Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI DAN PENGGUNAAN HEDGES DALAM KONTEKS KESAKSIAN

SUATU PERISTIWA

Firda Zuldi Imamah


13020216420027
firdazuldi@gmail.com

Abstract
Hedges is used when the speaker is unsure toward the following utterances they speak. Hedges
can be identified in the cooperative principle. Meanwhile, testimony on a certain event is shared
as supporters of events validity. It is also used to convince the listeners or reader. This paper is
interested to do research toward the use and function of hedges on the testimony broadcast in
newspaper and radio since it contains hedges markers when the testimony is supposed to convince
the listeners. This paper used descriptive qualitative method. The collected data are the testimony
of health product on radio and testimony of news in the newspaper. The result shows that hedges
expression has function to mitigate the accuracy of an utterance. The accuracy could be in the
form of felicity, quantity and in delivering an information of certain event. Besides, hedges has
function to mitigate the quantity of utterance, the last as hedges also function to save the speaker’s
face.

Key words: hedges use, hedges function, testimony of event

PENDAHULUAN
Dalam berkomunikasi, manusia memiliki beberapa kompetensi salah satunya adalah
kompetensi pragmatik. Kompetensi pragmatik adalah kompetensi yang digambarkan dengan
kemampuan manusia untuk menerima dan menyampaikan pesan yang memiliki maksud lebih dari
apa yang dikatakan atau diterima. Penutur memperoleh kompetensi pragmatik dari konteks sosial
dan budaya yang ada disekitarnya. Bahasa yang dituturkan mencerminkan bagaimana manusia
memandang dunia. Salah satu kompetensi pragmatik yang dimiliki oleh manusia adalah
kemampuan untuk membatasi daya ujaran yang akan dituturkan (Yule, 1996). Setiap tuturan
memiliki daya yang berbeda tergantung fungsi tuturan tersebut. Sebagai contoh yaitu ujaran yang
difungsikan untuk membuat orang melakukan sesuatu akan memiliki daya yang lebih kuat dari
pada ujaran yang difungsikan untuk menyelamatkan muka penutur itu sendiri. Tindak
menyelamatkan muka adalah ketika penutur ingin mengurangi tingkat keterancaman muka.
Karena pada dasarnya, ketika penutur dan mitra tutur berkomunikasi, terjadi tindak saling
mengancam dan tindak menyelamatkan muka (Yule, 1996).
Tindak menyelamatkan muka dapat dilakukan dengan strategi kesantunan dan pelanggaran
prinsip kerja sama. Salah satu media penutur untuk melakukan face saving act adalah dengan
menggunakan hedges markers. Menurut Yule, hedges adalah sebuah ekspresi ketidak pastian yang

1
diucapkan penutur (1996). Kemunculan hedges sangat dipengaruhi oleh tujuan dan konteks dari
ujaran. Menghubungkan hedges dan kompetensi pragmatik, adalah tujuan penutur untuk
memberikan kesempatan orang lain untuk menentukan pilihan untuk memberikan timbal balik
informasi.
Parameter-parameter dalam pragmatik yang dapat digunakan untuk menganalisis hedges
tentu kembali pada prinsip kerja sama dan strategi kesantunan. hedges. Hedges dapat muncul pada
berbagai domain, salah satunya adalah domain kesaksian. Kesaksian adalah sarana pendukung
suatu peristiwa dapat dibuktikan kebenarannya. Namun, peneliti menemukan fenomena
penggunaan hedges pada kesaksian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisa fungsi
dan penggunaan hedges pada kesaksian dengan parameter yang telah disebutkan sebelumnya.
Fenomena penggunaan hedges telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data
penggunaan hedges sangat beragam, sehingga hal ini menunjukkan bahwa hedges dapat muncul
berbagai situasi domain. penelitian pertama ditulis oleh Sanjaya (2016) yang berjudul “Konteks
Sosial Budaya dan Penggunaan Hedges dalam Artikel Penelitian”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dampak konteks sosial budaya terhadap frekuensi penggunaan hedges
dalam artikel penelitian. Data yang digunakan adalah membandingkan dua budaya yaitu artikel
yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Kelemahan dari penelitian ini adalah
sumber data yang membandingkan dua kultur yang berbeda, maka sdah pasti konteks sosial dan
budaya bahasa tesebut berpengaruh pada penggunaan hdges.
Penelitian yang kedua berjudul “Hedges used in conversation between Barrack Obama
and Bill Clinton at Clinton Global Initiative” yang ditulis oleh Arifianto, (2014). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi hedges pada percakapan. Penelitian ini telah
diselesaikan dengan baik, namun kelemahan dari penelitian ini adalah tingkat kedalaman
penelitian yanghanya berbatas pada deskriptif saja.
Penelitian yang ketiga ditulis oleh Hidayati dan Dallyono (2015) yang berjudul “The Use
of Hedges and Boosters as Rhetorical Devices in The Construction of Speech”. Penelitian ini
mengkaji penggunaan hedges dan booster yang terdapat pada pidato tiga menteri saat
mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBm pada amsa pemerintahan SBY yaitu; Hatta
Radjasa, Jero Wacik dan Aimida Alisjahbana. Kelebihan penelitian ini adalah sumberdata yang
menarik karena terdapat wacana politik dan data dianalisis denan teori dari Hyland tentang
pengklasifikasian hedges.

2
Melihat dari penelitian tedahulu, penelitian ini akan menunjukkan pembaharuan dari segi
teoretis dan empiris. Teoretis mengacu pada parameter yang digunakan yaitu hedges yang
dianalisis dengan parameter konsep muka, prinsip kesantunan dan felicity condition. Pembahruan
dari segi empiris ditunjukkan dengan sumber data yang berbeda yaitu pada ujaran dalam domain
radio. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki dua rumusan masalah yaitu;
1) Bagaimana penggunaan hedges yang muncul pada testimony?
2) Bagaimana elaborasi analisis hedges dengan prinsip kerja sama dan tindak menyelamatkan
muka?

KAJIAN PUSTAKA
1. Hedges
Hedges adalah sebuah ekspresi keraguan atau ketidak pastian (Yule, 1996). Yule dalam
bukunya menggunakan parameter prinsip kerja sama oleh Grice (1975) untuk menganalisa
hedges. Penelitian ini menggunakan parameter ini sebagai parameter utama untuk menganalisa
hedges. Yule membagi jenis hedges berdasarkan pelanggaran terhadap masing-masing prinsip
kerja sama. Hedges pada maxim kualitas adalah eksprsi hedges yang mengurangi
keterancaman karena penutur tidak yakin akan kualitas kebenaran ujaran. Hedges pada maxim
kuantitas adalah ekspresi hedges yang muncul karena penutur ingin mengurangi keterancaman
atas kuantitas ujaran yang akan disampaikan. Hedges pada maxim manner adalah ekspresi
hedges yang muncul saat penutur tidak dapat menjelaskan suatu topic secara jelas. Hedges
pada maxim relation adalah ketika penutur menggunakan ekspresi hedges untuk keterancaman
karena akan keluar dari topik pembicaraan.
2. Prinsip kerja sama
Grice (dalam Yule, 1996) menggagas bahwa ketika berkomunikasi, manusia melakukan
prinsip-prinsip agar komunikasi berjalan dengan kooperatif (1975). Namun, pada
kenyataannya manusia sering kali tidak dapat secara kooperatif mematuhi prinsip-prinsip itu
ketika berkomunikasi. Hal ini oleh para linguis disebut pelanggaran maxim. Grice membagi
maxim kerja sama menjadi 4 prinsip, yaitu; maxim kualitas, kuantitas, relation dan manner.
Maxim kualitas adalah penutur bisa berkooperasi dengan kebenaran ujaran. Maxim kuantitas
adalah saat penutur dapat dengan tepat mempertimbangkan ujaran secara kuantitatif. Maxim
manner adalah penutur yang dapat menyampakan ujaran secara jelas dan tidak menimbulkan

3
ambiguitas. Maxim relation adalah ketika penutur dan mitra tutur berkomunikasi dalam topik
yang relevan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penelitian ini adalah model analisis kualitatif. Analisis kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan anlisis yang mendalam terhadap data yang bersifat empiris.
kedalaman analisis data akan ditentukan melalui parameter cooperative principle yang digagas
oleh Yule dan konsep face saving acts dari segi politeness strategy. Model penyajian data
menggunakan model deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis data yang
telah dilakukan berdasarkan parameter yang sudah dtentukan.
Data diperoleh melalui metode rekam, dokumentasi dan simak catat. Data yang diperoleh
melalui metode rekam adalah data dari radio. Metode rekam digunakan untuk mengetahui
implementasi prosodi pada ekspresi hedges di dalam ujaran. Metode simak catat dilakukan untuk
mengantisispasi kekuarangan pada hasilrekaman. Sedangka metode dokumentasi digunakan untuk
pengumpulan data di surat kabar.
Reduksi data dilakukan pada seluruh data yang diperoleh. Berdasarkan tujuan utama
penelitian, data dipilah untuk mendapatkan ujaran yang mengandung ekspresi hedges saja. Data
yang didapatkan mencakup hedges markers yang dapat muncul dalam bentuk kata, frasa, dan
prosodi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data diklasikfikasikan berdasarkan hasil penemuan fungsi hedges pada kesaksian, yaitu;
untuk membatasi akurasi ujaran, memitigasi kuantitas, keluar dari topik pembicaraan, memitigasi
kejelasan ujaran penutur. Empat hasil tersebut menggunakan parameter prinsip kerja sama. Selain
itu penelitian ini juga menemukan relasi fungsi hedges dengan konsep kesantunan, yaitu; fungsi
hedges untuk menyelamatkan muka penutur, untuk menyelaamatkan muka mitra tutur dan untuk
mengancam muka penutur. Hasil tersebut menggunakan parameter konsep muka. Selain itu pada
deskripsi analisis data juga akan dijelaskan bentuk atau hedges markers yang muncul baik itu
dalam bentuk prosodi, kata atau frasa.
A. Kesaksian dengan Hedges Berfungsi untuk Membatasi Akurasi Ujaran
Hedges memiliki fungsi untuk memitigasi tingkat akurasi suatu ujaran. Setiap ujaran yang
diucapkan penutur pasti memiliki force yang berbeda-beda. Penyebab adanya variasi force ini
disebabkan karena penambahan piranti-piranti pembatas seperti hedges. Faktor penutur membatasi

4
tingkat akurasi dapat diuji melalui felicity codition. Penutur yang mengurangi daya akurasi tuturan
kemungkinan tidak memiliki pengetahuan yang valid menegnai informasi. Hal ini menunjukkan
bahwa valid tidaknya konten atau isi informasi menjadi faktor penting penentu bagi penutur untuk
berkomunikasi.
Tingkat akurasi konten atau isi informasi dapat beragam wujudnya. Misalnya akurasi dalam
kebenaran, akurasi dalam jumlah, akurasi dalam penggambaran suatu peristiwa, dan sebagainya.
Pada analisis datum 1 di bawah adalah contoh ketika penuturtidak dapat menunjukkan felicity
condition terhadap akurasi dalam jumlah.
Datum 1
P1: Ini kira-kira habis berapa juta atau berapa ratus ini bu?
P2: yaa banyak sekali kalo habisnya kalo di itung-itung…ya… bisa 15jt.
P1: kurang lebih 15 juta dlm satu tahun ya berarti bu?
P2: iya betul.

Masalah penggunaan: Pada datum pertama, partisipan terlibat adalah penyiar (P1) dan
konsumen produk kesehatan (P2). Kesaksian tersebut disiarkan di radio. Posisi P1 adalah orang
yang mempromosikan produk kesehatan tersebut dengan mengahdirkan konsumen produk untuk
memberikan kesaksian di saluran siarannya. Terdapat tiga ekspresi hedges yang digunakan oleh
p1 dan p2. Ketika menanyakan estimasi biaya selama pengkonsumsian obat, p1 telah
menggunakan ekspresi hedges yaitu kira-kira. Penggunaan ekspresi hedges oleh p1 ini telah
memberikan pilihan pada p2 untuk memberikan timbal balik informasi yang tidak dibutuhkan
kepastiannya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya hedges kedua oleh p2 berupa bisa. Kata bisa
termasuk hedges marker dalam konteks percakapan ini karena itu adalah simbol ketidak pastian.
Munculnya bisa pada p2 juga memicu kembali p1 untuk menggunakan ekspresi hedges sebagai
balasan dari hedges oleh p2 di line sebelumnya. P1 kembali menggunakan ekspresi hedges kurang
lebih. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hedges dalam dialog dapat saling mempengaruhi
antar partisipan.
Masalah bentuk: terdapat dua bentuk hedges dalam datum pertama yaitu bentuk adjective
kolokasi kurang lebih dan adjektiva kira-kira. Bentuk kedua adalah bentuk prosodi berupa jeda
yang muncul pada p2 kalo diitung-itung…ya… bisa 15 juta.
Masalah fungsi: semua hedges yang digunakan pada datum pertama termasuk ke dalam
hedges yang melanggar maxim kuantitas. Konteks yang dibicarakan saat itu adalah kuantitas

5
biaya, sehingga saat p1 maupun p2 menggunakan ekspresi tersebut dengan tujuan membatasi diri
untuk ketidakpastian mengenai estimasi total biaya pengobatan.
P1: ibu sudah habis berapa dalam pengobatan ini?
P2: 15 juta
Penentuan apakah dialog merupakan hedges atau tidak dapat dihadirkan counter data yang
menunjukkan suatu perckapan memenuhi prinsip kerja sama maxim kuantitas. Pada counter data
di bawah menunjukkan bagaimana suatu daya sebuah testimony tersebut memenuhi prinsip kerja
sama. Dialog yang berisi konteks estimasi total biaya pengobatan menjadi lebih ringkas. Sehingga
adapat dikatakan kemunculan ekspresi hedges juga memicu panjangnya dialog yang terjadi.
Selain karena penutur tidak dapat memberikan akurasi terhadap jumlah, penutur juga
menggunakan ekspresi hedges untuk membatasi akurasi dalam kebenaran. Akurasi dalam
kebenaran sangat mudah diasosiasikan dengan fakta bahwa penutur dapat menghadirkan felicity
condition dari suatu ujaran. Daya utama yang ada pada akurasi kebenaran suatu ujaran terletak
pada tiga syarat feliity condition oleh Searle (1969) yaitu pengetahuan yang valid, keyakinan
penutur terhadap kebenaran ujaran dan komitmen penutur terhadap ujaran yang disampaikan.
Contoh analisis datum kedua di bawah ini menunjukkan bahwa penutur tidak dapat
memenuhi kondisi kebenaran.
Datum 2
P2: yak kemungkinan sudah sembuh ini soalnya sebelum minum nutrisol itu tiap malam selalu
minta krokan sama bini

Pada datum di atas, kondisi digambarkan dengan p2 yang berperan sebagai konsumen
produk kesehatan. P2 diberi pertanyaan mengenai kondisi sebelum dan sesudah meminum produk
kesehatan yang dipromosikan. P2 mengaku bahwa sudah ada perubahan secara positif terhadap
kondisi kesehatannya. Namun, p2 terbukti mengunakan pembatas pada kualitas kebenaran
informasi yang dia sampaikan. Kata ‘kemungkinan’ muncul sebagai ekspresi hedges yang
membatasi bahwa penutur tidak memiliki komitmen tentang kondisi kesehatannya setelah
mengkonsumsi produk tersebut. Sebagai pemberi kesaksian terhadap suatu produk, penutur
diharapkan dapat memberikan felicity condition secara utuh karena hal tersebut menyangkut
reputasi produk. Sedangkan pada datum 2, penutur membuat dirinya terdengar tidak yakin akan
kualitas produk yang telah dia konsumsi. Apabila dilihat dari kaca mata prinsip kerja sama,
ekspresi hedges pada datum 2 tersebut melanggar maxim kualitas karena penutur tidak dapat
memberikan kualitas kebenaran pada ujarannya.

6
Melihat kasus pada datum 2 tidak dapat terlepas dari parameter strategi menyelamatkan
muka. Berbeda dengan datum 1 tidak dapat diukur dengan konsep face saving act karena datum 1
berhubungan dengan estimasi harga produk ,berhubungan dengan angka. Sedangkan datum 2
berhubungan dengan kualitas kebenaran yang sifatnya relatif. Kebenaran pada subjek A belum
tentu benar apabila diterapkan pada subjek B. dari ekspresi hedges yang digunakan oleh p2, dapat
dilihat bahwa penutur paham akan konsep ini. Dia melakukan tindak menyelamatkan muka karena
kebenaran tidak memiliki nilai mutlak.
Datum 2 akan memiliki daya yang berbeda apabila dihadirkan dengan counter data seperti
berikut; P2: saya sudah sembuh, sudah tidak perlu lagi minta krokan sama bini.
Daya yang dimiliki counter data di atas memiliki daya yang berbeda dari data asli. Dari
segi felicity condition, penutur dapat dengan mudah menunjukkan bahwa dia berkomitmen dan
memberikan informasi yang valid. Dilihat dari segi prinsip kerja sama, penutur memenuhi prinsip
bahwa berkomunikasi harus menyampaikan kebenaran.
Selain dari akurasi jumlah dan akurasi kebenaran, hedges juga berfungsi untuk membatasi
akurasi dalam meyampaikan suatu peristiwa. Memberikan kesaksian sangat erat kaitannya dengan
memberikan informasi tentang kronologi kejadian atau menceritakan bagaimana suatu peristiwa
terjadi. Kesaksian juga dapat menggunakan parameter felicity condition, prinsip kerja sama dan
tindak menyelamatkan muka. Datum 3 di bawah ini menunjukkan contoh bagaimana hedges
berfungsi untuk membatasi akurasi dalam menyampaikan berita.
Datum 3
Sampahnya makin tambah banyak. Entah diangkut atau tidak. Padahal saya sering melihat
container di dekat area tumpukan sampah.

Kesaksian yang diberikan narasumber menunjukkan posisi penutur sebagai ‘saksi mata’
pada suatu peristiwa container yang berasa di tempat pembuangan sampah. Penutur dimintai
keterangan oleh wartawan menegnai kondisi TPS yang menumpuk sampahnya. Ekspresi hedges
yang muncul adalah ‘entah diangkut atau tidak’. Ekspresi ini menunjukkan dua kemungkinan
karena penutur tidak dapat memberikan satu jawaban fakta yang dibutuhkan. Penutur memberikan
pilihan pada penerima informasi antara ‘ya, sampahnya di angkut’ atau ‘sampah tidak diangkut’.
Ekspresi hedges juga dapat digambarkan dengan penutur memberikan pilihan atau kesempatan
pada mitra tutur tentang kemungkinan jawaban. Selanjtnya, penutur memberikan ‘bantuan pilihan’
kepada penerima informasi dengan kalimat ‘padahal saya sering melihat container di dekat area

7
tumpukan sampah’. Kata ‘padahal’ adalah penanda kontras, sesuatu yang berlawanan dengan
kalimat atau pernyataan sebelumnya. Kalimat ini mengandung kontras yang menyebabkan
penerima informasi menerima ujaran ini sebagai konfirmasi bahwa yang bisa dipilih dari dua
kemungkinan adalah ‘sampah tidak diangkut’. Secara tidak langsung, penutur di samping
membatasi penyampaian suatu peristiwa, penutur juga memberikan fakta yang kembali meyerang
hedges yang digunakan.
Parameter hedges seperti felicity condition atau tindak menyelamatkan muka dapat
diterapkan untuk membuktikan ujaran ini adalah ekspresi hedges. Terdapat dua sisi yang terjadi
pada datum 3. Hal ini menarik karena dalam satu rangkaian ujaran terdapat dua konsep muka yang
bersebarangan yaitu tindak mengancam muka dan tindak meyelamatkan muka. Tindak
menyelamatkan muka dilakukan penutur dengan menggunakan hedges ‘entah diangkut atau tidak’,
seperti yang telah dijelaskan bahwa penutur mencoba memberikan dua kemungkinan fakta yang
terjadi. Namun selanjutnya penutur melakukan tindak mengancam muka yang dapat membimbing
mitra tutur untuk menentukan pilihat ‘sampah tidak diangkut’. Kalimat ‘padahal saya sering
melihat container…’ adalah tindak mengancam muka karena hal ini terkait dengan penutur
memberikan kesaksian tentang fakta yang dia ketahui mengenai subjek acuan. Penelitian ini juga
menyediakan analisis dengan counter data sebagai berikut:
Sampahnya semakin banyak karena tidak penah diangkut, padahal container sering terlihat
di area TPS.

Dari counter data di atas dapat dibandingkan bahwa tidak ada daya yang kontras antara
ujaran satu dan ujaran selanjutnya. Daya pada rangkaian ujaran mendukung satu sama lain. penutur
uga tidak memberikan pilihan pada mitra tutur mengenai kemungkinan fakta yang dapat muncl.
Pada counter data, dapat dilihat bahwa penutur memberikan kesaksian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara kualitas dan felicitas ujaran.
Akurasi adalah daya ujaran yang membutuhkan felicity condition dan memenuhi prinsip
kerjasama. Konsep muka adalah strategi yang digunakan penutur untuk pilihan dalam
menampilkan muka pada publik. Tiga hal ini dapatmenjadi parameter akurasi suatu ujaran. Pada
konteks kesaksian, ujaran berfungsi dalam tiga ruang lingkup; akurasi kebenaran, akurasi jumlah
dan akurasi penyampaian berita peristiwa.

8
B. Kesaksian dengan Hedges Berfungsi untuk Memitigasi Kuantitas Ujaran
Dalam suatu sosiokultur tertentu, berbicara dengan efektif dianggap lebih baik dari pada
banyak berbicara. Alur, cara dan isi komunikasi manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi budaya
dan masyarakatnya. Penutur pada budaya tertentu menganggap kuantitas informasi yang diberikan
sebagai hal yang penting. Sedangkan pada budaya penutur lain, bicara dengan efektif dianggap
lebih baik. Pada akhirnya, tidak ada bahasa atau budaya yang lebih baik dari bahasa atau bidaya
lainnya. Sebagai peneliti, menjadi hal yang menarik untuk mengungkap bagaimana cara penutur
budaya tertentu melakukan dinamika dalam berkomunikasi. Dinamika ini salah satunya
ditunjukkan dengan cara pembatasan kuantitas ujaran yang mengacu pada suatu budaya bicara
dengan cara efektif.
Cara penutur membuat percakapan efektif adalah dengan menggunakan piranti untuk
membatasi atau mencegah agar informasi yang disampaikan tidak berlebihan namun efektif,
informatif dan bekualitas. Piranti ini dapat muncul dalam bentuk hedges. Berdasarkan penelitian,
piranti hedges pada pembatasan kuantitas memiliki fungsi utama yaitu untuk mempersingkat
kuantitas penyampaian suatu proses kesaksian. Untuk melihat fungsi utama tersebut harus dilihat
berdasarkan konteksnya. Yang dimaksud dengan proses adalah ‘sequence of events’ dari suatu
kejadian. Contoh analisis pertama adalah datum 4 di bawah ini;
Datum 4
Intinya Oktober nanti saya targetkan tuntas semua

Pembatasan kuantitas ujaran pada sebuah kesaksian pada datum 4 menunjukkan penutur
bertujuan mempersingkat proses penjelasan yang menyangkut kronologi berjalannya sebuah
proyek. Dengan menggunakan ekspresi hedges ‘intinya’ telah membatasi ujaran-ujaran yang
kemungkinan dapat muncul seperti penjelasan bagaimana tahapan yang dilakukan untuk
menjalankan proyek tersebut.
Munculnya pembatas ‘intinya’ dipicu akan pertanyaan mitra tutur mengenai estimasi
waktu dari awal hingga akhir pengerjaan proyek. Estimasi waktu ini adalah faktor yang
menyebabkan penutur membatasi informasi ujarannya. Karena penjelasan mengenai estimasi
waktu disadari oleh penutur sebagai penjelasan kronologi setiap tahap pengerjaan proyek setiap
bulannya. Sedangkan informasi yang dibutuhkan mitra tutur kemungkinan hanya samapi pada
jawaban atas pertanyaan ‘bagaimana kelanjutan pengerjaan proyek’.

9
Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik yang efektif meskipun penutur menggunakan
pembatas kuantitas informasi. Timbal balik tersebut bersifat menguntungkan satu sama lain, yaitu
penutur tidak perlu panjang lebar menjelaskan proses pengerjaan proyek berdasarkan estimasi
waktu, dan mitra tutur tetap mendapatkan jawaban yang dibutuhkan dengan efektif dan informatif.
Sifat dari ujaran yang menggunakan pembatas kuantitas adalah ujaran tersebut memiliki
posisi sebagai kesimpulan. Kesimpulan adalah penjabaran dari informasi yang diringkas secara
efektif dan berfokus pada inti permasalahan dalam konten informasi. Apabila ujara tersebut diukur
dengan parameter prinsip kerja sama maxim kuantitas, penutur tersebut telah menghilangkan
informasi yang sekiranya dapat muncul. Misalnya,
“Pada bulan Juli saya mengumpulkan warga untuk membahas proyek pembangunan
jemabatan. Pada bulan Agustus tahap 1 pembangunan jembatan mulai dilakukan. Pada bulan
September, diharapkan 50% jembatan sudah jadi dan saya targetkan bulan Oktober semua sudah
beres dan jembatan dapat difungsikan warga”

Counter data diatas adalah contoh bagaimana penutur dengan kuantitas yang memadai
telah memenuhi prinsip kerja sama. Informasi pada couter data di atas tidak berlebihan dan tidak
melanggar maxim kuantitas karena penjelasan tiap tahap diujarkan secukupnya. Namun, pada data
asli, penutur meringkas kemungkinan informasi agar informasi lebih efektif lagi.
Datum 5
Mau tidak mau kami harus mencari solusi, kami bekerja sama dengan membuat sms gateaway
Contoh analisis kedua adalah munculnya hedges ‘mau tidak mau’. Ekspresi hedges ini
berbeda dengan contoh analisis datum 4. Hedges ini muncul pada situasi dimana penutur
menggambarkan bagaimana dia tidak memiliki pilihan lain. Penutur menggunakan ekspresi ini
sebagai ringkasan dari semua upaya yang dilakukan untuk mengatasi sebuah masalah. Ekspresi ini
bersifat ‘ultimatum’ akhir dari proses mencari jalan keluar. Sebagai pembatas, ekspresi ini muncul
untuk membatasi pilihan yang muncul. Pilihan yang dimaksud adalah sikap-sikap yang diambil
untuk mengatasi masalah, sehingga pada akhirnya menggunakan ‘mau tidak mau’ sebagai
keputusan atau pilihan terakhir untuk mengambil langkah. Ekspresi ini serupa dengan ekspresi
‘suka tidak suka’. Sebuah ekspresi yang terdengar seperti pilihan namun maksud sebenarnya
adalah satu keputusan. Counter data untuk menguji ekspresi hedges tersebut dapat dibuat seperti;

Jika kami tidak mau maka masalah ini tidak akan terselesaikan, tapi jika kami mau
mengusahakan solusi maka masalah dapat dipecahkan.

10
Dalam sosiokultur penutur Bahasa Indonesia, kalimat pada counter data di atas dapat
dipersingkat menjadi mau tidak mau. Frasa ini muncul dalam bentuk deklarasi dan negasi.
Deklarasi untuk merepresentasi kesetujuan, dan negasi sebaliknya.
C. Fungsi Hedges dan Konsep Menyelamatkan Muka Penutur
Menghubungkan hedges dengan konsep strategi kesantunan, fungsi hedges sangat erat
kaitannya dengan tindak meyelamatkan muka. Karena hedges adalah pembatas sebuah ujaran,
maka tindak menyelamatkan muka adalah strategi yang dipilih penutur agar tidak ‘dituntut’ oleh
prinsip kerjasama. Ketika penutur mengujarkan dengan memenuhi prinsip kerja sama, terdapat
dua efek keterancaman muka baik terhadappenutur maupun mitra tutur. Namun hedges berada
pada posisi yang lebih sering uncul pada tindak menyeamatkan muka. Seperti pada contoha
analisis berikut.
Datum 8
Dengar-dengar dia terlibat bom panci, saya enggak tahu juga. Kaget juga saya.
Ekspresi hedges yang digunakan adalah ‘dengar-dengar’. Ekspresi ini menggambarkan
informasi yang sifatnya masih kabur. Faktor penutur menggunakan ekspresi ini mungkin karena
penutur tidak berada di lokasi kejadian, penutur hanya mendengar berita dari narasumber lain yang
juga masih kabur sifatnya. Namun penutur menyatakan efek dari kejadian tersebut bahwa dia
‘kaget’. Hal ini menunjukkan penutur berada di dekat lokasi namun tidak tahu persis atau tidak
melihat secara langsung kejadian sebenarnya. Kemudian penutur mendengar kabar dari
narasumber lain yang simpang siur, sehingga hal ini menjadi faktor penutur menggunakan ekspresi
‘dengar-dengar’.
Sebagai seseorang yang dimintai kesaksian, penutur menyelamatkan muka karena penutur
belum tahu pasti kebenaran berita meskipun punutur berada di dekat lokasi kejadian. Hal ini
didukung dengan pernyataan ‘saya enggak tahu juga’ yang menjelaskan posisi dia sebagai saksi
yang tidak dapat secara kooperatif memberikan informasi. Tindak menyelamatkan muka yang
dilakukan oleh penutur dengan piranti hedges menunjukkan bahwa penutur dapat membatasi
keterancaman yang dimungkinkan muncul karena kesaksian yang diberikan. Penutur pasti sadar
akan posisinya apakah penutur dapat berkooperasi atau tidak dalam memberikan informasi. Hal
ini juga didukung dengan mengingat bahwa kesaksian sebuah peristiwa membutuhkan akurasi
fakta dan kebenaran. Hal yang berbeda akan muncul dari kesaksian pada ounter data berikut;

11
Polisi sudah menetapkan dia terlibat dalam kejadian bom panci. Saya berada di sana ketika
bom meledak.

Daya yang ada pada counter data menunjukkan bahwa penutur mengujarkan informasi
berdasarkan bukti yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Penutur tidak berusaha
menyelamatkan mukanya karena penutur tidak merasa terbebani dengan leterancaman atau
tuntutan atas informasi yang diberikan.
KESIMPULAN
Dari seluruh penggunaan parameter hedges, penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam
peristiwa tutur pemberian kesaksian, hedges memiliki tiga fungsi utama. Pertama, hedges
berfungsi untuk membatasi atau mengurasi tingkat akurasi sebuah ujaran dan informasi yang
diberikan. Akurasi tersebut terbagi dalam tiga jenis; akurasi dalam fakta atau kebenaran, akurasi
dalam jumlah dan akurasi dalam penggambaran suatu peristiwa. Selain itu hedges juga berfungsi
untuk membatasi kuantitas ujaran. Bentuk kuantitas ujaran dalam kesaksian dapat berupa
kronologi proses dan kronologi pilihan. Fungsi hedges yang terakhir adalah sebagai strategi
menyelamatkan muka penutur.

DAFTAR PUSTAKA
Arifianto. 2014. Hedges Used in The Conversation between Barrack Obama and Bill Clinton at
Clinton Global Initiative. Language Horizon. Vol. 2, no 3, pp.45-51.
Hidayati, F. & Dallyono, R. 2015. The Use of Hedges and Boosters as Rhetorical Devices in The
Construction of Speech. Lingusitik Indonesia. Vol. 33, no 1., pp.53-71.
Sanjaya, I Nyoman. 2016. Konteks Sosial Budaya dan Penggunaan Hedges dalam Artikel
Penelitian: Kajian Pragmatik. Jurnal Sosial dan Humaniora. Vol. 6, no 1.
Yule, G. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford university Press.

12

Anda mungkin juga menyukai