Kajian Sosiolinguitik
Alih kode, Campur Kode, Interferensi, dan Integrasi Bahasa
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik yang diampu oleh Dr. Titin Setiartin
Ruslan, M.Pd.
Disusun Oleh:
Wildan Anugrah 202121006
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis menyusun makalah penelitian yang berjudul “Kajian Sosiolinguitik Alih kode,
Campur Kode, Interferensi, dan Integrasi Bahasa.”
Makalah penelitian ini menyajikan berbagai gejala bahasa yang dikaji melalui berbagai
bidang kajian sosiolinguistik yaitu alih kode, campur kode, interferensi, dan integrasi bahasa.
Penulisan makalah penelitian ini diajukan guna mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan
mengenai prosi kajian sosiolinguistik dalam bahasa.
Penulis menyadari kekurangan pada makalah penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga makalah
penelitian ini mampu memberikan pengetahun tentang kajian sosilinguistik di berbagai
bidang kajiannya.
Wildan Anugrah
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
Bab 1. Pendahuluan........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................... 2
Bab 2. Pembahasan............................................................................................................ 3
2.1 Ruang Lingkup Kajian Sosiolinguistik.............................................................. 3
2.2 Proses Interferensi Bahasa Daerah dan Bahasa Asing....................................... 6
Bab 3. Penutup................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 8
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Alih Kode
Appel (dalam Chaer, 2014: 107) mendefinisikan alih kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Alih kode dapat
diartikan sebagai peristiwa atau gejala pemakaian bahasa dengan
mengalihkan dari kode satu ke kode yang lain, alih kode ini dapat terjadi
antara bahasa, antarvarian, anatrregister, anatarragam, atau antargaya.
Menurut Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu
a. Alih kode eksternal : alih bahasa yang terjadi bila misalnya bahasa
Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya.
b. Alih kode internal : alih kode yang terjadi berupa alih varian, seperti
dari bahasa jawa ngoko berubah ke krama.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya alih kode yaitu dari
penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok pembicaraan,
membangkitkan rasa humor yang biasa dilakukan dengan alih varian, alih
ragam, atau alih gaya bicara, dan untuk sekedar gengsi.
2. Campur Kode
Menurut Kachru (dalam Suandi, 2014: 141) yang dimaksud dengan
campur kode adalah pemakaian dua buah bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu dengan bahasa yang lain secara
konsisten. Campur kode disebabkan oleh ada hubungannya dengan
karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, latar belakang
Pendidikan, rasa religius. Adapun ciri-ciri campur kode sebagai berikut.
- Tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan.
- Terjadi karena kesantaian pembicara dan kebiasaan dalam pemakaian
bahasa.
- Pada umumnya terjadi dan lebih banyak dalam situasi tidak resmi.
- Ruang lingkupnya di bawah klausa yang paling tinggi dan kata yang
paling rendah.
B. Integrasi
Sebagian masyarakat dunia adalah masyarakat bilingual. Proses integrasi
terjadi karena adanya campur tangan dari interferensi. Interferensi yang
memiliki dua pandangan yaitu positif dan negatif menurut masyarakat yang
bersangkutan. Sebagai suatu gejala sosial interferesni itu dapat dipandang
negatif. Karena dipandang sebagai gejala yang bisa dikatakan mencampur
adukan bahasa, karena tidak menjaga kemurnian bahasa. Sebaliknya
interferensi dipandang positif karena bisa meningkatkan dan memperkaya
kosakata tertentu. Maka interferesni dipandang sebagai kekeliruan berbahasa,
karena kekeliruan ini yang terjadi berlarut-larut dalam waktu yang lama,
sehingga menjadi sebuah kebiasaan bagi masyarakat dan menghilangkan
pandangan kekeliruan dalam berbahasa. Dan Ketika sudah menjadi kebiasaan
dalam menggunakan bahasa itu merupakan bagian integral dalam bahasa.
Misalnya masyarakat Indonesi yang sering mencampuradukan bahasa
Indonesia dengan bahasa asing misalnya bahasa Inggris, awalnya itu
merupakan sebuah kekeliruan dalam berbahasa. Tetapi karena hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan karena sudah berlangsung lama bagi masyarakat
Indonesia sehingga unsur-unsur bahasa asing tersebut menjadi bagian dari
khasanah bahasa Indonesia. Ketika para penutur menyepakati bahwa unsur-
unsur bahasa asing yang awalnya merupakan kekacauan atau kekeliruan tetapi
sudah menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan, hal tersebut dapat
diartikan sebagai integrasi.
Integrasi adalah penggunaan unsur bahasa lain secara sistematis seolah-olah
merupakann bagian dari suatu bahasa tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana: 1993:84). Salah satu proses integrasi adalah peminjaman kata
dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Jadi integrasi adalah bentuk penyatuan
unsur-unsur bahasa asing atau bahasa daerah ke dalam satu sistem bahasa,
sehingga unsur-unsur bahasa yang awalnya asing itu sudah menjadi bagian
dari khasanah kebahasaan tersebut.
2.3 Kesimpulan
Tentunya dalam berkomunikasi terdapat gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat.
Alih kode, campur kode, interferensi dan itegrasi bisa dikatakan hal-hal yang
berpangruh dalam gejala komunikasi masyarakat penutur. Alih kode didefinisikan
sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa dari bahasa stu ke bahasa lain karena
perubahan situasi. Tidak hanya alih kode, campur kode juga dalam pemakaian bahasa
sering terjadi di tengah komunikasi. Campur kode dapat diartikan bahwa ada satu
bahasa yang digunakan, tetapi didalamnya terdapat sisipan-sisipan bahasa lain.
Terlepas dari alih kode dan campur kode, terdapat fenomena atau gejala lainnya yaitu
adanya interferensi dan integrasi bahasa. Interferensi merupakan akibat dari
penggunaan bahasa pertama dalam unsur bahasa kedua yang digunakan dalam pilihan
kata atau gramatikal yang keliru. Sehingga muncul anggapan positif dan negatif
mengenai interferensi bahasa. Sementara integris disebabkan oleh adanya interferensi,
dimana sisipan bahasa-bahasa yang dulunya dianggap keliru lama kelamaan memiliki
anggapan hal yang biasa bagi para penutur, sehingga bahas-bahasa lain itu masuk
kedalam khasanah dan diakui oleh bahasa terkait yang menjadi bahasa murni penutur.
Daftar Pustaka
Muchtar Uton, R.H. & Umabara, K. (1987). “MODANA”. Bandung: PT Mangle Palipur.
Husnunnisa, Intan Aulia. 2022. “135 Istilah-istilah Gaul Bahasa Jaksel untuk Menambah Kosakata
Bahasa Inggris-mu”,
https://www.english-academy.id/blog/istilah-istilah-gaul-bahasa-jaksel-untuk-menambah-
kosakata-bahasa-inggris diakses pada 17 November 2022.
Chaer, A. dan Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Interferensi
Fonologi, Morfologi, Leksikal Skriptorium, Vol. 1, No. 3 15. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta
Weinreich, Uriel. 1968. Languages In Contact: Findings And Problems. New York: The Hague,
Mouton.