Anda di halaman 1dari 8

Hikayat

Layaknya cerpen maupun novel, hikayat juga termasuk prosa atau karya sastra berupa
karangan yang berbentuk narasi dan tidak terikat oleh rima. Hikayat adalah cerita Melayu klasik
yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian para tokohnya. Melalui
hikayat, kamu bisa memetik nilai-nilai kehidupan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan
bijaksana.
Contohnya, kisah Mahabharata mengandung pesan agar umat manusia senantiasa berbuat
berkata jujur, setia, bertanggungjawab, ikhlas, serta menggali potensi yang ada dalam diri
masing-masing.

Karakteristik Hikayat
Sebuah karangan dapat dikatakan sebagai hikayat apabila memiliki ciri atau karakteristik
sebagai berikut:
1. Kemustahilan
Baik cerita, tokoh, dan latar dalam hikayat mengandung kemustahilan. Dengan kata lain,
hikayat tidak logis serta tidak bisa diterima oleh nalar. Contohnya, air susu harimau dapat
menyembuhkan sakit mata yang diderita seorang puteri kerajaan.
2. Tokoh Sakti
Tokoh-tokoh yang terkandung pada hikayat biasanya mempunyai kemampuan seperti di film
superhero. Dalam kisah Mahabharata, ada tokoh Arjuna yang memiliki kemampuan memanah di
atas rata-rata. Ada pula Gatotkaca, tokoh perwayangan Jawa yang bisa terbang tanpa
menggunakan sayap.
3. Anonim
Kebanyakan penulis cerita hikayat tidak diketahui secara pasti (anonim). Hikayat
disampaikan melalui lisan dan turun-temurun. Meski begitu, ada beberapa sumber yang
mengungkap penulis dibalik cerita hikayat terkenal seperti Mahabharata, yaitu Vyasa Krisna
Dwipayana yang berkebangsaan India pada tahun 400 sebelum Masehi.
4. Istanasentris
Kalau kamu perhatikan, latar belakang cerita dalam hikayat berlangsung di istana.
Perebutan tahta, konflik antar saudara, perjodohan puteri dan pangeran, perang antar kerajaan,
dan sebagainya. Itulah sebabnya, hikayat bersifat istanasentris.
5. Alur Berbingkai
Karakteristik lain yang terdapat pada hikayat yaitu alurnya yang berbingkai. Artinya,
suatu hikayat dapat memiliki lebih dari satu cerita. Contohnya, Mahabharata mengisahkan para
leluhur Pandawa dan Kurawa, hingga diterimanya Pandawa di surga. Hikayat ini terbagi menjadi
18 bagian dengan kurang lebih 1,8 juta kata. Wah, banyak banget!
6. Statis
Hikayat adalah karya sastra yang statis atau tetap. Artinya, penggambaran dan penulisan
antara satu hikayat dengan hikayat lainnya tidak terlalu berbeda. Bahkan, beberapa tokohnya bisa
jadi mempunyai kemiripan. Contohnya, tokoh Srikandi terdapat di dalam kisah Mahabharata dan
pewayangan Jawa.
7. Edukatif
Walaupun bercerita tentang hal-hal di luar nalar, kenyataannya hikayat mengandung
amanat yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Bagaimana memperlakukan orang yang
lebih tua, belajar untuk ikhlas, berkorban demi kepentingan bersama, hingga pelajaran mengenai
karma baik dan buruk.
Psst, udah tau belum kalau di Aplikasi belajar Ruangguru, ada fitur Drill Soal? Aplikasi ini berisi
kumpulan contoh soal latihan beserta pembahasannya, loh. Pas banget buat kamu
mempersiapkan ujian. Langsung aja cobain dengan klik banner di bawah ini!

Kaidah Kebahasaan Hikayat


Salah satu ciri yang melekat pada hikayat yaitu penggunaan kata-kata kuno dan majas dalam
teksnya. Hal ini dikenal sebagai kaidah kebahasaan. Ada apa saja sih? Disimak ya!
1. Kata Arkais
Kata arkais adalah kata yang berhubungan dengan masa dahulu, kuno, dan tidak lazim digunakan
di zaman sekarang. Contoh kata arkais seperti jangat, langis, atau maharana. Jangat artinya
keranjang, langis artinya punah, dan maharana artinya perang besar.

Karena dipakai di masa lalu, beberapa kata arkais tidak bisa kamu temukan dalam KBBI, lho!
Oh iya, kata arkais berasal dari berbagai negara, tergantung darimana hikayat tersebut ditulis.

2. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal atau konjungsi kronologis adalah kata penghubung untuk menandakan
urutan waktu, Contohnya: sebelum. sesudah, lalu, setelahnya, hingga, sampai, sejak, kemudian,
dan akhirnya.

3. Majas
Majas adalah gaya bahasa agar kalimat menjadi lebih hidup. Dalam hikayat, ada dua jenis majas
yang sering digunakan, yaitu majas simile, antonomasia, dan hiperbola. Kita bahas perbedaan
dan contohnya, yuk!

a. Majas Simile
Majas simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi
dianggap mengandung segi yang serupa. Ditandai dengan kata bagai, bagaikan, bak, laksana,
seperti, serupa, dan semisal.

Contoh: “Puan mencari-cari Tuan bak kesetanan,”

b. Majas Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama aslinya, tetapi
dari sifat yang melekat pada seseorang atau benda tersebut.

Contoh: “Si Kecil bermain dengan riang,”

c. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan berlebihan dan terkesan tidak masuk
akal.
Contoh: “Tangisan sang puteri terdengar hingga langit ke tujuh,”

Nilai-Nilai Hikayat
Ada 6 nilai yang terdapat pada hikayat, yaitu nilai religius (agama), moral, budaya, sosial,
edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Perhatikan penjelasan dan contohnya berikut ini!

1. Nilai Religius
Nilai religius atau agama mengajarkan kita untuk meyakini keberadaan Tuhan, senantiasa
meminta pertolongan kepada-Nya, dan meningkatkan keimanan.
Contoh: “Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada
fakir dan miskin.”
2. Nilai Moral
Nilai moral mengajarkan kita untuk bertindak hati-hati, tidak merugikan orang lain, dan
mematuhi norma yang berlaku di masyarakat. Tokoh yang melanggar aturan moral biasanya
mendapat balasan yang setimpal.

Contoh: “Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka
memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan
rakyatnya.”
3. Nilai Sosial
Nilai sosial mengajarkan kita untuk berbuat baik pada sesama tanpa melihat perbedaan
status, ras, suku, dan agama. Nilai ini menjadi pedoman untuk berinteraksi dengan orang lain
yang punya latar belakang berbeda.
Contoh: “Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi,
tuan puteri menerimanya dengan senang hati.”
4. Nilai Budaya
Nilai budaya berhubungan dengan adat istiadat masyarakat tertentu. Nilai budaya dalam
hikayat bisa berbeda tergantung darimana hikayat tersebut berasal.
Contoh: “Raja Kabirsudah mencanangkan bahwa barangsiapa yang dapat membunuh Buraksa
akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.”
5. Nilai Edukasi
Nilai edukasi berhubungan dengan kewajiban mengenyam pendidikan sejak kecil. Baik
itu ilmu agama, pengetahuan umum, kesenian, dan sebagainya.

Contoh: “Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Suian.

Baca juga: Contoh Cerita Pendek Berdasarkan Jenisnya, Jangan Sampai Lupa!
Bentuk Hikayat
Hikayat dapat dibagi menjadi 5 bentuk berdasarkan cara penggambarannya. Ada cerita rakyat,
epos, tambeh, chara, dan roman. Biar nggak tertukar, pahami pengertian dari masing-masing
bentuknya, yuk!

1. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah hikayat yang menceritakan asal muasal suatu tempat atau benda. Bentuk
hikayat ini digambarkan dengan jenaka.

Contohnya: Hikayat Rhang Manyang.

2. Epos
Epos adalah hikayat yang mengisahkan tentang kepahlawanan seseorang.

Contohnya: Hikayat Prang Kompeuni.

3. Tambeh
Tambeh adalah hikayat yang banyak mengandung amanat sebagai pedoman kehidupan.

Contohnya: Hikayat Tambek Tujoh Blah.

4. Chara
Chara adalah hikayat yang mirip dengan biografi. Chara fokus menceritakan seseorang yang
dianggap sebagai figur terpuji.

Contohnya: Hikayat Hiyaken Tujoh.

5. Roman
Roman adalah hikayat yang menceritakan masalah asmara dan rumah tangga.

Contohnya: Hikayat Putroe Gambak Meuh.

Jenis-Jenis Hikayat
Selain bentuk, hikayat juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu aspek isi dan aspek hitoris. Hmm,
maksudnya gimana sih?
Aspek Isi
Jenis hikayat berdasarkan aspek isi artinya hikayat dibedakan berdasarkan tema cerita yang
dipilih. Ada Hikayat Biografi, Hikayat Peristiwa, Hikayat Agama, Hikayat Sejarah, dan Hikayat
Cerita (Romansa Percintaan).

1. Biografi
Hikayat biografi berfokus pada cerita tentang kehidupan seorang tokoh. Tokoh yang diangkat
dalam cerita bisa diambil dari tokoh nyata atau fiksi.
2. Peristiwa
Hikayat peristiwa menceritakan tentang sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi dengan
penggambaran yang didramatisasi dengan keajaiban-keajaiban dan mukjizat.

3. Agama
Hikayat agama bisa menceritakan tentang seorang tokoh agama, peristiwa keagamaan, atau nilai-
nilai hidup yang diajarkan dalam suatu agama.

4. Sejarah
Hikayat sejarah umumnya bercerita tentang tokoh atau kejadian bersejarah. Walaupun kisahnya
tentang sejarah, hikayat tetap bersifat fiksi atau khayalan dari sang pujangga. Kisah dalam
hikayat ini biasanya dikaitkan dengan kisah sejarah yang pernah terjadi di suatu masa. Latar
belakang peristiwa dalam cerita juga bisa saja disesuaikan dengan kejadian yang pernah terjadi
dalam sejarah.

5. Cerita (Romansa Percintaan)


Seperti namanya, hikayat cerita menekankan pada kisah yang dikaitkan, terutama tentang
romansa percintaan. Selain itu, hikayat ini biasanya juga disertai dengan latar belakang sejarah.

Aspek Historis
Jenis hikayat berdasarkan aspek historis artinya hikayat dibedakan berdasarkan bahasa, latar
belakang agama, dan negara yang berbeda. Ada Hikayat Melayu, Hikayat Jawa, Hikayat Arab-
Persia, dan Hikayat Hindu.

1. Melayu
Hikayat Melayu umumnya memiliki cerita yang kental akan unsur agama Islam.

2. Jawa
Hikayat Jawa memiiliki kemiripan dalam sifat, tokoh dan alurnya seperti hikayat yang ada di
India dan Arab. Hal ini disebabkan budaya Jawa yang dipengaruhi oleh agama Islam dan Hondu.
Percampuran budaya yang berbeda inilah yang pada akhirnya melahirkan budaya baru.

3. Arab-Persia
Hikayat Arab dan Persia umumnya mengangkat tema Islam dan mengandung nilai-nilai
keislaman. Ini sejalan dengan mayoritas agama yang dianut di sana yaitu agama Islam.

4. Hindu atau India


Hikayat Hindu atau India memiliki ciri khas adanya unsur agama Hindu. Kisah utama dalam
hikayat Hindu adalah cerita tentang Sri Rama dan Mattabbhroto. Namun, seiring berjalannya
waktu, dua kisah tersebut sudah banyak berkembang menjadi kisah lainnya.

Contoh Hikayat
Hikayat Bunga Kemuning
Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik. Sang raja
dikenal sebagai raja yang bijaksana, tetapi iaterlalu sibuk dengan kepemimpinannya. Krena itu,
ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal ketika
melahirkan anaknya yang bungsu sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-
putri raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau
belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi di antara mereka.

Kesepuluh putri itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri Sulung bernama Putri Jambon.
Adik-adiknya dinamai Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri
Merah Merona, dan Putri Kuning. Baju yang mereka pakai pun berwarna sama dengan nama
mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh.

Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Putri Kuning sedikit berbeda, ia tak
terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun.
Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya. “Aku hendak
pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.

“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Putri Jambon. “Aku mau kain sutra yang berkilau-
kilau,” kata Putri Jingga.

9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Lain halnya dengan Putri
Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. “Ayah, aku hanya ingin ayah
kembali dengan selamat,” katanya. Kakak- kakaknya tertawa dan mencemoohkannya.

“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan
kubawakan hadiah indah buatmu,” kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

***

Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan putrinya masih bermain di danau, sementara Putri
Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih.

“Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apaapa selain kalung batu hijau
ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja. Raja memang sudah mencari-cari
kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya.

“Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang
berwarna kuning,” kata Putri Kuning dengan lemah lembut. “Yang penting, ayah sudah kembali.
Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi.

Keesokan hari, Putri Hijau melihat Putri Kuning memakai kalung barunya. “Wahai adikku,
bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Putri Hijau!”
katanya dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,” sahut Putri Kuning. Mendengarnya, Putri
Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudarasaudaranya dan menghasut mereka.

“Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarinya berbuat
baik!” kata Putri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian,
Putri Kuning muncul. Kakak kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka,
pukulan tersebut menyebabkan Putri Kuning meninggal.

Setelah mempelajari karakteristik hikayat, kamu jadi tahu kan perbedaannya dengan cerita
pendek serta novel? Materi ini dibahas lebih dalam di kelas Brain Academy, lho! Kamu bisa ikut
kelas gratis secara online atau datang langsung ke cabang terdekat. Semangat menuntut ilmu!

Referensi:

Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas X Edisi
Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahabharata [Daring]. Tautan:


https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/09/140000179/kitab-mahabharata-penulis-isi-dan-
kisahnya?page=all.

Bentuk Hikayat [Daring]. Tautan: https://ruangpengetahuan.co.id/pengertian-hikayat/ (Diakses


21-26 Oktober 2022)

Kelas X XI XII
Bab I :Teks Laporan
Hasil Observasi
Bab II : Teks Eksposisi
Bab III :Teks Anekdot
Bab IV : hikayat/cerita rayat
Bab V: Teks Negosiasi
Bab VI: Debat
Bab VII: Biografi
Bab VIII: Puisi

Anda mungkin juga menyukai