Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI EKSPRESI BAHASA DALAM KONSTRUKSI KALIMAT PADA

PLATFORM MEDIA SOSIAL INSTAGRAM


1
Fahri Finanda Rizki, 2 Fahrizal, 3 Mhd Dio Waldi Sitorus, 4 Muhammad Fauzan
Universitas Asahan Kisaran
E-mail: fahrifinandarizki6789@gmail.com, fahryzalsagala@gmail.com,
diowaldi.online@gmail.com , fauzansiagian339@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemakaian diksi dalam penulisan
status media sosial. Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform
komunikasi yang penting bagi individu untuk berbagi informasi, berinteraksi, dan
mengungkapkan pendapat mereka. Salah satu aspek yang memengaruhi komunikasi
di media sosial adalah pemilihan kata atau diksi yang digunakan dalam penulisan
status. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah analisis teks. Peneliti
mengumpulkan data dari berbagai platform media sosial yang seperti Instagram.
Sampel penelitian terdiri dari serangkaian status yang diposting oleh pengguna media
sosial dengan berbagai latar belakang dan tujuan berkomunikasi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pemakaian diksi dalam penulisan status media sosial sangat
bervariasi. Ada pengguna yang cenderung menggunakan diksi formal dan baku,
sedangkan yang lain lebih cenderung menggunakan diksi informal dan bahasa sehari-
hari. Hal ini dapat dipengaruhi oleh konteks komunikasi, tujuan penulis, dan audiens
yang dituju.Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa penggunaan diksi dalam
penulisan status media sosial dapat memiliki dampak signifikan pada persepsi
pembaca. Penggunaan diksi yang tepat dapat meningkatkan kejelasan dan daya tarik
status, sementara penggunaan diksi yang tidak sesuai dapat mengaburkan makna atau
bahkan menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian ini memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang pemakaian diksi dalam penulisan status media sosial. Implikasi dari
penelitian ini adalah pentingnya kesadaran akan pemilihan kata yang tepat dalam
penulisan status media sosial untuk mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan.
Penelitian ini juga dapat menjadi dasar bagi pengembangan alat atau pedoman yang
dapat membantu pengguna media sosial dalam memilih diksi yang tepat sesuai
dengan konteks dan audiens yang dituju.
Kata Kunci: diksi, komunikasi, sosial media

Pendahuluan
Dalam kegiatan berkomunikasi, diksi berperan sebagai seni memilih kata yang tepat
untuk menggambarkan perasaan, ide, gagasan, atau pendapat. Memilih kata-kata yang
sesuai akan memudahkan orang lain dalam menerima pesan yang disampaikan.
Menurut Widyamartaya, diksi melibatkan kemampuan seseorang dalam memilih kata
yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan ini harus
disesuaikan dengan situasi dan nilai-nilai yang dianut oleh pendengar atau pembaca.
Tujuannya adalah agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
audiens.

Dalam dunia komunikasi, diksi memegang peranan yang sangat penting. Dengan
menggunakan kata-kata yang tepat, kita dapat membangun emosi, menarik perhatian,
dan menyampaikan makna secara efektif. Behasil menguasai diksi akan
memungkinkan seseorang untuk menciptakan pesan yang kuat, memikat, dan
mempengaruhi audiens dengan baik.

[1]
Dalam konteks penulisan dan pidato, diksi menjadi alat yang digunakan untuk
mencapai efek tertentu. Pemilihan kata yang tepat dapat menciptakan suasana yang
diinginkan, memperkuat makna, dan mempengaruhi tanggapan pembaca atau
pendengar. Dengan menggabungkan diksi yang unik dan kreatif, kita dapat
menciptakan pesan yang menarik dan berbeda dari yang lain. Penggunaan diksi yang
unik juga memberikan karakter dan identitas pada karya tulis atau pidato kita,
menjadikannya tak terlupakan.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan kemampuan
diksi mereka. Dengan memilih kata-kata yang tepat, kita dapat mengekspresikan diri
secara kuat dan autentik. Selain itu, dengan menggali diksi yang unik dan kreatif, kita
dapat menciptakan karya-karya yang menarik dan membedakan diri kita dalam dunia
komunikasi. Jadilah inovatif dalam memilih kata-kata dan manfaatkan diksi yang unik
untuk menciptakan pesan yang tak terlupakan. (Maharani & Hidayatullah, 2017).

(Widjono Hs, 2007:98) menyatakan bahwa diksi merujuk pada keakuratan pemilihan
kata. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik meliputi kemampuan mengetahui,
memahami, dan menguasai kosakata yang digunakan secara aktif untuk
menyampaikan gagasan dengan jelas dan tepat kepada pembaca atau pendengar.
Dalam berbahasa, kata memiliki peran penting sebagai sarana untuk menyampaikan
makna. Oleh karena itu, pemilihan kata harus dilakukan dengan hati-hati,
mempertimbangkan kesesuaian, nuansa makna, dan efek yang ingin dicapai terhadap
pembaca atau pendengar. Karena kata-kata mewakili gagasan yang ingin
disampaikan, maka pemilihan dan pengaturan kata harus memungkinkan pesan
disampaikan dengan efektif. (Reskian, 2018).
Media sosial merupakan sarana yang digunakan untuk berinteraksi antara
manusia satu dan yang lainnya. Sebelum mengenal media sosial, masyarakat
terdahulu berinteraksi dengan cara instagram setidaknya seminggu sekali. Mayoritas
instagrammers adalah anak muda dan berpendidikan. Dengan demikian, mahasiswa
termasuk dalam target pengguna aktif instagram. Banyaknya pengguna instagram
bertemu atau hanya berkirim pesan melalui surat. Akan tetapi, kini masyarakat dapat
saling berinteraksi melalui telepon genggam atau biasa disebut handphone (HP) yang
dilengkapi dengan aplikasi pendukung seperti whatsapp, messenger, facebook, dan
instagram (Fitri et al., 2018).
Di antara berbagai media sosial yang ada, Instagram menjadi aplikasi yang
paling diminati, terutama oleh kaum muda. Facebook mulai ditinggalkan karena
kurang menarik dan terlalu banyak iklan. Penelitian ini membahas penggunaan diksi
oleh masyarakat Indonesia dalam penulisan kalimat di Instagram. Dalam berinteraksi
di dunia digital, penting untuk memperhatikan tingkat kesantunan dan kesopanan
dalam berbahasa, yang tentunya terkait erat dengan pilihan kata dan diksi yang
digunakan. (Maharani & Hidayatullah, 2017).
Pengertian diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengacu pada pemilihan
kata yang tepat dan sesuai, dengan tujuan mengungkapkan gagasan dan mencapai
efek yang diinginkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:264). Oleh karena itu,
seseorang yang berbicara atau menulis tentu memiliki banyak kosakata yang
tersimpan di dalam pikirannya. Sebelum berbicara atau menulis, kita pasti
mempertimbangkan kata yang paling pantas untuk digunakan. Individu yang memiliki
banyak kosakata cenderung lebih mudah mengungkapkan gagasan yang dimiliki
daripada mereka yang hanya mengandalkan kata-kata yang terbatas. Melalui
penggunaan diksi, kita dapat melihat bagaimana suasana yang ingin ditampilkan,

[2]
pesan yang ingin disampaikan, dan bahkan bisa memperoleh petunjuk mengenai
perasaan penulis melalui diksi tersebut. Pemilihan, penggunaan, dan penempatan kata
saat berkomunikasi adalah yang disebut sebagai diksi (Fuad, 2005: 62).
Selanjutnya, Keraf (2010: 24) menyampaikan tiga kesimpulan utama tentang
diksi, yaitu: 1. Pilihan kata atau diksi melibatkan penggunaan kata-kata untuk
menyampaikan suatu gagasan, membentuk kelompok kata yang tepat, atau
menggunakan ungkapan yang sesuai, serta memilih gaya yang paling tepat dalam
suatu situasi. 2. Pilihan kata atau diksi melibatkan kemampuan untuk membedakan
nuansa makna yang tepat dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai-nilai yang dimiliki
oleh kelompok pendengar. 3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dapat dicapai
melalui penguasaan kosakata yang luas atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh
bahasa tersebut. Perbendaharaan kata atau kosakata bahasa mengacu pada seluruh
kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa pemilihan kata tidak
hanya berkaitan dengan benar atau salah penggunaan kata, tetapi juga penting untuk
mempertimbangkan penerimaan orang lain agar suasana yang ada tidak berubah. Hal
ini disebabkan oleh adanya aturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Oleh karena itu, pemilihan diksi harus sesuai dengan situasi, kondisi, dan aturan yang
berlaku.
Menurut Putrayasa (2007: 8), terdapat lima jenis diksi yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: 1. Pemilihan kata dengan makna denotasi dan konotasi, di
mana denotasi merujuk pada makna yang sebenarnya tanpa ada tambahan rasa,
sementara konotasi memiliki nilai rasa positif atau negatif. 2. Pemilihan kata kajian
dan kata populer, di mana kata kajian umumnya digunakan dalam penulisan ilmiah
dan sulit dipahami oleh masyarakat umum, sedangkan kata populer lebih sering
digunakan dalam berbagai lapisan masyarakat. 3. Pemilihan jargon, kata percakapan,
dan slang, di mana jargon merujuk pada kata-kata rahasia dalam suatu bidang tertentu,
kata percakapan adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan, dan slang
adalah kata-kata informal yang khas dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. 4.
Pemilihan kata umum dan kata khusus, di mana kata umum memiliki cakupan makna
yang lebih luas, sedangkan kata khusus memiliki cakupan makna yang lebih sempit.
5. Pemilihan kata bersinonim dan berhomofon, di mana pemilihan kata bersinonim
bertujuan untuk memperjelas pesan penulis atau pembicara dalam komunikasi,
sehingga dapat menghindari kesalahpahaman yang tidak diinginkan.
Pemilihan kata-kata yang tepat tidak hanya tentang benar atau salah dalam
penggunaan kata, tetapi juga harus memperhatikan bagaimana orang lain menerima
pesan yang disampaikan agar tidak mengganggu suasana yang ada. Oleh karena itu,
dalam memilih diksi, perlu mempertimbangkan situasi, kondisi, dan aturan yang
berlaku. Ada lima jenis diksi, yaitu pemilihan kata dengan makna denotasi dan
konotasi, pemilihan kata kajian dan kata populer, pemilihan jargon, kata percakapan,
dan slang, pemilihan kata umum dan kata khusus, serta pemilihan kata bersinonim
dan berhomofon, yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi agar pesan dapat
diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Pemilihan kata-kata ini sangat
penting dalam mengekspresikan dan menyampaikan pesan dengan efektif. Diksi yang
tepat dapat membantu menciptakan komunikasi yang lebih jelas, memperkaya makna
pesan yang disampaikan, dan mempengaruhi pemahaman dan reaksi pembaca atau
pendengar.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis penggunaan diksi dalam
penulisan kalimat Instagram oleh masyarakat Indonesia. Dengan memahami

[3]
penggunaan diksi yang tepat, diharapkan kita dapat lebih memahami cara
berkomunikasi yang efektif di dunia digital. Selain itu, pemahaman tentang diksi juga
dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan bahasa yang tepat
dan memadai dalam situasi komunikasi yang berbeda.
Penggunaan diksi yang baik dan tepat juga dapat mempengaruhi bagaimana
pesan kita diterima oleh orang lain. Dalam konteks media sosial seperti Instagram,
pemilihan diksi yang menarik dan sesuai dapat membantu menarik perhatian dan
membangun koneksi dengan audiens kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
memperhatikan penggunaan diksi dalam setiap tulisan atau pesan yang kita
sampaikan.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis berbagai contoh penggunaan
diksi dalam kalimat Instagram oleh masyarakat Indonesia. Tujuannya adalah untuk
memahami penggunaan diksi yang paling umum dan menarik bagi pengguna media
sosial. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam
tentang bagaimana diksi memengaruhi komunikasi dalam konteks digital.
Dalam kesimpulan, diksi merupakan elemen penting dalam berkomunikasi
secara efektif. Pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks dapat membantu
menyampaikan pesan dengan lebih jelas dan mempengaruhi pemahaman pembaca
atau pendengar. Oleh karena itu, pemahaman tentang penggunaan diksi yang baik dan
penerapannya yang tepat dalam berbagai situasi komunikasi sangatlah penting.
METODE
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode deskriptif, di mana data
yang terkait akan dideskripsikan secara rinci. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik dokumentasi untuk memperkuat informasi yang terkait, serta
teknik pengolahan data dengan metode simak dan teknik catat. Sehingga, hasil
analisis data dapat disajikan secara efektif dalam bentuk laporan yang lengkap dan
terperinci.(Maharani & Hidayatullah, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Data Alasan
Masyarakat Indonesia memilih media sosial Instagram sebagai pilihan utama karena
popularitasnya yang tinggi belakangan ini. Platform-platform lain seperti Facebook
dan Twitter sudah tidak lagi diminati dan banyak pengguna yang beralih ke
Instagram. Keputusan ini dapat disebabkan oleh fitur-fitur baru yang menarik, bukan
hanya sebatas mengirim pesan, melakukan panggilan video, atau mengubah foto
profil, tetapi juga menghasilkan pendapatan. Di era milenial ini, menjadi selebgram
yang mempromosikan produk kepada pengikutnya menjadi salah satu profesi yang
menguntungkan. Ini adalah salah satu kelebihan khusus yang dimiliki oleh Instagram
dan tidak dapat dilakukan oleh media sosial lainnya. Sebagai hasilnya, banyak orang
berusaha meningkatkan jumlah pengikut mereka untuk mendapatkan lebih banyak
kesempatan untuk endorse. Pemilihan diksi atau kata-kata yang digunakan dapat
menciptakan efek tertentu, baik dalam percakapan lisan maupun tulisan. Seperti yang
telah dijelaskan dalam pendahuluan, dalam memilih diksi perlu memperhatikan
suasana dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun interaksi di
media sosial Instagram dilakukan secara virtual tanpa tatap muka langsung, namun
hal itu tetap dapat membuka hubungan sosial. Dengan jumlah pengguna Instagram
yang besar, tidak jarang kita menemui orang-orang yang menggunakan diksi yang
tidak sesuai, seperti mengganti kata 'kamu' menjadi 'lu', 'u', 'loe', atau 'l'. Terdapat juga
penggunaan diksi kasar sebagai sebutan panggilan, seperti 'anjir', 'bangsat', 'kampret',
'tai', dan sebagainya. Beberapa orang mungkin merasa menggunakan diksi tersebut

[4]
membuat mereka terlihat lebih keren dan tren. Meskipun tidak ada larangan dalam
penggunaan diksi tersebut, namun penting untuk tetap menjaga nilai kesopanan dalam
berkomunikasi. Sebagai masyarakat Indonesia, kita seharusnya menjadi contoh dan
panutan dalam menggunakan diksi yang baik dan benar. Namun, kenyataannya masih
terdapat masyarakat Indonesia yang kadang-kadang tidak memperhatikan penggunaan
diksi yang tepat dalam berkomunikasi di media sosial Instagram. Berdasarkan data
yang diperoleh dari analisis penggunaan diksi di Instagram, penulis mengamati
fenomena penggunaan kalimat di media sosial Instagram oleh masyarakat Indonesia.
Analisis Data
Seorang pria dengan inisial DA menggunakan diksi dalam penulisan kalimat di
Instagram yang menunjukkan suasana hati yang sedang bahagia, bahwa ia bersedia
pergi ke mana saja selama yang lain setuju.

Dalam kalimat tersebut, DA menggunakan diksi yang terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Penggunaan kata bersinonim dan berhomofon: Kata "hayuk" yang digunakan
dalam kalimat tersebut merupakan sinonim dari "ayo" atau "mari".
2. Penggunaan kata dengan makna denotasi dan konotasi: Ungkapan "penting hayuk"
memiliki makna konotasi yang menunjukkan kesiapan untuk mengikuti apa pun yang
dijalankan atau diperintahkan.
Seorang pria dengan inisial CH menggunakan diksi dalam penulisan kalimat pada
Instagram yang bermaksud menggambarkan sesuatu yang akan terjadi.

Dalam kalimat tersebut, CH menggunakan diksi yang terdiri dari tiga jenis, yaitu:

[5]
1. Pemilihan kata bersinonim: Kata "kesembur" yang digunakan dalam kalimat
tersebut dapat memiliki sinonim seperti "terciprat" atau "kecipratan".
2. Penggunaan kata kajian dan kata populer: Kata "tragedi" yang digunakan dalam
kalimat tersebut merupakan kata kajian yang berarti peristiwa yang menyedihkan dan
jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
3. Pemilihan kata umum dan kata khusus: Penggunaan kata "minyak" dalam kalimat
tersebut merupakan kata khusus yang merujuk pada cairan tertentu (seperti air, susu,
sirup, dll.).
Seorang wanita dengan inisial AF menggunakan diksi dalam kalimat yang diunggah
di Instagram untuk menunjukkan tempat bersandar yang ia rasa sangat nyaman.

Dalam kalimat tersebut, AF menggunakan diksi yang terdiri dari satu jenis, yaitu:

1.Penggunaan kata bersinonim dan berhomofon: AF menggunakan kata "Nyender"


yang memiliki sinonim dengan kata "bersandar" atau "bertopang", karena
menggambarkan kenyamanan tempat tersebut.
Perempuan berinisial NM menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram
sebagai berikut:

Kalimat yang ditulis oleh NM menggambarkan pengalaman perjalanan ke suatu


tempat, rasa lelah yang dirasakan, dan tanggapan pengunjung lain. Diksi yang
digunakan adalah:
1. Penggunaan kata bersinonim dan berhomofon: Kata "ngga" merupakan sinonim
dari "tidak", menunjukkan penolakan terhadap sesuatu yang tidak ingin dilakukan.
2. Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Penggunaan kata "Curug aja

[6]
diperjuangin, masa kamu ngga?" memiliki makna konotasi yang mengisyaratkan
penulis yang memperjuangkan seseorang.
3. Penggunaan kata populer dan kata kajian: Kata "realisasikan" merupakan kata
kajian yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Wanita berinisial RS menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai


berikut:

Ini ditulis oleh RS untuk mencocokkan kalimat yang ditulis dengan foto yang
diunggahnya. RS terlihat menggunakan gaun berwarna merah muda (pink) pada foto
tersebut. Diksi yang digunakan adalah:
1. Penggunaan jargon, kata percakapan, dan slang:
a.Jargon: Kata "Wingki" adalah sebutan untuk salah satu karakter Teletubbies yang
berwarna ungu. Hanya orang yang menonton acara Teletubbies yang memahami arti
kata ini.
b.Slang: Kata "Pingky" merupakan bahasa Inggris (pink) yang digunakan untuk
merujuk pada warna merah muda.
Wanita berinisial UY menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai
berikut:

Kalimat UY menunjukkan bahwa "K" merasa senang wajahnya terlihat lebih muda
dari usianya saat ini. Diksi yang digunakan adalah:
1. Dalam penggunaan diksi, kata "mba" merupakan panggilan sopan untuk perempuan
yang lebih tua dari kita (penyapa).
2. Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Ungkapan "Mba mukanya kaya

[7]
bayi" memiliki makna konotasi yang menggambarkan wajah yang lucu, imut, dan
menggemaskan seperti bayi.

Pria berinisial AR menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai


berikut:

Kalimat yang ditulis oleh AR bertujuan mengingatkan teman-temannya tentang


kenangan yang mereka alami yang terlihat pada foto yang diunggah. Diksi yang
digunakan adalah:
1. Penggunaan kata bersinonim dan berhomofon: Kata "inget" adalah sinonim dari
"ingat", sedangkan kata "kaga" merupakan sinonim dari "tidak". Kata "boy" adalah
panggilan yang digunakan oleh AR untuk teman-temannya, dan hanya mereka yang
tahu apa arti sebenarnya dari kata tersebut.
Pria berinisial AE menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai
berikut:

Kalimat yang ditulis oleh AE merupakan lelucon serius yang ia sampaikan kepada
teman-temannya yang berfoto bersamanya. Diksi yang digunakan adalah:
1. Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Ungkapan "Jika di depan, kau
akan ditinggalkan" memiliki makna denotasi bahwa jika seseorang berusaha
mendahului, mereka tidak akan dianggap sebagai bagian dari tim.

[8]
Pria berinisial YH menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai
berikut:

YH menulis kalimat ini untuk menunjukkan bahwa ia merasa bangga melakukan


upacara di tempat yang baru dan luar biasa. Diksi yang digunakan adalah:
1. Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Ungkapan "di atas awan"
memiliki makna konotasi yang menunjukkan keadaan berada di puncak gunung.
Ketika mendaki gunung, pagi hari awan terlihat berada di bawah.
Wanita berinisial NF menggunakan diksi dalam penulisan kalimat Instagram sebagai
berikut:

Kalimat yang ditulis oleh NF merupakan semangat untuk mengatasi rasa sedihnya.
Diksi yang digunakan adalah:
1.Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Ungkapan "senyumin aja"
memiliki makna konotasi yang berarti harus tersenyum dan menerima apa yang
terjadi.

Wanita dengan inisial SC menggunakan diksi dalam penulisan kalimat di Instagram,


sebagai contoh:

[9]
Kalimat tersebut mencerminkan kebiasaan SC yang sering mengkonsumsi es. Diksi
yang digunakan adalah:
1.Penggunaan jargon, kata percakapan, dan slang: Slang 'terossss' atau 'terus'
digunakan untuk menyatakan arti 'selalu' atau 'lanjut'.
Wanita dengan inisial F menggunakan diksi dalam penulisan kalimat di Instagram,
sebagai contoh:

Kalimat di atas menggambarkan kegelisahan dan kesedihan F. Diksi yang digunakan


adalah:
1. Penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi: Ungkapan 'ketika aku mulai
terbiasa tanpamu' memiliki makna denotasi bahwa F sedang berusaha melupakanmu.
2. Penggunaan kata umum dan kata khusus: Kata 'YouTube' merupakan kata khusus,
sedangkan 'saluran media sosial' merupakan kata umum.
3. Penggunaan kata populer dan kata kajian: Penggunaan kata 'link' dan 'bio' termasuk
dalam kata kajian. Meskipun sudah umum di kalangan pengguna media sosial, kata-
kata tersebut jarang digunakan oleh masyarakat umum dengan berbagai latar belakang
dan budaya.

KESIMPULAN

[10]
Pertama, berdasarkan hasil penelitian mengenai penulisan kalimat Instagram oleh
masyarakat Indonesia, dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat 7 pemakaian diksi
yang memiliki makna denotasi dan konotasi, (2) Terdapat 3 pemakaian diksi yang
populer dan merupakan kata kajian, (3) Terdapat 4 pemakaian diksi dalam bentuk
jargon, kata percakapan, dan slang, (4) Terdapat 3 pemakaian diksi yang umum dan
khusus, (5) Terdapat 5 pemakaian diksi dengan kata bersinonim dan berhomofon.
Kedua, pemakaian diksi dalam aspek kesopanan berkomunikasi masyarakat Indonesia
cenderung baik. Meskipun terkadang masih terjadi kesalahan dalam penulisan dan
pemilihan kata, namun setidaknya sudah ada upaya untuk mencapai komunikasi yang
sehat di dunia maya.

Daftar Pustaka
Dinanti, N. F., Susetyo, & Utomo, P. (2018). Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa
Indonesia Pada Jurnal Ilmiah Pendidikan Mipa Fkip Universitas Bengkulu.
Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Jurnal Ilmiah
Pendidikan Mipa Fkip Universitas Bengkulu, 191–202.
Diksi Dan Gaya Bhs. Dalam Buku Miracle You (Ciptakan Keajaiban Dalam Diri
Anda) Karya Sarwandi Eka Sarbini,” 2020)Analisis Penggunaan Diksi Dan Gaya
Bahasa Dalam Buku The Miracle Of You (Ciptakan Keajaiban Dalam Diri
Anda) Karya Sarwandi Eka Sarbini. (2020). In Analisis Penggunaan Diksi Dan
Gaya Bahasa Dalam Buku The Miracle Of You (Ciptakan Keajaiban Dalam Diri

[11]
Anda) Karya Sarwandi Eka Sarbini.
Fitri, S., Sumarno, & Ratnaningsih, D. (2018). Penggunaan Diksi Dalam Instagram
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Menengah Atas.
Penggunaan Diksi Dalam Instagram Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Menengah Atas.
Heriadi, M., & Hidayat, T. (2023). Analisis Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Poster
Dakwah Pada Akun Instagram @ Bantu _ Dakwah. Analisis Diksi Dan Gaya
Bahasa Dalam Poster Dakwah Pada Akun Instagram @Bantu_Dakwah, 4, 52–
68.
Maharani, A., & Hidayatullah, S. (2017). Pemakaian Diksi Dalam Penulisan Kalimat
Media Sosial. Pemakaian Diksi Dalam Penulisan Kalimat Media Sosial
Instagram Amanda, 179–189.
Reskian, A. (2018). Analisis Penggunaan Diksi Pada Karangan Narasi Di Kelas X Ips
Ii Sma Negeri 1 Palu. Analisis Penggunaan Diksi Pada Karangan Narasi Di
Kelas X Ips Ii Sma Negeri 1 Palu, 1–13.
. R, T. P. (2012). Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Rubrik Konsultasi Tabloid Nyata
Edisi Januari-Maret 2012 Tsar Prasojo R Abstrak. Diksi Dan Gaya Bahasa
Dalam Rubrik Konsultasi Tabloid Nyata Edisi Januari-Maret 2012, 1–11.
Sulistyaningtyas, T. (2008). Diksi Dalam Wacana Iklan Berbahasa Indonesia. Suatu
Kajian Sosiopragmatik. Diksi Dalam Wacana Iklan Berbahasa Indonesia Satu
Kajian Sosiopragmatik, 495–503.

[12]

Anda mungkin juga menyukai