(novel) sejarah 3.4.2 menjelaskan makna kias yang terdapat dalam teks cerita (novel) sejarah. 3.4.1 menganalisis kebahasaan teks cerita (novel) sejarah
Kaidah kebahasaan yang terdapat di dalam teks sejarah
1. Promina (kata ganti)
Suatu jenis kata
pengganti yang merujuk atau mengacu pada nomina lain. 2. Jenis-jenis Kata Ganti (Promina) a. Kata ganti orang (Pronomina Persona) -suatu jenis kata ganti yang berfungsi menggantikan nomina 1. Kata ganti orang pertama tunggal : saya & aku 2. Kata ganti orang pertama jamak : kita & Kami 3. Kata ganti orang kedua tunggal : anda & kamu 4. Kata ganti orang kedua jamak : kalian 5. Kata ganti orang ketiga tunggal : ia,dia & beliau 6. Kata ganti orang ketiga jamak : mereka b. Kata ganti kepemilikan (Pronomina Posessiva) -suatu jenis kata ganti yang digunakan dan berfungsi untuk menyatakan kepemilikan. Pulpen aku menjadi pulpenku Pulpen kamu menjadi pulpenmu Pulpen dia menjadi pulpennya Pensil aku menjadi pensilku c. Kata Ganti Petunjuk (Pronomina Demonstrativa) -Berfungsi sebagai petunjuk suatu lokasi, benda ataupun tempat yang letaknya jauh maupun dekat. Ini Itu Di sini Di situ/di sana d. Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa) -suatu jenis kata ganti yang dilakukan dan berfungsi sebagai penghubung antara induk kalimat dengan anak kalimat. waktu Tempat Lokasi Yang e. Kata Ganti Tanya (Pronomina Interogativa) -suatu jenis kata ganti yang digunakan dan berfungsi sebagai penanya atau peminta informasi suatu peristiwa atau kejadian. Apa Mana Siapa Kapan f. Kata Ganti Tak Tentu -Suatu jenis kata ganti yang digunakan dan berfungsi sebagai petunjuk dan pengganti orang maupun benda yang jumlahnya banyak serta tak menentu. Para Sesuatu Masing-masing Semua 3. Ciri-Ciri Kata Ganti (Pronomina) a. Biasanya kata ganti (pronomina) berada pada posisi fungsi dari subjek (S) dan objek (O) pada suatu kalimat, tetapi sering juga pada kalimat tertentu berada di posisi predikat (P) di dalam suatu kalimat. b. Kata ganti (pronomina) letaknya bisa berubah-ubah, dengan kata lain tidak tetap. c. Kata ganti (pronomina) tidak mengacu hanya satu konteks, melainkan menyesuaikan konteks dari suatu kalimat. d. Kata ganti (pronomina) biasanya mengikuti siapa yang jadi pembicara dan siapa yang menjadi pembaca maupun siapa yang dibicarakan. b. Frasa Adverbal -Frasa adverbal adalah frasa yang kelompok kata di dalamnya dibentuk dengan keterangan kata sifat. Contoh: 1. Sangat baik (Kata baik adalah intinya dan kata sangat merupakan pewatas). 2. Agak besar. 3. Kurang pandai. 4. Hampir pandai. 5. Lebih pandai. 6. Agak kuat. 7. Dengan heran. c. Verba Material - Verba material adalah sebuah kata kerja yang memiliki imbuhan dengan mengacu kepada bentuk tindakan fisik, atau perbuatan yang sedang dilakukan partisipan secara fisik atau tindakan langsung. Contoh: 1. Melihat (Kami melihat matahari terbenam dari atas bukit). 2. Menulis (Ketika Pak Guru sedang menerangkan pelajaran, aku menulis di dalam buku). 3. Mengendarai (Kakakku sedang belajar mengendarai motor barunya). 4. Memotong (Kakak membantu ibu memotong sayuran di dapur). d. Konjungsi Temporal - Konjungsi temporal merupakan konjungsi yang mengacu pada waktu sekaligus sebagai saran kohesi teks. Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal atau peristiwa, terdiri dari dua bagian yakni konjungsi temporal yang menghubungkan dua peristiwa yang menghubungkan dua peristiwa yang tidak sederajat dan konjungsi temporal yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat. Contohnya: ketika, sejenak, semenjak, setelah, sementara, dan lain-lain. 1. Konjungsi Temporal Sederajat Contoh dari konjungsi temporal sederajat adalah sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian, selanjutnya. Biasanya digunakan pada kalimat majemuk setara dan konjungsinya tidak boleh diletakkan di awal dan akhir kalimat. Contoh: a. Mereka lalu pergi ke pasar. b. Sinta menyapu halaman, kemudian dia mengepel lantai. 2. Konjungsi Temporal Tidak Sederajat Contoh konjungsi temporal tidak sederajat antara lain apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, waktu, tatkala. Konjungsi yang memiliki kedudukan bertingkat atau tidak sederajat dan dalam hal ini biasanya digunakan pada kalimat majemuk dan boleh diletakkan di sembarang pola kalimat awal, tengah, dan akhir kalimat. Contoh: a. Abah menonton TV sambil meminum kopi. b. Ade dibelikan sepeda apabila dia mendapat nilai 90 di ulangan. 3.4.2 Menjelaskan Makna Kias yang Terdapat dalam Teks Cerita Sejarah
Kata atau frasa bermakna kias ini digunakan penulis
untuk membangkitkan imajinasi pembaca saat membacanya serta memperindah cerita. Berikut contoh kutipan: a. Di antara para Ibu Ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang. (terpukul hatinya: sangat sedih) b. Di sebelahnya , Gajah Mada membeku. (membeku: diam saja) Penggunaan kata, ungkapan, atau peribahasa daerah ini digunakan oleh penulis untuk memperkuat latar waktu dan tempat kejadian cerita. Contoh: Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja, hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapa pun merasa tenang dan tentram hidup di bawah panji gula kelapa Peribahasa gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja merupakan peribahasa Jawa, yang artinya hidup makmur aman tentram