Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita,
undang-undang, dan silsilah, sebagaimana dikutip dari penjelasan KKBI. Menurut
ahli, ciri-ciri hikayat terdiri dari 5 jenis. Masih dari KBBI, karya sastra tersebut
bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta. Cerita rakyat dikenal sebagai cerita yang beredar di masyarakat, dan masih
dilestarikan dari generasi ke generasi. Terdapat tiga fungsi cerita rakyat. Pertama,
sebagai sarana hiburan. Kedua, sebagai sarana pendidikan. Cerita rakyat berfungsi
sebagai sarana pendidikan, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bisa
diteladani dalam kehidupan. Ketiga, sebagai sarana menunjukkan dan melestarikan
budaya bangsa. Hal itu, menjadi fungsi dari cerita rakyat karena cerita rakyat dapat
menjadi representasi dari nilai sosial dan budaya suatu bangsa. Dilansir dari buku
guru berjudul Bahasa Indonesia terbitan Kementerian dan Kebudayaan Republik
Indonesia (2017), hikayat merupakan sebuah teks narasi yang memiliki
karakteristik berbeda dengan karya sastra lainnya. Ciri-ciri Hikayat:
2. Kesaktian tokoh Ciri kedua dari hikayat adalah kesaktian tokoh. Contohnya
pada Hikayat Indera Bangsawan. Mengutip dari Hikayat Indra Bangsawan terbitan
Balai Pustaka, kesaktian dalam hikayat ini ditunjukkan dengan adanya kesaktian
dari kedua pangeran kembar. Kedua pangeran kembar itu adalah Syah Peri dan
Indera Bangsawan. Tidak hanya kesaktian dari kedua pangeran kembar. Dalam
Hikayat Indera Bangsawan juga ada tokoh raksasa. Kesaktian ketiga tokoh tersebut
yaitu: Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk
mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
3. Anonim Ciri ketiga dari hikayat adalah anonim. Anonim di sini berarti, hikayat
tidak diketahui dengan jelas identitas pengarangnya. Seringkali, sebuah karya
hikayat tidak dilengkapi dengan nama pengarangnya. Hal ini disebabkan karena,
hikayat disampaikan secara lisan. Masyarakat zaman dahulu percaya, bahwa
hikayat adalah cerita nyata, dan bukan cerita karangan.
4. Istana sentris Ciri dari hikayat yang keempat adalah istana sentris. Maksud dari
ciri ini yaitu, hikayat umumnya bertema dan berlatar kerajaan. Salah satu
contohnya adalah, Hikayat Indera Budiman. Dalam hikayat tersebut diceritakan
ada seorang raja bernama Raja Indera Bungsu. Kemudian, dia memiliki dua orang
putra. Dua orang putra dari Raja Indera Bungsu bernama, Syah Peri dan Indera
Bangsawan. Tidak hanya seorang putra, Raja Indera Bungsu juga memiliki tiga
orang putri. Tiga orang putri itu adalah, Putri Ratna Sari, Raja Kabir, dan Putri
Kemala Sari. Selain berlatar kerajaan, hikayat juga memiliki ciri khusus lainnya.
Ciri khusus tersebut yaitu, penggunaan bahasa. Biasanya, hikayat menggunakan
sebutan syahdan untuk mengganti kata suatu hari.
5. Alur berbingkai. Ciri hikayat yang terakhir, adalah alur berbingkai. Alur
berbingkai berarti, di dalam cerita hikayat terdapat cerita lain. Alur berbingkai
biasanya disajikan dengan menghadirkan seorang tokoh yang bercerita tentang
suatu kisah. Tidak hanya alur berbingkai, hikayat juga dikenal dengan alur maju.
Alur cerita maju berarti, cerita dalam hikayat dimuali dari masa lalu ke masa kini,
atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
Sumber : Tirto.Id~
Hikayat adalah salah satu bentuk karya sastra, terutama dalam bahasa
Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan
tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan,
kesaktian serta mukjizat tokoh utama.[1] Istilah hikayat merupakan kata
serapan dari bahasa Arab, yaitu haka yang berarti cerita.[2] Tapi, secara harfiah
hikayat berarti kenang-kenangan yang merupakan sinonim dari riwayat atau tarikh.
[3]
Hikayat dapat dibedakan menjadi cerita rakyat, epos, dongeng,
cerita Islam, sejarah, biografi dan cerita berbingkai.[2] Hikayat ditulis
oleh pujangga untuk mengekspresikan buah pikirannya dalam bentuk prosa rekaan
sebagai pelipur lara. Berbeda dengan Hikayat Aceh, karya sastra ini dikarang oleh
pujangga ulama dengan menggunakan bahasa Aceh disusun dalam
bentuk puisi sajak, isinya bukan fiksi dan legenda semata,
tapi pendidikan moral dan ajaran agama.[4] Fungsinya sebagai pembangkit
semangat juang, estetis, hiburan, pendidikan moral dan pemberantasan buta huruf.
[3]
Ciri[sunting | sunting sumber]
Bentuk[sunting | sunting sumber]
Sumber : Nesabamedia.com~
Jenis Hikayat :
Keempat adalah cerita Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja
Khaibar. Kelima adalah sejarah dan biografi, contohnya adalah Hikayat
Abdullah. Terakhir adalah cerita berbingkat, yaitu seperti Hikayat Bakhtiar dan
Hikayat Maharaja Ali.
Kalau begitu, apa yang membedakan hikayat dengan cerita-cerita lain seperti
dongeng dan legenda? Salah satu ciri-ciri dari hikayat adalah sifatnya yang
berkembang secara statis dan memunyai rumus baku. Bentuk prosanya
menggunakan kata-kata arkais yang jarang sekali kita gunakan atau temukan dalam
sastra modern, contohnya adalah frasa seperti ‘sahibul hikayat’ dan ‘menurut
empunya cerita.’ Selain itu, bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan, seperti pada
puisi lama, contohnya jumlah larik di tiap bait dan jumlah kata di tiap larik.
Hikayat juga bersifat pralogis, artinya cerita dalam hikayat memiliki logika sendiri
yang tidak sesuai dengan logika umum. Hal yang dikisahkan dalam hikayat
umumnya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, pahlawan, maupun
tokoh sejarah lainnya.
Umumnya, terdapat tiga jenis nilai yang dimuat dalam hikayat. Pertama adalah
nilai agama, contohnya untuk mendorong pembaca agar beribadah, beramal, dan
berbuat baik. Kedua adalah nilai moral, contohnya seperti keadilan, kejujuran,
kesetiaan, dan kedermawanan. Terakhir adalah nilai budaya yang terkait dengan
perkawinan, mata pencaharian, dan hubungan masyarakat.
Sumber : kelaspintar.id~
Pengertian Hikayat: Ciri, Jenis, Bentuk dan Contoh
Pengertian Hikayat – Indonesia selain kaya akan budaya dan ras, juga kaya akan
karya sastranya. Terdapat berbagai jenis karya sastra yang sudah sejak dahulu kala
yang menjadikan wadah variatif bagi setiap bakat para penulis dan pelaku seni.
Keberagaman ini membuat kita menyadari, bahwa Indonesia adalah negara yang
tidak kalah menarik daripada negara lain.
Saat ini ada banyak jenis karya sastra asli Indonesia yang berkualitas dan dicintai
banyak lapisan masyarakat. Berbagai jenis karya sastra penulisan maupun drama
atau film telah memiliki banyak penggemarnya masing-masing.
Salah satu karya sastra Indonesia yaitu hikayat. Banyak diantara kita sudah sangat
familiar dengan jenis-jenis karya sastra fiksi dan non fiksi. Namun, tidak banyak
yang mengetahui bahwa hikayat ini merupakan salah satu karya fiksi yang
memiliki keunikan tersendiri.
Pengertian Hikayat
Pernah mendengar hikayat? Mungkin sekilas istilah hikayat ini terdengar tidak
asing lagi. Secara harfiah hikayat memiliki arti yang sama dengan kenang-
kenangan. Yang memiliki maksud sebuah karya yang menjadi kenangan atau
sebagai riwayat dari buah pemikiran sang pujangga kepada orang lain.
Sedangkan dalam bahasa Arab hikayat berasal dari hikayah yang memiliki arti
kisah, dongeng atau cerita. Hikayat ini adalah dongeng yang umumnya diceritakan
dalam bahasa Melayu. Tema yang diangkat ke dalam karya sastra hikayat ini pada
umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan atau kehebatan seseorang dengan
keajaiban dan mukjizatnya.
Latar dalam kisah-kisah yang dituliskan ke dalam hikayat kebanyakan adalah latar
zaman dahulu seperti kisah kerajaan. Sehingga hikayat juga disebut sebagai prosa
lama yang banyak ditemukan dalam bahasa Melayu dan sudah jarang ditemukan
lagi saat ini.
Prosa lama ini selayaknya dongeng-dongeng yang berisi tentang keajaiban dan
mukjizat seseorang. Melihat dari penuturannya yang hanya berdasarkan imajinasi
sang penulis dalam dunia rekaannya, maka hikayat ini dikategorikan cerita fiksi
yang kisahnya hanya sebatas khayalan saja. Sehingga kemunculannya hanya
sebagai penghibur saja.
Layaknya cerita fiksi lain, secara intrinsik hikayat juga memiliki unsur-unsur yang
sama. Dalam satu kisah hikayat memiliki unsur-unsur berupa alur, tema,
penokohan, sudut pandang, latar serta amanat. Hikayat yang paling banyak
ditemukan dalam bahasa Melayu, tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat
beberapa hikayat yang dituliskan dalam bahasa lain.
Ciri-Ciri Hikayat
Selayaknya prosa dan tulisan lama lainnya yang secara latar menggambarkan
kisah-kisah pada zaman dahulu. Penggunaan bahasa dan pemilihan diksi dalam
karya sastra hikayat ini pun menggunakan bahasa klasik.
Hikayat yang paling sering ditemukan yaitu dalam bahasa Melayu. Maka bahasa
Melayu yang digunakan dalam hikayat pun termasuk bahasa Melayu klasik yang
saat ini sudah jarang digunakan. Sehingga hikayat akan tampak unik dan semakin
memiliki nilai seni yang tinggi.
2. Tema Kerajaan
Alur dan latar belakang yang diambil untuk kisah-kisah dalam hikayat paling
sering bertemakan kerajaan. Dengan gaya bahasa klasik yang menambah nuansa
‘lawas’ yang tetap menarik dan memiliki nilai etnik yang berbeda.
3. Statis
Hikayat menjadi salah satu karya sastra yang statis atau tetap. Selama penulisan
dan penggambaran kisah-kisah di dalam hikayat tidak memiliki banyak perubahan
yang berbeda dengan hikayat lain, atau hikayat dari negara lain. Kisah yang
diangkat, unsur intrinsik dan segala hal dalam hikayat memiliki kemiripan satu
sama lain.
4. Tradisional
Karya sastra hikayat yang pemilihan temanya tidak pernah jauh dari kisah kerajaan
pun tak lepas dari segala unsur-unsurnya. Setiap isi di dalam hikayat selalu
mengusung tradisi dan budaya masyarakat pada masanya.
Semua tradisi tergambarkan dengan baik dalam kisah-kisah yang diangkat menjadi
hikayat. Selain itu hikayat juga sarat akan makna dan amanat yang dapat dicontoh.
Kebanyakan konflik di dalam hikayat menggambarkan kebaikan menang melawan
keburukan.
5. Bersifat Edukasi
Meskipun kehadirannya hanya berasal dari khayalan sang pujangga, tidak menutup
kemungkinan dalam hikayat memiliki amanat baik yang dapat dijadikan
pembelajaran oleh para pembacanya. Hikayat yang sejatinya tidak diketahui
pengarangnya ini memiliki banyak unsur-unsur yang mendidik kita agar
melakukan kebajikan, tenggang rasa terhadap sesama, saling menghargai,
mencintai sesama manusia dan masih banyak lagi nilai-nilai kehidupan yang
terkandung didalamnya.
Jenis Hikayat
Prosa lama ini pada umumnya bertemakan tentang sejarah, keagamaan, biografis,
epos, cerita rakyat dengan segala unsur keajaiban dan mukjizatnya. Adanya
keberagaman cerita dalam hikayat membuat prosa ini terbagi menjadi berbagai
jenis yang dilihat dari dua aspek. Jenis hikayat dilihat dari segi historis dan segi isi
ceritanya.
1. Historis
Jenis hikayat memang sebagian besar ditemukan dalam bahasa melayu, namun ada
beberapa bahasa lain yang juga ada di dalam hikayat. Hal ini terjadi karena hikayat
itu sendiri berasal dari beberapa negara dengan bahasa, latar belakang agama dan
sejarah yang berbeda.
a. Melayu
Hikayat Melayu ini pada umumnya memiliki unsur-unsur keagamaan yaitu agama
islam. Beberapa contoh cerita hikayat yang berasal dari Melayu yaitu Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Malim Deman dan Hikayat Si
Miskin.
b. Jawa
Budaya Jawa memiliki banyak ragam dan jenis yang dipengaruhi oleh agama Islam
dan Hindu. Sehingga tidak heran lagi jika hikayat-hikayat yang diceritakan
memiliki kemiripan sifat, tokoh, alur seperti yang ada di India dan Arab. Adanya
dua percampuran budaya dari dua agama yang berbeda ini melahirkan budaya
baru.
Hikayat yang berasal dari Jawa ini memiliki banyak pengaruh dari hindu yang
kemudian disesuaikan dengan masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam.
Beberapa contoh karya sastra hikayat yang berasal dari pengaruh Jawa ialah
Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati dan Hikayat Indera Jaya yang
diambil dari cerita Anglingdarma.
c. India
Hikayat India ini memiliki banyak unsur keagamaan yang berasal dari agama
Hindu. Kisah-kisah yang bernuansa Hindu pada umumnya berinduk pada dua kisah
utama yaitu cerita Sri Rama dan Mattabbhroto.
Seiring berjalannya waktu dua kisah utama ini pun kemudian berkembang menjadi
Hikayat Pandawa Lima yang sering kita dengar dalam tokoh pewayangan di Jawa.
Beberapa contoh hikayat India yang terinspirasi dari nilai-nilai agama Hindu yaitu
Hikayat Perang Pandhawa yang diambil dari kisah Mahabarata, Hikayat Sri Rama
yang diambil dari kisah Ramayana serta Hikayat Bayan Budiman.
d. Arab-Persia
Di Arab dan Persia mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah agama
Islam. Maka, tidak heran jika sebagian besar hikayat yang muncul di sana juga
bertemakan Islam dan memiliki nilai-nilai keislaman.
Beberapa hikayat yang berasal dari pengaruh budaya Arab –Persia ialah Hikayat
Seribu Satu Malam, Hikayat Bachtiar dan juga Hikayat Amir Hamzah yang
dikenal sebagai salah satu pahlawan Islam.
2. Isi
Jenis hikayat lain yang dapat dilihat berdasarkan isi atau ceritanya terbagi kedalam
beberapa cerita.
a. Sejarah
Atau sekedar berlatarkan pada suatu kejadian yang ada di dalam sejarah. Misalnya
pada suatu perang, suatu peristiwa bersejarah atau tokoh sejarah yang memang
pernah ada di dunia nyata. Namun inti ceritanya tetap saja hanyalah imajinasi sang
empu cerita.
b. Biografi
Hikayat biografi ini biasanya berfokus terhadap satu tokoh utama saja. Tokoh
utama tersebut bisa jadi memang diambil dari tokoh nyata atau pun tidak. Namun
secara keseluruhan alur cerita hanya menceritakan segala hal tentang tokoh
tersebut.
c. Agama
Kebanyakan hikayat agama ini menceritakan tentang salah satu tokoh agama, salah
satu peristiwa yang ada dalam suatu sejarah agama tersebut, ataupun sekedar nilai-
nilai yang ajaran dalam suatu agama. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
ada banyak hikayat yang mengangkat kisah keagamaan baik dari agama Islam,
Hindu maupun percampuran keduanya.
Meskipun hikayat rata-rata bersifat tidak nyata, namun tetap mencantumkan nilai-
nilai keagamaan atau ajaran agama untuk mendidik pendengar. Tujuan hikayat
sebagai hiburan dan penyemangat ini merupakan cara yang menarik untuk
menyampaikan ajaran agama seperti yang sering diceritakan oleh para tokoh agd.
Peristiwa
Hikayat juga menceritakan tentang suatu peristiwa besar yang memang pernah
terjadi meskipun dalam penggambarannya dipercantik dengan keajaiban-keajaiban
dan mukjizat. Tujuannya selain untuk menghibur dapat menjadi penyemangat
dalam suatu pesta ataupun semangat berperang.
e. Cerita
Bentuk Hikayat
Hikayat yang berasal dari beberapa percampuran budaya ini menghadirkan banyak
jenis dan bentuk. Bentuk hikayat dilihat dari cara penggambarannya.
Hikayat cerita rakyat ini adalah hikayat yang digambarkan dengan jenaka. Pada
umumnya inti cerita hikayat ini mengisahkan asal muasal suatu tempat atau benda.
Salah satu contoh hikayat ini yaitu Hikayat Rhang Manyang.
2. Roman
Sesuai namanya hikayat roman ini adalah hikayat yang bercerita mengenai kisah
kasih asmara dan kisah rumah tangga. Salah satu contoh hikayat ini adalah Hikayat
Putroe Gambak Meuh.
3. Epos
4. Tambeh
Hikayat tambeh ini adalah hikayat yang menceritakan pedoman kehidupan
sehingga dalam kisahnya mengandung banyak amanat yang dapat dipetik. Salah
satu contoh hikayat ini adalah Tambek Tujoh Blah.
5. Chara
Hikayat chara ini adalah bentuk hikayat yang fokus terhadap seseorang tokoh
terpuji. Sehingga chara ini termasuk kedalam jenis hikayat biografi. Salah satu
contoh hikayat ini adalah Hikayat Hiyaken Tujoh.
Contoh Hikayat
Ada banyak jenis dan bentuk hikayat yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Beberapa diantaranya yang cukup terkenal dan kisahnya masih banyak diketahui
oleh masyarakat saat ini yaitu Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Seribu Satu
Malam. Di Indonesia sendiri hikayat-hikayat ini tidak hanya ada di wilayah Jawa
saja.
Di Aceh juga terkenal memiliki banyak karya hikayat yang cukup terkenal pada
masanya. Kebanyakan hikayat yang berasal dari Aceh ini berupa puisi. Salah satu
contoh hikayat yang berasal dari Aceh adalah Hikayat Prang Sabi, Hikayat Raja-
raja Pasai, Hikayat Prang Peuringgi dan masih banyak lainnya.
Hikayat Aceh Ini juga masuk golongan Hikayat yang dituliskan dalam bahasa
Melayu. Selain Aceh Hikayat lain yang dituliskan ke dalam bahasa Melayu yaitu:
1. Hikayat Abdullah
6. Hikayat Banjar
7. Hikayat Indraputra
Masih ada banyak hikayat lain yang dituliskan dalam bahasa Melayu, dibawah ini
beberapa contoh Hikayat Melayu beserta penjelasannya.
Hikayat Prang Sabi ini bercerita tentang jihad seorang tokoh pahlawan. Hikayat ini
tergolong ke dalam dua bentuk yaitu epos dan tambeh. Hikayat Prang Sabi dalam
jenis epos menggambarkan kejadian-kejadian perang yang berlangsung di Aceh.
Dengan segala kepahlawanan, keperkasaan dan keberanian para tokohnya.
Sedangkan Hikayat Prang Sabi tambeh lebih menitikberatkan tentang nasihat yang
ditulis oleh para pemuka agama untuk melakukan jihad dan menegakkan agama.
Hikayat Prang Sabi tambeh pertama kali dihadirkan berupa saduran dari risalah
Abdul Samad Al-Falimbani yang ditulis pada 1834 yakni 40 tahun sebelum perang
Aceh. Hikayat pertama tentang Perang Sabi berjudul Hikayat Prang Sabi yang
dituliskan oleh Teungku Chik Pante Kulu.
ama. Hikayat ini dituliskan ke dalam bahasa Melayu. Isinya mengisahkan tentang
raja-raja islam pertama di Samudra-Pasai yang kini terletak di Aceh. Hikayat ini
sekilas bercerita mengenai Merah Silu yang tengah bermimpi bertemu Nabi
Muhammad.
Hikayat ini merupakan cerita berbingkai yang diambil dari India yakni Sukasaptati,
kemudian diadaptasikan ke dalam budaya Persia. Hikayat ini bercerita tentang
burung bayan yang mengingatkan seseorang ketika ingin berbuat negatif. Maka
sesuai judulnya, burung bayang ini di beri julukan bayan budiman.
4. Hikayat Abdullah
Hikayat ini masuk kedalam jenis hikayat biografi karena menceritakan suatu kisah
tentang satu tokoh bernama Abdullah. Karya sastra yang ditulis pada pertengahan
abad ke 19 ini menceritakan tentang Abdullah bin Abdulkadir Munsyi yang
merupakan tokoh yang lahir dalam keluarga terpelajar.
Beliau adalah keturunan Arab, Yaman. Leluhur Abdullah adalah seorang guru
agama yang menetap di India. Abdullah juga memiliki istri seorang Tamil yang
kemudian bersama-sama pindah ke Malaka.
Ayah abdullah adalah narasumber untuk seorang pakar bahasa Melayu dari
Britania Raya. Orang tersebut bahkan pernah menuliskan kitab Sejarah Sumatra
(History of Sumatra) yang menjadi rujukan bagi banyak sejarawan saat ini.
Hikayat Abdullah ini mengisahkan banyak hal menarik mengenai Malaka dan
Singapura.
Sumber : gramedia.com~