Anda di halaman 1dari 11

PEMBINAAN & PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DIKSI ATAU PILIHAN KATA DALAM MEDIA SOSIAL

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Aziz, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NIRMALA (230501500009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2023
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan budaya, sosial, politik, teknologi informasi dan
kebutuhan manusia. Permasalahan yang sangat fundamental dalam pengembangan dan
pembinaan bahasa Indonesia antara lain disebabkan oleh perkembangan arus globalisasi, seperti
pemberlakuan pasar bebas, perubahan budaya secara global, perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat maupun pemberlakuan otonomi daerah. Oleh karena itu, secara langsung atau
tidak langsung kondisi semacam itu akan berpengaruh terhadap cara pandang masyarakat
Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam berkomunikasi atau berbahasa.
Dalam berkomunikasi atau berbahasa dengan pihak lain, masyarakat dituntut dapat
berkomunikasi dan bersaing secara efektif dan efisien antarsesama dalam menghadapi semua
problematika kebutuhan hidup. Oleh karena itu, bahasa yang komunikatif sangat diperlukan.
Bahasa yang komunikatif dan efektif dapat terjadi bila pesan yang disampaikan oleh penutur
dapat diterima pihak lain dengan baik tanpa ada perbedaan persepsi tentang pesan yang
disampaikan. Namun, tantangan terbesar dalam berkomunikasi di masyarakat Indonesia adalah
dengan kehadiran masyarakat yang multibahasa. Dalam masyarakat yang multibahasa,
keberadaan bahasa asing mulai banyak dipelajari dan dipakai dalam segala lini kehidupan di
Indonesia untuk kepentingan politik, hukum, ekonomi, industri, pariwisata, budaya dan
sebagainya dalam menghadapi daya saing bangsa. Sejalan dengan berbagai permasalahan yang
terjadi pada masyarakat Indonesia dan perkembangan waktu, bahasa Indonesia juga mengalami
pertumbuhan yang terus-menerus. Baik dari luas wilayah para penggunanya maupun struktur
bahasa Indonesianya. Oleh karena itu, bila pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
dapat berjalan dengan baik, tidak menutup kemungkinan bahasa Indonesia ke depan akan baik
menjadi bahasa modern yang bermartabat, bahasa yang kaya kosakata dan berstruktur mantap
sesuai dengan kebijakan bahasa nasional. Untuk menjadikan bahasa yang modern dan
bermartabat, perlu ada terobosan-terobosan konkret dan strategis memberdayakan semua media
sosial terlibat langsung dan tidak langsung dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dengan berbagai macam cara. Hal itu penting dilakukan karena media sosial sebagai
ujung tombak arus informasi dan menjadi pelopor terdepan perubahan ke arah yang lebih baik
dalam dunia pendidikan, khususnya penggunaan bahasa Indonesia yang modern. Di samping itu,
media sosial juga memiliki tanggung jawab moral dalam menumbuhkembangkan kesadaran
masyarakat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud diksi (pemilihan kata)
2. Bagaimana pengunaan diksi (pemilihan kata) di media sosial
3. Bagaimana teori feminisme dalam penggunaan diksi (pemilihan kata) dalam media
sosial

C. Tujuan masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian diksi (pemilihan kata)
2. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan diksi (pemilihan kata) dimedia sosial
3. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan diksi (pemilihan kata) dimedia sosial
dengan teori feminisme
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian diksi (pemilihan kata)


Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan ataupun mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu.
Pilihan kata merupahkan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi diantaranya adalah
membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap
apa yang disampaikan pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang
efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, pembentuk gaya
ekpresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi,tidak resmi) sehingga menyenangkan
pendengar atau pembaca Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pilihan kata dan gaya
ekpresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti diksi “yang lebih umum
digambarkan dengan kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami.arti kedua ini membicarakan pengucapan dam intonasi, dari pada pemilihan
kata dan gaya, Harumurti (1984) dalam kamus linguistik, menyatakan bahwa diksi adalah
pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara didalam
karang-mengarang. Dalam KBBI (2002:264) diksi diartikan sebagai pilohan kata yang
tepat dan selaras dalam pengunaannya untuk mengungkapnkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan, diksi berhubungan pengertian teknis
dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2. Pengunaan diksi dan pemilihan kata dalam media sosial.


Penggunaan diksi, atau pemilihan kata, sangat penting dalam media sosial karena dapat
memengaruhi cara pesan disampaikan dan diterima oleh audiens. tentang penggunaan
diksi dalam media sosial Pahami Audiens Kenali siapa target audiens Anda. Apakah
mereka lebih suka bahasa formal atau informal? Apakah ada istilah atau frasa khas yang
mereka gunakan? Sesuaikan diksi Anda dengan preferensi dan karakteristik audiens. Jaga
Kesopanan dan Etika Hindari penggunaan kata-kata kasar atau merendahkan. Pilih kata-
kata yang sopan dan menghormati audiens Anda. Hindari konflik verbal dan diskusi yang
tidak sehat. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Sederhana Hindari penggunaan jargon yang
mungkin tidak dipahami oleh semua orang. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
sebanyak mungkin orang. Singkat dan sederhana seringkali lebih efektif. Ciptakan Kesan
Positif Gunakan kata-kata yang positif dan membangun. Hindari kata-kata yang dapat
menimbulkan ketegangan atau kontroversi, kecuali itu memang tujuan dari pesan Anda.
Pertimbangkan Konteks dan Tujuan Sesuaikan diksi Anda dengan konteks dan tujuan
pesan Anda. Misalnya, diksi untuk mengumumkan suatu acara mungkin berbeda dengan
diksi untuk menyampaikan pandangan pribadi Gunakan Emoji dan Emotikon
Secukupnya Emoji dapat menambahkan dimensi ekstra pada pesan Anda, tetapi gunakan
dengan bijak. Pastikan bahwa emoji yang Anda pilih sesuai dengan suasana hati atau
pesan yang ingin Anda sampaikan. Perhatikan Gaya dan Suasana Brand Jika Anda
mewakili merek atau bisnis, pastikan penggunaan diksi Anda konsisten dengan gaya dan
suasana brand. Ini membantu membangun identitas merek yang kuat dan konsisten.
Hindari Overpromising Jaga agar kata-kata Anda sesuai dengan kenyataan. Hindari
penggunaan kata-kata yang berlebihan atau berjanji lebih dari yang dapat Anda penuhi.
Perhatikan Respon dan Umpan Balik Selalu perhatikan bagaimana audiens merespons
pesan Anda. Jika ada umpan balik negatif atau kebingungan, pertimbangkan untuk
menyesuaikan penggunaan diksi Anda di masa mendatang. untuk penggunaan diksi
dalam media sosial, pahami Tujuan Pesan Anda, tentukan dengan jelas tujuan pesan
Anda. Apakah Anda ingin memberikan informasi, memicu keterlibatan, mempromosikan
sesuatu, atau mendukung suatu kampanye? Sesuaikan diksi Anda dengan tujuan tersebut,
sesuaikan dengan Platform, setiap platform media sosial memiliki karakteristik dan
norma komunikasi tersendiri. Sesuaikan diksi Anda dengan karakteristik pengguna dan
batasan jumlah karakter pada platform tertentu. Misalnya, Twitter memiliki batasan
karakter, sementara Instagram lebih visual. Gunakan Bahasa yang Ramah dan Akrab,
ciptakan suasana yang ramah dan akrab. Gunakan kata-kata yang menyapa secara
langsung audiens Anda. Hindari penggunaan bahasa formal yang mungkin terasa kaku di
lingkungan media sosial. Kreativitas dan Originalitas, berikan sentuhan kreatif pada
penggunaan kata-kata Anda. Originalitas dapat menarik perhatian dan membuat konten
Anda lebih berkesan. Gunakan kata-kata yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu.
Gunakan Hashtag dengan Bijak, Jika menggunakan hashtag, pastikan itu relevan dengan
konten Anda. Hindari penggunaan hashtag berlebihan atau yang tidak berkaitan dengan
pesan Anda. Hashtag yang baik dapat meningkatkan visibilitas konten Anda. Hindari
Kontroversi yang Tidak Perlu, Perhatikan sensitivitas topik tertentu dan hindari
penggunaan kata-kata yang dapat memicu kontroversi, kecuali itu memang tujuan yang
diinginkan. Pertimbangkan dampak potensial pada reputasi Anda atau merek Anda, tetap
menjaga Kesederhanaan Hindari penggunaan kalimat yang terlalu rumit atau bahasa yang
sulit dipahami. Kesederhanaan dalam penggunaan kata-kata membantu pesan Anda lebih
mudah dipahami oleh berbagai lapisan audiens. Responsif dan Interaktif Gunakan kata-
kata yang merangsang tanggapan atau keterlibatan. Ajukan pertanyaan, undang audiens
untuk berpartisipasi, atau minta pendapat mereka. Ini dapat meningkatkan interaksi dan
keterlibatan. Perhatikan Timing Perhatikan waktu publikasi pesan Anda. Pilih kata-kata
yang sesuai dengan situasi atau topik yang sedang ramai diperbincangkan di platform
media sosial.
Pantau Analytics dan Gunakan analisis media sosial dan umpan balik dari audiens untuk
menilai efektivitas penggunaan diksi Anda. Evaluasi kinerja dan sesuaikan strategi
berdasarkan data yang Anda peroleh.

3. Teori feminisme dalam penggunaan diksi dan pemilihan kata


Teori feminisme memiliki dampak yang signifikan dalam pemilihan kata dan penggunaan
diksi, terutama dalam konteks komunikasi dan bahasa. Beberapa aspek teori feminisme
yang mempengaruhi cara kata-kata dipilih dan diksi digunakan dalam media sosial atau
komunikasi lainnya melibatkan, pemecahan Stereotip Gender, feminisme menekankan
pada pemecahan stereotip gender. Dalam penggunaan diksi, penting untuk menghindari
kata-kata atau frasa yang memperkuat stereotip gender atau merendahkan salah satu jenis
kelamin. Sebaliknya, pemilihan kata dapat dirancang untuk meruntuhkan batasan-batasan
gender dan mengakui keberagaman individu.
Bahasa Inklusif, Pemilihan kata yang inklusif mencerminkan nilai-nilai feminisme.
Upaya untuk menggunakan bahasa yang tidak mendiskriminasi dan mengakui
keberagaman gender merupakan bagian dari pendekatan ini. Misalnya, menggunakan
kata-kata yang mencakup semua gender dan merinci situasi tanpa mengacu pada stereotip
tertentu.
Kesetaraan dan Keadilan, teori feminisme mendorong penggunaan diksi yang
menekankan pada kesetaraan dan keadilan gender. Dalam komunikasi, kata-kata harus
dipilih dengan hati-hati agar tidak mendukung hierarki gender atau mengasumsikan peran
tertentu berdasarkan jenis kelamin. Pendekatan Kritis terhadap Bahasa, feminisme kritis
terhadap bahasa yang dianggap memperkuat ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu,
pemilihan kata dan diksi dapat mencerminkan pandangan kritis terhadap bahasa yang
dapat membangun atau merusak konsep kesetaraan.
Penolakan Terhadap Bahasa Seksis, feminisme menentang penggunaan bahasa yang
seksis. Pemilihan kata harus menghindari penggunaan frasa atau ungkapan yang
merendahkan atau mendiskriminasi berdasarkan gender. Pemberdayaan, dalam
penggunaan diksi, ada upaya untuk menggunakan kata-kata yang memberdayakan dan
memberikan dukungan kepada semua individu, tanpa memandang gender. Kata-kata yang
merangsang pemberdayaan dan memotivasi perempuan untuk mengambil peran aktif di
berbagai bidang juga ditekankan. Pentingnya Narasi Perempuan, teori feminisme
menekankan pentingnya mendengarkan dan memahami narasi perempuan. Oleh karena
itu, dalam pemilihan kata, ada upaya untuk memberikan ruang bagi suara perempuan,
menceritakan pengalaman mereka, dan menghindari cara berbicara yang menekan atau
merendahkan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia sudah banyak dilakukan


pemerintah dari masa ke masa. Namun, upaya-upaya tersebut masih mengalami berbagai
hambatan baik karena perkembangan zaman, kemajuan teknologi informasi, perubahan
politik, ekonomi, maupun adanya pasar bebas dan kontak budaya antarbangsa. Oleh
karena itu, sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh pemerintah dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia adalah dengan cara membuat kebijakan-kebijakan
yang memberi tanggung jawab kepada semua komponen bangsa termasuk di dalamnya
media massa. Adapun peran strategis media massa dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia adalah dengan cara membuat kebijakan pemberian tanggung jawab
yang besar kepada media massa agar terlibat langsung dalam usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Penting untuk diingat bahwa konteks dan audiens dapat
bervariasi, jadi selalu perhatikan respons audiens dan beradaptasi sesuai kebutuhan.
Penggunaan diksi yang bijak dapat membantu Anda menjalin hubungan yang lebih baik
dengan audiens Anda, meminimalkan risiko kesalahpahaman, dan meningkatkan
efektivitas pesan Anda di media sosial. Pemilihan kata atau diksi dalam media sosial
memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dengan tepat, membangun interaksi
yang positif, dan memengaruhi persepsi audiens.Media sosial seperti Indonesia Feminis,
merupakan salah satu alternatif media dalam memahami gender pada masa kini. Dari
berbagai platform media yang muncul di internet mengenai gender baik melalui tagar dan
media sosial, salah satu benang merah dari gerakan-gerakan tersebut adalah menuntut
kesetaraan gender. Meskipun era telah berubah menjadi era digital saat ini, perjuangan
feminisme gelombang pertama yaitu agar haknya dipenuhi oleh konstitusi untuk bersuara
di politik, masih tetap diperjuangkan hingga sekarang. Dengan berbagai macam platform
yang disediakan oleh media sosial, tidak heran apabila dalam waktu yang singkat
penggunaan internet akan lebih dari 8 jam dan penggunaan media sosial akan lebih dari 3
jam. Dalam berita yang ditulis oleh CNN Indonesia, media sosial menjadi salah satu
tujuan utama ketika seseorang membuka internet. Di dalam media sosial konten negatif
dan tidak benar (hoax) akan sangat cepat menyebar. CNN Indonesia mengutip survei
yang dilakukan oleh Centre for International Governance Innovation (CIGI) menyatakan
bahwa literasi digital di Indonesia sangatlah dibutuhkan saat ini untuk menangkal konten-
konten negative. Penting untuk diingat bahwa feminisme tidak bersifat homogen, dan ada
berbagai pendekatan dan perspektif dalam gerakan feminisme. Oleh karena itu, pemilihan
kata harus sensitif terhadap keragaman pandangan dalam gerakan feminisme dan
berusaha untuk menciptakan komunikasi yang inklusif dan mendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Paryono, peran strategis media massa dalam pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia.
(2013). Vol 1 (1). Hal. 1-11

Marlina, indah,. Paham gender melalui media sosial. (2018). Vol 2 (2). Hal. 225-242.

Dendy Sugono. 2011. Pemanfaatan Bahasa Daerah dalam Pengembangan Bahasa Indonesia
Media Massa: Makalah: Diskusi Forum Bahasa media Massa, 27 Januari 2004. Suara
Merdeka diSemarang.

2011. Kumpulan Putusan Kongres Bahasa Indonesia I—IX Tahun 1938—208. Jakarta:
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Madah, Volume 4, Nomor 2, Edisi Oktober 2013 Madah, Volume 4, Nomor 2, Edisi Oktober
2013 173 Chaer, Abdul.2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Depari,
Eduard dkk, Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan Suatu.

1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1992 tentang Pers. Jakarta: Balai
Pustaka.

Bray, Fransesca. (2007). “Gender and Technology” dalam Annual Review of Anthropology, Vol.
36 (2007)hal. 37-53. Dipublikasikan oleh Annual Reviews.
http://www.jstor.org/stable/25064943 [Diakses pada 21/04/2018]

Dobson, Amy Shields. (2015). Postfeminist Digital Cultures: Femininity, Social Media and
SelfRepresentation. New York: Palgrave MacMillan. Everett, Anna. (2004).
“Cyberfeminism and Cyberwomanism: High-Tech Mediations of Feminism’s
Discontents” dalam Signs, Vol.30, No.1, Hal. 1278-1286 Beyond the Gaze: Recent
Approaches to Film Feminism Special Issue. Published: The University of Chicago Press.
http://www.jstor.org/stable/10.1086/422235 [Diakses pada 16/05/2018].

Gamble, Sarah. (2006). Feminism and Postfeminism. London: Routledge. Genz, Stephanie dan
Benjamin A. Barbon. (2009). Postfeminism: Cultural Texts and Theories. Edinburgh:
Edinburgh University Press. Keller, Jessalynn. (2016). “Making Activism Accessible:
Exploring Girl’s Blogs as Sites of Contemporary Feminist Activism” dalam buku
Girlhood and the Politics of Place (Ed. Claudia Mitchell dan Carrie Rentschler).
Dipublikasikan oleh Berghahn Books. http://www.jstor.org/stable/j.ctt14jxn16.20
[Diakses pada 17/05/2018].

Livingstone, Sonia. (2008). “Internet Literacy: Young People’s Negotiation of New Online
Opportunities” dalam Digital Youth, Innovation, and the Unecpected (Ed. Tara
McPherson, dkk). Massachusetts: The MIT Press. McPherson, Tara, The John D, dan
Catherine T.MacArthur Foundation (ed.). (2008). Digital Youth, Innovation, and the
Unexpected. Massachusetts: The MIT Press.

Anda mungkin juga menyukai