penutur agar dapat mengambil data atau informasi
sehingga bisa memahami peristiwa campur kode dan alih kode di
pasar.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Design Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian


kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan realita
yang ada. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang
diperoleh tidak dapat dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
statistik, namun peneliti menjelaskan situasi yang sebenarnya
dengan kalimat yang lengkap serta pembahasan yang mendalam
yang mampu mendukung data penelitian.

Menurut Sutopo, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong


halaman cerita dan data lainya dengan symbol-simbol angka. 4
Dalam penelitian kualitatif peneliti harus bisa memaparkan data
secara jelas dan tidak boleh menghilangkan bagian yang ada
kaitanya dengan penelitian. Selain itu dengan menggunakan
metode ini peristiwa kebahasaan yang diteliti akan mendapatkan
hasil yang lebih akurat.

3
Kridalaksana Harimurti, Kamus Linguistik, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001).
4
Sutopo H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2006,), hal. 40.
Djajasudarma menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif
adalah metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau
membuat gambaran, atau menjelaskan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai data, dan hubungan fenomena-fenomena
yang diteliti.5

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di pasar Kalirejo Kabupaten


Lampung Tengah pada bulan mei 2019.

3.3 Data dan Sumber Data

Data atau sumber informasi dalam penelitian ini adalah data


kualitatif. Menurut Djojosuroto dan Sumaryati, data kualitatif adalah
data yang diperoleh dari rekaman, wawancara, pengamatan, bahan
6
tulisan dan tidak berbentuk angka. Data dari penelitian ini adalah
tuturan atau perkataan antara penjual dan pembeli yang melakukan
transaksi jual-beli di pasar Kalirejo di Kabupaten Lampung Tengah.

3.4 Kehadiran Peneliti


Dalam penelitian ini kehadiran peneliti yaitu ikut dalam interaksi
dalam jual beli yang terjadi di Pasar Kalirejo Kabupaten Lampung
Tengah dengan bermaksud agar memperoleh informasi dan
peneliti mempelajari faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya
campur kode dan alih kode yang ada di pasar Kalirejo Kabupaten
Lampung Tengah.

3.5 Teknik Pengambilan Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik rekam, teknik
catat, dan teknik wawancara. Teknik rekam digunakan karena data
5
Djajasudarma Fatimah, Metode Linguistik: Rancangan metode dan kajian,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 9.
6
Kinayati Dojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-prinsip dasar penelitian
bahasa dan sastra,( Bandung: Nuansa, 2010), hal. 17
yang diambil adalah tuturan saat perdagangan di pasar Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah, karena data yang diambil dalam
penelitian ini adalah percakapan sehingga harus di rekam terlebih
dahulu. Setelah direkam data yang di peroleh kemudian dicatat
kedalam bentuk tulisan. Kemudian wawancara mendalam unruk
menemukan informasi tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
peristiwa alih kode dan campur kode di pasar Kalirejo Kabupaten
Lampung Tengah.

3.6 Validitas Data


Dalam penelitian ini peneliti memvalidasi sumber data yang
diperoleh dengan menggunakan triangulasi teori, triangulasi
metode, dan triangulasi sumber. Triangulasi teori digunakan peneliti
untuk menganalisis sumber data berupa dokumen yang
mengandung alih kode dan campur kode. Triangulasi teori adalah
penguji keaslian data dengan menggunakan beberapa teori untuk
membahas permasalahan yang dikaji supaya nantinya dapat
diambil kesimpulan yang bisa diterima kebenarannya. Triangulasi
metode digunakan untuk memperoleh data yang sama dengan
menggunakan dengan metode yang berbeda.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis Interaktif Miles & Huberman. Tiga komponen analisisnya
dalam model analisis adalah reduksi data, sajian data, penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dan mencatat
hasil percakapan dengan narasumber kemudian mewawancarai
narasumber tentang faktor- faktor penyebab terjadinya alih kode
dan campur kode.
Menurut Sutopo menjelaskan bahwa, dalam reduksi data, data
yang diperoleh dari hasil observasi ditulis dalam bentuk data yang
lebih sistematis, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang
pokok, kemudian dicari polanya.7 Jadi, data sebagai bahan data
mentah singkat disusun lebih sistematis, ditonjolkan hal-hal yang
penting sehingga lebih fokus untuk hasil pengamatannya.
Data yang telah diperoleh dan dikelompokkan kemudian
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata untuk melihat gambaran dari
hasil pengamatan. Pada kegiatan ini dilakukan pemantapan
simpulan dari sajian data.

4. PEMBAHASAN
4.1 Wujud Alih Kode dalam Kegiatan Jual Beli
Data yang berhasil dikumpulkan dimana wujud alih kode dalam
pemakaian dua bahasa yaitu bahasa daerah (Jawa) dan bahasa
Indonesia. Bahasa jawa lebih dominan karena berfungsi sebagai
bahasa utama dalam proses jual beli dipasar Kalirejo Kabupaten
Lampung Tengah.
Dengan demikian, alih kode ini berrfokus pada peralihan
Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia. Wujud alih kode dalam
kegiatan transaksi jual beli dipasar Kalirejo saat komunikasi antara
penjual dan pembeli. Cuplikan data dari pedagang buah sebagai
berikut :
Pembeli : Kurmane piro mas ?
Penjual : Sekilo tiga lima mba.
Pembeli : La kelengkenge piro mas sekilone ?
Penjual : Kelengkenge enek tiga macem mba seng nengarep
tigapuluh seng tengah tiga lima, yang belakang empat
puluh.

7
Sutopo H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Universitas Sebelas
Maret,2006), hal. 91.
Pembeli : Walah lakok kecil-kecil men mas ?
Penjual : Cilik-cilik tapi manis lo mba tak jamin
Pembeli : Lah jeruke wae mas sepuluh ribu aja.
Penjual : Apele ora sisan mba ?
Pembeli : Apele piro mas ?
Penjual : sepuluh ewu telu mba.
Pembeli : yowes pilihke seng apik mas.

Percakapan di atas adalah proses terjadinya alih kode yang


terjadi di kios buah di pasar Kalirejo. Dimana peralihan dari bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia pada saat aktivitas jual beli.
Selanjutnya, pada pembahasan ini dikemukakan cuplikan data
percakapan di kios Penjual Ayam dimana seorang pembeli sedang
menawar senuah harga satu ekor ayam kampong di pasar kalirejo.
Dan terjadi peralihan dari bahasa jawa ke bahasa Indonesia.

Pembeli : Ayame nek dipotong kepala kaki piro mba ?


Penjual : Iku enam lima mba petek kampung anu nek bulan
puoso mundak kabeh saiki mba.
Pembeli : Enam puluh wae yo mba ?
Penjual : Duh maaf gak iso mba tenan, modale ora ketemu.
Pembeli : yowes mba bungkusin.

Dari data diatas alih kode yang terjadi pada kios Buah-buahan
dan kios pedagang ayam di pasar Kalirejo Kabupaten Lampung
Tengah adalah bentuk peralihan dari bahasa Jawa ke dalam
bahasa Indonesia pada saat proses melakukan transaksi. Pada
proses diatas penjual memberikan informasi mengenai kenaikan
harga ayam karena bulan puasa.
4.2 Wujud Campur Kode dalam Kegiatan Jual Beli
Wujud campur kode yang ditemukan adalah campur kode yang
melibatkan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam bentuk
penyisipan unsur- unsur bahasa Indonesia ke adalam unsur-unsur
bahasa jawa. Penyisipan dalam bentuk kata, frasa, idiom, dan
klausa di kios pedagang Udang.

Pembeli : Mas udange piro sekilo ?


Penjual : sekilo seket limo mba, setengahe telu limo
Pembeli : seket wae ngopo mas sekilo ?
Penjual : ora iso mba terus terang aja, aku modale we seket.
Udange apik mba ejek fresh nek di cimit ora bakal
mrotol ki mba.
Penjual : yowes sekilo wae mas.

Kegiatan transaksi jual beli pada tuturan diatas terjadi di lapak


pedagang udang. Adapun wujud campur kode yang ada dalam
tuturan di atas adalah penggunaan kalimat “ terus terang aja” dan
kata “ fresh”. Pada awalnya penjual menggunakan bahasa jawa
ketika berkomunikasi dengan pembeli namun pada akhir
percakapan menggunakan bahasa Indonesia dan menyelipkan
bahasa inggris pada kata “fresh”. Selanjutnya masih di kios yang
data dijelaskan sebagai berikut :

Pembeli :La cumine piro sekilo mas ?


Penjual :podo wae karo urange mba sekilo lima lima setengah
telung puluh.
Pembeli :Yowes urange sekilo cumine setengah ae dipisah yo
Penjual :Brati lima lima karo telung puluh delapan lima yo
mba. Selar kembunge sekilo rongpuluh ewu,
rongpuluh ewu, rongpuluh ewu. (sambil menjajakan
dagangannya)
Pembeli :Mas aku tak milih urange
Penjual :Masih fresh udang saya mah jangan kuatir.
Pembeli :Dicimmit mas ojo direok ngko banyune katut.
Penjual :Walah laiki lo dicimit mba ngga jual air saya yang jual
air PAM aqua hahaha..ki mba tak angetin yo brati
lima lima sama tiga puluh delapan lima ya.
Pembeli :Plastike dobeli mas.
Penjual :Iki wes tak dobeli mba arep didobeli opo meneh tak
dobeli doa yo “bismillahirohmanirohim”
Pembeli :Hahaha yowes.

Adapun wujud campur kode yang ada dalam tuturan di atas


adalah penggunaan kata “lima lima ”, “delapan lima”, “ kalimat
“Masih fresh udang saya mah jangan kuatir” dan kalimat “mba ngga
jual air saya yang jual air PAM aqua hahaha” Pada awalnya
penjual menggunakan bahasa jawa ketika berkomunikasi dengan
pembeli namun pada akhir percakapan menggunakan bahasa
Indonesia.

4.3 Faktor- faktor Penentu Alih Kode dsn Campur Kode dalam
Kegiatan Jusl Beli
Berdasarkan temuan yang telah didapat, Alih kode tuturan
dalam perdagangan di pasar Kalirejo terjadi karena ada lima faktor
yang benyebabkan alih kode yang terjadi di pasar Kalirejo yaitu
penutur/pembicara, pendengar (lawan tutur/mitra tutur), perubahan
situasi karna hadirnya orang ketiga, pokok pembicaraan, dan
menaikan rasa humor.
Kemudian wujud Campur Kode karena penjual atau pembeli
ingin menjelaskan sesuatu tertentu. Penutur dalam proses
perdagangan di pasar Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah
berusaha membuat mitra tutur mereka paham dengan
menggunakan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunaka
bahasa yang pembeli kuasai yaitu bahasa Jawa.
Kedua, wujud campur kode yang berada di pasar Kalirejo
terjadi karena situasi. Situasi dalam proses perdagangan sering
berubah-ubah. Hal tersebut menjadikan faktor terjadinya peristiwa
campur kode di pasar Kalirejo. Kemudian ingin menjalin keakraban
antara penjual dan pembeli. Dan yang terakhir karena penjual atau
pembeli ingin menyindir.

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa
penelitian yang di kembangkan meliputi pemberian wujud tuturan
perdagangan antara penjual dan pembeli yang menyebabkan
terjadinya peristiwa campur kode dan alih kode di pasar Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah Wujud campur kode pada tuturan
perdagangan antara penjual dan pembeli di pasar Kalirejo ada
tiga.
1. Penyusipan berupa kata
2. penyisipan bentuk kalimat
3. Berwujud kata ulang

Wujud alih kode pada tuturan perdagangan di pasar Kalirejo


Lampung Tengah ada dua. (1) Alih kode yang berwujud alih
bahasa. (2) Alih kode yang berwujud alih tutur. Alih kode yang
berwujud alih bahasa ada tiga.
1. Alih kode bahasa Indonesia ke bahasa Jawa
2. Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Indonesia
3. Alih kode bahasa Indonesia ke bahasa Asing
Alih Kode dan Campur kode yang terjadi di pasar Kalirejo
terjadi karena karena berbagaai faktor. Timbulnya campur kode
yang terdapat dalam tuturan perdagangan di pasar Kalirejo
Lampung Tengah ada empat.
1. Ingin menjelaskan sesuatu/maksud tertentu
2. Karena situasi
3. Ingin menjalin keakraban antara penjual dan pembeli
4. Karena menyindir atau memuji dan meningkatkan humor.
DAFTAR PUSTAKA

Dojosuroto, Kinayati. & Sumaryati, M.L.A. 2010. Prinsip-prinsip


dasar penelitian bahasa dan sastra. Bandung: Nuansa.

Fatimah, Djajasudarma. 2010. Metode Linguistik: Rancangan


metode dan kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

H.B, Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:


Universitas Sebelas Maret.

Harimurti, Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta:PT


Gramedia Pustaka Utama.

R. Kunjana, 2001. Rahardi. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar.


Jakarta: Henary.

Suriasumantri, S. Jujun. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai